• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.3 Strategi Adaptasi Mempertahankan Usaha Tenun ATBM

4.3.1 Strategi Diversifikasi Produk

Pengembangan produk dilakukan untuk menghadapi persaingan usaha yang sedemikian hebatnya dalam suatu industri, sehingga setiap perusahaan harus mengembangkan dan menciptakan produk baru agar dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualan. Pengembangan produk baru ini juga sebagai pemenuhan untuk selera konsumen yang selalu menginginkan adanya perubahan dari suatu produk sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Dengan demikian pengembangan produk merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan agar dapat tetap bertahan. Menurut Marsigit dalam (Hermawan, 2015: 27) diversifikasi produk dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai akibat dilaksanakannya pengembangan produk, sementara produk lama secara ekonomis masih dapat dipertahankan. Dalam diversifikasi produk, perusahaan berusaha untuk menaikkan penjualan dengan cara mengembangkan produk baru sehingga terdapat bermacam-macam produk yang diproduksi perusahaan.

Diversifikasi produk kerajinan tenun adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan pengusaha kerajinan tenun untuk membuat produk menjadi lebih beragam atau tidak terpaku hanya pada satu jenis produk kain tenun saja. Kain tenun yang ada dibuat lagi dalam bentuk yang baru, seperti yang terdapat di kilang Ibu Hotmin Silalahi produk yang dulunya hanya berupa ulos Simalungun (tapak catur, hati rongga asli dan palsu), lalu dengan motif ulos Simalungun ini dibuat menjadi bakal pembuatan sarung, jas, selendang, dan sarung sulo. Seperti yang dikatakan informan Ibu Hotmin Silalahi berikut:

“ya kalau mau usaha tetap bertahan harus pintar memanfaatkan teknologi, harus mau belajar bagaimana caranya agar konsumen dapat tetap membeli kain ulos kita walaupun kain ulos dengan ATM sudah banyak di pasar dan harganya jauh lebih murah dibanding kain ulos ATBM. Awal saya buka usaha tenun, saya cuma membuat ulos Simalungun yaitu hati rongga palsu saja,terus saya produksi juga ulos Simalungun berupa tapak catur, namun karena saya lihat motif ulos cantik dijadikan pakaian juga, maka saya coba membuat bakal pembuatan sarung, jas, dan selendangnya dari motif ulos Simalungun, dan ternyata banyak konsumen yang menyukainya” (wawancara dengan Ibu Hotmin Silalahi, 2016). Pembuatan jenis produk yang baru ini dirancang langsung oleh Ibu Hotmin dengan melihat perkembangan kain tenun melalui internet, melalui kunjungan yang sering dilakukan ke luar Kota Pematangsiantar, lalu dipelajari sehingga tercipta produk baru yang ternyata banyak disukai konsumen. Banyaknya jenis kain tenun yang mulai diciptakan Ibu Hotmin Silalahi memberi dampak positif bagi para karyawannya, seperti pendapat yang diutarakan Ibu Serliana, karyawan tenun Ibu Hotmin berikut:

“Saya mengerjakan kain ulos untuk bakal pembuatan jas dan sarung dek, memang mengalami kesulitan karena panjang ulos yang dibuat sampai 2 meter dan benangnya juga lebih tebal dari pembuatan ulos biasanya, tapi ini juga menambah pemasukan kami, karena banyaknya jenis ulos yang kami kerjakan jadi penghasilan kami pun lumayan banyaklah dek” (wawancara dengan Ibu Serliana, 2016).

Hal senada juga diutarakan karyawan tenun lainnya yaitu Ibu Dewani Sipayung berikut:

“Sebelumnya kakak hanya mengerjakan ulos Simalungun yaitu hati rongga palsu yang gajinya Rp 12.000,- perlembar, tetapi karena sudah banyak jenis ulos yang dibuat, kakak jadi sering juga membuat selendang yang gajinya Rp 30.000,- perlembarnya” (wawancara dengan Ibu Dewani Sipayung, 2016).

Banyaknya jenis produk yang dibuat, menjadikan para karyawan semangat untuk bekerja, karena penghasilan mereka juga bertambah. Mereka tidak hanya terpaku pada satu jenis produk yang gajinya tetap, tetapi sesekali mereka juga mengerjakan produk ulos lainnya yang gajinya lebih tinggi dari yang biasa dikerjakan. Bukan hanya

perluasan pembuatan jenis produk ulos saja yang dilakukan Ibu Hotmin untuk dapat mempertahankan usahanya agar tetap diminati konsumen, tetapi dengan mengganti motif dan menggabungkan motif lama dengan motif baru juga dilakukan. Untuk mendapatkan motif baru Ibu Hotmin mengikuti pameran-pameran budaya, melihat perkembangan fashion melalui layanan internet, dan lalu menciptakan inovasi motif sendiri. Seperti yang dikatakan Ibu Hotmin berikut:

“....saya juga suka membuat motif baru biar konsumen gak bosan sama motifnya yang itu-itu saja, saya lihat-lihat ulos lain ditambah waktu saya ikut pameran di Jakarta saya menemukan motif ulos yang baru, nah maka itu saya mixkan dengan motif ulos saya yang lama, jadi ada pembaharuan setiap tahunnya”(wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016).

Kemajuan teknologi dimanfaatkan Ibu Hotmin untuk memperbaharui produknya sehingga tetap diminati konsumen. Ia juga sering mengikuti pameran hasil budaya agar ia tahu produknya sudah sesuai selera konsumen atau belum. Perluasan jenis ulos dan pembaharuan motif ulos yang dilakukan Ibu Hotmin adalah langkahnya dalam membuat produknya menjadi beragam. Pameran-pameran yang sering diikuti pengusaha juga menambah pengetahuan tersendiri bagi pengusaha tentang perkembangan jenis dan motif kain tenun yang diminati oleh konsumen. Ibu Hotmin sering mengikuti pameran-pameran, seperti pendapat Ibu Hotmin berikut ini:

“Tahun 2005 saya ikut pameran di Senayan, Jakarta. Waktu itu saya dibawa oleh PTPN III, waktu Rudolf Pardede jadi gubernur di DKI Jakarta. Saat pameran itu hanya stand kita yang habis terjual semua ulosnya” (wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016).

Kemajuan usaha Ibu Hotmin dan keberhasilan diversifikasi produk yang dilakukan terlihat jelas dari hasil usahanya yang terjual habis pada saat mengikuti pameran di Jakarta. Produk hasil usaha Ibu Hotmin banyak digemari oleh konsumen. Dalam pembuatan produk baru ini dibutuhkan skill dan pengetahuan oleh pengusaha

agar dapat menciptakan sesuatu yang baru dan diminati konsumen. Tidak hanya pengusaha, karyawan tenun juga harus mau dan mampu belajar dalam membuat jenis ulos dan motif yang baru. Diversifikasi produk yang dilakukan Ibu Hotmin memang dapat diandalkan untuk mempertahankan usahanya di tengah kemajuan teknologi saat ini. Banyak konsumen yang menyukai dan membeli produk ulos Ibu Hotmin meskipun harganya jauh lebih mahal dari ulos yang dibuat dengan ATM. Hal ini terbukti dari pendapat para konsumen seperti Ibu Johannes berikut:

“Motifnya lebih cantik kalau beli ulos disitu, gak seperti di kilang tenun lain yang masih pakai motif lama dek, jadi ya saya tertarik beli disitu” (wawancara dengan Ibu Johannes, 2016).

Begitu juga dengan Ibu Devi yang berpendapat sebagai berikut:

“Motif dan jenis ulosnya cantik dan bagus dek, jadi saya tertarik untuk bekerjasama dengan Ibu Hotmin, biar ulos yang dibuatnya gak dikasih sama orang dan hanya ada di toko saya saja, jadi berapaun ulosnya saya tampung”(wawancara dengan Ibu Devi, 2016).

Ketertarikan konsumen dengan produk ulos yang dihasilkan Ibu Hotmin, membuat usahanya dapat bertahan. Ulos yang dibuat selalu diminati oleh konsumen, sehingga pembuatan ulosnya selalu lancar, dan tidak jarang Ibu Hotmin juga mendapat pesanan dari orang-orang sebagai tanda bahwa ulos yang dihasilkan memang bagus dan berkualitas.

Tabel 4.3 Daftar Jenis Produk serta Harga Gaji Karyawan dan Harga Jual

No Daftar Nama Produk Harga Gaji Karyawan

Perlembar Harga Jual Perlembar

1 Ulos Hati Rongga RP 20.000,- Rp 60.000,-

3 Bakal Jas Rp 50.000,- Rp 250.000,-

4 Bakal Sarung Rp 50.000,- Rp 250.000,-

5 Selendang Rp 30.000,- Rp 65.000,-

6 Sarung Sulo Rp 13.000,- Rp 45.000,-

7 Ulos Tapak Catur Rp 29.000,- Rp 300.000,- Sumber : Ibu Hotmin

Barang yang dibeli dengan pembelian sepasang terdiri dari sarung dan selendang. Lalu sarung dan selendang inipun memiliki klasifikasi kualitas tergantung benang, cara kerja dan motif yang dibuat. Ada mulai harga Rp 60.000,- Rp 150.000 Rp 200.000,- Rp 250.000,- Rp 350.000,- sampai dengan harga Rp 500.000,- yang memiliki kualitas kain tenun paling baik yang ada di usaha tenun Ibu Hotmin.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, strategi yang dilakukan pengusaha terkait dengan diversifikasi produk meliputi penciptaan motif-motif ulos Simalungun yang baru, pencampuran motif-motif lama dengan sedikit penemuan motif baru oleh pengusaha sehingga dapat menghasilkan produk-produk berupa ulos Simalungun dengan berbagai macam motif yang baru. Diversifikasi juga dilakukan dengan menciptakan atau menambah jenis produk baru lainnya. Produk yang awalnya hanya berupa ulos hati rongga dan tapak catur, saat ini produknya sudah bertambah yaitu dengan dibuatnya bakal jas, bakal sarung, sarung sulo, dan selendang. Jenis produk ulos yang semakin beragam membuat konsumen tertarik untuk membeli sehingga pembuatannya dilakukan secara lancar oleh Ibu Hotmin, dan strategi diversifikasi produk ini salah satu faktor membuat usaha Ibu Hotmin dapat bertahan.

Berbeda dengan usaha tenun yang dimiliki Ibu Sarmauli Jawak saat masih berkembang, strategi usaha yang dilakukan untuk mengembangkan produk tenunnya

hanya dengan menciptakan motif-motif ulos Simalungun yang baru, lalu motif baru tersebut juga dikombinasikan dengan motif ulos yang lama sehingga ada pembaharuan jenis motif. Ibu Sarmauli mengaku tidak ada menciptakan produk ulos baru seperti bakal sarung dan jas yang dilakukan Ibu Hotmin. Ibu Sarmauli hanya membuat ulos tapak catur, ulos hati rongga, dan ulos rondang-rondang yang merupakan ulos Simalungun. Ibu Sarmauli juga belum pernah mengikuti pameran hasil budaya dan membawa hasil usahanya ke pameran-pameran tersebut. Untuk menciptakan diversifikasi produk, haruslah dibutuhkan keahlian dan pengetahuan dari seorang pengusaha agar usahanya tetap maju, meskipun usaha lainnya mengalami kemunduran.

Dokumen terkait