• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

B. Proses Pembelajaran Terjemah

5. Waktu Pembelajaran Terjemah

17Abdurrahman Shidik (Santri Pondok Pesantren Terjemah al-Qur‟anYITB) di wawancarai oeh Edi Apriadi, Kamis 11 Juni 2020.

18Amanda ihya (Santri Pondok Pesantren Terjemah al-Qur‟anYITB) diwawancarai oleh Edi Apriadi, Jumat 26 Juni 2020.

19 Muhammad Ash Shayyiim (Santri Pondok Pesantren Terjemah al-Qur‟anYITB)diwawancarai leh Edi Apriadi, Sabtu tanggal 20 Juni 2020.

Berdasarkan ketentuan dari pengurus pondok pesantren ada jadwal waktu tertentu dalam belajar terjemah al-Qur‟an sesuai tingkatan kelas masing-masing, namun dalam segi waktu satu hari dan satu minggunya itu dibagi sesuai jadwal yang ditenukan.

a.) Waktu belajar dalam satu Minggu

Proses pembelajaran terjemah al-Qur‟an yang sudah diatur oleh jadwal yang telah ditentukan, memiliki durasi pembelajaran dalam hitungan per hari dan per minggu. Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.7 Jadwal Belajar Terjemah Al-Qur‟an dalam Seminggu No. Jadwal

Seminggu Nama Santri Jumlah

santri 1. 1-3 hari Abdurraman Shidik, Firaesa Anis

Sabila 2

2. 3-5 hari Amanda IN, M. Angga W, M. Ash Shayiim, M. Bagas A, Nurhaya, Putri AS, Riyandi, Tiya M.

8 Peneliti telah melakukan wawancara terhadap para santri dan para ustadz / ustadzah. Dua dari sepuluh responden santri, yaitu Abdurraman Shidik dan Firaesa Anis Sabila, mereka mengatakan bahwa porsi belajar terjemah al-Qur‟an dalam satu minggu mencapai satu sampai dengan tiga hari. Kemudian, delapan dari sepuluh responden santri yaitu Amanda Ihya Nuraini, Muhamad Angga Wahyudin, Muhammad Ash Shayiim, Muhammad Bagas Adisetyo, Nurhaya, Putri Ajeng Sari, Riyandi dan Tiya Maulidia. Mereka menjelaskan terkait jadwal belajar terjemah al-Qur‟an dalam satu minggu yaitu selama tiga sampai dengan lima hari.

Maksud dari pernyataan santri terkait jadwal belajar terjemah santri yaitu secara formal pondok menjadwalkan 3 hari dalam semingu untuk belajar terjemah di seiap level kelas masing-masing, namun di sisi lain terkadang ada 2 hari dalam seminggu biasanya belajar terjemah yang

waktunya kondisional di ajar langsung oleh Pimpinan pondok pesantren K.H.Dr. Akhmad Kholiq, M.A.

b.) Waktu belajar dalam satu hari

Selain berapa hari dalam seminggu belajar terjemah penulis juga menanyakan porsi belajar terjemah di waktu tiap harinya. pada proses wawancara terhadap para ustadz / ustadzah, yaitu Ustadz Syifa Huzni, S.H, Ustadz Uca Sudrajat, S.H, Ustadz Ikrom Ramadhan, SE.Sy dan Ustadzah Haifa, S.Pd mereka menjelaskan bahwa waktu belajar Terjemah al-Quran yang dilakukan para santri selama seminggu terhitung selama tiga sampai dengan lima hari. Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.8 Jadwal Terjemah Al-Quran dalam Sehari No. Jadwal selama

sehari Nama Santri Jumlah

Santri Penulis mengajukan pertanyaan wawancara kepada responden santri terkait seberapa banyak porsi belajar terjemah al-Qur‟an dalam satu hari.

Satu dari sepuluh responden santri yaitu Amanda Ihya Nuraini mengatakan bahwa belajar terjemah dalam satu hari yaitu pada tiga waktu yaitu pagi, sore dan malam.20 Kemudian, tiga dari sepuluh responden santri yaitu Firaesa Anis Sabila, Muhammad Bagas Adisetyo dan Putri Ajeng Sari, mereka mengatakan bahwa durasi belajar terjemah al-Quran dalam satu hari yaitu selama tiga sampai dengan lima jam. sedangkan keenam responden satri yang lain yaitu Abdurraman Shidik, Muhammad

20 Amanda Ihya Nuraini (santri Pondok pesantren terjemah )Wawancara oleh Edi Apriadi Jumat 26 Juni 2020.

Angga Wahyudin, Muhammad Ash Shayiim, Nurhaya, Riyandi dan Tiya Maulidia mereka memberikan kedua penjelasan tersebut. Yaitu belajar terjemah al-Qur‟an dalam sehari selama tiga sampai dengan lima jam yang telah terbagi menjadi tiga waktu yaitu pagi, sore dan malam.Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.9 Jadwal Terjemah Al-Qur‟an dalam Sehari No. Jadwal dalam

sehari Nama Ustadz / Ustadzah Jumlah

1. 3 jam Ustadz Uca Sudrjat, S.H 1

2. 3-5 jam Ustadzah Haifa, S.Pd 1

3. 1-2 jam Ustadz Syifa Huzni, S.H, Ustadz

Ikrom Ramadhan SE.Sy 2

Dari pertanyaan yang di ajukan pertanyaan serupa kepada responden dari kalangan ustadz / utadzah, yaitu Ustadz Syifa Huzni, S.H, Ustadz UCa Sudrajat, S.H, Ustadz Ikrom Ramadhan S.H dan Ustadzah Haifa, S.Pd. Jawaban yang telah mereka paparkan cenderung variatif. Satu dari empat responden ustadz / ustadzah yaitu Ustadz Uca Sudrajat, S.H mengatakan bahwa dalam sehari santri belajar terjemah al-Quran selama 3 jam.21 Kemudian satu dari empat responden ustadz / ustadzah yaitu Ustazdah Haifa, S.Pd mengatakan bahwa dalam sehari santri belajar terjemah al-Qur‟an selama tiga sampai dengan 5 jam.22 lalu yang terkahir, dua dari empat responden ustadz / ustadzah yaitu Ustadz Syifa Huzni, S.H dan Ustadz Ikrom Ramadhan SE.Sy mengatakan bahwa dala sehari santri belajar terjemah al-Qur‟an selama satu sampai dengan dua jam.

21Ust. Uca Sudrajat (Pengajar terjemah al-Qur‟an di pondok pesantren terjemah)Wawancara oleh Edi Apriadi, Minggu 14 Juni 2020.

22 Ustadzah Haifa, S.Pd. (Pengajar terjemah al-Qur‟an di pondok pesantren terjemah)Wawancara oleh Edi Apriadi Kamis tanggal 18 Juni 2020.

Maksud dari jawaban santri dan ustadz mengenai seberapa lama pembelajaran terjemah dalam sehari, jawabanya cukup variatif mulai dari 1 jam sampai dengan 5 jam dalam waktu sehari, 1 jam adalah waktu minimal santri untuk belajar terjemah dalam sehari dan waktu maksimal santri dalam belajar terjemah sampai dengan 5 jam dalam sehari, salah satu santri ada juga yn menyebutkan waktu pagi siang, dan malemhari di waktu pembelajaran terjemah.

c.) Waktu belajar Efekif

Kemudian, peneliti juga bertanya kepada para ustadz / ustadzah terkait waktu efektif bagi santri untuk belajar terjemah al-Qur‟an. Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.10 Waktu Efektif Belajar Terjemah Al-qur‟an Bagi Santri No. Waktu efektif belajar

terjemah Al-Qur’an Nama Ustadz Jumlah 1. Setelah Shubuh Ust. Syifa Huzni, S.H, Ust.

Ikrom Ramadhan, SE.Sy, dan Ustadzah Haifa, S.Pd

3 2. Sebelum Shubuh Ust. Uca Sudrajat, S.H 1 3. Setelah Ashar Ustadz Ikrom Ramadhan,

SE.Sy 1

4. Setelah Isya Ustadzah Haifa, S.Pd 1

Hasil dari wawancara Ustadz Ikrom Ramadhan mengatakan bahwa waktu efektif bagi santri yaitu pada saat setelah Ashar dan setelah Shubuh.23 Lalu Ustadzah Haifa mengatakan bahwa waktu yang efektif untuk belajar terjemah al-Qur‟an yaitu pada saat setelah Isya dan setelah Shubuh.24 Ustadz Uca Sudrajat mengatakan bahwa waktu efektif belajar

23 Ustadz Ikrom Ramadhan, SE.Sy(Pengajar terjemah al-Qur‟an di pondok pesantren terjemah) Rabu 17 Juni 2020.

24 Ustadzah Haifa, S.Pd. (Pengajar Terjemah al-Qur‟an di pondok pesantren terjemah) Kamis tanggal 18 Juni 2020.

terjemah al-Quran bagi santri yaitu pada saat sebelum Shubuh.25 Lalu ustadz Syifa Huzni, S.H mengatakan bahwa waktu efektif bagi santri untuk belajar terjemah al-Qur‟an yaitu pada saat setelah Shubuh.26

Berdasarkan keterangan dari jawaban ustadz dan ustadzah mengenai waktu yang efektif untuk belajar terjemah al-Qur‟an pun vriatif, setelah subuh dan sebelum subuh efektif karena otak dari santri masih segar untuk belajar dan mudah untuk mengingat pelajaran yang diserap, setelah ashar efektif karena seluruh santri telah selesai melaksanakan pembelajaran formal disekolah, dan setelah isya watu efektif untuk murajaah pembelajaran terjemah sebelum istirahat untuk tidur, sehingga pelajaran yang sudah di dapat bisa selalu ingat.

6. Cara Mengukur Kemampuan Terjemah

Untuk mengukur keberhasilan santri dalam mempelajari terjemah al-Qur‟an, maka perlu adanya tolak ukur keberhasilan santri. Sebagaimana tabel beriku:

Tabel 4.11 Cara Mengukur Kemampuan Terjemah No. Cara mengukur

kemampuan terjemah Nama Santri Jumlah Santri 1. Saling mengetes antar

teman secara bergantian

2. Sharing ilmu dengan adik kelas atau junior terjemah) Minggu 14 Juni 2020.

26 Ust. Syifa Huzni, S.H . (Pengajar Terjemah al-Qur‟an di pondok pesantren terjemah) Rabu, tanggal 17 Juni 2020.

tertentu, triwulan dan semester

4. mengulang-ulang materi terjemah yang sudah Ia pelajari atau muraja‟ah

M. Angga W

1 Hasil wawancara lima dari sepuluh responden santri, yaitu Abdurraman Shidik, Amanda Ihya Nuraini, Muhamad Ash Shayiim, Muhammad Bagas Adisetyo, Putri Ajeng Sari dan Riyandi mengatakan bahwa cara mengukur kemampuan terjemah al-Qur‟an dilakukan dengan saling mengetes antar teman secara bergantian. Lalu dua dari sepuluh responden santri yaitu Firaesa Anis Sabila dan Riyandi mengatakan bahwa mengukur kemampuan terjemhanya dengan cara sharing ilmu dengan adik kelas atau junior. Selanjutnya dua dari sepuluh responden yaitu Nurhaya dan Tiya Maulidia mengatakan bahwa untuk mengukur keberhasilan santri belajar terjemah al-Qur‟an yaitu dnegan cara menyetorkan hafalan terjemah kepada ustadz dalam jangka waktu tertentu, triwulan dan semester.

Terakhir, Muhammad Angga Wahyudin mengatakan bahwa cara Ia mengukur keberhasilan dalam terjemah al-quran dilakukan dengan cara mengulang-ulang materi terjemah yang sudah Ia pelajari atau muraja‟ah.27

Maksud hasil dari wawancara santri Untuk mengukur keberhasilan para santri dalam mempelajari terjemah al-Qur‟an yaitu dengan cara saling mengetes antar teman secara bergantian, sharing ilmu dengan adik kelas atau junior, menyetorkan hafalan terjemah kepada ustadz dalam jangka waktu tertentu, triwulan dan semester dan dengan cara mengulang-ulang materi terjemah yang sudah ia pelajari atau muraja‟ah.

Selain data dari wawancara santri penulis juga mewawancarai ustadz dan ustadzah terkait untuk mengukur kemampuan terjemah santri.

Sebagaimana tabel berikut:

27 Muhammad Angga Wahyudin, (santri Pondok Pesantren Terjemah Tarbiyatul Banin) Diwawancara oleh Edi Apriadi, Sabtu 20 Juni 2020.

Tabel 4.12 Cara Mengukur Kemampuan Terjemah Al-Quran 1. Tes Terjemah atau dengan

mengunakan sistem

2. Mengguankan tes secara tertulis

Ust Ikrom R, SE.Sy

1 Kemudian, peneliti juga mewawancarai empat orang responden dari kalangan ustadz / ustadzah, mereka di antaranya yaitu Ustadz Syifa Huzni, S.H, Ustadz Uca Sudrajat S.H, Ustadz Ikrom Ramadhan, SE.Sy, dan Ustadzah Haifa N.U, S.Pd. mereka memberikan keterangan terkait bagaiamna cara mengukur kemampuan santri dalam menerjemahkan al-Qur‟an. Tiga dari empat responden kalangan ustadz / ustadzah, yaitu Ustadz Syifa Huzni, S.H, Ustadz Uca Sudrajat, S.H dan Ustadzah Haifa, S.Pd., mereka mengatakan bahwa untuk mengukur kemampuan santri dalam menerjemahkan al-Qur‟an, perlu diadakannya tes terjemah atau setoran hafalan terjemah al-Qur‟an secara verbal yang dilakukan pada jangka waktu triwulan dan semester. Kemudian, satu dari empat orang ustadz, ustadz Ikrom Ramadhan, SE.Sy mengatakan bahwa untuk mengukur kemampuan terjemah santri diperlukan juga dengan adanya ujian tulisan.28

Manksud dari penjelasan hasil wawancara penulis dengan ustadz dan ustadzah tentang tolak ukur kemampuan terjemah santri pondok melakukan dua cara untuk mengukur kemampuan santri meterjemahkan al-Qur‟an. Pertama, menggunakan tes secara tertulis yaitu, santri

28 Ustadz Ikrom Ramadhan, SE.Sy (pengajar Terjemah)diwawancarai oleh Edi Apradi Rabu 17 Juni 2020.

melakukan test tulis layaknya ujian semester dalam sekolah formal santri harus bisa menerjemahkan ayat al-Qur‟an yang di jadika soal oleh pihak pondok. dan kedua tes terjemaha dengan mengunakan sistem setoran secara verbal dalam jangka waktu triwulan dan semester yaitu, santri ujian lisan langsung ditunjuk untuk menerjemahkan langsung ayat al-Qur‟an sesuai dengan yang di intruksikan ustadz.

C. Dampak Belajar Terjemah

Setelah mempelajari terjemah al-Qur‟an, terdapat dampak perubahan terhadap diri santri. Penulis telah mengajukan pertanyaan terkait dampak dari mempelajari terjemah al-Qur‟an. Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.13 Dampak Belajar Terjemah Al-Quran

No. Nama Santri Dampak Pendapat Santri Jumlah Santri

adisetyo,

Pertama, Maksud dari responden santri Abdurrahman Shidik, Firaesa anisa sabil, Amanda Ihya Nuraini, ketiga santri tesebut merasa ada dampak terhadap ibadah mereka merasa menjadi lebih sering membaca al-Qur‟an dan lebih memahami isi dari al-al-Qur‟an.

Kedua, maksud dari responden Muhammad angga wahyudin, Muhammad ash shayim, Muhammad bagas adisetyo, Nurhaya, Riyandi, Tiya mauludia, putri ajeng sari dengan belajar terjemah al-Qur‟an merasa ada dampak pada akhlak secara garis besar mereka merasa ada perbedaan perilaku setelah belajar al-Qur‟an yaitu perilaku lebih baik dari sebelumnya banyak perubahan-perubahan positif yang terjadi di dalam diri santri.29

Terdapat dua dampak klasifikasi yang dirasakan santri setelah belajar terjemah al-Qur‟an yaitu merasa ada dampak terhadap ibadah mereka merasa menjadi lebih sering membaca al-Qur‟an dan merasa ada dampak pada akhlak secara garis besar mereka merasa ada perbedaan perilaku setelah belajar al-Qur‟an yaitu perilaku lebih baik dari sebelumnya banyak perubahan-perubahan positif yang terjadi di dalam diri santri. Pada intinya denga belajar terjemah al-Qur‟an mempunya impres yang positif dalam kehidup diri santri.

29 Wawancara oleh EdiA priadi di pondok pesantren terjemah al-Qur,an, 21Juni 2020

Setelah mewawancarai santri penulis pun mewawancarai ustadz dan ustadzah terkait dampak pembelajar terjemah al-Qur‟an. Sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.14 Dampak Mempelajari Terjemah Al-Quran

No. Dampak Nama Ustadz / Ustadzah Jumlah 1. Berperilaku lebih sopan

dan memiliki kualitas akademik yang baik

Ust. Syifa Huzni, S.H dan Ust. Ikrom Ramadhan, SE.Sy

2 2. Berubah menjadi lebih

baik dalam setiap aspek kehidupan

Ust. Uca Sudrajat, S.H

1 3. Menjadi lebih khusyuk

dalam beribadah

Ustadzah Haifa, S.Pd

1 Kemudian peneliti juga mengajukan pertanyaan serupa kepada empat orang responden ustadz dan ustadzah. Dua di antara empat responden ustadz dan ustadzah yaitu Ustadz Syufa Huzni, S.H dan Ustadz Ikrom Ramadhan, SE.Sy memberikan pernyataan bahwa dampak dari mempelajari terjemah al-Qur‟an yaitu santri menjadi berperilaku lebih sopan santun dan juga kualitas akademisnya semakin meningkat terutama pada bidang keagamaan. Lalu satu dari empat responden ustadz dan ustadzah yaitu Ustadz Uca Sudrajat, S.H menjelaskan terkait dampak mempelajari al-Qur‟an cenderung general, yaitu santri menjadi berubah ke arah yang lebih baik lagi dalam setiap aspek kehidupan.30 Kemudian yang terakhir, Ustazdah Haifa, S.Pd memberikan pernyataan bahwa dampak dari mempelajari terjemah al-Qur‟an yaitu kualitas ibadah para santri menjadi semakin khusyuk.31

Maksud hasil dari wawancara ustadz dan ustadzah terbagi 3 klasifikasi dampak terhadap santri yang beajar terjemah al-Qur‟an yaitu. santri

30 Ust. Uca Sudrajat (Pengajar Terjemah al-Qur‟an) Diwawancarai oleh Edi Apriadi Minggu 14 Juni 2020.

31 Ustadzah Haifa, S.Pd (Pengajar Terjemah al-Qur‟an) Diwawancarai oleh Edi Apriadi Kamis 18 Juni 2020.

menjadi berperilaku lebih sopan santun dan juga kualitas akademisnya semakin meningkat terutama pada bidang keagamaan, menjadi berubah ke arah yang lebih baik lagi dalam setiap aspek kehidupan, dan kualitas ibadah para santri menjadi semakin khusyuk. Dari ketiga klasifikasi tersebut pada intinya belajar terjemah al-Qur‟an memberikan dampak positif dalam kehidupan santri.

77 PENUTUP A. Kesimpulan

Motivasi merupakan modal awal untuk mencapai cita-cita yang diinginkan baik dalam pembelajaran atau dalam kehidupan demi tercapainya tujuan. Selain sebagai sarana bacaan yang bernilai ibadah, mengetahui isi kandungan al-Qur’an tidak kalah penting, perlu adanya motivasi lebih untuk mendorong terciptanya generasi Qur’ani yang mengetahui akan makna yang disampaikan al-Qur’an, sehingga al-Qur’an bisa hidup di masyarakat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini banyak orang yang hapal al-Qur’an tetapi tidak mengerti terjemahnya. Orang bisa tergerak oleh isi –al-Qur’an jika dia tahu dan mengerti apa yang dibacanya. Menghapal itu bagus, membaca al-Qur’an pun bagus, keduanya bagus semua.

Tetapi, mengerti isi al-Qur’an itu jauh lebih bagus. K.H. Dr. Akhmad Kholiq, M.A. Beliau berkata“ Tujuan Yang pertama belajar terjemah al-Qur’an itu ibadah, menghapal al-quran itu bagus dapat pahala dan itu dianjurkan, tetapi mengerti tentang apa yang menjadi dialog kita dengan Allah jauh lebih bagus”. Caranya sebelum ke tafsir kita harus mengerti kosa kata terjemah al-Qur,an dulu. kemudian kita mencoba memahami, menafsirkan, serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, bahwa para santri Pondok Pesantren Terjemah Al-Quran Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, Cirebon diharapkan mampu mengetahui serta memahami terhadap isi kandungan dari al-Qur’an meskipun terdapat beberapa

kendala yang harus bisa terselesaikan, yaitu; 1) Kurangnya waktu yang memadai untuk Pembelajaran terjemah al-Qur’an, 2) Kurangnya konsisten dan intensitas belajar, 3) Mengingat terjemah kosa kata baru.

Berdasarkan dampak yang santri rasakan setelah mempelajari terjemah al-Qur’an, yaitu; 1) Belajar terjemah al-Qur’an berdampak Lebih rajin lagi mengaji, 2) Hubungan silaturrahim lebih baik, 3) Lebih peduli lagi terhadap sesame manusia, 4) tidak pernahmenyerah dan lebih kerjakeras lagi sebagaimana kandungan di surah al-Insiroh, serta 5) belajar terjemah membuat santri lebih peduli lagi terhadap kebersihan.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Sehingga penulis merasa yakin baha dalam tulisan ini banyak meninggalkan kesalahan pun kekurangan baik dari kata, kalimat, atau diksi yang digunakan dalam penelitian ini, masih banyak hal yang dapat dikaji dari penelitian ini lebih jauh lagi,baik dari segi hubungan terjemah al-Qur’an dengan pemahaman santri atau korelasi terjemah al-Qur’an dengan pemahaman santri terhadap al-Qur’an.

79 Artikel, Buku, dan Jurnal.

5 Pesantren terbaik di Cirebon di ambil pada selasa 25 Februari 2020 pukul 15.25 Wib. https://panduanterbaik.id/5-pesantren-terbaik-di-cirebon/.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

Assegaf, Abd Rachman. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Klasik sampai Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Baidan, Nasruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Dapartemen Agama diakses tanggal 15 juni 2020 pukul 21.00 Wib.

https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/index.php/suhuf/article/view/2/2 Eldeeh, Ibrahim Eldeeh. Be A living Qur’an: Petunjuk praktis penerapan

ayat-ayat Al’qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Jakarta: Lentera Hati, 2009.

Al-Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Fatihuddin. sejarah Al-Qur’an Kandungan dan Keutamaannya.

Yogyakarta: Kiswatun Publishing, 2015.

Fitriana, Muhammad Azizan dan Agustina Choirunnisa.” STUDI LIVING QUR’AN DI KALANGAN NARAPIDANA : Studi Kasus Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kab. Cianjur-Jawa Barat”. Misykat. Volume 03, Nomor 02 (Desember 2018): 65.

Gunarsa, Singgih D dan Yulia Singgih D. Gunarsa. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.

Hamid, Shalahuddin. Study Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Intimedia Ciptanusantara, 2002.

Hanifah, Umi. Metode Terjemah : Teori Penerjemahan Arab Indonesia.

Sidoarjo: CV Dwi putra pustaka jaya, t.Th.

Kementrian Agama Saudi Arabia, Diambil hari selasa tanggal 25 februari 2020 pukul 10.05 Wib. https://tafsirweb.com/7786-quran-surat-saba-ayat-28.html.

Kementrian Agama, Diambil hari selasa tanggal 11 Maret 2020pukul 22.22 Wib. http://id.noblequran.org/quran/surah-an-nahl/ayat-89/

Kementrian Agama, http://id.noblequran.org/quran/surah-an-nahl/ayat-89/

Lajnah Pentahsihan al-Qur’an diakses 23 Juni 2020.

http://lpmq.inuxpro.com/profil/sejarah LPMQ diakses 15 juni 2020 pukul 22.50 wib.

http://tashih.kemenag.go.id/info/view/Masyarakat-Boleh-Cetak-Al-Quran-Setelah-DitashihLPMQ

Lubis, Ismail. “Falsifikasi Terjemah Al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990”. Yogyakarta: PT. Tiara wacana, 2001.

Lukman, Fadhli. “Jurnal pemikira Islam dan Filsafat "Studi Kritis Atas Teori Tarjamah Al-Qur’an dalan Ulumul Al-Qur’an” IAIN Surakarta (2016): 168.

Makhdlori, Muhammad. Keajaiban Membaca Al-Qur’an. Jogjakarta: Diva Press, 2007.

Metode penelitian, diambil pada hari Rabu tanggal 11 maret 2020 pukul 02.55 Wib. http://www.statistik.com

Nasution, Hanapi. “Metodologi Terjemah Al-Qur’an dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya d alam baasa Batak Angola” Ilmu–Ilmu Ushuluddin.

Vol. 07, No.01 (Juli 2019): 6.

Al-Qaṭṭān, Mannā Khalīl. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj.Drs. Mudzakir AS.

Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013.

republika.com diakses 15 juni 2020.

http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/khazanah/12/04/17/m2 mmqqjejak>penerjemahan-alquran-di-indonesia

Suma, Muhammad Amin Suma. Ulumul Qur’an. Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2014.

Sutiah. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang,2003.

Yusuf, Kadar M. Studi Al-Quran. Jakarta: AMZA, 2014.

Al-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir jiid 1 (juz 1-2), terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Disertasi, Skripsi, dan Tesis.

Astuti, Rina Indri Astuti. “Analisis Terjemah Al-Qur’an H.B Jassin bacaan Mulia”(Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non Muslim)”

Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Farisi, Mochamad Zaka. “Analisis Terjemahan Ayat-ayat Imperatif Al-Qur’an (Telaah Komparatif Terjeah Depag dan Terjemah UMT)”

Tesis S2., Universitas Pendidikan Indonesia, 2017.

Firmansyah, Ade. “Studi Terjemah Al-Qur’an Surat Yasiin dalam Software Al-Qur’an “Ayat” King Sa’ud University” Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018.

Insiah, Siti Amarotul.“Hubungan Kegiatan Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an Dengan Spiritualitas Santri DiPondok PesantrenSafiatul Huda Rungut, surabaya” Skripsi S1., Universitas Islam Negri Sunan Ampel, Surabaya 2018.

Kozin, Imam Nur. “Implementasi Model Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an (Studi Multi Situs di SD Muhammadiyah Nganjuk dan pada

Siswa MI di Program Pelatihan Terjemah Al-Qur’an Ponpes Safinda Surabaya)” Tesis S2., IAIN Tulungagung, 2015.

Muhtaram. “Terjemah Al-Qur’an Bahasa Indonesis Berbasis Aplikasi

Muhtaram. “Terjemah Al-Qur’an Bahasa Indonesis Berbasis Aplikasi