• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Kapuas

3 KARAKTERISTIK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

3.3. Hasil dan Pembahasan

3.3.4. Sejarah Kebakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Kapuas

Sejarah kebakaran hutan dan lahan di Kapuas diperoleh melalui analisa sebaran hotspot kebakaran tahun 2001-2011 yang dihubungkan dengan informasi langsung di lapangan dari wawancara dengan masyarakat. Hasil analisa spasial sebaran titik panas atau hotspot di Kabupaten Kapuas dari waktu ke waktu disajikan pada Gambar 3.20.

Seperti yang juga telah ditunjukkan pada Gambar 3.1, bahwa hotspot tertinggi terdeteksi pada tahun 2009 sedangkan hotspot terendah terdeteksi pada tahun 2010. Hal ini juga ditunjukkan oleh Gambar 3.19 dimana pada tahun 2009 terdeteksi sangat tinggi jumlahnya dan menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Kapuas, sedangkan pada Tahun 2010 menunjukkan sangat rendah jumlah hotspot yang terdeteksi.

Secara umum, hotspot tersebar sangat rapat di wilayah selatan Kabupaten Kapuas dibandingkan di wilayah utara. Pada tahun dimana terdeteksi hotspot sangat tinggi jumlahnya misalnya tahun 2002, 2006 dan 2009, hotspot terpantau sangat rapat di wilayah selatan Kapuas. Wilayah Selatan Kapuas seperti yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya merupakan kawasan pasang surut dan gambut. Areal berlahan gambut hampir setiap tahun terbakar. Selain lahan gambut, areal di wilayah Selatan Kabupaten Kapuas khususnya di kawasan Eks PLG, tutupan lahannya didominasi oleh semak belukar. Semak belukar rawa, berdasarkan analisa dari Gambar 3.5 merupakan area dengan hotspot paling padat di Kabupaten Kapuas.

Wilayah Utara Kabupaten Kapuas menurut Gambar 3.20, jumlah dan kerapatan hotspotnya relatif rendah dibandingkan dengan wilayah Selatan. Karakteristik lahan wilayah utara Kapuas adalah lahan non gambut dengan kondisi topografi berbukit dan tutupan lahannya masih didominasi hutan lahan kering dan perkebunan.

Analisa sebaran spasial pada Gambar 3.20 kemudian diverifikasi di lapangan untuk mengetahui sejarah kebakaran hutan dari tahun ke tahun. Kejadian kebakaran hutan di Kabupaten Kapuas berdasarkan informasi masyarakat ditampilkan pada Tabel 3.2.

Kejadian kebakaran selama 11 tahun dari informasi masyarakat yang disajikan pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa tidak selalu pada tahun-tahun dengan hotspot tinggi terjadi kebakaran yang merata di semua wilayah. Pada Tahun 2002, 2004 dan 2009 yang terdeteksi hotspot terbanyak diperoleh bahwa ada beberapa desa yang tidak terjadi kebakaran. Sebaliknya pada tahun-tahun dimana hotspot menunjukkan jumlah yang sedikit justru menurut informasi masyarakat terdapat kebakaran di beberapa desa. Tahun-tahun dengan jumlah hotspot sedikit yaitu tahun 2008 dan tahun 2010 justru dari 20 desa yang disurvei terdapat masing-masing 15 dan 5 desa yang terjadi kebakaran hutan atau lahan.

Kejadian kebakaran hutan dan lahan dari informasi masyarakat yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak selalu pada tahun-tahun dengan hotspot tinggi terjadi kebakaran yang merata di semua wilayah. Pada Tahun 2002, 2004 dan 2009 yang terdeteksi hotspot terbanyak diperoleh bahwa ada beberapa desa yang tidak terjadi kebakaran. Sebaliknya pada tahun-tahun dimana hotspot menunjukkan jumlah yang sedikit justru menurut informasi masyarakat terdapat

kebakaran di beberapa desa. Tahun-tahun dengan jumlah hotspot sedikit yaitu tahun 2008 dan tahun 2010 justru dari 20 desa yang disurvei terdapat 15 dan 5 desa yang terjadi kebakaran hutan atau lahan.

Gambar 3.20. Sebaran hotspot di Kabupaten Kapuas 2001-2011 (sumber Satelit Terra-Aqua MODIS-NASA)

Areal yang hampir setiap tahun terjadi kebakaran hutan dan lahan berada di kawasan lahan gambut yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Mantangai, Kecamatan Dadahup dan Kecamatan Basarang . Ketiga kecamatan ini berada di wilayah selaan Kapuas yang berdasarkan Gambar 3.20 terlihat lebih rapat hotspotnya. Adapun wilayah yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi kebakaran terdapat di wilayah tanah kering (mineral) yang berada di Kabupaten Kapuas Tengah dan Pasak Talawang. Kedua kecamatan ini berada di wilaah utara dimana bila dilihat dari Gambar 3.20 kepadatan hotpotnya lebih rendah dibandingkan di wilayah selatan.

Tabel 3.2. Kejadian kebakaran berdasarkan informasi masyarakat di Kabupaten Kapuas

No. Desa Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Lamunti Mantangai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

2 Pulau Kaladan Mantangai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 Katunjung Mantangai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Lahei Mangkutup Kapuas Tengah 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 5 Bajuh Kapuas Tengah 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 6 Pujon Kapuas Tengah 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7 Jangkang Pasak Talawang 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8 Binajaya A1 Dadahup 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Dadahup Induk Dadahup 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10 B4 Dadahup Dadahup 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Tarung Manuah Basarang 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1

12 Panarung Basarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

13 Batuah Basarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

14 Batu Nindan Basarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

15 Selat Hulu Selat 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0

16 Basuta Raya Kapuas Barat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 17 Lungkoh Layang Timpah 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 18 Muara Dadahup Kapuas Murung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 19 Anjir Serapat Tengah Kapuas Timur 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Lupak Dalam Kapuas Kuala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 13 15 14 15 14 13 18 15 14 5 11

Kejadian kebakaran di Kabupaten Kapuas yang hampir merata di seluruh wilayah yang disurvei terjadi pada tahun 2007. Pada tahun 2007 terjadi kebakaran hutan atau lahan pada 18 desa dari 20 desa atau 90%. Pada tahun 2007 hanya terdeteksi hotspot dengan jumlah 340 (confidence > 50%) dimana menempati posisi ketiga paling rendah dari 11 tahun (2001-2011). Adapun kejadian kebakaran terendah di wilayah Kabupaten Kapuas terjadi pada tahun 2010 yaitu hanya 5 desa dari 20 desa yang disurvei atau sebesar 25%. Tahun 2010 merupakan waktu dimana di Kabupaten Kapuas hanya terdeteksi hotspot sebanyak 39 (confidence > 50%) dimana merupakan jumlah terendah dari 11 tahun.

Meratanya informasi teradinya kebakaran di hampir seluruh desa pada tahun 2007 diduga karena adanya mobilisasi pemadaman secara besar-besaran dari berbagai lembaga. Menurut informasi masyarakat dan Manggala Agni Kapuas, pada tahun 2007 kegiatan pemadaman sampai melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian. Masyarakat juga melihat adanya pemadaman kebakaran melalui pesawat pengebom air. Selain itu, kebakaran tahun 2007 merupakan dampak lanjutan dari kebakaran tahun 2006 yang masih meninggalkan sisa bahan bakar mudah terbakar dan lahan bekas terbakar yang terbakar kembali. Seperti yang ditemukan di Desa Lahei Mangkutub dimana lahan bekas terbakar tahun 2006 yang ditumbuhi oleh alang-alang, kembali terbakar pada tahun 2007. Areal yang terbakar pada tahun 2007 cukup merata di wilayah utara yang merupakan lahan dengan tanah mineral.

Kebakaran tahun 2002, 2006 dan 2009, meskipun tidak merata terjadi di seluruh desa yang dilakukan cek lapangan, jumlah hotspot yang terpantau sangat tinggi. Hal ini disebabkan kebakaran pada tahun tersebut sebagian besar terjadi di lahan gambut dimana lahan gambut memiliki tipe kebakaran bawah permukaan (ground fire). Kebakaran bawah memiliki ciri penjalaran yang lambat (< 3 cm/jam) dan lama serta produksi asap dan partikel yang lebih banyak. Proses yang umum terjadi pada kebakaran di lahan gambut adalah smoldering (De Bano et al. 1998). Kondisi ini menyebabkan di areal lahan gambut yang terbakar pantauan hotspot dari satelit jumlah kumulatifnya menjadi lebih besar daripada di lahan non-gambut karena kebakaran terjadi dalam waktu relatif lebih lama dan lebih sulit dipadamkan daripada kebakaran di tanah mineral.