• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.9. Skenario Model Pengelolaan Lahan Gambut

Strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut dilakukan dengan pendekatakan analisis keberlanjutan kondisi eksisting dan analisis kebutuhan stakeholders. Untuk mengetahui indeks dan status keberlanjutan digunakan metode multi dimensional scalling (MDS) yang disebut dengan Rap-Insus-Landmag. Indikator yang dianalisis mencakup 5 dimensi keberlanjutan yakni ekologi, ekonomi, sosial, infrastruktur dan teknologi serta hukum dan kelembagaan.

Analisis dengan Rap-Insus-Landmag diperoleh indeks dan status keberlanjutan pada masing-masing dimensi serta faktor-faktor pengungkit atau atribut kunci. Hasil analisis tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis prospektif untuk menentukan faktor kunci atau dominan. Faktor-faktor tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem yang akan dibangun dalam upaya untuk pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut secara berkelanjutan.

Analisis kebutuhan stakeholders dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor berdasarkan preferensi kebutuhan pada masa yang akan datang. Faktor-faktor atau atribut-atribut kebutuhan stakeholders tersebut kemudian dilakukan analisis prospektif untuk memperoleh faktor-faktor kunci atau dominan terhadap pencapaian pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut.

Hasil analisis keberlanjutan di integrasikan dengan analisis kebutuhan

stakeholders menggunakan analisis prospektif. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menyusun strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut. Hasil integrasi akan diperoleh faktor dominan yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan skenario strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit rakyat pada lahan gambut.

Skenario merupakan gambaran kondisi masa depan dari setiap dimensi dan setiap faktor kunci keberlanjutan. Skenario yang ditetapkan kemudian disimulasikan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan pada masa yang akan datang dengan menggunakan analisis MDS. Perubahan kondisi (state) masing- masing faktor dominan di masa yang akan datang memiliki sejumlah kemungkinan yang berbeda, seperti yang dipaparkan pada Tabel 32.

Tabel 32. Uraian masing-masing skenario strategi pengelolaan lahan gambut.

Skenario Uraian (keterangan)

I Melakukan perbaikan pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut dengan cara peningkatan skoring pada beberapa atribut sensitif pada dimensi yang tidak berkelanjutan secara minimal

II Melakukan perbaikan pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut dengan cara peningkatan skoring pada beberapa atribut sensitif pada seluruh dimensi secara optimal III Melakukan perbaikan pada pengelolaan perkebunan kelapa

sawit pada lahan gambut dengan cara peningkatan skoring pada seluruh atribut sensitif secara maksimal

Secara operasional penerapan strategi pengelolaan lahan gambut pada agroekologi perkebunan kelapa sawit dilakukan seperti dipaparkan pada Tabel 33.

Tabel 33. Penerapan model pengelolaan lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit rakyat.

Faktor Dominan Pengelolaan Lahan Gambut Pengaturan tata air dan

lahan

Pada perkebunan rakyat pengelolaan air pada skala mikro, yaitu yang berada di tingkat pekebun yang meliputi pembuatan saluran keliling dan pembuatan pintu air (tabat). Biaya operasional yang diperlukan untuk lahan gambut Rp. 4.045.013 ha-1 (standar biaya pembukaan lahan gambut dan pembuatan saluran pada PBS) Program pemberdayaan Pengembangan agroindustri kelapa sawit dengan strategi

pemberdayaan dilakukan dengan membentuk kelembagaan kerjasama jangka panjang antara investor dengan pekebun yang berhimpun dalam koperasi. Pola ini mengimplementasikan strategi pemberdayaan pekebun agar dapat ikut memiliki PKS, sehingga pekebun dapat menikmati keuntungan dari kegiatan off farm yang berlokasi di sekitar kebun.

Kerjasama antar

stakeholders

Pembentukan kelembagaan lintas sektoral untuk mendukung kerjasama antar stakeholders, dapat dilakukan dengan membentuk “kelompok kerja” (pokja) yang difasilitasi oleh Dinas Perkebunan. Dalam kerangka pembentukan kemitraan usaha pola agroindustri kelapa sawit dibentuk kelembagaan dengan pelaku utama adalah (1) investor yang membangun pabrik dan kebun, (2) koperasi pekebun yang akan menerima alih usaha dari investor; (3) manajemen unit usaha yang mengadakan kontrak manajemen dengan koperasi pekebun untuk mengelola usaha perkebunan; (4) lembaga pembiayaan usaha (bank)

Manajemen produksi tanaman sawit

Produktivitas tanaman yang tinggi dilakukan dengan pengelolaan tanaman meliputi pembibitan kelapa sawit, pengawetan tanah, penaman kacang kacangan, penanaman kelapa sawit dan pembuatan prasarana. Selanjutnya pemeliharaan TBM (1-3 tahun) meliputi pembuatan piringan & gawangan, pengendalian gulma, pemupukan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, tunas pokok, kastrasi dan sanitasi, penyisipan dan konsolidasi pokok doyong, perawatan parit dan konservasi tanah dan perawatan prasarana. Biaya yang diperlukan pada manajemen produksi tanaman sebesar Rp. 14.236.143 ha-1. Total biaya yang diperlukan mulai perencanaan lahan sampai pemeliharaan TBM (3 tahun) sebesar Rp. 33.000.000 ha-1.

Industri pengolahan Integrasi struktur pabrik dan pekebun dalam usaha perkebunan kelapa sawit rakyat melalui kemitraan usaha pola agroindustri kelapa sawit. Hal ini dilakukan dengan membangun koperasi pekebun yang anggotanya secara kolektif mempunyai luas kebun 800 ha dengan pendirian PKS skala 5 ton TBS jam-1, estimasi biaya yang diperlukan sekitar Rp.10 milyar

Struktur dan akses permodalan

Kepemilikan PKS oleh investor dan pekebun dimungkinkan dengan adanya pembiayaan yang bersumber dari dana pembiayaan usaha yang dapat terjangkau dan murah melalui adanya mekanisme subsidi bunga oleh pemerintah daerah (APBD) atau pemerintah pusat (APBN). Hal ini didukung oleh ketersedian lembaga keuangan pada skala mikro (koperasi) kerjasama investor, pekebun, bank dan pemerintah

Perubahan kondisi yang akan datang terhadap faktor kunci pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut dipaparkan pada Tabel 34.

Tabel 34. Perubahan faktor-faktor dominan strategi pengelolaan lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit rakyat.

No. Faktor Dominan Keadaan pada masa yang akan datang

A B C D

1. Pengaturan tata air dan lahan

Saluran tata air mikro di areal perkebunan sangat terbatas

Pembuatan saluran tata air mikro di areal perkebunan

Pembuatan saluran tata air mikro di areal perkebunan dan pembuatan pintu air

Pembuatan saluran tata air mikro di areal perkebunan dan pembuatan pintu air dengan mempertahankan kedalaman muka air tanah 50 – 80 cm 2. Pemberdayaan masyarakat Kelembagaan kelompok tani tidak tersedia Membentuk kelembagaan kelompok tani Membentuk kelembagaan kelompok tani dan wadah koperasi Membentuk kelembagaan kelompok tani dan wadah koperasi dengan membangun kemitraan dengan investor 3. Kerjasama antar stakeholders Perkebunan sawit rakyat dilakukan tanpa kerjasama antar stakeholders Pengelolaan perkebunan sawit rakyat dilakukan kerjasama antara pekebun (poktan) dengan pemerintah Pengelolaan perkebunan sawit rakyat dilakukan kerjasama antara pekebun (poktan), pemerintah dan investor Pengelolaan perkebunan sawit rakyat dilakukan kerjasama antara pekebun (poktan), pemerintah, investor dan bank 4. Manajemen produksi tanaman sawit Manajemen produksi tanpa perencanaan penanaman, pemeliharaan dan panen Manajemen produksi dengan perencanaan, penanaman, pemeliharaan dan panen dilakukan secara minimal Manajemen produksi dengan perencanaan, penanaman, pemeliharaan dan panen dilakukan secara optimal Manajemen produksi dengan perencanaan, penanaman, pemeliharaan dan panen dilakukan secara maksimal 5. Industri Pengolahan PKS tersedia dengan akses terbatas PKS tersedia di sekitar kebun dengan akses pedagang perantara PKS tersedia di sekitar kebun dengan akses langsung melalui KUD PKS dengan kepemilikan bersama melalui pola kemitraan KUD, investor bank dan pemerintah 6. Struktur dan akses permodalan Pembiayaan murni swadaya pekebun Pembiayaan melalui KUD difasilitasi pemerintah Pembiayaan melalui KUD difasilitasi pemerintah dan bank Pembiayaan melalui lembaga keuangan mikro dengan kemitraan pemerintah, bank dan investor

Keterangan : A = kondisi eksisting; B = skenario I; C = skenario II; D = skenario III. Skoring A = 0; B = 1; C = 2; D = 3

6

Model pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis-Meranti dilakukan berdasarkan atas rekomendasi yang disusun pada skenario I (minimal), II (optimal) dan III (maksimal). Pendekatan integratif faktor pengaturan tata air dan lahan (a), pemberdayaan masyarakat (p), kerjasama antar stakeholders (s), manajemen produksi tanaman sawit (t), industri pengolahan (i), struktur dan akses permodalan (m) dalam hubungan fungsi G = f (a, p, s, t, i, m) menjadi pertimbangan dalam penentuan pengelolaan lahan gambut.

Jika pengaturan tata air dan lahan (a), manajemen produksi tanaman sawit (t) dan industri pengolahan (i) merupakan suatu konstanta (c), hal ini didasarkan atas asumsi bahwa ke tiga faktor merupakan variabel yang bersifat tetap (konstan) dan diperlukan dalam pengelolaan lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit. Dengan demikian formulasi pengelolaan lahan gambut adalah :

Gj = ∑ c pij . sij . mij i=1

dimana : i = 1,2,3,4,5,6 (fungsi ke i) j = 1, 2, 3 (skenario ke j)

maka formulasi pengelolaan lahan gambut dalam berbagai skenario adalah : G1 = c ( p1.1 s1.1 m1.1 + ... + p6.1 s6.1 m 6.1); skenario minimal G2 = c ( p1.2 s1.2 m1.2 + ... + p6.2 s6.2 m 6.2); skenario optimal G3 = c ( p1.3 s1.3 m1.3 + ... + p6.3 s6.3 m 6.3); skenario maksimal

Implementasi model pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut berbasis sumberdaya lokal dilakukan untuk mencapai kondisi yang optimum dengan memperhatikan besarnya biaya yang dibutuhkan seperti tercantum pada Tabel 35.

Tabel 35. Skenario strategi pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut berbasis sumberdaya lokal di Kabupaten Bengkalis-Meranti

Kondisi eksisting

Susunan Atribut Faktor Dominan Skenario

I (minimal) II (optimal) III (maksimal) 1A, 2A, 3A, 4A,

5A, 6A 1B, 2B, 3A, 4B, 5A, 6B 1C, 2C, 3B, 4C, 5B, 6C 1D, 2D, 3D, 4D, 5D, 6D