---82. SUI WEN TI 541-604
Mempersatukan negeri yang sudah berantakan porak poranda bukan pekerjaan orang s embarangan. Hanya orang-orang istimewa yang ditakdirkan punya kemampuan begitu. Dan Kaisar Cina Sui Wen Ti (nama aslinya: Yang Chien) termasuk salah satu. Diala h orang yang menyatukan Cina yang sudah terpecah belah selama beratus-ratus tahu n. Persatuan politik, yang digarapnya dapat bertahan hampir di seluruh abad-abad sesudahnya. Sebagai hasilnya, Cina bisa menjadi salah satu negeri yang terkuat di dunia. Hasil penting lainnya persatuan politik ini adalah penduduk Cina yang terdiri dari hampir seperlima jumlah keseluruhan penduduk dunia tak begitu serin g terguncang malapetaka perang seperti dialami oleh para penduduk Eropa, Timur T engah, atau bagian-bagian dunia yang lain.
Kaisar sebelumnya, Shih Huang Ti, telah menyatukan Cina di abad ke-3 SM. Dinasti nya, dinasti Chin hancur berantakan tak lama sesudah matinya, tetapi segera cepa t tergantikan oleh dinasti Han yang memerintah seluruh Cina dari tahun 206 SM hi ngga 220 M. Sesudah jatuhnya dinasti Han, Cina masuk ke dalam rawa-rawa perpecah an dalam jangka waktu panjang. Buruknya bisalah disamakan dengan Eropa jaman aba d gelap sesudah runtuhnya Kekaisaran Romawi.
Yang Chien dilahirkan tahun 514 dari sebuah famili yang berada, kompak, dan berw ibawa di Cina Utara. Dia pertama kali peroleh posisi karier militer tatkala usia nya baru empat belas tahun. Yang Chien memiliki kemampuan dan naik melesat denga n cepatnya sebagai "abdi dalem" penguasa, kaisar belahan negeri sebelah utara di nasti Chou. Bantuannya melakukan pengawasan atas hampir seluruh Cina bagian utar a tidaklah percuma karena tahun 573 puteri Yan Chien diperistri putera mahkota. Lima tahun kemudian Kaisar meninggal dunia. Tampaknya sang putera mahkota kurang punya kemantapan mental sehingga tak heran segera timbul kegoncangan perebutan kekuasaan. Dalam pertarungan itu Yan Chien muncul selaku pemenang, dan tahun 581 tatkala umurnya empat puluh tahun dia diakui sebagai Kaisar baru. Ternyata dia tidak cukup puas cuma jadi Kaisar untuk daerah Cina Utara melulu. Sesudah melaku kan persiapan cermat dia melancarkan penyerbuan ke Cina bagian selatan. Ini terj adi tahun 588. Penyerbuan itu berjalan secara kilat dan berhasil sehingga di tah un 589 dia praktis jadi penguasa seluruh Cina.
Selama pemerintahannya, Sui Wen Ti membangun ibu kota baru yang cukup luas untuk pusat kekaisaran pemersatu itu. Dia juga mulai pembangunan kanal raksasa yang m enghubungkan dua sungai terbesar di Cina: Sungai Yangtse di Cina Tengah dengan S ungai Hwang Ho (atau Sungai Kuning) di bagian utara negeri. Kanal ini yang rampu ng selesai di masa pemerintahan puteranya, menolong penyatuan antara Cina bagian utara dan bagian selatan.
Salah satu perubahan paling penting yang dilakukan oleh Kaisar ini adalah menyan gkut lembaga sistem penyaringan pegawai-pegawai pemerintah melalui ujian-ujian. Selama berabad-abad, sistem macam itu membuat Cina memiliki pegawai-pegawai peme rintahan yang bermutu dan berkemampuan tinggi dan tak henti-hentinya mengisi ora ng-orang berbakat di kursi-kursi kantor pemerintah di seluruh negeri dan berasal dari segala tingkat sosial. (Pertama kali sistem ini sudah dirintis dalam masa dinasti Han, tetapi sesudah jatuhnya dinasti itu terjadi masa kosong yang lama s ekali sistem itu tidak dilaksanakan sehingga pengangkatan pegawai banyak ditentu kan oleh faktor-faktor keturunan).
Sui Wen Ti juga mewajibkan berlakunya apa yang disebut "aturan pencegahan": kete ntuan bahwa pegawai pemerintahan propinsi tidak boleh berasal dari propinsi di m ana dia dilahirkan. Ini merupakan suatu usaha pencegahan timbulnya kemungkinan-k emungkinan "favoritisme" dan usaha pencegahan jangan sampai seseorang pejabat me mbangun dan memiliki pengaruh kekuasaan yang terlampau kuat.
Meskipun pada tingkat permulaan aturan ini memerlukan keberanian dan kemampuan d alam penerapannya, Sui Wen Ti senantiasa punya kewaspadaan dan sikap cermat yang tinggi. Dia menghindari tindak serampangan dan tampaknya membarenginya dengan p eringanan beban-beban pajak rakyat. Dan secara garis besar politik luar negeriny a pun berhasil baik.
Sui Wen Ti tampaknya kurang punya kepercayaan diri sendiri ketimbang umumnya pen guasa dari penakluk-penakluk yang punya keberhasilan setara. Kendati dia merupak an seorang penguasa berhasil dan kuat kedudukannya dan daya genggamnya meyakinka n sekali atas jutaan penduduk, dia tampaknya seperti ogah-ogahan kurang gairah d an melakukan sesuatunya karena terpaksa. Istrinya, wanita yang berkemampuan, mes ki kelihatannya punya potongan menguasai suami seakan suami itu berada di bawah selangkangannya, dia merupakan pembantu dan pendamping yang baik, begitu tatkala perjuangan mencapai jenjang kekuasaan maupun pada saat memerintah. Sui Wen Ti m eninggal dunia tahun 604 pada umur tiga puluh tahun. Tersebar dugaan luas dia me njadi korban pembunuhan oleh putera nomor duanya (biji mata kesayangan sang perm aisuri) yang kemudian menggantikannya.
Kaisar baru ini dibikin berabe dalam bidang politik luar negeri dan pada saat be rsamaan pecah pemberontakan melawannya. Dia terbunuh tahun 618 dan akibat kemati annya ini berakhirlah masa dinasti Sui. Tetapi, itu bukan berarti berakhir pula persatuan Cina. Dinasti Sui segera diteruskan oleh dinasti T'ang yang berkuasa a ntara tahun 618 sampai tahun 907. Raja-raja dinasti T'ang tetap mempertahankan d an meneruskan struktur pemerintahan seperti digariskan oleh dinasti Sui, dan di bawah pemerintahan dinasti T'ang, Cina tetap bersatu. (Masa dinasti T'ang kerap dianggap masa terjaya Cina, sebagian karena kekuatan angkatan bersenjatanya, tet api lebih dari itu disebabkan karena berkembang pesatnya kesenian dan kesusaster aan).
Seberapa pentingkah tokoh Sui Wen Ti? Untuk memberi kepastian terhadap pertanyaa n itu, orang mesti mencoba membandingkannya dengan kerajaan Eropa yang jaya di s aat Charlemagne. Ada persamaan yang nyata antara karier kedua orang itu: sekitar tiga abad sesudah runtuhnya kekaisaran Romawi, Charlemagne berhasil menyatukan kembali sebagian terbesar daerah Eropa; hal sama, sekitar tiga setengah abad ses udah runtuhnya dinasti Han, Sui Wen Ti berhasil menyatukan seluruh Cina. Charlem agne, tentu saja, jauh lebih kesohor di Eropa; tetapi tampaknya Sui Wen Ti lebih berpengaruh ketimbang Charlemagne. Pertama, dia berhasil menyatukan seluruh Cin
a, sedangkan banyak daerah-daerah penting di Eropa Barat (seperti Inggris, Spany ol dan Itali sebelah selatan tak pernah berhasil ditaklukkannya). Kedua, penyatu an yang digarap Sui Wen Ti langgeng, sedangkan kerajaan Charlemagne segera terpe cah belah dan tak pernah berhasil menyatu kembali.
Ketiga, kemajuan kebudayaan dinasti T'ang diakibatkan --sedikitnya sebagian-- da ri kemajuan dan kemakmuran ekonomi yang ditimbulkan berkat penyatuan Cina secara politik. Sebaliknya, masa cerah yang berjangka pendek segera berakhir dengan ma tinya Charlemagne dan keberantakan kerajaannya. Akhirnya, lembaga ujian bagi peg awai-pegawai negeri yang digerakkan oleh Sui punya akibat jauh, mendalam, dan me ndasar. Atas dasar kesemuanya ini-meskipun secara keseluruhan Eropa memainkan pe ranan lebih penting dalam sejarah dunia ketimbang Cina-toh Sui Wen Ti masih puny a kelebihan dalam hal mempengaruhi jalannya sejarah daripada Charlemagne. Sesung guhnya, amat langka raja-raja, baik di Cina maupun di Eropa, punya pengaruh begi tu langgeng seperti Sui Wen Ti.
---83. MANI (216 - 276)
"Nabi" Mani dari abad ke-3 M adalah pendiri Manichaeisme, semacam "agama" yang k endati sudah melenyap kini, pada jamannya punya banyak sekali pengikut. Berasal dari Timur Tengah, Manichaeisme menyebar luas. Ke barat sampai menyentuh pantai Samudera Atlantik, ke timur hingga menyentuh pantai Samudera Pasifik. Agama itu dapat bertahan hingga ribuan tahun.
Agama yang didirikan Mani merupakan campuran menarik dari pelbagai macam agama y ang sudah ada sebelumnya. Mani mengakui Zoroaster, Buddha, dan Isa selaku nabi s ejati. Tapi, dia mengaku dapat "wahyu" yang lebih belakangan dan lebih komplit d ari semua mereka yang disebut duluan.
Kendati unsur Buddha dan Kristen ada terasa dalam agama Mani, doktrin yang palin g mengesankan (paling sedikit buat orang Barat) berasal dari Zoroaster yang dual istis. Mani mengajarkan bahwa dunia tidaklah diperintah zat kekuasaan tunggal, m elainkan bagian dari pertarungan terus-menerus antara dua kekuatan. Salah satu d aripadanya adalah pokokpokok kejahatan yang oleh Mani diidentifisir dengan kegel apan dan benda; satunya lagi adalah pokok-pokok kebaikan yang diidentifisir deng an sinar terang dan jiwa. Secara dangkal kedengarannya seperti pendapat Kristen tentang Tuhan dan Iblis; tapi, dalam faham Manichaeisme kejahatan dan kebaikan d ianggap pada dasarnya punya kekuatan berimbang. Konsekuensi kepercayaan ini adal ah adanya paradoks filosofis terhadap eksistensi kejahatan, yang membikin bingun g filosof Kristen dan Yahudi, tapi tak ada masalah sama sekali dalam ajaran filo sofi Manichaeisme.
Keruan saja tak ada tempat di sini menguraikan secara terperinci faham keagamaan Manichaeisrne. Tapi, haruslah disebut bahwa sebagai konsekuensi dari identifika si mereka bahwa jiwa manusia itu pokok kebaikan dan tubuh manusia itu pokok keja hatan, penganut Manichaeisme percaya bahwa semua hubungan seksuil --meskipun unt uk tujuan membikin keturunan-- harus dijauhi. Juga ada larangan-larangan makan d aging dan minum anggur.
Sepintas kilas, tampaknya mustahil doktrin macam begituan bisa punya pengikut ba nyak. Tapi, larangan-larangan itu tidaklah berlaku buat anggota penganut biasa d ari gereja Manichaeis, melainkan cuma berlaku buat sekelompok kecil orang yang d isebut "Orang-orang pilihan." Anggota biasa yang disebut "pendengar" diijinkan p unya istri atau piaraan, boleh beranak-pinak, boleh ganyang daging, boleh minum anggur dan seterusnya. Ada pelbagai upacara ibadah keagamaan yang mengikat anggo ta. Ada pembagi upacara ibadah keagamaan yang mengikat anggota "pendengar" untuk mengikutinya dan mereka diwajibkan mendukung golongan "orang-orang pilihan," ta pi kode moral yang dipikulkan ke pundak mereka tidaklah keliwat memberatkan. (Te ntu saja banyak pula agama lain yang melarang perkawinan bagi para pendetanya ta pi tidak pemeluk-pemeluk kebanyakan). Roh para "orang-orang pilihan" langsung ma
suk sorga begitu mereka mati; sedangkan jalan ke sorga buat para "pendengar" aga k berbelit-belit. Tapi, beberapa sekte Manichaeis, seperti yang namanya sekte Ca thari, percaya bahwa "pendengar" dapat masuk sorga seperti halnya "orang-orang p ilihan" dan sebagai tambahannya mereka peroleh semacam keringanan selama masih h idup.
Mani dilahirkan tahun 216 di Mesopotamia yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Persia di bawah kekuasaan dinasti Arsacid atau Parthian. Mani sendiri berketuru nan Persia dan punya hubungan dengan penguasa Arsacid. Kebanyakan orang-orang Pe rsia memeluk kepercayaan semacam Zoroasterianisme tapi Mani dibesarkan dari kelu arga pemeluk sebuah sekte agama yang mendapat pengaruh kuat dari doktrin Kristen . Dia sudah punya pandangan keagamaan tatkala usianya baru dua belas tahun dan m ulai mengkhotbahkan agama barunya di saat umurnya dua puluh empat tahun. Mulanya tidak begitu sukses di kampung halamannya. Tapi begitu dia melakukan perjalanan ke bagian timur laut di India dan dapat menarik penguasa setempat jadi pengikut nya, tampaklah kemajuan-kemajuannya.
Tahun 242 dia kembali ke Persia dan saat itu sudah punya hadirin yang mendengark an khotbahnya termasuk Raja Shapur juga jadi pemeluk, dia sangat terkesan dengan ucapan-ucapan Mani dan mengijinkannya menyebarkan agama barunya di seantero Kek aisaran Persia. (Kekaisaran yang disebut belakangan ini kadang-kadang dijuluki K ekaisaran Sassanid sesudah sebuah kekaisaran baru didirikan sekitar 226). Sesuda h kira-kira tiga puluh tahun kemudian, di bawah Raja Shapur I dan Hormizd I, Man i mengajarkan agamanya tanpa ada rintangan dan mendapat pengikut dalam jumlah be sar. Dalam jangka masa itu, utusan-utusan juga dikirim ke negeri-negeri lain. Ta pi, keberhasilan Mani menimbulkan penentangan dari kalangan pendeta agama Zoroas ter yang menjadi agama resmi negara Persia di masa kekuasaan dinasti Sassanid. S ekitar tahun 276, sesudah naik tahtanya raja baru yang bernama Bahram l, Mani di tahan dan dijebloskan ke penjara. Dan sesudah mengalami siksaan selama dua puluh enam hari, Mani meninggal dunia.
Selama hidupnya Mani menulis beberapa buku: satu dalam bahasa Persia, satu dalam bahasa Suriah (sebuah bahasa Semit yang berkaitan erat dengan bahasa Aramais di saat hidupnya Isa). Buku-buku ini merupakan buku resmi agama Mani. Sesudah agam a ini musnah, buku-buku itu pun lenyap. Beberapa di antaranya baru diketemukan d i abad ke-20
Dari permulaan, Manichaeisme merupakan agama yang bersemangat menarik para pengi kut. Di masa Mani masih hidup, agamanya punya banyak pemeluk mulai dari India hi ngga Eropa. Sesudah Mani meninggal dunia, agama itu masih berlanjut penyebaranny a, meluas ke barat sampai menyentuh Spanyol dan ke timur sampai menyentuh Cina d i bagian barat. Puncak kejayaannya berada di abad ke-4, yang saat itu bersaing s engit dengan Agama Kristen. (St. Augustine merupakan seorang pemeluk Manichaeism e selama sembilan tahun). Tapi sesudah Kristen menjadi agama resmi negara Romawi , Manichaeisme dihajar habis-habisan dan disekitar tahun 600 agama itu hampir se luruhnya lenyap di benua Eropa.
Tapi, di Mesopotamia dan Iran dia masih punya kaki. Dari situlah Manichaeisme me nyebar ke Asia Tengah, Turkestan dan sebelah barat Cina. Di penghujung abad ke-8 agama itu jadi agama resmi Uighurs yang membawahi sejumlah daerah belahan barat Cina dan Mongolia. Juga menyebar hampir ke seantero Cina hingga ke pantai timur dan dari situ melompat ke Taiwan. Tapi, kemajuan Islam di abad ke-7 akhirnya me nyapu habis Manichaesime. Mulai abad ke-8 Khalifah Abbasiyah di Bagdad dengan te gas membabat Manichaeisme dan dalam tempo singkat habislah ia di Mesopotamia dan Iran. Terhitung sejak abad ke-9, agama itu pun merosot dengan derasnya di Asia Tengah serta penyerbuan orang Mongol di abad 13 praktis merupakan pukulan yang m ematikan. Tapi, Marco Polo secara kebetulan masih menjumpai masyarakat pemeluk M anichaeisme di bagian timur Cina tahun 1300.
a. Sekte Paulician muncul di daerah Kekaisaran Byzantium mulai abad ke-7. Sekte Bogomil, sekte terkuat di Balkan, menyebar di sekitar abad ke-10. Tapi yang pali ng menonjol di Eropa adalah Cathari (lebih terkenal dengan sebutan Albigensian, berasal dari nama kota Albi di Perancis yang merupakan basis kekuatannya). Di ab ad ke-12, sekte Chatari ini memperoleh banyak penganut di Bropa, khusus di bagia n selatan Perancis. Sekte Albigensian, meski doktrinnya lebih mendekati Manichae isme, mengganggap diri mereka orang Kristen; pejabat gereja ortodoks menganggap mereka orang-orang murtad. Akhirnya Paus Innocent III Paus yang paling toleran d an kuat di antara Paus-Paus abad tengah menyerukan "perang suci" untuk mengganya ng mereka. "Perang suci" itu bermula tahun 1209; menjelang tahun 1244, sesudah m enimbulkan banyak korban dan kehancuran yang luas di bagian selatan Perancis, se kte Albigensian sepenuhnya dihancurkan. Tapi, sekte Catharisme tidak dihapuskan hingga abad ke- I 5 .
Tiap agama punya pengaruh besar terhadap para pemeluknya. Atas dasar alasan ini, pendiri agama walau sekecil apa pun tidak bisa tidak merupakan orang yang punya pengaruh. (Malangnya, tapi tidak bisa dianggap enteng, ajaran-ajaran Mani senan tiasa digasak oleh pelbagai agama besar).
Peranan pribadi Mani dalam hal mendirikan agama baru memang luar biasa. Dia diri kan itu, dia merancang teologinya dan menyusun kode-kode moralnya. Memang benar, banyak dari ide-idenya berasal dari para pemikir terdahulu, tapi Manilah yang m enghimpun pelbagai aliran pikiran ini menjadi sistem baru yang jelas. Dia juga m embuat perubahan-perubahan pada Manichaeisme dalam khotbah-khotbahnya, menyusun organisasi keagamaan dan menulis kitab-kitab suci. Jarang terjadi seorang pendir i agama punya penganut gerakan massa yang begitu hebat. Jelaslah, agama yang did irikannya tak mungkin ada di dunia tanpa kehadirannya, dan dalam kaitan ini Mani , seperti pemuka-pemuka agama lainnya, punya arti jauh lebih penting ketimbang p ara penemu bidang ilmiah.
Karena itu, Mani sudah sepantasnya peroleh tempat di buku ini: soalnya, di mana? Jelas, dia harus ditempatkan jauh di bawah para pendiri agama-agama besar (Nasr ani, Islam, Buddha), yang pengikutnya bermilyar banyaknya sepanjang jaman. Di la in pihak, kendati Zoroasterisme dan Jainisme masih ada hingga sekarang sedangkan Manichaeisme sudah punah, tampaknya Manichaeisme pada puncak kejayaannya jauh p unya pengikut lebih banyak dibanding kedua agama itu dan punya pengaruh lebih be sar bagi dunia secara umum.
Oleh sebab itulah Mani ditempatkan lebih tinggi dalam daftar urutan buku ini ket imbang baik Zoroaster ataupun Mahavira.