• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seorang Wanita yang mengetahui masa lampaunya

Dalam dokumen V e rs i Indonesia (Halaman 130-132)

Seorang gadis muda yang bermuka bundar, dengan mengenakan blus putih berkembang dan rok berwarna hijau rumput, datang kepada saya untuk minta diramalkan. Ia berumur 19 tahun. Sungguh aneh, begitu saya memejamkan mata, diangkasa segera muncul kalimat yang berbunyi "Telah memahami kelahiran sebelumnya". Saya berpaling kepadanya, "Anda telah mengetahui kejadian kejadian pada kelahiran yang lampau, benarkah itu?"

Gadis itu terdiam sejenak kemudian mengangguk. "Perkataan anda sangat tepat. Memang benar."

Kali ini giliran saya yang merasa heran. Pada umumnya manusia tidak mengetahui kejadian kejadian pada kelahiran yang lampau. Mengapa gadis ini dapat mengetahuinya? Dengan antusias saya bertanya kepadanya. Dan ia pun mulai menuturkan sebuah kisah aneh yang sukar dipercaya orang. Nama gadis ini Cien Ru Yi, demikianlah kisahnya ...

Sekitar lima tahun yang lalu, nona C baru berumur 14 tahun, yaitu umur yang baru saja mau menanjak ke kedewasaan. Pada saat itu, ia tidak dapat mengingat kejadian pada kelahiran yang lampau. Namun ia sering mengalami mimpi yang aneh, sebuah mimpi yang berulang kali muncul dalam alam impiannya, dengan tokoh dan kejadian yang tidak pernah berubah. Ia bermimpi bahwa dirinya secara tak sadar tengah melintasi sebuah hutan dimana di luar hutan terdapat jalan setapak yang terbuat dari bata merah. Di ujung jalan ada sebuah gubuk tani, dan seorang ibu tua dengan sikap yang ramah melambaikan tangan kepadanya sambil menyapa, "Hai Feng." Dan iapun menyahutinya sambil melangkah ke dalam rumah itu. Di tengah ruangan depan tersedia tiga mangkuk kuah kacang merah yang terletak rapi diatas sebuah meja segi empat, dan ibu tua itu mempersilahkan ia mencicipinya. Ibu itu banyak bercerita kepadanya, namun tidak ada sepatah katapun yang dapat didengarnya dengan jelas kecuali ia mengetahui bahwa ibu tua itu memanggilnya "Hai Feng".

Setelah menghabiskan semangkuk kuah kacang merah, ia pun berdiri minta pamit. Badannya seakan akan melayang, terbang menyusuri jalan setapak tadi. Pemandangan sepanjang jalan tampak begitu akrab, dan ia senantiasa bangun dari mimpinya sesaat setelah masuk kedalam hutan. Impian itu selalu sama, kadang kadang dalam satu bulan ia bermimpi dua kali, paling banyak lima kali, paling sedikit juga ada satu kali. Ia memberitahu kepada orang tua dan saudara saudaranya, namun semua mengejeknya sakit ingatan.

Siapakah Hai Feng? Dan siapa pula ibu yang tua itu? Betulkah ada sebuah gubuk tani di ujung jalan setapak batu bata merah? Dan dimana pula hutan itu berada? Apa gerangan kuah kacang merah itu? Semua ini telah membingungkan nona C. Orang bisa saja mengalami mimpi yang sama, namun kalau itu terjadi sampai berulang kali tentu sangatlah aneh dan tidak masuk diakal. Mimpi ini berlangsung terus sampai ia berumur

Pada suatu malam, sesaat setelah ia memejamkan mata, ia melihat seorang wanita duduk di pinggir tempat tidurnya. Rupanya wanita itu adalah ibu tua yang sering menyuguhkan kuah kacang merah didalam mimpinya itu. Sambil menangis ibu tua itu berkata, "Hai Feng. Mama tidak dapat lagi melayanimu. Jagalah dirimu baik baik. Mama akan pergi jauh. Mama akan pergi jauh. Hai Feng. Hai Feng. Hai Feng." Nona C terbangun oleh suara tangisan yang sedih itu. Dan anehnya, sejak malam itu, ia tidak pernah lagi mengalami mimpi yang membingungkan itu.

Andaikata kisah ini tamat sampai disini saja, tentu saja kurang menarik. Bagaimanapun itu adalah mimpi belaka. Tetapi suatu hal yang sangat kebetulan telah terjadi, yaitu saat nona C dan rombongan teman sekolahnya mengunjungi Taman Khen Ting, Taiwan Selatan, dalam acara tamasya tiga hari selama liburan sekolahnya. Waktu itu ia sedang berjalan jalan disekitar taman itu. Tiba tiba ia melihat jalan setapak yang amat dikenalnya dan di ujung jalan setapak yang terbuat dari bata merah itu, ia melihat pula sebuah gubuk tani yang sering ia jumpai dalam mimpinya dulu. Karena pintu tak terkunci, ia segera melangkah ke dalam. Di ruang depanpun tidak ada orang, hanya sebuah potret ibu tua yang terpajang diatas meja. Nona C menjerit histeris; rupanya wanita dalam potret itu adalah ibu tua yang sering muncul dalam mimpinya dulu.

Suara jeritan nona C telah membangunkan seorang kakek yang sedang tidur siang di ruangan dalam.

Kakek itu bertanya, "Apa yang terjadi?"

Dengan cerdik ia menjawab, "Saya mencari Hai Feng."

"Hai Feng? Hai Feng sudah lama meninggal. Sudah hampir dua puluh tahun. Kalau ibunya meninggal tiga bulan yang lalu. Selama ini ibunya sangat rindu pada Hai Feng. Setiap tanggal 1 dan 15 ibunya selalu menyajikan kuah kacang merah kesukaan Hai Feng di depan altar anaknya. Ah, andaikata Hai Feng masih hidup, kira kira umurnya sudah tiga puluh tahun lebih. Bagaimana anda dapat mengenal Hai Feng?" Tampaknya ia mulai curiga.

"Saya ..." Nona C tidak tahu lagi harus berkata apa. "Saya inilah Hai Feng." Seusai mengucapkan kalimat itu, ia berlari secepat mungkin meninggalkan gubuk tani tadi, menyusuri jalan setapak itu. Pada saat pemandangan hutan yang begitu akrab muncul dihadapannya, ia segera menyadari, inilah hidup. Dan Hai Feng adalah dirinya sendiri pada kelahirannya yang lampau. Namun ia tidak tahu, meninggalnya Hai Feng disebabkan oleh apa?

Begitu nona C selesai berkisah, tamu tamu lain yang ikut mendengarkan, semua tampak terharu. Hanya saya sendiri yang tidak merasa aneh, sebab saya telah lama memahami hal reinkarnasi.

Mungkinkah reinkarnasi hanya isapan jempol belaka? Mungkinkah roh itu hal yang omong kosong belaka? Semuanya telah ditakdirkan. Masihkah anda belum mau mulai melatih diri?

(diterjemahkan dari buku "Berbincang bincang tentang Ramalan Dewata: lanjutan" karya Master Lu yang diterbitkan pada tahun 1975)

Dalam dokumen V e rs i Indonesia (Halaman 130-132)