• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI AL-QUR AN MELALUI PROSES PENERJEMAHAN AL-QUR AN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN TERJEMAH AL-QUR AN YAYASAN ISLAM TARBIYATUL BANIN, CIREBON)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MEMAHAMI AL-QUR AN MELALUI PROSES PENERJEMAHAN AL-QUR AN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN TERJEMAH AL-QUR AN YAYASAN ISLAM TARBIYATUL BANIN, CIREBON)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

TERJEMAH AL-QUR’AN YAYASAN ISLAM TARBIYATUL BANIN, CIREBON)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Edi Apriadi 1113034000130

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

(2)

AL-QUR’AN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN TERJEMAH AL-QUR’AN YAYASAN ISLAM TARBIYATUL

BANIN, CIREBON)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Edi Apriadi 1113034000130

Pembimbing

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M Pembimbing

Dr. Eva Nugraha, M.Ag NIP : 19710217 199803 1 002

(3)

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Edi Apriadi

NIM : 1113034000130 Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/ Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Judul Skripsi : Memahami Al-Qur’an Melalui Proses Penerjemahan Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, Cirebon).

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang ini merupakan hasil karya saya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Juli 2020

Edi Apriadi NIM 1113034000130

(4)

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul MEMAHAMI AL-QUR'AN MELALUI PROSES PENERJEMAHAN AL-QUR'AN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN TERJEMAH AL-QUR'AN YAYASAN ISLAM TARBIYATUL BANIN, CIREBON) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 10 Agustus 2020 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Kusmana, M.A, Ph.D Roswan Rio Utomo, M.A NIP. 19650424 199503 1 001 NIP. 19880502 201903 1 009

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Abd Muqsith, M.Ag. Dr. Faizah Ali Sibromalisi NIP. 19710607 200501 1 002 NIP. 19550725 200012 2 001

Pembimbing,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag NIP. 19710217 199803 1 002

(5)

i ABSTRAK Edi Apriadi 1113034000130

Memahami Al-Qur’an Melalui Proses Penerjemahan Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, Cirebon)

Skripsi ini membahas tentang pemahaman santri penerjemah atas al- Qur’an yang dilakukan di pondok pesantren. Sampai saat ini belum ada pondok pesantren yang program unggulanya tejemah al-Qur’an.

Pertanyaan ini mencoba menguji bagaimana para santri memahami teks al-Qur’an selama mereka belajar penerjemahan al-Qur’an di pondok pesantren terjemah al-Qur’an? penulis memahami kata pemahaman sebagai kata yang menunjukan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang memberikan pemahaman terhadap petunjuk realitas kehidupan bagi orang yang mempunyai kemauan untuk mempelajarinya. Penelitian yang digunakan berupa field research (penelitian lapangan) dengan pendekatan survei purposive sampling. Subjek utamanya adalah 10 santri dan ditambah subjek pendukung 3 ustad pengajar terjemah, 1 ustadzah pengajar terjemah al-Qur’an serta pimpinan pondok pesantren terjemah al- Qur’an. Data yang penulis gunakan adalah hasil observasi, wawancara, data-data pondok dan dokumentasi. Data diolah dengan pendekatan kualitatif, koding data, deskripsi hasil koding, kutipan langsung dari responden, dan hasil klasifasi. Hasil penelitian ini menemuan bahwa Motivasi merupakan modal awal untuk mencapai cita-cita yang diinginkan baik dalam pembelajaran atau dalam kehidupan demi tercapainya tujuan.

Selain sebagai sarana bacaan yang bernilai ibadah, mengetahui isi kandungan al-Qur’an tidak kalah penting, perlu adanya motivasi lebih untuk mendorong terciptanya generasi Qur’ani yang mengetahui akan makna yang disampaikan al-Qur’an, sehingga al-Qur’an bisa hidup di masyarakat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Orang bisa tergerak oleh isi al-Qur’an jika dia tahu dan mengerti apa yang dibacanya maka dia akan merasakan al-Qur’an sebagai petunjuk. Berdasarkan dampak yang santri rasakan setelah mempelajari terjemah al-Qur’an, yaitu; 1) Belajar terjemah al-Qur’an berdampak Lebih rajin lagi mengaji, 2) Hubungan silaturrahim lebih baik, 3) Lebih peduli lagi terhadap sesame manusia, 4) tidak pernah menyerah dan lebih kerja keras lagi sebagaimana kandungan di surah al-Insiroh, serta 5) belajar terjemah membuat santri lebih peduli lagi terhadap kebersihan.

Kata Kunci: Pemahaman, Penerjemah, al-Qur’an.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

ميحهرلا نحمهرلا هللّا مسب

Puji Syukur kehadirat Allah Swt zat pemberi nikmat, yakni hembusan nafas yang separuhnya dimiliki oleh-Nya, pandangan mata sehingga dapat memandang indahnya ciptaan serta nikmat-nikmat lain yang tidak mampu dihitung oleh insan berakal. Ṣalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Raḥmatan li al-‘Ālamîn, cahaya di atas cahaya, Insan Kamil, Nabi Muhammad saw., Rasul penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga zaman kehidupan historis telah tiada.

Alḥamdulillah, berkat rahmat dan inayah Allah swt skripsi yang

berjudul “MEMAHAMI AL-QUR’AN MELALUI PROSES

PENERJEMAHAN AL-QUR’AN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN TERJEMAH AL-QUR’AN YAYASAN ISLAM TARBIYATUL BANIN, CIREBON)” skripsi ini dapat terselesaikain.

Penyelesaian skripsi ini adalah karena keterlibatan berbagai pihak yang jika tanpanya karya ini tidak akan terwujud. Begitupun karena hadirnya sosok orang tua yang tak henti-hentinya memotivasi diri agar misi ini dapat terselesaikan. Kepada seluruhnya ucapan terima kasih akan selalu terucap dari lisan yang Tuhan berikan.

Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan tak hentinya menerjang dalam penyusunan skripsi ini. Alḥamdulillah dapat teratasi berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya akan selalu tersampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir selaku dosen pembimbing skripsi, beserta keluarga yang telah rela memberikan tempat singgah selama penulisan skripsi berlangsung serta membuka wawasan, membimbing hingga akhir., dan Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH, selaku Sekertaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir beserta segenap jajaran pengurus Fakultas Ushuluddin yang telah banyak membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.

4. Dr. Abdul Moqsith Ghazali, M.Ag dan Dr. Faizah Ali Sibromalisi, M.A selaku penguji siding skripsi, Ucapan terimakasih saja belum cukup untuk menggantikan jasa – jasa yang telah diberikan, akan tetapi lantunan doa terbaik akan selalu terpanjatkan untuknya, terimakasih untuk semua yang telah bapak dan bapak berikan, semua jasa-jasa bapak tidak akan terlupakan.

5. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, selaku dosen penasihat akademik yang telah membantu selama dalam masa perkuliahan.

6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhusus jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar dalam mencurahkan upaya serta mendidik selama ini.

7. Kedua orang tua tercinta bapak Nurkim dan ibu Ani yang selalu mengirimkan do’a kepada manusia. Sepertinya, ucapan terimakasih tidaklah cukup atas semua yang telah diberikan sejak lahir hingga dewasa ini, lantunan doa sampai detik ini akan selalu terucap hingga ajal menjemput. Terimakasih kalian karena telah sabar untuk mendidik dan membesarkan. Skripsi ini dipersembahkan untuk kalian.

(8)

iv

8. Perempuan terdekat yaitu Yufarri Hani, S.Ag yang selalu membantu baik moral ataupun materil dan memotivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Kawan-kawan dan teman seperjuangan yang tak bisa disebutkan semua, serta keluarga besar Ilmu AlQur’an dan Tafsir angkatan 2013, M,Fadel Eldrid, Abdurrahman Faris, Rio Anjasmara, Yazid Rabbani, Ka Kholik Ramdan Mahesa, M. Hamiem, Ubaidillah Khan, M.Sadam, Khosy Yatillah, Didi Maldini dan yang lainya tidak bisa disebutkan satu persatu-satu.

10. Kawan-kawan dan adik-adik yang berada di organisasi KEMKA JAKARTA, HIMMAKA INDONESIA, HMI, KMSGD, yang telah saya jadikan rumah untuk berproses mengaktualisasikan diri.

11. Senior-senior diorganisasi khususnya kepada kang Ayip Tayana, Nana Saehuna, Anhar Mutakin, Dani Ramdhani, dan senior yang lain yang selalu memotivasi dan mendorong semangat untuk menyelesaikan studi.

12. Akhir kata, dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan bahkan tidak menutup kemungkinan di dalamnya masih terdapat kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan selalu diterima agar lebih baik lagi kedepan. Semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan alam semesta.

Semoga Allah swt, selalu memberkahi dan membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu, Āmīn yā Rabb al-Ālamīn.

Jakarta, 5 Juli 2020

Edi Apriadi

(9)

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987 1. Padana Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

ب

B Be

ت

T Te

ث

es dengan titik atas

ج

J Je

ح

ha dengan titik bawah

خ

Kh ka dan ha

د

D De

ذ

Ż zet dengan titik atas

ر

R Er

ز

Z Zet

س

S Es

ش

Sy es dan ye

ص

es dengan titik bawah

ض

de dengan titik bawah

ط

te dengan titik bawah

ظ

zet dengan titik bawah

(10)

vi

ع

Koma terbalik di atas hadap kanan

غ

Gh ge dan ha

ؼ

F Ef

ؽ

Q Qi

ؾ

K Ka

ؿ

L El

مػ

M Em

ن

N En

و

W We

ه

H Ha

ء

Apostrof

ي

Y Ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَــ A Fathah

ـِــ I Kasrah

ـُــ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ـَــ Ai a dan i

(11)

vii

و ـَــ Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اَى Ᾱ a dengan topi di atas

ْيِى Ī i dengan topi di atas

ْوُى Ū u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al- dīwān bukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ـّــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Misalnya, kata (

ةرو ﺮﻀﻟ ا

) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbūtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah

(12)

viii

tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1

ﺔﻘ ﺮﯾ ط

Tarīqah

2

ﺔ ﯿ ﻣﻼﺳﻹ ا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟ ا

al-jāmī’ah al-islāmiyyah

3

د ﻮﺟﻮﻟ ةا ﺪﺣ و

wahdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al- Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al- Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

(13)

ix 8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (Fi‘il), kata benda (Isim), maupun huruf (Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas

Kata Arab Alih Aksara

ْمُكِسُفْ نَا ْنِّﻣ ْمُكَﻟ َلَﻌَﺟ ُهّللّاَو

Wallahu jaʻala lakum mmin

anfusikum

ُتهبِّيَّطﻟا ُمُكَﻟ َّلِﺣُا َمْﻮَ يْﻟَا

Alyawma uḥilla lakumu al-

ṭayyibātu

ِتهبِّيَّطلِﻟ َنْﻮُ بِّيَّطﻟاَو َْيِْبِّيَّطلِﻟ ُتهبِّيَّطﻟاَو

Wa al-ṭayyibātu li al-ṭayyibīna wa al-ṭayyibūna li al-ṭayyibāti Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;

Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al- Rahmān.

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt Subḥanahu wa ta‘ālā

Saw Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam

QS. Quran Surat

M Masehi

H Hijriah

W Wafat

(14)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xiii

BAB l PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ...13

1. Jenis Penelitian ...13

2. Sumber Data ...13

3. Teknis Penulisan ...14

G. Sistematika Penulisan ...14

BAB II LANDASAN TEORI TINJAUAN TEORITIS KEGIATAN PEMBELAJARAN TERJEMAH AL-QURAN ...16

A. Pengertian Pembelajaran Terjemah Al-Quran ...16

B. Sejarah Terjemah Al-Quran di Indonesia ...20

C. Tujuan Terjemah Al-Qur’an ...26

D. Prinsip-Prinsip Menerjemahkan Al-Quran ...30

E. Metode Terjemah Al-Qur’an ...33

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ...37

A. Profil Umum Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin ...37

(15)

xi

B. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren ...38

C. Visi Misi dan Dasar Pemikiran ...39

1. Visi ...40

2. Misi ...40

3. Dasar Pemikiran ...40

D. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin ...41

E. Santri Pondok Pesantren Terjemah Al-qur’an YITB Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon ...43

1. Level Persiapan ...43

2. Level 1 ...44

3. Level 2 ...45

F. Sarana Prasarana ...44

G. Profil Informan ...45

BAB lV PEMAKNAAN AL-QUR’AN MELALUI PEMBELAJARAN TERJEMAH...49

A. Motivasi dan Tujuan Pembelajaran Terjemah ...49

1. Motivasi Pembelajaran Terjemah Santri ...49

2. Tujuan Pembelajaran Terjemah ...52

B. Proses Pembelajaran Terjemah ...54

1. Metode Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an ...55

2. Ketertarikan Santri dalam Belajar Terjemah Al-Qur’an ...59

3. Tahap Pembelajaran Terjmah ...60

4. Kendala dan kemudahan Santri dalam Belajar Terjemah ...62

5. Waktu Pembelajaran Terjemah...65

6. Tolak Ukur Kemampuan Terjemah ...70

C. Dampak Belajar Terjemah ...73

BAB V PENUTUP...77

(16)

xii

A. Kesimpulan ...77 B. Saran ...78 DAFTAR PUSTAKA ...79 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

xiii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama Santri ...43

Tabel 3.1 Identitas Informan ...47

Tabel 4.1 Motivasi santri dalam belajar terjemah al-Qur’an...52

Bagan 4.1 Metode Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an ...59

Tabel 4.2 Metode Terjemah Al-Quran ...60

Tabel 4.3 Ketertarikan Santri Belajar Terjemah Al-Quran ...61

Tabel 4.4 Surat yang Mulai Dipelajari Saat Terjemah Al-Quran ...63

Tabel 4.5 Kesulitan Santri dalam Belajar Terjemah Al-Quran ...64

Tabel 4.6 Kemudahan Belajar Terjemah Al-Qur’an...66

Tabel 4.7 Jadwal Belajar Terjemah Al-Qur’an dalam Seminggu...68

Tabel 4.8 Jadwal Terjemah Al-Quran dalam Sehari ...69

Tabel 4.9 Jadwal Terjemah Al-Qur’an dalam Sehari ...70

Tabel 4.10 Waktu Efektif Belajar Terjemah Al-Qur’an Bagi Santri ...71

Tabel 4.11 Cara Mengukur Kemampuan Terjemah ...72

Tabel 4.12 Cara Mengukur Kemampuan Terjemah Al-Quran ...73

Tabel 4.13 Dampak Belajar Terjemah Al-Quran ...75

Tabel 4.14 Dampak Mempelajari Terjemah Al-Quran ...76

(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan pedoman hidup manusia sedunia yang diturunkan kepada Rasulallah Muhammad Saw untuk seluruh umat manusia dan diturunkan secara mutawatir.

Membacanya bernilai ibadah.1 Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam bahasa Arab, yang tertulis dalam mushaf, yang membacanya terhitung sebagai ibadah, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.2

Al-Qur’an mengajarkan manusia tentang tauhid. Selain mengajarkan manusia bagaimana cara beribadah kepada Allah untuk membersihkan diri sekaligus menunjukan kepada manusia di mana letak kebaikan dalam kehidupan dan bermasyarakat.3 Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah (Firman Allah) ini diturunkan untuk dipahami, dimengerti, diperhatikan dan dihayati, agar selanjutnya bisa diamalkan segala perintah dan larangannya serta diikuti petunjuknya. Firman Allah dalam QS. as-Saba:

28.

ًةافاَك الَِّإ َكاَنْلَسْرَأ اَمَو َنوُمَلْعَ ي َلَّ ِساانلا َرَ ثْكَأ انِكََٰلَو اًريِذَنَو اًيرِشَب ِساانلِل

“dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. ( QS. Saba’:

28).4

1 Ibrahim Eldeeh, be A living Qur’an: Petunjuk praktis penerapan ayat-ayat Al’qur’an dalam kehidupan sehari-hari (Jakarta: Lentera Hati, 2009),43.

2 Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Al-Munir jiid 1 (juz 1-2), Terjemah Abdul Hayyie al- Kattani, dkk (Jakarta: Gema Insani, 2013), 1.

3 Muhammad Makhdlori, Keajaiban Membaca Al-Qur’an (Jogjakarta: Diva Press, 2007), 13.

4 Kementrian Agama Saudi Arabia, Diambil hari selasa tanggal 25 februari 2020 pukul 10.05 Wib. https://tafsirweb.com/7786-quran-surat-saba-ayat-28.html.

(19)

Al-Qur’an ditujukan kepada seluruh umat Islam, baik yang berasal dari bangsa Arab maupun yang bukan bangsa Arab. Tidak cukup hanya sekedar mampu membaca saja akan tetapi yang diperlukan adalah meyakini kebenarannya, mampu membaca, mampu mengerti dan memahami, mampu menghayati serta mampu untuk mengamalkannya.

Maka menjadi kewajiban untuk seluruh muslim belajar al-Qur’an, baik belajar membaca dengan lancar, baik membaca sesuai kaidah ilmu tajwid maupun belajar memahami makna yang terkandung pada al-Qur’an untuk dijadikan petunjuk dan pedoman hidup.5 Sebagaimana firman Allah dalam QS. an-Nahl :89.

َمْوَ يَو اَنْلازَ نَو ءلَُّؤَه ىَلَع اًديِهَش َكِب اَنْ ئِجَو ْمِهِسُفنَأ ْنِّم مِهْيَلَع اًديِهَش ٍةامُأ ِّلُك ِفِ ُثَعْ بَ ن

َيِمِلْسُمْلِل ىَرْشُبَو ًةَْحَْرَو ىًدُهَو ٍءْيَش ِّلُكِّل ًنًاَيْ بِت َباَتِكْلا َكْيَلَع

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.6( QS. an-Nahl : 89)”.

Sebagaimana pula dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 52 :

ًةَْحَْرَو ىًدُه ٍمْلِع ىَلَع ُهاَنْلاصَف ٍباَتِكِب مُهاَنْ ئِج ْدَقَلَو َنوُنِمْؤُ ي ٍمْوَقِّل

“Dan sesungguhnya kami telah mendatangkan sebuah Kitab (al-Quran) kepada mereka yang kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan kami menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.7( QS.

al-A’raf : 52).

5 Siti Amarotul Insiah.“Hubungan Kegiatan Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an Dengan Spiritualitas Santri DiPondok PesantrenSafiatul Huda Rungut, surabaya”

(Skripsi s1 fakultas Tarbiyah jurusan pndidikan Islam Universitas Islam Negri Sunan Ampel, Surabaya 2018), 2.

6 Kementrian Agama, Diambil hari selasa tanggal 11 Maret 2020pukul 22.22 Wib.

http://id.noblequran.org/quran/surah-an-nahl/ayat-89/

7 Kementrian Agama, http://id.noblequran.org/quran/surah-an-nahl/ayat-89/ .

(20)

Tujuan al-Qur’an tidak lain sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia agar mencapai Ridho Allah Swt, sebagaimana fungsi al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam. Karena hakikatnya manusia cenderung lupa dan berbuat salah. Seseorang yang memiliki pedoman hidup tentu akan berbeda dengan mereka yang menjalani kehidupan dengan asal-asalan. Dengan suatu pedoman, seseorang akan mengerti kapan dia harus berhenti dan kapan dia harus melakukan suatu hal. Apa yang harus dilakukan dan bagaimana penyelesaiannya.

Setiap muslim mempunyai keyakinan ketika dirinya berinteraksi dengan al-Qur’an maka hidupnya akan merasakan ketenangan, kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat, untuk mendapatkan petunjuk al-Qur’an manusia berupaya untuk membacanya, memahaminya, dan mengamalkanya. Meskipun membacanya saja sudah merupakan ibadah. Membaca al-Qur,an menimbulkan pemahaman yang beragang tergantung kepada kemampuan individu masing-masing, pemahaman tersebut akan menciptakan prilaku yang beragam, sebagaimana al-Qur’an dalam praksis kehidupan, baik dalam ranah teologis, filosofi, psikologi maupun kultural.8

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim perlu adanya interaksi dengan kitab al-Qur`an, dalam lintasan sejarah Islam, selalu mengalami perkembangan yang dinamis. Bagi umat Islam, al-Qur`an bukan hanya sebagai kitab suci yang menjadi pedoman hidup (dustur), akan tetapi berpungsi juga sebagai penyembuh bagi penyakit (syifa‟), penerang (nur) serta sekaligus menjadi kabar gembira (busyra). Oleh karenanya manusia berusaha untuk berinteraksi dengan al-Qur`an untuk mengekpresikan

8 Muhammad Azizan Fitriana dan Agustina Choirunnisa,” STUDI LIVING QUR’AN DI KALANGAN NARAPIDANA : Studi Kasus Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kab. Cianjur-Jawa Barat”. (Misykat, Volume 03, Nomor 02, Desember 2018), 65.

(21)

melalui ucapan, tulisan ataupun perbuatan baik berupa pemikiran, pengamalan emosional maupun spiritual.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang erat kaitannya dengan pengajaran agama. Santri adalah sebutan untuk peserta didik yang tengah belajar di pondok pesantren. Pada lembaga pendidikan yang berbasis pesantren mengharuskan seorang santri bermukim dilingkungan pesantren yang jauh dari orang tua, namun ada pula yang tidak jauh dengan orang tuanya atau warga setempat yang menjadi peserta didik belajar di pondok pesantren yang biasanya disebut dengan santri kalong di kalangan masyarakat pada umumnya. Disini mereka akan belajar menjadi seorang yang mandiri dalam setiap hal, mulai dari mempersiapkan kebutuhan pribadi maupun rasa tanggung jawab sebagai seorang muslim.

Cirebon adalah salah satu kabupaten/kota di Jawa Barat di mana di daerah tersebut terdapat banyak pondok pesantren berdiri. Ada beberapa pondok pesantren ternama dengan identitas masing-masing seperti pondok pesantren Buntet kecamatan Astanajapura identik dengan kajian islam klasik dan kitab kuningnya, pondok pesantren Al-Bahjah kecamatan Sumber identik dengan dakwah dan tahfidz al-Qur,annya, pondok pesantren Kempek kecamatan Palimanan identik dengan kajian kitab kuning dengan metode sorongan, badongan, wetonan, dan pasaranya, pondok pesantren Babakan kecamatan Ciwaringin identik dengan kajian kitab kuning, bahasa Arab dan bahasa Inggrisnya, pondok pesantren Madinatunnajah kecamatan Pabedilan identik dengan unsur kedisiplinaan, kemandiriaan keseimbangan kurikulum ilmu agama dan umumnya serta bahasanya, pondok pesantren ini berkiblat ke pondok pesantren Gontor Ponorogo.9Melihat dari nama-nama pondok pesantren ternama tersebut

9 5 Pesantren terbaik d Cirebon di ambil pada selasa 25 Februari 2020 pukul 15.25 Wib. https://panduanterbaik.id/5-pesantren-terbaik-di-cirebon/.

(22)

nampaknya belum ada yang konsen unggulanya terhadap terjamah al- Qur,an.

Pada umumnya, mereka yang belajar di pondok pesantren berada pada usia remaja. Bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup dalam “storm dan stress”. Dengan demikian remaja diombang-ambingkan oleh munculnya kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasingan dari kedewasaan dan norma kebudayaan.10 Kebanyakan dari remaja masih banyak yang belum mampu untuk mempungsikan fisik dan psikisnya secara baik dalam kehidupanya. Pada masa perkembangan ini, remaja perlu pondasi yang kuat agar dapat menemukan pandangan yang benar tentang konsep dirinya.11 Tidak sedikit remaja yang kehilangan arah dan mereka terjerumus kepada hal-hal yang negatif yang menyebabkan ketidakberaturan dalam kehidupanya.

Kenyataanya, fenomena pembelajaran al-Qur`an sebagai sebuah apresiasi dan pengaplikasian umat Islam ternyata sangat beragam. Ada berbagai model pembelajaran al-Qur`an, mulai dari untuk mengetahui artinya, berorientasi pada pemahaman dan pendalaman maknanya seperti yang banyak dilakukan oleh para ahli tafsir, sampai yang sekedar membaca al- Qur’an sebagai ibadah ritual atau untuk memperoleh ketenangan jiwa bahkan sebagai pedoman untuk petunjuk kehidupan.

Dalam hal ini Pondok Pesantren Yayasan Islam Tarbiyatul Banin merupakan salah satu lembaga pendidikan di Cirebon yang menerapkan berbagai kegiatan keagaman, salah satu programnya yang diunggulkanya adalah pembelajaran terjamah al-Qur’an secara lafdziyah untuk para

10 Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 204-205.

11 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), 9-10.

(23)

santrinya sebagai upaya pengenalan santri pada bahasa al-Qur’an dan sarana untuk belajar memahami isi dari al-Qur’an itu sendiri. Kegiatan pembelajaran terjemah al-Qur’an tersebut dilakukan setiap hari senin- sabtu dimulai setelah shalat magrib hingga menjelang waktu isya, adapula yang dilakukan setelah isya sampai dengan selesai sesuai jadwal kelas- kelasnya, bahkan setelah waktu shubuh pembelajaran terjemah tersebut dilakukan di ruangan masjid secara gabungan dari seluruh kelas untuk muraja’ah terjemah yang sudah dipelajari.

Sebelum pembelajaran terjemah dimulai, santri terlebih dahulu membaca ayat al-Qur’an yang akan dipelajari terjemahnya secara bersama-sama. Kemudian ustad menuntun mengartikan ayat perkata dan diikuti oleh santri dan dilanjutkan dengan mengartikan satu ayat secara penuh. Dengan adanya program unggulan tersebut para santri tidak hanya bisa membaca al-Qur’an, tetapi juga dapat tahu dan mengerti makna yang terkandung dalam al-Qur’an.

Berangkat dari latar baelakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah permaslahan yang berhubungan dengan latar belakang diatas dengan judul “Pemahaman Santri Penerjemah Atas Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, Cirebon)”.

B. Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah program pembelajaran terjemah al-Qur’an dan pemahaman santri terhadap al- Qur’an, lokasi yang diambil adalah pondok pesantren terjemah al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon.

Agar lebih jelas dan tidak meluas pembahasan dalam skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan batasan masalah.

(24)

1. Pembatasan tentang program pembelajaran terjemah al-Qur’an.

Pada penelitian ini program pembelajaran terjemah al-Qur’an yang diteliti meliputi pembelajaran terjemah al-Qur’an secara lafdziyah yaitu dengan mengulang-ngulang kata untuk memahami dan menghafalkan makna al-Qur’an yang diawali oleh ustadz dan diulangi kemudian diikuti oleh santri secara bersamaan. Pengajaran terjemah secara lafdziah yang dimaksud agar pemula dapat lebih mudah dalam memahami arti dari ayat al-Qur’an dengan mengetahui arti tiap kata terlebih dahulu kemudian mengartikan satu ayat penuh dan diulangi secara bersamaan.

2. Pembahasan tentang pemahaman santri terhadap al-Qur’an.

Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang mampu memahami dan mengerti suatu hal yang telah diketahui dan diingat serta memberikan perubahan baik terhadap perasaan ataupun perbuatan , serta mempunyai impresi dalam kehidupsn sehari-hari.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas serta untuk mengerucutkan pembahasan skripsi ini agar fokus permasalahan dan penelitian ini dapat terarah, maka penulis memfokuskan rumusan masalah sebagai berikut :

a) Bagaimana para santri memahami teks al-Qur’an selama mereka belajar penerjemahan al-Qur’an di pondok pesantren terjemah al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin Cirebon ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui Bagaimana program pembelajaran terjemah al- Qur’an di Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon.

(25)

b. Untuk mengetahui apakah pembelajaran terjemah al-Qur’an dapat membantu pemahaman santri terhadap al-Qur’an di Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon.

c. Sebagai tugas akhir, guna memperoleh gelar sarjana (S1) dalam bidang ilmual al-Qur’an danTafsir di fakults Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan memberikan wawasan baru untuk penulis dan peneliti karya ilmiah, serta dapat dijadikan sebagai wacana alternatif dalam pengembangan pemahaman santri terhadap al-Qur’an. Sercara teoritis diharapkan bisa memperluas cangkupan kajian al-Qur’an sesuai perkembangan jaman dan secara praktis diharapkan bisa menjadi masukan serta bahan evaluasi dalam proses pembelajaran terjemah al-Qur’an di Pondok Pesantren Terjemah al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, Cirebon.

a. Untuk pondok pesantren/ lembaga

1. Agar dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kegiatan program pembelajaran terjemah al-Qur’an yang ada di pondok pesantren terjemah al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin.

2. Agar penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya pondok pesantren dalam meningkatan pemahaman santri terhadap al-Qur’an.

b. Untuk santri

1. Agar santri dapat mengetahui pentingnya program pembelajaran terjemah al-Qur’an.

2. Untuk menjadi acuan santri dalam meningkatkan pemahaman terhadap al-Qur’an serta mendekatkan diri kepada Allah.

(26)

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan uraian penelitian dan karya-karya tulis lainya yang dikerjakan atau ditulis oleh peneliti terdahulu yang sesuai ataupun adanya keterkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis, utuk menghindari terjadinya kesamaan dalam pembahasaan dengan peneliti yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau yang memiliki kesamaan. Selanjutnya penelitian tersebut akan dijadikan acuan dengan dalih menghindari kesamaan penggunaan metodologi, sehingga diharapkan penelitian ini terhindar dari plagiat atas penelitian-penelitian sebelumnya. Setelah melakukan penelusuran pustaka yang berkaitan dengan penelitian ilmiah, penulis menemukan tiga klasifikasi topik kajian. Beberapa riset sejenis dintaranya, adalah:

1. Kajian pustaka yang berkaitan dengan bagaiana penerjemahaan al- Qur’an dilakukan

a) Imam Nur Kozin, Tesis dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an (Studi Multi Situs di SD Muhammadiyah Nganjuk dan pada Siswa MI di Program Pelatihan Terjemah Al-Qur’an Ponpes Safinda Surabaya)”.12 Penelitian dalam tesis ini dilatarbelakangi bahwa al-Qur’an adalah sumber utama pedoman hidup umat islam namun sebagian besar umat islam belum memahami bahasa al- Qur’an. Sehingga diperlukan sebuah solusi bagaimana umat Islam bisa belajar memahami al-Qur’an dengan mudah di mulai dari jenjang pendidikan dasar islam.

b) Muhtaram, Terjemah Al-Qur’an Bahasa Indonesia Berbasis Aplikasi Android (Studi Kritis terjemah Al-Qur’an Versi Villar.com “Al-

12 Imam Nur Kozin, Tesis dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an (Studi Multi Situs di SD Muhammadiyah Nganjuk dan pada Siswa MI di Program Pelatihan Terjemah Al-Qur’an Ponpes Safinda Surabaya)”. IAIN Tulungagung, 2015.

(27)

Qur’an Bahasa Indonesia).13 Metode yang digunakan penelitian adalah metode terjemah tafsiriyah dengan menggunakan tehnik Calque (Al-Naql Bi Al-Muhakah), Tehnik Transposition (Al-Ibdal Al-Sharfy).

c) Ade Firmansyah, Studi Terjemah Al-Qur’an Surat Yasiin dalam Software Al-Qur’an “Ayat” King Sa’ud University.14 Pembahasan meliputi analisa terkait teknik menerjemah dan kualitas terjemahan al- Qur’an bahasa Indonesia di dalamnya. berisi tentang Pembahasan terkait Software al-Qur’an “Ayat” King Sa’ud University, diawali dengan penjelasan umum tentang King Sa’ud University sebagai pembuat dan pengembang dan Software al-Qur’an “Ayat”. Kemudian bagaimana cara operasionalnya hingga kelebihan dan kekurangannya. Selain itu juga akan dibahas terkait terjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia dalam Software al- Qur’an “Ayat” King Sa’ud University.

d) Nasrullah, Skripsi dengan judul “Tinjauan Terhadap Terjemah Al- Qur’an Al-Karim Bacaan Mulia (Analisa Terhadap Terjemahan Karya H.B. Jassin Pada Surat ar-Rahman dan Perbandingannya Dengan Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia).15 dilakukan memperoleh hasil bahwa penerjemahan yang Dari penelitian yang dilakukan oleh H.B. Jassin bersifat puitis dan terjemahan Kemenag bersifat prosa.

e) Rina Indri Astuti, Skripsi “Analisis Terjemah Al-Qur’an H.B Jassin bacaan Mulia”(Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non

13 Muhtaram, Terjemah Al-Qur’an Bahasa Indonesis Berbasis Aplikasi Android (Studi Kritis erjemah Al-Qur’an Versi Villar.com “Al-Qur’an Bahasa Indonesia) Skripsi UIN Sunan KaliJaga Yogyakarta,2016,8.

14 Ade Firmansyah, Studi Terjemah Al-Qur’an Surat Yasiin dalam Software Al- Qur’an “Ayat” King Sa’ud University. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2018,11.

15 Nasrullah, Skripsi dengan judul “Tinjauan Terhadap Terjemah AlQur’an Al- Karim Bacaan Mulia (Analisa Terhadap Terjemahan Karya H.B. Jassin Pada Surat Ar- Rahman dan Perbandingannya Dengan Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003.13.

(28)

Muslim).16Skripsi ini menyimpulkan bahwa didalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang berkaitan dengan non muslim di antaranya adalah Surat al-Mumtahanah ayat 8-9, al-Maidah ayat 51,57,68, Ali-Imran ayat 28-30, al-Hujjurat ayat 13, Pada ayat-ayat tersebut menyebutkan indikasi terhadap larangan kaum muslim untuk akrab dengan orang non muslim serta larangan non muslim dijadikan seorang pemimpin.

f) Hanapi Nasution, Jurnal Ilmu–Ilmu Ushuluddin Vol. 07, No.01, Juli 2019 UIN Sunan Kalijaga “Metodologi Terjemah Al-Qur’an dalam Al-Qur’an dan terjemahnya dalam bahasa Batak Angola”.17 Penelitian ini adalah menelusuri dan menelaah literatur-literatur serta wawancara kepada Tim Penerjemah untuk mendukung dan memperkuat data yang ada.

Hasilnya, metodologi yang diterapkan dalam al-Qur’an dan terjemahnya Bahasa Batak Angkola ialah metodologi penerjemahan kata per kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan semantik, serta penerjemahan komunikatif.

g) Fadhli Lukman, Jurnal pemikiran Islam dan Filsafat "Studi Kritis Atas Teori Tarjamah Al-Qur’an dalan Ulumul Al-Qur’an".18 Jurnal ini menjelaskan tentang perdebatan teoretis terhadap tema terjemah al-Qur’an dan mengujinya dengan terjemahan al-Qur’an yang telah ada di Indonesia.

2. Kajian pustaka mengenai lembaga pendidikan terjemah

a) Mochamad Zaka Al-Farisi, Tesis "Analisis Terjemahan Ayat-ayat Imperatif Al-Qur’an (Telaah Komparatif Terjemah Depag dan Terjemah

16 Rina Indri Astuti, Skripsi “Analisis Terjemah Al-Qur’an H.B Jassin bacaan Mulia”(Studi Terhadap Konteks Ayat-ayat tentang Non Muslim) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010,10.

17 Hanapi Nasution, Jurnal “Metodologi Terjemah Al-Qur’an dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya d alam baasa Batak Angola” Ilmu–Ilmu Ushuluddin Vol. 07, No.01, Juli 2019 UIN Sunan Kalijaga,6.

18 Fadhli Lukman, Jurnal pemikira Islam dan Filsafat "Studi Kritis Atas Teori Tarjamah Al-Qur’an dalan Ulumul Al-Qur’an" IAIN Surakarta 2016,168.

(29)

UMT)".19 tesis ini membahas tentang tuturan imperatif dalam al-Qur’an mempunyai makna pragmatik yang berbeda dengan wujud formalnya.

Perbedaan ini menjadi persoalan pelik dalam upaya menghadirkan terjemahan yang diterima. Kediterimaan terjemahan meniscayakan terpenuhinya aspek-aspek keakuratan, ketegasan, kenaturalan, dan relevansi terjemahan. Pada tataran mikro, keberterimaan terjemahan bergantung pada penerapan teknik/prosedur penerjemahan. Pada gilirannya, penerapan teknik/ prosedur penerjemahan juga menentukan kecenderungan metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan.

b) Ismail Lubis, buku “Falsifikasi Terjemah Al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990”.20Dalam penelitiannya Ismail Lubis mengkaji terjemah al-Qur’an Departemen Agama edisi 1990 dengan pendekatan linguistik. Didalamnya membahas masalah-masalah yang ada ditelaah secara kritis menggunakan standar ilmu tata bahasa Indonesia. Selain itu juga, masalah-masalah itu ditinjau dengan pendekatan ilmu tata bahasa Arab dan ilmu teori menerjemahkan.

3. Kajian pustaka terkait pondok pesantren

a) Siti Amarotul Insiyah, Skripsi “Hubungan kegiatan pembelajaran terjemah Al-Qur’an dengan spiritual Santri di Pondok Pesantren safnatul huda Rungkut Surabaya”. 21Hasil dari penelitian skripsi tersebut dari pengelolaan dan penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya hubungan signifikan atau searah antara kegiatan pembelajaran terjemah al-Qur’an

19Mochamad Zaka Al-Farisi, Tesis "Analisis Terjemahan Ayat-ayat Imperatif Al- Qur’an (Telaah Komparatif Terjeah Depag dan Terjemah UMT) Universitas Pendidikan Indonesia, 2017.

20Buku Ismail Lubis, “Falsifikasi Terjemah Al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990” PT. Tiara wacana, Yogyakarta 2001,38.

21 Siti Amarotul Insiyah, Skripsi “Hubungan kegiatan pembelajaran terjemah Al- Qur’an dengan spiritual Santri di Pondok Pesantren safnatul huda Rungkut Surabaya”.

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018,7.

(30)

dengan spiritualitas santri di pondok pesantren Safiatul Huda rungkut Surabaya.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis memulai observasi dari mulai 4 Desember 2019 dan wawancara sampai dengan 30 juni 2020 langkah penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah berupa field research, jenis penelitian kualitatif (penelitian lapangan) dengan pendekatan survei purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara menentukan ciri-ciri khusus yang sesuai dengn tujuan peneliti sehingga dapat menjawab permasalahan peneliti.22Secara sederhana penelitian ini dapat diartikan secara langsung mengadakan pengamatan ditengah kehidupan santri di pondok pesantren terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin guna memperoleh informasi yang diperlukan penulis juga menggunakan pendekatan sosiologis . Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analitik, yaitu menggambarkan data selengkap mungkin kemudian dianalisis antara satu variabel dengan variabel lainya setelah itu diklasifikasikan berdasarkan kategori informan.

2. Sumber Data

Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sebagai data primer tentunya penulis merujuk langsung kepada hasil observasi penulis dilapangan, hasil wawancara penulis dengan pimpinan pondok pesantren, hasil wawancara dengan ustadz-ustadz di pondok pesantren, hasil wawancara dengan santri, serta dokumen yang ada di Pondok Pesantren Terjemah al-Qur’an

22 Metode pnelitian, diambil pada hari Rabu tanggal 11 maret 2020 pukul 02.55 Wib. http://www.statistik.com

(31)

Yayasan Islam Tarbiyatul Banin kecamatan Dukupuntang kabupaten Cirebon. Adapun data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis dari riset pustaa (library reasearch) berupa buku-buku, majalah, jurnal, artikel, penelitian terdahulu, dan lain-lain.

3. Teknis Penulisan

Secara penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Dsertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 “.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan mendapatkan gambaran hasil yang sistematis, maka dalam skripsi ini penulis membaginya menjadi lima bab dengan masing-masing uraian yang berkaitan di antara bab nya, untuk mengetahui penelitian ini penulis membagi dengan sistematika sebagai berikut :

Bab pertama, membahas pendahuluan yang didalamnya mencakup judul skripsi, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan, serta bab ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan permasalahan yang akan dibahas secara terperinci di bab-bab selanjutnya.

Bab kedua, pada bab ini penulis akan membahas uraian tinjauan dari kegiatan program terjemah al-Qur’an di antaranya pengertian kegiatan program pembelajaran terjemah al-Qur’an,, Sejarah terjemah al-Qur’an di Indonesia, Tujuan terjemah Al-Qur’an, prinsip-prinsip menerjemahkan al- Qur’an, dan metode terjemah al-Qur’an.

Bab ketiga, Berisi gambaran umum Pondok Pesantren terjemah Al- Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, meliputi Sejarah berdirinya, visi dan misi pendok pesantren terjemah al-Quran yayasan islam tarbiyatul

(32)

banin, program pondok pesantren, serta struktur kepengurusan pondok pesantren, serta kegiatan apa saja yang dilakukan satri di pondok pesantren.

Bab kempat, berisi tentang pelaksanaan program pembelajaran terjemah Al-Qur’an, pandangan pimpinan pondok pesantren, ustadz, dan santri tentang program terjemah al-Qur’an, menjelaskan tentang pandangan pihak pesantren terhadap program terjemah al-Qur’an, pemahaman santri penerjemah atas al-Qur’an di pondok pesantren terjemah al-Qur’an di Pondok Pesantren Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, Cirebon.

Bab kelima, yaitu penutup. Berisi kesimpulan dari seluruh uraian yang telah diungkapkan dan jawaban dari rumusan yang telah dijelaskan di atas dan saran-saran untuk penelitian yang dikaji serta lampiran-lampiran pendukung.

(33)
(34)

17

GAMBARAN UMUM PENERJEMAHAN AL-QUR’AN

A. Pengertian Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an

Kata pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperolehkepandaian atau ilmu. Selanjutnya kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, keduanya (pe-an) termasuk konflik nominal yang bertalian dengan perfiks verbal “me” yangmempunyai arti proses.1 Menurut Arifin belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi, serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar yang berkahir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu.

Selanjutnya menurut Muhaimin bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Sutiah dalam Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran menuliskan definisi pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.2

Sedangkan terjemah secar harfiah baerarti menyalin ataumemindahkan suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa lain atau singkatnya

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008), 664.

2 Sutiah, Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, (Malang: Universitas Negeri Malang,2003), 8.

(35)

mengalih bahasakan.3 Pengertian ini juga selaras dengan pendapat Kadar M.Yusuf bahwa terjemah adalah pemindahan lafal dari suatu bahasa kedalam bahasa lain atau menjelaskan makna suatu ungkapan yang terdapat dalam suatu bahasa dengan menggunakan bahasa lain.4

Terjemah yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah translation, dan dalam literatur Arab dikenal dengan tarjamah, ialah usaha menyalin atau menggantikan satu bahasa melalui bahasa lain supaya dipahami oleh orang lain yang tidak mampu memahami bahasa asal atau aslinya.5 Az- Zarqani lebih luas mengartikan secara etimologis kata terjemah menjadi empat pengertian, diantaranya:

a) Menyampaikan tuturan kepada orang yang kurang mampu menerima tuturan itu.

b) Menjelaskan dengan bahasa yang sama. Sebagai contoh Bahasa Arab dijelaskan dalam bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dalam bahasa Indonesia pula.

c) Menafsirkan tuturan dengan menggunakan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab lebih lanjut dijelaskan dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya.

d) Mengalihkan tuturan dari suatu bahasa kedalam bahasa lain, seperti mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Dari pemaparan Az-Zarqani, pengertian keempat lebih dekat dengan definisi yang disampaikan oleh ulama lainnya. Terjemah didefinisikan sebagai penerjemahan antar bahasa, yakni penerjemahan bahasa al-Qur’an (Arab) kedalam bahasa Indonesia. Umumnya pada penerjemahan al- Qur’an terdapat dua metode yang biasa digunakan, yaitu terjemah secara

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa… .938.

4 Kadar M. Yusuf, Studi Al-Quran, (Jakarta: AMZA, 2014) cetakan ke-2, 124.

5 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an,(Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2014),112.

(36)

tafsiriyyah dan terjemah secara harfiyah atau lafdziyah. Terjemah harfiyah atau disebut juga lafdziyah adalah mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tata tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama atau singkatnya penerjemahan kata perkata. Sedangkan terjemah Tafsiriyah adalah terjemahan yang dilakukan mutarjim dengan lebih mengedepankan maksud atau isi kandungan yang terkandung dalam bahasa asal yang diterjemahkan.6

Satu hal yang patut diingatkan bahwa terjemah tafsiriyah berbeda dengan tafsir. Perbedaan tersebut diantaranya:

a) Bila diamati secara seksama, terjemah biasanya sekedar alih bahasa, artinya informasi yang diberikannya sebatas ayat yang diterjemahkan itu saja, tanpa memberikan penjelasan yang rinci. Oleh karena itu dalam menerjemahkan sesuatu dari satu bahasa kebahasa lain termasuk kedalam bahasa Indonesia sering kali dijumpai kesukaran yang amat mendasar. Hal itu terutama disebabkan karena miskinnya bahasa tempat penerjemahansehingga makna yang dimaksudkan oleh bahasa asli tidak bisa diinformasikan secara utuh dan tepat.

b) Jika tafsir, berusaha memberikan penjelasan yang memadai tentang ayat yang dibicarakan, sehingga tergambar dalam benak pembaca dan pendengar kedalaman dan keluasan makna yang dikandung dalam ayat al- Qur’an yang ditafsirkan tersebut. Sering kali juga disertakan penjelasan hukum dan hikmah yang dapat diambil dari ayat. Jadi tafsir lebih luas ketimbang terjemahan.7

6 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, trj.Drs. Mudzakir AS. (Bogor:

Pustaka Litera Antar Nusa, 2013),443.

7 Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 6970.

(37)

Sedangkan yang dimaksud pada penelitian ini adalah pembelajaran terjemah al-Qur’an secara lafdziyah. Pada penerjemahan ini memungkinkan penerjemahan kata perkata ayat al-Qur’an kedalam bahasa Indonesia Penerjemahan semacam ini mendapat pertentangan dari beberapa ulama Islam karena dianggap mustahil. Seperti pendapat Al- Dzahabi yang dikutip oleh M.Amin Suma dalam Ulumul Qur’an bahwa penerjemahan al-Qur’an secara lafdziyah tidaklah mungkin dapat menerangkan semua isi kandungan al-Qur’an sabagaimana dikehendaki oleh bahasa al-Qur’an itu sendiri. Selain itu, al-Qur’an yang turun sebagai kitab hidayah (kitab petunjuk) memiliki isi kandungan yang sangat luas yang harus diurai dengan uslub (gaya bahasa) yang khas. Maka sangatlah sulit untuk tidak mengatakan mustahil-menerjemahkan al-Qur’an secara lafdziyah.

Terkait pendapat Al-Dzahabi tentang kemustahilan terjemah lafdziyah tersebut, Amin Suma menambahkan bahwa hal itu dapat diterima sepanjang penerjemahan dimaksudkan untuk mengungkap isi kandungan al-Qur’an secara lebih luas dan dalam. Akan tetapi boleh jadi tidak tepat bila tujuan penerjemah sebatas untuk mengenalkan kosa kata al-Qur’an secara utuh dan menyeluruh dengan cara menerjemahkannya kata demi kata dari awal hingga akhir al-Qur’an. Hal ini seperti halnya sebagai pengenalan makna-makna mufrodat daripada bermaksud menjelaskan isi kandungan al-Qur’an.8

Maka dapat dibenarkan bila pembelajaran terjemah al-Qur’an secara lafdziyah yang dibahas disini adalah sebagai pintu pertama untuk mengenalkan santri pada kosakata bahasa Arab dalam al-Qur’an. Sesuai observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa pembelajaran ini merupakan tahap awal santri dalam pemahaman isi kandungan al-Qur’an.

8 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an,. 115

(38)

Selain itu juga dibarengi dengan pembelajaran nahwu sharaf yang notabene adalah ilmu yang harus dikuasai pada pembelajaran bahasa al- Qur’an yakni bahasa Arab. Dimana kosakata yang dipelajari akan dikaitkan dengan kaidah nahwu sharaf yang berlaku. Tidak hanya itu, santri juga mendapat pembelajaran Tafsir Jalalain untuk pendalaman kandungan-kandungan ayat al-Qur’an.

Sehingga pembelajaran terjemah al-Qur’an disini adalah proses belajar siswa dalam memindahkan bahasa al-Qur’an kedalam Bahasa indonesia secara kata perkata sesuai dengan susunan dan tertib ayat al-Qur’an yang disertai dengan pembelajaran nahwu dan sharaf.

B. Sejarah Terjemah Al-Qur’an di Indonesia

Penerjemahan al-Qur’an di Indonesia di rakarsai oleh penerjemahan tafsir al-Qur’an berbahasa Arab kedalam bahasa melayu. Orang pertama yang disebut-sebut sebagai penggagas penerjemahan tafsir al-Qur’an kedalam bahasa Indonesia (dulu lebih populer dengan Bahasa Melayu) ialah Syek Abd al-Ra’uf Ibn Ali al-Fanshuri (1035-1105 H/1615-1693 M), alim kelahiran Aceh yang juga dikenal dengan julukan Abd al-Ra‟uf Singkel (al-Sinkili). Penobatan al-Sinkili sebagai murtajim al-Qur’an pertama ke bahasa Melayu-Indonesia, didasarkan pada karyanya setebal 612 halaman kertas folio berukuran 33,5 x 24,4 cm yang ditulis dengan menggunakan huruf Arab Melayu. Buku ini merupakan terjemahan dari Tafsir Anwaral-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil karangan al-Imam al-Baidhawi (w.685 atau 691 H), mufassir terkenal pada abad ke-7. Al-Fanshuri menerjemahkan al-Qur’an secara sistematis dan metodologis semua ayat al-Qur’an disamping penerjemahan tafsir Al-Baydhawi, maka Al-Sinkili dapat ditetapkan sebagai penerjemah al-Qur’an yang pertama kedalam bahasa Indonesia. Walaupun terjemahan Abd al-Ra‟uf Singkel bila ditinjau dari sudut ilmu bahasa Indonesia modern masih belum sempurna,

(39)

menurut Abu Bakar Aceh karya tersebut merupakan hasil kerja yang besar sekali jasanya sebagai pekerjaan perintis jalan. Sayangnya, usaha keras al- Sinkili ini tidak segeraditindak lanjuti oleh Ulama-Ulama Melayu waktu itu. Selama kurang lebih 2 abad setelah karya Abd al-Ra’uf lahir, tidak muncul satu pun karya serupa hingga abad ke-20. Diantara penyebabnya, selain karena faktor-faktor finansial dan teknis, lagi-lagi karena alasan klasik yuridis formal yakni pengharaman menerjemahkan al-Qur’an. Amin Suma dalam Ulumul Qur’an menuliskan tentang perjalanan.

Prof. H. Mahmud Yunus seorang ulama Indonesia yang dikenal dengan berbagai karya keislamannya termasuk Tafsir Qur’an Karim. Mahmud Yunus mulai menafsirkan al-Qur’an pada tahun 1922 dan diterbitkan tiga juz dengan bahasa Arab Melayu. Pada masa itu umumnya ulama Islam mengatakan haram menerjemahkan al-Qur’an, tetapi Mahmud Yunus membantah keharaman itu. Hingga pada bulan Ramadhan 1354 H/1935 M.Beliau memulai kembali usaha menerjemahkan al-Qur’an berikut tafsir dari ayat-ayatnya yang terpenting, yang dinamai Tafsir Qur’an Karim yang diselesaikan pada tahun 1938.9 Usaha Mahmud Yunus mendapat kendala menjelang kitab tersebut dicetak pada tahun 1950, karna salah satu ulama Indonesia mengirimkan surat kepada Menteri Agama RI supaya menyetop penerbitan al-Qur’an Mahmud Yunus itu dengan alasan haram hukumnya. Dengan gigih Mahmud Yunus membantah dalil-dalil ulama yang mengharamkan terjemahan al-Qur’an itu, hingga kemudian Mahmud Yunus dapat menerbitkan karya monumentalnya itu.10

Pada tahun-tahun setelahnya, ulama lain juga mengikuti jejak Mahmud Yunus dalam menafsirkan al-Qur’an dalam bahasa Indonesia.Diantara kitab tafsir yang pupoler adalah sebagai berikut:

9 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an.., 126.

10 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an.., 127.

(40)

a) Tafsir Al-Furqon karya A.Hassan pada tahun 1956

Tafsir Al-Furqon adalah termasuk tafsir yang dikategorikan pada tafsir generasi kedua yaitu membentang dari awal abad ke-20 sampai pada awal tahun 1960-an, dan tafsir pada periode ini termasuk dalam jajaran tafsir sebagai penyempurnaan atas generasi pertama, pada periode ini penafsirannya mempunyai karakteristik tersendiri berdasarkan kondisi yang berkembang dan seperti yang telah dipakai oleh pengkaji Tafsir di Indonesia, ini dikategorikan sebagai tafsir periode kedua.. Al-Furqan pertama kali ditulis oleh A. Hasan adalah dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada umat yang tidak memahami bahasa Arab sekaligus memberikan tuntunan agar umat Islam tidak hanya bertaqlid dengan dalih tidak mengerti bahasa Arab, terutama al-Qur’an sebagi sumber rujukan utama selain Hadis. Karya A. Hassan ini mampu menggapai kesuksesan tidak hanya di Asia Tenggara tapi juga Dunia Muslim secara umum, al-Furqan pernah dicetak beberapa kali di beberapa kota mulai Bandung (Persis, 1928), Surabaya (Salim Nabhan, 1956), Jakarta (Tintamas,1962), Kuwait (al-Dar al-Kuwaitiyah, 1968), kota Bharu, Kelantan (Pustaka Aman, 1971), sampai di Beirut (Dar al- Fath, 1972). Tafsir ini telah memberikan terjemah al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia yang akurat, bersamaan dengan keakuratan teks-teks Arabnya.11

b) Tafir Al-Ibris karya K.H. Bisri Musthafa dari Rembang tahun 1960 Judul lengkap dari tafsir ini adalah Al-Ibriz li Ma’rifah Tafsir Al- Qur’an, salah satu karya K.H. Bisri Mustofa yang merupakan tafsir lokal berbahasa jawa. Kitab ini ditulis dengan bahasa Jawa berhuruf Arab atau

11 Siti Aminah Siregar. Metodologi Penafsiran Ahmad Hassan Terhadap Tafsir Al-Furqan. UIN Sumatera Utara. (Medan: 2019). 23.

(41)

disebut aksara pegon dan selesai pada Kamis, 27 Rajab 1379 H (28 Januari 1960). Tafsir Al-Ibriz sampai sekarang merupakan tafsir yang populer dan banyak dipelajari dilingkungan pesantren tradisional. Tafsir ini diajarakan dibeberapa pesantren dan madarasah diniyah sebagai mata pelajaran dasar tentang tafsir, terutama di wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur.12 Setiap tafsir lokal memiliki karakteristik yang berbeda satu dari lainnya.Salah satu karakter khas yang dimunculkan dalam tafsir ini adalah hierarki bahasa, suatu kekhasan yang dapat dijadikan sebagai metode baru dalam sebuah tafsir. Ada empat tingkatan hierarki bahasa dalam tafsir ini: (1) tingkatan ngoko (kasar); tingkatan madya (biasa), tingkatan krama (halus), dan krama inggil. Penggunaan tingkatan bahasa yang berbeda dalam tafsir Al-Ibriz sebagai metode baru dalam penafsiran al-Qur’an dapat digunakan sebagai cara yang memudahkan pembaca untuk memahami dan mengungkap maksud ayat.13

c) Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka pada tahun 1973

Tafsir Al-Azhar merupakan salah satu karya paling monumental Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal Buya Hamka yang mulai ditulis pada tahun 1962. Mulanya tafsir ini merupakan kajian yang disampaikan pada kuliah shubuh oleh Hamka di masjid Al-Azhar yang terletak di Kebayoran baru sejak tahun 1959. Kemudian, sebagian besar isi tafsir ini diselesaikan didalam penjara, yaitu ketika ia menjadi tahanan antara tahun 1964-1967.14 Terdapat beberapa faktor yang mendorong Hamka untuk menghasilkan karya tafsir tersebut, hal ini dinyatakan sendiri oleh Hamka dalam mukadimah kitab tafsirnya.

12 Moh. Mufid Muwaffaq, Orientasi Ilmi Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya Bisyri Musthofa. UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta: 2015). 40.

13 Moh. Mufid Muwaffaq….40.

14Nurma Yunita, Tesis: Kontribusi tafsir Al-Azhar terhadap Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surah Al-Isra’ ayat 22-29, (Medan: Program Pasca Sarjana UIN Sumatera Utara, 2016) .61.

(42)

keinginan beliau untuk menanam semangat dan kepercayaan Islam dalam jiwa generasi muda Indonesia yang amat berminat untuk memahami al-Qur’an tetapi terhalang akibat ketidak mampuan mereka menguasai ilmu bahasa Arab. Kecenderungan beliau terhadap penulisan tafsir ini juga bertujuan untuk memudahkan pemahaman para muballigh dan para pendakwah serta meningkatkan kesan dalam penyampaian khutbah-khutbah yang diambil dari sumber-sumber bahasa Arab. Hamka memulai penulisan Tafsir al-Azhar dari surah al-Mukminun karena beranggapan kemungkinan beliau tidak sempat menyempurnakan ulasan lengkap terhadap tafsir tersebut semasa hidupnya. Mulai tahun 1962, kajian tafsir yang disampaikan di masjid al-Azhar ini, dimuat di majalah Panji Masyarakat. Kuliah tafsir ini terus berlanjut sampai terjadi kekacauan politik di mana masjid tersebut telah dituduh menjadi sarang

“Neo Masyumi” dan “Hamkaisme”. Pada tanggal 12 Rabi’ al awwal 1383 H/27 Januari 1964, Hamka ditangkap oleh penguasa orde lama dengan tuduhan berkhianat pada negara. Penahanan selama dua tahun ini ternyata membawa berkah bagi Hamka karena ia dapat menyelesaikan penulisan tafsirnya yang kini dikenal dengan tafsir Al-Azhar.15

d) Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Tim Departemen Agama RI pada tahun 1982

Selain karya pribadi para ulama Indonesia, pemerintah Republik Indonesia juga menaruh perhatian terhadap terjemahan al-Qur’an ini.

Salah satunya al-Qur’an dan terjemahnya yang pertama terbit pada tahun 1965. Karya ini telah melalui durevisi sejak pertama kali terbit. Disini tim penerjemah al-Qur’an menggunakan metode terjemah harfiyah pada sebagian ayat dan tafsiriyah pada sebagian lainnya.16 Dilansir dari

15 Nurma Yunita,64, 65.

16 Dapartemen Agama diakses tanggal 15 juni 2020 pukul 21.00 Wib.

https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/index.php/suhuf/article/view/2/2

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Nama Santri  Nama Santri
Tabel 3.2 Identitas Informan
Tabel 4.1 Motivasi santri dalam belajar terjemah al-Qur‟an
Tabel 4.2 Metode Terjemah Al-Quran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan sima‟an Al- Qur‟an sebagai sarana meningkatkan hafalan santri putri di Pondok Pesantren Al- Qur‟an iyy Mangkuyudan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan sima‟an Al- Qur‟an sebagai sarana meningkatkan hafalan santri putri di Pondok Pesantren Al- Qur‟an iyy Mangkuyudan

Menghafal al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Sebab, orang yang menghafalkan al-Qur‟an merupakan salah satu hamba yang

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pembentukan kepribadian Santri di Pondok Pesantren Al-Qur‟an Al-Amin Pabuwaran menerapkan teori manajemen strategi dengan

Model utama pesantren ini adalah tetap melaksanaan penghafalan Al-Qur′an sebagai rutinitas, namun disisi lain pondok pesantren ini juga mengadopsi sekolah formal dalam

Mutmainnah 22 dalam skripsinya menjelaskan Pondok pesantren Al- Qur’aniyyah merupakan lembaga yang mencetak santri agar dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar agar

Peneliti menanyakan dengan pertanyaan yang sama yakni bagaimana pemahaman dan penerapan santri pondok pesantren khairul ummah batu gajah air molek terhadap maulid

(3) kedisiplinan belajar santri berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan menghafal al- Qur’an santri pondok pesantren Al-Aziz Lasem Rembang, hal ini terbukti