• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kepartaian dan Pemilihan Umum 1999

Dalam dokumen Politik Indonesia (Halaman 67-70)

ERA REFORMASI

C. Sistem Kepartaian dan Pemilihan Umum 1999

Hal terbesar yang membedakan Pemilu 1999 dengan Pemilu-pemilu sebelumnya sejak 1971 adalah Pemilu 1999 ini diikuti oleh banyak sekali peserta. Ini dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik. Peserta Pemilu 1999 ini berjumlah 48 partai politik, ini sudah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai.

Dalam sejarah Indonesia tercatat, bahwa setelah pemerintahan Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, pemerintahan Reformasi juga tercatat sebagai pemerintahan yang mampu menyelenggarakan pemilu lebih cepat setelah proses alih kekuasaan. Burhanuddin Harahap berhasil menyelenggarakan pemilu hanya sebulan setelah menjadi Perdana Menteri menggantikan Ali Sastroamidjojo, meski persiapan-persiapannya sudah dijalankan juga oleh pemerintahan sebelumnya. Habibie menyelenggarakan pemilihan umum 1999 setelah 13 bulan sejak ia dilantik menjadi presiden, pemilihan umum memang merupakan agenda utama presiden Habibie sebagai upaya stabilisasi sosial politik di Indonesia, meski persoalan yang harus dihadapi Indonesia bukan hanya krisis politik, tetapi yang lebih parah adalah krisis ekonomi, moneter dan penegakan hukum serta tekanan internasional.

Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara pada Pemilu 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni tanggal 7 Juni 1999. Tidak seperti yang diprediksikan dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 bisa

͸ ƒ†‹ŽƒŠ—–”ƒǡpartai Politik dan Kebijakan Publikǡȋ‘‰›ƒƒ”–ƒǣ—•–ƒƒ‡ŽƒŒƒ”†ƒ ˜˜‡”‘‡•”‡••ǡʹͲͲ͵ȌǡŠǤͳͻ

Š‹ဓ¡ŠŽœ¡™Š£“™ၹၺၻ

terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti. Hanya di beberapa Daerah Tingkat II di Sumatera Utara yang pelaksanaan pemungutan suaranya terpaksa diundur suara satu pekan. Itu pun karena adanya keterlambatan atas datangnya perlengkapan pemungutan suara. Tetapi tidak seperti pada pemungutan suara yang berjalan lancar, tahap penghitungan suara dan pembagian kursi pada Pemilu kali ini sempat menghadapi hambatan. Pada tahap penghitungan suara, 27 partai politik menolak menandatangani berita acara perhitungan suara dengan dalih Pemilu belum jurdil (jujur dan adil). Sikap penolakan tersebut ditunjukkan dalam sebuah rapat pleno KPU. Ke-27 partai tersebut adalah sebagai berikut: Partai Keadilan, PNU, PBI, PDI, Masyumi, PNI Supeni, Krisna, Partai KAMI, PKD, PAY, Partai MKGR, PIB, Partai SUNI, PNBI, PUDI, PBN, PKM, PND, PADI, PRD, PPI, PID, Murba, SPSI, PUMI, PSP, PARI.

Karena ada penolakan, dokumen rapat KPU kemudian diserahkan pimpinan KPU kepada presiden. Oleh presiden hasil rapat dari KPU tersebut kemudian diserahkan kepada Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu). Panwaslu diberi tugas untuk meneliti keberatan-keberatan yang diajukan wakil-wakil partai di KPU yang berkeberatan tadi. Hasilnya, Panwaslu memberikan rekomen-dasi bahwa pemilu sudah sah. Lagipula mayoritas partai tidak menyertakan data tertulis menyangkut keberatan-keberatannya.

Presiden kemudian juga menyatakan bahwa hasil pemilu sah. Hasil final pemilu baru diketahui masyararakat tanggal 26 Juli 1999.

Setelah disahkan oleh presiden, PPI (Panitia Pemilihan Indonesia) langsung melakukan pembagian kursi. Pada tahap ini juga muncul masalah. Rapat pembagian kursi di PPI berjalan alot. Hasil pembagian kursi yang ditetapkan Kelompok Kerja PPI, khususnya pembagian kursi sisa, ditolak oleh kelompok partai Islam yang melakukan stembus accoord. Hasil Kelompok Kerja PPI menunjukkan, partai Islam yang melakukan stembus accoord hanya mendapatkan 40 kursi. Sementara Kelompok stembus accoord 8 partai Islam menyatakan bahwa mereka berhak atas 53 dari 120 kursi sisa.

ၹၺၼ™œ—“¤“–šœšŽ£“Š

Perbedaan pendapat di PPI tersebut akhirnya diserahkan kepada KPU. Di KPU perbedaan pendapat itu akhirnya diselesaikan melalui voting dengan dua opsi. Opsi pertama, pembagian kursi sisa dihitung dengan memperhatikan suara stembus accoord, sedangkan opsi kedua pembagian tanpa stembus accoord. Hanya 12 suara yang mendukung opsi pertama, sedangkan yang mendukung opsi kedua 43 suara. Lebih dari 8 partai walk out. Ini berarti bahwa pembagian kursi dilakukan tanpa memperhitungkan lagi stembus accoord. Berbekal keputusan KPU tersebut, PPI akhirnya dapat melakukan pembagian kursi hasil pemilu pada tanggal 1 September 1999. Hasil pembagian kursi itu menunjukkan, lima partai besar memborong 417 kursi DPR atau 90,26 persen dari 462 kursi yang diperebutkan. Sebagai pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau 33,74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44 persen sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan 13.336.982 suara atau 12,61 persen, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau 10,71 persen, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih 7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi. Di luar lima besar, partai lama yang masih ikut, yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi sisa, atau kehilangan 9 kursi disbanding Pemilu 1997.

Konfigurasi peroleh suara partai-partai politik pemilu 1999 menunjukkan suatu Pluralisme Moderat. Partai-partai 10 besar seperti PDI Perjuangan, Golkar, PPP, PKB, PAN, PBB, PK, PKP, PNU, dan PDKB memiliki jarak ideologi yang cukup berdekatan. Misalnya, antara Golkar, PDI Perjuangan, PKP, dan PDKB sesungguhnya memiliki kohesi yang saling berbekatan. Kemudian, antara PPP, PKB, PAN, PBB, PK, PNU, yang sesungguhnya partai-partai politik berbasiskan Islam, kurang lebih dapat dikerucutkan menjadi 2 aliran di dalam “santri” versi Geertz yaitu modernis dan tradisional. Koalisi di dalam parlemen antara ke-10 partai tersebut masih dapat dilakukan dan tidak sesulit seperti yang ditampakkan oleh hasil Pemilu1955 di

Š‹ဓ¡ŠŽœ¡™Š£“™ၹၺၽ

mana 4 partai besar memiliki jarak ideologi yang cukup jauh sehingga menyulitkan konsensus di dalam parlemen.

Andreas Ufen dari German Institute of Global Area Studies menulis bahwa pemilu 1999 menunjukkan ”kemenangan” kalangan Islam moderat dan kalangan nasionalis. Ufen juga mengindikasikan bahwa meskipun politik aliran ala pemilu 1955 tetapmemegang peranan, tetapi mulai terjadi ’dealiranisasi’. Artinya, format sistem kepartaian meskipun Plural tetapi menunjukkan kecenderungan moderat. Perbedaan ideologi antar partai tidak setajam pemilu 1955.

Di tingkat parlemen, pembangunan konsensus antarpartai harus menjadi perhatian. Ini terlihat dari persentase suara masing-masing partai di parlemen hasil pemilu 1999. PDI Perjuangan, selaku pemenang pemilu 1999, Cuma menguasai 33,33% suara di tingkat parlemen. Golkar yang peringkat 2 hanya menguasai 25,97% suara. PPP, partai berbasis Islam hanya menguasai 12,77%. PKB, partai berbasis kelompok tradisional Islam menguasai 11,03%. PAN, partai yang berbasiskan modernis Islam menguasai 7,58% suara. PBB, partai yang berbasiskas Islam modernis dan formalisme menguasai 2,81% suara. Partai Keadilan, partai Islam modernis baru dan memiliki tipikal kelompok Ikhwanul Muslimin memperoleh suara 1,30%. PKP, partai para fungsionaris militer nasionalis memperoleh 1,30%. PNU (partai ”pecahan” dari PKB) serta PDKB (partai berbasis agama Kristen Protestan) memperoleh suara 0,65%, suatu jumlah yang kurang signifikan.

Kemenangan PDIP pimpinan Megawati Soekarnoputri membuktikan bahwa masih kuatnya eksistensi ideologi nasionalis, dan bahwa profil Soekarno masih sangat kuat dan digemari, apalagi PDIP berhasil memenangkan 152 kursi di DPR RI dari 452 kursi yang diperebutkan.7 Siapun yang memenangkan Pemilu 1999 ini pastilah partai yang paling diminati dan menjadi tempat bagi rakyat untuk

͹ ‹”†ƒ—•›ƒǡYusril Ihza Mahendra: Perjalanan Hidup, Pemikiran dan Tindakan Politikǡ ȋƒƒ”–ƒǣ‹ŽŽ‡‹——„Ž‹•Š‡”ǡʹͲͲͶȌǡŠǤʹͻͶ

ၹၺၾ™œ—“¤“–šœšŽ£“Š

menggantungkan harapan tentang perubahan dan perbaikan kondisi social politik di Indonesia, karena sebagai langkah awal memasuki system politik yang demokratis, pemilu 1999 ini memberikan harapan akan terbentuknya pemerintahan yang lebih berpihak pada kepentingan rakyat, dan bukan pada kepentingan para penguasa.8

Partai-partai yang cukup diperhitungkan kekuatannya adalah PDI Perjuangan, Golkar, PPP, PKB, PAN, dan PBB. Partai- partai Islam seperti PPP, PKB, PAN dan PBB, jika mampu mencapai kesepakatan sesungguhnya dapat menjalin koalisi di parlemen karena mereka memiliki basis massa dan latar belakang ideologi yang nyaris serupa. Begitu pula dengan PDI Perjuangan dan Golkar, sesungguhnya memiliki platform ideologi yang tidak terlalu berbeda, kendala koalisi keduanya hanyalah permusuhan historis. PDI Perjuangan, selama era Orde Baru akhir banyak mendapat intimidasi pemerintah.

Berikut hasil lengkap pemilihan umum 1999:9

Tabel 6.1

Hasil Pemilihnan Umum 1999

No. Partai Jml Suara Persentase Jml Kursi Persentase

1. Partai Indonesia Baru 192.712 0,18% 0 0,00% 2. Partai Kristen Nasional Indonesia 369.719 0,35% 0 0,00% 3. Partai Nasional Indonesia 377.137 0,36% 0 0,00% 4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia 85.838 0,08% 0 0,00% 5. P a r t a i K e b a n g k i t a n M u s l i m

Indonesia 289.489 0,27% 0 0,00% 6. Partai Ummat Islam 269.309 0,25% 0 0,00% 7. Partai Kebangkitan Ummat 300.064 0,28% 1 0,22% 8. Partai Masyumi Baru 152.589 0,14% 0 0,00% 9. Partai Persatuan Pembangunan 11.329.905 10,71% 58 12,55% 10. Partai Syarikat Islam Indonesia 375.920 0,36% 1 0,22%

ͺ„‹†ǤǡŠǤʹͺͺ

ͻDzƒ•‹Ž‡‹Ž—ͳͻͻͻdzǡƒ”–‹‡Ž†‹ƒ•‡•’ƒ†ƒͳ͹—‹ʹͲͳͳ†ƒ”‹Š––’ǣȀȀ™™™Ǥ’—Ǥ‰‘Ǥ‹†Ǥ

Š‹ဓ¡ŠŽœ¡™Š£“™ၹၺၿ

11. P a r t a i D e m o k r a s i I n d o n e s i a

Perjuangan 35.689.073 33,74% 153 33,12% 12. Partai Abul Yatama 213.979 0,20% 0 0,00% 13. Partai Kebangsaan Merdeka 104.385 0,10% 0 0,00% 14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa 550.846 0,52% 5 1,08% 15. Partai Amanat Nasional 7.528.956 7,12% 34 7,36% 16. Partai Rakyat Demokratik 78.730 0,07% 0 0,00% 17. Partai Syarikat Islam Indonesia

1905 152.820 0,14% 0 0,00% 18. Partai Katolik Demokrat 216.675 0,20% 0 0,00% 19. Partai Pilihan Rakyat 40.517 0,04% 0 0,00% 20. Partai Rakyat Indonesia 54.790 0,05% 0 0,00% 21. Partai Politik Islam Indonesia

Masyumi 456.718 0,43% 1 0,22% 22. Partai Bulan Bintang 2.049.708 1,94% 13 2,81% 23. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh

Indonesia 61.105 0,06% 0 0,00% 24. Partai Keadilan 1.436.565 1,36% 7 1,51% 25. Partai Nahdlatul Ummat 679.179 0,64% 5 1,08% 26. Partai Nasional Indonesia - Front

Marhaenis 365.176 0,35% 1 0,22% 27. P a r t a i I k a t a n P e n d u k u n g

Kemerdekaan Indonesia 328.654 0,31% 1 0,22% 28. Partai Republik 328.564 0,31% 0 0,00% 29. Partai Islam Demokrat 62.901 0,06% 0 0,00% 30. Partai Nasional Indonesia - Massa

Marhaen 345.629 0,33% 1 0,22% 31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak 62.006 0,06% 0 0,00% 32. Partai Demokrasi Indonesia 345.720 0,33% 2 0,43% 33. Partai Golongan Karya 23.741.749 22,44% 120 25,97% 34. Partai Persatuan 655.052 0,62% 1 0,22% 35. Partai Kebangkitan Bangsa 13.336.982 12,61% 51 11,03% 36. Partai Uni Demokrasi Indonesia 140.980 0,13% 0 0,00% 37. Partai Buruh Nasional 140.980 0,13% 0 0,00% 38. Partai Musyawarah Kekeluargaan

Gotong Royong 204.204 0,19% 0 0,00% 39. Partai Daulat Rakyat 427.854 0,40% 2 0,43% 40. Partai Cinta Damai 168.087 0,16% 0 0,00% 41. Partai Keadilan dan Persatuan 1.065.686 1,01% 4 0,87%

ၹၺႀ™œ—“¤“–šœšŽ£“Š

42. Partai Solidaritas Pekerja 49.807 0,05% 0 0,00% 43. Partai Nasional Bangsa Indonesia 149.136 0,14% 0 0,00% 44. P a r t a i B h i n n e k a Tu n g g a l I k a

Indonesia 364.291 0,34% 1 0,22% 45. Partai Solidaritas Uni Nasional

Indonesia 180.167 0,17% 0 0,00% 46. Partai Nasional Demokrat 96.984 0,09% 0 0,00% 47. Partai Umat Muslimin Indonesia 49.839 0,05% 0 0,00% 48. Partai Pekerja Indonesia 63.934 0,06% 0 0,00%

Jumlah 105.786.661 100,00% 462 100,00%

(Sumber: Komisi Pemilihan Umum)

Dalam dokumen Politik Indonesia (Halaman 67-70)