• Tidak ada hasil yang ditemukan

MISI I : Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing

RSU PEMERINTAH (KEMKES)

C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

1. Status Gizi

Masalah gizi penduduk merupakan masalah yang tersembunyi, yang berdampak pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Kurang asupan dan absorbsi gizi mikro dapat menimbulkan konsekuensi pada status kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain (kognitif, sistim imunitas, reproduksi, dan lain-lain). Timbulnya masalah gizi dapat disebabkan karena kualitas dan kuantitas dari intake makanan (terutama energi dan protein), dimana secara kronis bersama-sama dengan faktor penyebab lainnya dapat mengakibatkan maramus atau kwashiorkor.

Kurang gizi dikarenakan akses masyarakat terhadap pangan rendah, makanan ibu hamil kurang kalori dan protein atau terserang penyakit, bayi baru lahir tidak diberi kolostrum, bayi sudah diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sebelum usia 4-6 bulan, pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat, anak dibawah 2 tahun diberik makanan kurang atau densitas energinya kurang, makanan yang diberikan tidak mempunyai kadar zat gizi mikro yang cukup, penanganan diare yang tidak benar dan makanan yang kotor/terkontaminasi

Sesungguhnya telah banyak upaya penanggulangan masalah gizi yang dilakukan, akan tetapi, keberhasilan upaya tersebut masih dirasakan belum optimal.

Salah satunya upayanya dengan diberikannya Kartu Menuju Sehat dan Buku KIA bagi Balita sebagai pemantauan untuk ibu dan petugas kesehatan, ternyata hasil Riskesdas Persentase kepemilikan buku KIA pada anak umur 0-59 bulan baru mencapai 47,9%

sisanya hilang dan tidak memiliki buku KIA.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 104 Demikian pula upaya yang telah dilaksanakan antara lain pemberian makanan tambahan pemulihan (PMTP), bantuan keuangan gubernur 90 hari, peningkatan kapasitas petugas dalam pelatihan tatalaksanan gizi buruk, konseling menyusui, penilaian pertumbuhan, pemberian makanan bayi dan makanan (PMDH) dan konseling makanan pendamping air susu ibu (MP ASI), kerjasama lintas sektor.

a. Status Gizi Balita

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013, di Jawa Barat Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) secara nasional adalah 19,6%, sedangkan di Jawa Barat lebih baik yaitu 15,7%. Prevalensi yang tertinggi adalah di Kabupaten Bandung Barat (22,4%) sedangkan terendah di Kota Cimahi (10,2%).

Masalah stunting/pendek pada balita menunjukkan angka rerata Jawa Barat 35,3 % yang juga lebih baik dari angka nasional (37,2%). Prevalensi yang tertinggi di Kabupaten Bandung Barat (52,5%) dan terendah di Kota Depok (25,7%).

Prevalensi kekurusan menurut kabupaten/kota. Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam manajemen gizi buruk adalah keadaan sangat kurus yaitu anak dengan nilai Z-score < -3,0 SD. Prevalensi sangat kurus di Provinsi Jawa Barat masih cukup tinggi yaitu 5,0 %. Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 5,9 %. Terdapat di 14 Kabupaten/kota dimana prevalensi kurus diatas prevalensi Jawa Barat secara umum, dengan urutan dari prevalensi tertinggi sampai terendah, adalah: (1) Kota Bandung, (2) Kabupaten.Karawang, (3) Kabupaten Tasikmalaya, (4) Kabupaten Cirebon, (5) Kabupaten Garut, (6) Kota Bekasi, (7) Kabupaten Subang, (8) Kota Cirebon, (9) Kabupaten Bandung Barat, (10) Kabupaten Bekasi, (11) Kabupaten Ciamis, (12) Kabupaten Sukabumi, (13) Kota Banjar dan (14) Kabupaten Bandung.

Menurut WHO 2010 masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi BB/TB Kurus antara 10,0 % - 14,0 %, dan dianggap kritis bila ≥ 15,0

%. Pada tahun 2013, secara umum di Provinsi Jawa Barat prevalensi BB/TB kurus pada balita masih 10,9 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah kekurusan di Jawa Barat merupakan masalah kesehatan yang serius. Diantara 26 Kabupaten/Kota, terdapat 14 Kabupaten/kota yang masuk kategori serius dan 6 Kabupaten/Kota termasuk kategori kekurusan kritis, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang dan Kota Bandung. Kelompok umur yang terbanyak status gizi sangat kurus terjadi pada umur 6-11 bulan (6,8%) dan pada umur 0-5 bulan sebesar 6,7%, dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada perempuan.

Pada tahun 2013 Prevalensi Kegemukan di Provinsi Jawa Barat sebesar 11,8%. Terdapat 10 Kabupaten/Kota yang memiliki masalah kegemukan di atas angka umum Jawa Barat dengan urutan prevalensi tertinggi sampai terendah, yaitu (1) Kabupaten Bandung Barat, (2) Kabupaten Cirebon, (3) Kabupaten Bekasi, (4)

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 105 Kota Depok, (5) Kota Bandung, (6) Kabupaten Karawang, (7) Kabupaten Bandung, (8) Kabupaten Garut, (9) Kabupaten Indramayu dan (10) Kabupaten Sukabumi.

Gambar V. C. 1

Prevalensi Status Gizi BB/TB <-2 SD Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Sumber: Riskesdas 2013

b. Status Gizi Anak umur 5 – 12 tahun

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013, di Jawa Barat Prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,4% sangat pendek dan 18,2% pendek. Apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota prevalensi sangat pendek terendah di Kota Depok (1,8%) dan tertinggi di Kabupaten Garut (22,9%). Sebanyak 9 Kabupaten dengan prevalensi di atas prevalensi Jawa Barat yaitu Kabupaten Sukabumi.

Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Ciamis. Secara rinci dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar V. C. 2

Prevalensi Anak Sangat Pendek Umur 5 – 12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Sedangkan prevalensi kurus (menurut IMT/U) di Jawa Barat pada anak umur 5-12 tahun adalah 9,1 %, terdiri dari 3,1 % sangat kurus dan 6,0 % kurus.

Prevalensi kurus paling rendah di Kota Tasikmalaya (5,7%) dan paling tinggi di

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 106 Kabupaten Indramayu (14,0%) dan sebanyak 17 Kabupaten/kota dengan prevalensi kurus diatas angka Jawa Barat yaitu Kabupaten Subang, Kota Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kota Banjar, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Cirebon, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Indramayu.

Gambar V. C. 3

Prevalensi Gemuk & Sangat Gemuk Anak Umur 5 – 12 Tahun Menurut Kabupaten/Kota Jawa Barat Tahun 2013

Secara umum masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun di Jawa Barat masih tinggi yaitu 18,6 %, terdiri dari gemuk 10,7 % dan sangat gemuk (obesitas) 7,9%. Prevalensi gemuk terendah di Kabupaten.Cianjur (10,6%) dan tertinggi di Kabupaten Garut (27,3%) dan sebanyak 10 Kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk diatas angka Jawa Barat yaitu Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kabupaten Indramayu, Kota Depok, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Kabupaten Garut.

c. Status Gizi Remaja

Prevalensi pendek pada remaja umur 13-15 tahun adalah 33,8 % terdiri dari 12,6% sangat pendek dan 21,2% pendek. Prevalensi terendah di Kota Bekasi (12,5%) dan tertinggi Kabupaten Sukabumi (53,5%). Sebanyak 12 kabupaten/kota memiliki prevalensi pendek di atas angka Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut dan Kabupaten Sukabumi.

Prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 9,1 % terdiri dari 2,

% sangat kurus dan 6,5 % kurus. Prevalensi kurus terlihat paling rendah Kota Sukabumi (4,1%) dan paling tinggi di Kota Bekasi (13,9%).Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi anak kurus (IMT/U) diatas angka prevalensi Jawa Barat yaitu Kabupaten Garut, Kota Bandung, Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon,

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 107 Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.

Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Jawa Barat sebesar 9.7%, terdiri dari 7,5 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk diatas prevalensi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kota Bogor, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Depok, Kota Cirebon, dan Kota Bekasi, sedangkan Kabupaten dengan prevalensi gemuk terendah adalah di Kabupaten Indramayu (4,5%) dan prevalensi tertinggi di Kota Bekasi (20,2%).

Status gizi remaja umur 16–18 tahun. Secara umum prevalensi pendek di Jawa Barat adalah 29,7% (7,1% sangat pendek dan 22,6% pendek). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi pendek diatas prevalensi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Sumedang, Kota Sukabumi, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kota Banjar, Kabupaten Subang, Kabupaten Garut, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten dengan prevalensi pendek terendah adalah di Kabupaten Indramayu (17,6%) dan prevalensi tertinggi di Kabupaten Tasikmalaya (48,7%).

Gambar V. C. 4

Prevalensi Kurus (IMT/U) Remaja Umur 16 – 18 Tahun Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara umum sebesar 9,1% (1,4% sangat kurus dan 7,7% kurus). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi kurus diatas angka prevalensi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kota Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kota Banjar, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon. Kabupaten dengan prevalensi kurus terendah adalah di Kabupaten Tasikmalaya (3,3%) dan prevalensi tertinggi di Kota Cirebon (18,7%).

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 108 Prevalensi gemuk pada remaja umur 16 – 18 tahun di Jawa Barat sebanyak 7,6 % yang terdiri dari 6,2 %gemuk dan 1,4 %obesitas. Kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah Kota Depok (20,8%) dan terendah Kabupaten Sukabumi (3,5%). Sebanyak 12 kabupaten/kota dengan prevalensi gemuk di atas angka prevalensi Jawa Barat yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, Kota Sukabumi, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kota Depok.

Prevalensi kekurusan (sangat kurus) pada remaja umur 16-18 tahun lebih banyak pada anak laki-laki (2,3%) daripada anak perempuan (0,5%). Sedangkan untuk prevalensi kegemukan (obese) antara anak laki-laki (1,2%) hampir sama dengan anak perempuan (1,5%).

d. Status Gizi Dewasa (>18 Tahun)

Prevalensi penduduk umur dewasa menurut status IMT di masing masing kabupaten/kota. Secara provinsi dapat dilihat masalah gizi pada penduduk dewasa di atas 18 tahun adalah 11% kurus, 62,1 % normal, 11,7 % BB lebih dan 15,2 % obesitas. Permasalahan gizi pada orang dewasa cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat badan. Prevalensi tertinggi untuk obesitas adalah Kota Bekasi (23,4%), Kota Depok (21%) dan Kota Bogor (20,1%).

Prevalensi kurus, baik pada laki-laki maupun perempuan cenderung lebih tinggi pada kelompok umur muda (19 tahun) dan kelompok umur tua (65 tahun keatas). Prevalensi obesitas cenderung mulai meningkat sampai umur 50 tahun, dan kemudian prevalensinya semakin rendah pada setiap kelompok umur.

Prevalensi obesitas lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding daerah perdesaan, sebaliknya prevalensi kurus cenderung lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan. Masalah gizi pada wanita usiasubur (WUS)15-49 tahun dan wanita hamil berdasarkan indikator Lingkar Lengan Atas (LiLA). Hasil pengukuran LiLA disajikan menurut kabupaten/kota dan karakteristik. Untuk menggambarkan adanya risiko kurang enegi kronis (KEK)dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi pada WUS digunakan ambang batasnilai rerata LiLA<23,5 cm.

Prevalensi risiko KEK wanita tidak hamil provinsi Jawa Barat lebih rendah (19,9%) dibanding angka nasional (20,8%). Terdapat 11 kabupaten/kota dengan prevalensi risiko KEK pada wanita tidak hamil di atas angka nasional dan angka provinsi yaitu kota Sukabumi, Kabupaten Subang, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kota Bandung, Kabupaten Sukabumi.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 109 2. Anemia Gizi

Upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan kepada kelompok rawan yaitu ibu hamil, balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Terjadinya defisiensi besi pada wanita, antara lain disebabkan jumlah zat besi yang di absorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang masuk karena rendahnya bioavailabilitas makanan yang mengandung besi atau kenaikan kebutuhan besi selama hamil, periode pertumbuhan dan pada waktu haid Penanganan defisiensi besi dengan pemberian suplementasi tablet besi merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kadar Fe/besi dalam jangka waktu yang pendek.

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melaksanakan penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan memberikan tablet besi folat (Tablet Tambah Darah/TTD) yang mengandung 60 mg elemental besi dan 250 ug asam folat) setiap hari satu tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.

Selama ini upaya penangulangan anemia gizi difokuskan ke sasaran ibu hamil dengan suplemen besi. Cakupan Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dengan mendapatkan 90 tablet Besi (Fe3) pada tahun 2014 sebesar 97,57%, angka ini sudah mencapai target (90%), apabila cakupan ini dibandingkan tahun 2010 (82,09%) mengalami kenaikan sebesar 15,48 point.

Gambar V. C. 5

Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe3) Ibu Hamil di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 – 2014

79,5 82,1 87,94 90,32 87,1 97,6

-20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Apabila dibandingkan per-Kabupaten/Kota tahun 2013 ternyata terdapat 13 Kabupaten/Kota yang sudah mencapai target dan 13 Kabupaten/Kota yang dibawah angka Jawa Barat.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 110 Gambar V. C. 6

Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe3) Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2014