BAB II LANDASAN TEORI
B. Situs Jejaring Sosial
Pertama-tama, penting untuk diketahui terlebih dahulu bahwa Situs
Jejaring Sosial (SJS) merupakan salah satu bentuk dari Media Sosial.
Media Sosial merupakan sekumpulan media online jenis baru yang
memiliki semua atau beberapa karakteristik (Mayfield, 2008), sebagai
berikut :
a) Partisipasi. Media sosial memungkinkan semua orang yang tertarik di
dalamnya memberi kontribusi dan tanggapan. Dengan kata lain, media
sosial mengaburkan garis antara pengguna dan media itu sendiri.
b) Keterbukaan. Kebanyakan layanan media sosial terbuka terhadap
tanggapan dan partisipasi. Mereka mendorong penggunanya untuk
memberi suara, berkomentar, dan berbagi informasi. Mereka juga
sangat jarang menggunakan batasan untuk akses dan penggunaan isi di
dalam media sosial.
c) Percakapan. Ketika media tradisional berkutat dengan broadcast
(content yang didistribusikan kepada pengguna), media sosial lebih
dilihat sebagai percakapan dua arah.
d) Komunitas. Media sosial memungkinkan terbentuknya komunitas
dengan cepat dan berkomunikasi secara efektif. Komunitas-komunitas
dapat berbagi ketertarikan yang sama, seperti kecintaan dengan
e) Keterhubungan. Kebanyakan jenis media sosial berkembang pesat
dalam keterhubungan mereka. Artinya, media sosial memungkinkan
pengguna untuk menggunakan hubungan atau tautan dengan situs lain,
sumber, atau orang lain.
Saat ini, pada dasarnya terdapat tujuh jenis media sosial (Mayfield,
2008), yaitu :
a) Jejaring Sosial atau dalam penelitian ini disebut Situs Jejaring Sosial
(SJS). Situs jenis ini memungkinkan orang-orang untuk membuat
halaman web pribadi dan kemudian berhubungan dengan teman untuk
berbagi content dan komunitkasi. Salah satu SJS terbesar adalah
Facebook.
b) Wikis. Situs ini memungkinkan orang-orang untuk menambah content
atau menyunting informasi yang ada di dalamnya, berperan sebagai
dokumen atau database umum. Wiki yang paling terkenal adalah
Wikipedia, sebuah ensikopedi online yang memiliki lebih dari dua juta
artikel berbahasa inggris.
c) Blogs. Situs jenis ini mungkin adalah jenis yang paling diketahui oleh
semua orang. Blog adalah jurnal online dengan catatan yang
ditampilkan merupakan yang paling sering diakses.
d) Podcasts. Situs berlangganan dokumen audio dan video melalui
e) Forum. Area untuk diskusi online, sering kali seputar topik atau
ketertarikan tertentu. Forum sudah ada sebelum istilah media sosial
ada dan merupakan elemen yang sangat kuat dalam komunitas online.
f) Content Communities. Komunitas yang terorganisasi dan berbagi
content tertentu. Content communities yang paling popular untuk
berbagi foto, yaitu Flickr dan berbagi video, yaitu Youtube.
g) Microblogging. Jaringan sosial yang dikombinasikan dengan bite-sized
blogging, yaitu content dalam jumlah yang kecil dapat didistribusikan
secara online lewat jaringan telpon seluler. Pemimpin dalam jenis
jaringan sosial ini adalah Plurk.
Dalam penelitian ini, jenis media sosial yang peneliti gunakan
adalah SJS. Hal ini peneliti putuskan berdasarkan hasil wawancara
yang peneliti lakukan terhadap 16 informan pada tanggal 4-5 Mei
2015, yaitu sebesar 81,25% responden mengakses SJS dibandingkan
kegiatan lain, seperti online shopping (12,5%) , main games (18,75%),
chatting (18,75%), dan membaca komik (6,25%) melalui gadget yang
mereka miliki.
2. Definisi dan Karakteristik Situs Jejaring Sosial
Situs Jejaring Sosial (SJS) adalah komunitas virtual yang
memungkinkan pengguna untuk membuat profil publik, berinteraksi
dengan teman-teman dunia nyata, dan berkenalan dengan orang lain yang
Ellison dan Boyd (2007), SJS merupakan layanan berbasis web yang
memungkinkan individu untuk (1) menciptakan profil publik atau
semipublik dalam sistem yang terbatas; (2) menunjukkan pengguna lain
yang berhubungan dengan dirinya di dalam sistem; (3) melihat dan
memperluas hubungan dengan pengguna lain di dalam sistem. Dengan
demikian, SJS memiliki tiga karakteristik utama, yaitu profil, teman, dan
daftar teman lintas pengguna (Ahn, 2011).
SJS merupakan bagian dari serangkaian aplikasi Web yang
menggunakan prinsip “Web 2.0”. Situs yang menerapkan prinsip Web 2.0 ini didesain untuk (1) bergantung pada partisipasi kelompok pengguna
yang besar daripada kontrol terpusat dari penyedia content; (2)
mengumpulkan dan menggabungkan content dari berbagai sumber; (3)
lebih menghubungkan antara pengguna dan content secara bersama-sama
(O’Reilly, 2007).
Kebanyakan dari SJS berfungsi untuk mempertahankan relasi yang
sudah ada sebelumnya dalam dunia nyata (Choi, 2006 dalam Boyd &
Ellison, 2008). Namun, di sisi lain SJS juga dapat membantu orang-orang
yang tidak saling kenal menjadi saling terhubung atas dasar memiliki
ketertarikan, pandangan politik, atau aktivitas yang sama (Boyd & Ellison,
3. Fitur-fitur Situs Jejaring Sosial
Dalam artikelnya, Boyd & Ellison (2008) menjabarkan variasi SJS,
seperti akses untuk melihat profil, sebutan untuk pengguna, dan
fasilitas-fasilias yang ditawarkan. Setelah bergabung dalam sebuah SJS, individu
akan diminta untuk mengisi halaman dengan serangkaian pertanyaan.
Melalui tahap inilah, profil online seseorang akan tercipta. Biasanya profil
terdiri dari informasi usia, tempat tinggal, ketertarikan, dan kolom
“deskripsi diri”. Kebanyakan SJS juga memfasilitasi penggunanya untuk
mengunggah foto profil. Beberapa situs bahkan memungkinkan
penggunanya untuk meningkatkan profil mereka dengan menambahkan
konten media-media atau memodifikasi tampilan profil mereka.
Akses untuk melihat profil juga bervariasi untuk setiap SJS dan
bergantung pada kebijakan pengguna. Misalnya, profil Friendster dan
Tribe.net dapat dijangkau dengan mesin pencari (search engine) sehingga
dapat diakses oleh siapa saja. Lain halnya dengan LinkedIn, SJS satu ini
mengontrol apa yang dapat dilihat oleh pengguna tergantung bilamana
pengguna sudah membayar akunnya atau belum. Situs lainnya, seperti
MySpace memfasilitasi penggunanya untuk memilih bilamana mereka
ingin profilnya dilihat oleh publik atau “hanya teman”. Berbeda dengan
Facebook, dalam pengaturan awal, profil pengguna dapat dilihat oleh siapa
saja, kecuali pengguna tersebut memblokir orang-orang tertentu untuk
Selanjutnya, SJS juga memfasilitasi pengguna untuk
mengidentifikasi pengguna-pengguna lain yang memiliki hubungan
dengannya di dalam sistem. Istilah yang digunakan untuk menyebut
hubungan ini berbeda-beda untuk setiap situs, istilah populer yang
biasanya digunakan adalah “Teman”, “Kontak”, atau “Fans.” Kebanyakan
SJS membutuhkan persetujuan antar pengguna untuk “berteman”, tetapi ada juga yang tidak. Biasanya, istilah “Fans” atau “Pengikut” merupakan
label yang digunakan untuk SJS yang bersifat satu arah atau tidak
membutuhkan persetujuan antar pengguna untuk “berteman.”
Hampir semua SJS juga menyediakan sebuah mekanisme agar
pengguna dapat meninggalkan pesan di profil teman mereka. Fitur ini
biasanya disebut “komentar”, tetapi beberapa SJS lain memiliki istilah
yang berbeda untuk fitur ini. Selain itu, beberapa SJS juga memfasilitasi
penggunanya untuk meninggalkan pesan pribadi untuk pengguna lain,
layaknya e-mail.
Selain profil, teman, komentar, dan pesan pribadi, SJS sebenarnya
memiliki beragam fitur dan user base. Beberapa SJS memiliki kapasitas
untuk mengunggah dan berbagi foto atau video, sementara yang lainnya
lagi memiliki built-in blogging dan teknologi pesan singkat. Ada beberapa
SJS yang didukung penuh penggunaannya dengan menggunakan telepon
genggam, tetapi ada juga SJS yang hanya memiliki akses terbatas ketika
4. Keuntungan dan Risiko Penggunaan Situs Jejaring Sosial
Dalam penggunaan SJS, terdapat beberapa keuntungan yang bisa
didapatkan oleh remaja (O’Keefee & Pearson, 2011), yaitu :
a) Tetap terhubung dengan teman dan keluarga, membuat pertemanan
baru, berbagi gambar dan bertukar ide.
b) Kesempatan untuk terikat dengan komunitas dengan menghasilkan
uang untuk acara amal atau menjadi volunteer dalam acara lokal.
c) Perluasan koneksi online dan bahkan beralih ke offline melalui
ketertarikan yang sama yang melibatkan orang lain dari latar belakang
yang lebih beragam.
d) Membantu perkembangan identitas dan keterampillan sosial remaja.
e) Meningkatkan atau mempermudah kesempatan belajar. Misalnya,
siswa SMP dan SMA terhubung satu sama lain melalui SJS untuk
pengerjaan tugas atau proyek.
f) Kemudahan untuk mengakses atau mendapatkan informasi kesehatan.
Meski demikian, jika digunakan secara tidak tepat, penggunaan SJS
juga memiliki beberapa risiko untuk remaja, antara lain
a) Cyberbullying dan Kekerasan Online
Cyberbullying adalah tindakan menggunakan media digital untuk
menyampaikan fitnah, mempermalukan, atau menyampaikan pesan
yang kasar pada orang lain. Cyberbullying adalah risiko online yang
paling umum untuk kalangan remaja dan memiliki dampak untuk
Namun, kekerasan online lebih jarang terjadi dibandingkan
cyberbullying. Selain itu, kekerasan online juga tidak sering terjadi
pada kalangan anak-anak dan remaja (O’Keefee & Pearson, 2011). b) Kecanduan SJS
Pada umumnya, SJS digunakan untuk fungsi atau tujuan sosial,
kebanyakan untuk mempertahankan relasi offline (Kuss & Griffiths
dalam Griffiths, Kuss, Demetrovic, 2014). Namun, bukti-bukti yang
ada menunjukkan bahwa individu mungkin merasa dipaksa untuk
mempertahankan jaringan sosial online mereka dalam suatu cara dalam
beberapa situasi mengarah pada penggunaan SJS yang berlebihan
(Griffiths, Kuss, Demetrovic, 2014).
Banyak karyawan-karyawan perkantoran telah mengklaim bahwa
kecanduan SJS sudah saatnya menjadi perhatian, terutama di antara
kalangan anak muda atau remaja. Misalnya, dalam sebuah survei
terhadap 120 manajer dan praktisi muda, didapatkan hasil bahwa
partisipan memiliki ketakukan bahwa aktivitas SNS menggantikan
aktivitas lainnya dan interaksi sosial tatap muka (Davies & Cranston
dalam Griffiths, Kuss, Demetrovic, 2014).
c) Depresi
Intensitas penggunaan dunia online diduga dapat menjadi pemicu
depresi untuk beberapa remaja (O’Keeffe & Pearson, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Moreno et al. (2011) menunjukkan bahwa
dengan depresi. Dengan kata lain, individu yang sering mengakses
facebook juga sering menunjukkan update-update yang terkait depresi.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa individu yang menghabiskan
banyak waktu dalam relasi online akan membuatnya merasa lebih tidak
puas. Hal ini terjadi karena relasi online kurang memiliki relasi antar
pribadi – komunikasi langsung. Ketidakpuasan yang dirasakan individu ini dapat membuat individu mengalami stress (Szwedo,
Mikami, & Allen, 2012).