• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Sistem Pemungutan Pajak

a. Self Assessment system

Self assessment system merupakan “Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan (menghitung atau menetapkan) sendiri besarnya pajak yang terhutang dan membayarnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku”.73

Menurut Anastasia Diana Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.74

Menurut Rimsky K. Judisseno yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu dan Sony Devano, menjelaskan bahwa Self Assessment System diberlakukan

73Diana Sari. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung, Refika Adimata, 2013, hlm 79

74Diana Anastasia. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi dan Pemungutan Praktis.

Yogyakarta, Andi, 2009, hlm 1

untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat dalam menyetorkan pajaknya.

Konsekuensinya, masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan75

Wirawan B Ilyas menjelaskan “Self assessment system merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.76

Dari berbagai definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Self Assessment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan, menghitung, melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Ciri-ciri Self Assessment System, antara lain

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang ada pada wajib pajak sendiri;

b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang;

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.77

75Devano Sony dan Siti Kurnia Rahayu. Perpajakan, Konsentrasi, Teori dan Isu.

Jakarta: Penada Media Group, 2010, hlm 102.

76Wirawan B Ilyas. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2003, hlm 18

77Sri Y Pudiatmoko, Pengantar Hukum Pajak, Yogyakarta: Andi 2009, hlm. 61.

Seorang dan/atau badan yang sudah memenuhi kewajiban pajak subjektif dan/atau objektif mempunyai kewajiban untuk membayar pajak.

Mekanisme full assesment system di Indonesia dimulai pemahaman Wajib Pajak mengenai kapan pelaksanaannya. Membayar pajak tidak sama seperti membayar keperluan belanja sehari-hari.78

Ada tata cara atau prosedur yang harus dimengerti dengan benar. Saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif, status dan pekerjaan Wajib Pajak, tata cara menghitung beserta penerapan tarif adalah langkah awal yang baik untuk memahami penerapan full self assesment system di Indonesia.

Tahap selanjutnya adalah memahami sarana pembayaran dan pelaporan pajak yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tahap selanjutnya yang penting diketahui dalam pencapaian mekanisme penerapan full self assesment system oleh Wajib Pajak adalah tata cara menghitung besarnya utang pajak yang harus dibayarkan sendiri oleh Wajib Pajak. Dalam melaksakan perhitungan Wajib Pajak harus mengerti betul tentang penerapan tarif yang berlaku untuk setiap subjek dan objek pajaknya. Tahap akhir dalam mekanisme full self assesment system adalah melaporkan dan mempertanggung jawabkan besarnya utang pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT). Mekanisme penerapan self assessment system dapat didukung dengan diterapkannya kewajiban memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi setiap pelamar kerja tanpa memandang jenis pekerjan yang dilakukan dan sepanjang pekerjaan

78K Rimsky Judisseno.Perpajakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm 178

tersebut adalah legal dan sah menurut hukum. Keadaan ini secara otomatis akan mendidik dan menumbuhkan kepedulian dan kesadaran pentingnya membayar pajak, secara otomatis pula penerimaan pajak dari sektor ini cenderung meningkat secara tajam.79

Kewajiban wajib pajak dalam self assessment system 1) Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak

Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui e-register (media elektronik online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2) Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan tarif pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan, memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak prepayment).

3) Membayar Pajak Dilakukan Sendiri oleh Wajib Pajak a. Membayar Pajak

1) Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh Pasal 25 tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun

79Ibid

2) Melalui pemotongan dan pemungutan pihal lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, 23 dan 26). Pihal lain di sini berupa:

a) Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah

b) Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, bea materai.

b. Pelaksanaan Pembayaran Pajak

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-playment).

c. Pemotongan dan Pemungutan Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, 22, 23, 26, PPh final Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, dan PPN dan PPnBM merupakan pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikreditkan pada masa diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme pajak keluar dan pajak masukan.

4) Pelaporan Dilakukan oleh Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan pernghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme

pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.80

Self Assessment system ini umumnya diterapkan pada jenis pajak dimana wajib pajaknya diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.81 Pemungutan BPHTB menganut 5 (lima) prinsip pemungutan, antara lain :

a. Pemenuhan kewajiban BPHTB adalah berdasarkan System Self Assessment, yaitu wajib pajak menghitung dan membayar sendiri utang pajaknya.

b. Besarnya tarif ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP).

c. Agar Pelaksanaan UU BPHTB dapat berlaku secara efektif, maka baik kepada wajib pajak maupun kepada pejabat-pejabat umum yang melanggar ketentuan atau tidak melaksanakan kewajibannya, dikenakan sanksi menurut peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

d. Hasil penerimaan BPHTB merupakan penerimaan negara yang sebagian besar diserahkan kepada Pemerintah Daerah, untuk meningkatkan pendapatan daerah guna membiayai pembangunan daerah dalam rangka memanfaatkan otonomi daerah.

80Devano Sony dan Siti Kurnia Rahayu.Op.Cit.hlm 103.

81Marihot Pahala Siagiaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Teori dan Praktek, Op.Cit., hlm 43-44

e. Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan di luar ketentuan ini tidak diperkenankan. 82

b. Official Assesment System

Official Assesment System merupakan suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.83 Dalam sistem ini utang pajak timbul bila telah ada ketetapan pajak dari fiskus (sesuai dengan ajaran formil tentang timbulnya utang pajak). Jadi dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.

Menurut Mardiasmo ciri-ciri official assessment system yaitu:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh fiskus.84

c. Withholding System

Withholding System merupakan suatu sistem pungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang.Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutnya menyetor dan melaporkannya kepada fiskus.85

Sistem withholding merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut

82 Mardiasmo, Op.Cit., hlm 339

83Ibid.,hlm.7.

84Ibid., hlm 7

85Wirawan B Ilyas dan Richard Burton, Op.Cit., hlm.22

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pemotong pajak bisa majikan, bendahara atau pemberi kerja, disebut juga sistem Pay as You Earn (PYE) dan Pay as You Go (PYGO) yang artinya bayarlah pajak sebelum menerima gaji atau sebelum pergi.86

Withholding system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga memungut dan menyetorkan pajak ke kas negara atas nama wajib pajak, kewenangan tersebut diatur dalam peraturan pajak, sehingga pada prinsipnya, Withholding System telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan tarif yang pasti besar dan pembayarannya dapat sebagai angsuran pajak atau bersikap final. Contohnya di Indonesia: Pengenaan PPh Pasal 21 UU PPh Tahun 2000, yaitu pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jam, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.87

Sistem withholding memberikan peran aktif kepada Pihak ketiga sedangkan fiskus berperan dalam pemeriksaan pajak, penagihan, maupun tindakan penyitaan apabila ada indikasi pelanggaran perpajakan, seperti halnya

86Rukiah Handoko, Pengantar Hukum Pajak,Buku A, Seri Buku Ajar, Diktat Kuliah, Depok, 2000, hlm 32

87Waluyo dan Wirawan B. Illyas, Perpajakan Indonesia, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2002, hlm 91

pada Self Assessment System. 88 Sistem pajak ini menekankan kepada pemberian kepercayaan pada pihak ketiga diluar fiskus yaitu, pemberi penghasilan melakukan pemotongan atau memungut pajak atas penghasilan yang diberikan dengan suatu persentase tertentu dari jumlah pembayaran atau transaksi yang dilakukannya dengan penerima penghasilan. Jumlah pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga tersebut dibayarkan kepada negara melalui penyetoran pajak seperti pada aktivitas yang dilakukan di Self Assessment dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan undang-undang.89

2. Sistem Pemungutan BPHTB

Secara umum sistem perpajakan di Indonesia menganut self assessment system. Sistem pemungutan pajak daerah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengatakan setiap wajib pajak membayar pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (official assessment system) atau dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assessment system) berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan diatur dalam peraturan pemerintah.

BPHTB merupakan salah satu pajak daerah pada tingkatan pajak kabupaten/ kota dimana diatur di dalam UU PDRD secara umum. Pemungutan BPHTB ini diatur lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah.

88Setu Setyawan, Perpajakan Indonesia, UMM Press, 2009, hlm.10

89Ibid

Menurut Pasal 96 ayat (2) joncto Pasal 98 UU PDRD yang berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Pajak yang dapat dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dan ketentuan lainnya berkaitan dengan pemungutan Pajak diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 3 ayat (4) huruf h Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah.

C. Kewenangan Fiskus Untuk Melakukan Verifikasi Dalam Pemungutan