• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERNISME DALAM KEBERAGAMAAN MAHASISWA DI SUMATERA BARAT

F. Studi Relevan

Kajian tentang modernisme dan pengaruhnya terhadap pola keberagamaan mahasiswa di Sumatera Barat belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Arus modernisasi yang ditandai dengan perubahan sosial keagamaan yang terjadi di tengah masyarakat dewasa ini banyak menyebabkan bergesernya pola keberagamaan masyarakat, mulai dari memahami agama (Islam) secara harfiah (fundamental) sampai kepada pola keberagamaan sekuler.

Penelitian yang dilakukan oleh Sumayya dengan judul Jilbab dan Identitas

31

Furchan, A. (2009). Beda antara belajar di sekolah dan di perguruan tinggi. Pendidikan islam.net.

Diri.33 Dalam penelitiannya Sumayya membahas tentang persoalan jilbab sebagai penanda (identitas) bagi mahasiswa muslim di Surabaya. Sumayya menjelaskan bahwa mahasiswa yang berjilbab di lingkungan kampus Surabaya merasa keberagamaan mereka lebih sempurna dibandingkan dengan sebelum memakai jilbab.

Selain itu Sumayya juga membahas bahwa mahasiswa Surabaya yang berjilbab mereka lebih bisa menjaga diri dari pengaruh luar yang disebabkan oleh arus modernisme. Sebab dalam pemahaman mahasiswa Surabaya bahwa busana jilbab adalah perempuan baik-baik dan perempuan yang jauh dari kata “perempuan nakal”. Jilbab, dalam pandangan Sumayya lebih sebagai identitas diri dalam pergaulan muslim. Pakaian lebih menggambarkan kepada kepribadian seseorang individu dalam menjalakan perintah tuhan dan perintah agama khususnya dalam norma berpakaian dalam perempuan Islam maka mereka harus menutup aurat, sebab, menutup aurat dengan jilbab merupakan sebuah identitas diri, sekaligus sebagai pembeda bagi perempuan lainnya.

Perempuan yang identitasnya dirinya ditunjukan dengan memakai jilbab, maka dia akan mampu menjaga harkat dan martabat diri mereka dari pengaruh budaya yang tidak baik, khususnya pergaulan bebas dikalangan mahasiswa. Pakaian jilbab seakan memberikan sebuah kekuatan baru bagi perempuan muslim untuk menangkal pengaruh modernisasi yang sudah melampaui sekat-sekat norma dan agama.34

Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah kajian yang dilakukan oleh Muhammad Yusuf pada tahun 2014 tentang modernitas dan identitas keberagamaan siswa, penelitian dilakukan di kota Padang.35 Dalam penelitian ini di temukan bahwa modernitas mempengaruhi identitas keberagamaan siswa di kota Padang. Pada masa remaja status identitas agama belum menjadi bagian dari pribadi siswa. Dalam mejalankan agama, siswa lebih cenderung ikut-ikutan dan tidak ada sesuatu yang khas dalam keberagamaan siswa. Krisis identitas dalam dimensi agama juga menjadi penyebab dari kemerosotan moral siswa. Jika remaja mengalami kegagalan dalam mencapai identitas agama maka remaja akan mengalami kebingungan dalam pegangan hidup yang berdampak kepada kemerosotan moral remaja.

33

Sumayya, Jilbab Dan Identitas Diri: Studi Kasus Kesadaran Mahasiswa Dalam

Memakai Jilbab Di Bawah Arus Modernisme, (Surabaya: Lapesdam NU, 2013), hlm. 71-74.

34

Ibid., hlm. 85-89.

35

Muhammad Yusuf, Modernitas dan Identitas Keberagamaan Siswa, (Jakarta: Tesis Unversitas Pendidikan Indonesia, 2014), hlm. 45-50.

Pengaruh modernisme terhadap identitas agama siswa sangat dirasakan sekali dampaknya ketika terjadinya perilaku-perilaku menyimpang di tengah siswa. Seperti tawuran, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang menjadi salah satu bukti bahwa lemahnya pengamalan siswa terhadap agama. Agama tidak dijadikan sebagai pegangan hidup oleh siswa. Inilah salah satu dampak dari zaman modern yang berimbas langsung terhadap pelajar sekolah menengah ke bawah.

Persoalan identitas agama siswa di era modern ini lebih banyak di pengaruhi oleh teman sebaya dan lingkungan sekitar. Mudahnya pengaruh luar masuk terhadap pemahaman agama siswa juga banyak dipengaruhi oleh masalah masih labilnya emosi siswa-siswa di kota Padang dalam memandang agama. Titik tekan dari penelitian ini adalah tentang masalah identitas dan perubahan pemahaman agama siswa dalam zaman modern.

Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusuf, penelitian yang dilakukan oleh Zakiah pada tahun 2015 dengan tema agama dan kesehatan mental siswa penelitian yang dilakukan di kota Padang.36 Dalam penelitian ini Zakiah menyimpulkan bahwa agama sangat mempengaruhi kesehatan mental siswa. Siswa yang dikelompokan kepada siswa yang religius, menjalankan perintah dan ajaran agama ditemukan kesehatan mentalnya lebih bagus dibandingkan dengan siswa yang tidak religius, dalam artian siswa yang tidak menjalankan ajaran dan perintah agamanya.

Selain itu data yang ditemukan oleh Zakiah di lapangan bahwa kesehatan mental juga dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan siswa. Siswa yang berada di lingkungan kurang bagus dan keluarga yang kurang harmonis lebih banyak mentalnya terganggu. Emosinya kurang terkontrol, lebih arogan di hadapan teman-temannya dan kurang rasa menghormati guru dan menghargai teman-temannya. Peran agama sangat dibutuhkan sekali dalam menyehatkan mental siswa. sebab, agama bisa menjadi filter sekaligus pelepas dahaga siswa dari kegersangan kehidupan sosial dan lingkungan mereka. Dengan adanya peran agama di tengah-tengah siswa akan mempengaruhi pembentukan karakter dan psikologis siswa dalam menghadapi dunia luar yang majemuk dan penuh dengan tantangan.

Kajian tentang modernitas juga banyak dilakukan oleh Fazlur Rahman, salah

36

Zakiah, Agama dan Kesehatan Mental Siswa, (Padang: Tesis Universitas Negeri Padang, 2015), hlm. 68

satu karyanya yang terkenal adalah tentang Islam dan modernitas. Fazlur Rahman mencoba untuk menawarkan bagaimana Islam harus menyikapi modernitas, terkait dengan persoalan sikap intelektual muslim terhadap modernitas yang selama ini menjadi perdebatan terkait dengan anggapan modernitas merupakan sebuah budaya Barat (sesuatu yang asing) dengan tradisi Islam.

Fazlur Rahman menawarkan sebuah konsep evaluasi terhadap tradisi intelektual dan pendidikan Islam. Sudah seharusnya intelektual Islam untuk melakukan rekonstruksi terhadap Al-Qur‟ān, dengan cara meletakan Al-Qur‟ān sebagai ajaran nilai yang padu dan jangan memahami Al-Qur‟ān secara setengah-setengah. Dalam pandagang Fazlur Rahman yang bernilai mutlak dalam Al-Qur‟ān adalah prinsip-prinsip umumnya bukan bagian-bagian individualnya.37

Sejauh pengetahuan penulis belum ada di temukan penelitian yang mengkaji tentang modernitas dan keberagamaan mahasiswa di Sumatera Barat. Penelitian ini mengambil posisi pada kenyataan bahwa masyarakat Sumatera Barat merupakan prototype lingkungan masyarakat yang tetap memperlihatkan kesalehan di tengah kondisi beragamnya tingkat perbedaan kebudayaan, salah satu perbedaan tersebut adalah latar belakang agama dan keberagamaan masyarakat. Penelitian ini penting dilakukan, karena sepengatahuan penulis belum pernah ada penelitian yang berhubungan dengan keberagamaan, baik yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi sendiri maupun oleh pihak-pihak lain yang berkompeten.