• Tidak ada hasil yang ditemukan

47.006 410 Sumber: Diolah dari data sekunder Indocement (2015)

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan di dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari peubah yang diteliti berupa karakteristik penerima manfaat, saluran komunikasi, pendekatan komunikasi program TJS perusahaan, dan keberdayaan masyarakat. Data sekunder yang dikumpulkan berkaitan dengan keadaan umum dan data potensi aktual mengenai kondisi geografis yang diperoleh dari pihak-pihak atau lembaga-lembaga terkait, seperti kantor desa, kantor camat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor, serta Indocement.

Instrumentasi merupakan proses penyusunan instrumen yang digunakan sebagai alat ukur dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan dan pernyataan dalam bentuk kuesioner yang dibangun menjadi empat bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan untuk mengukur karakteristik penerima manfaat peserta TJS perusahaan; bagian kedua, pertanyaan/pernyataan tentang saluran komunikasi dalam program TJS perusahaan; bagian ketiga tentang butir-butir pernyataan atau pertanyaan tentang pendekatan komunikasi pada penerapan program TJS perusahaan, yaitu program community development dan program sustainable development dan bagian keempat berisi pertanyaan atau pernyataan tentang keberdayaan masyarakat.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan pengertian tentang beberapa peubah yang diukur yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Suatu peubah agar dapat diukur maka terlebih dahulu diberikan pengertian atau definisi (Bungin 2006). Operasionalisasi konsep merupakan landasan membuat kuesioner (Kriyantono 2009). Tujuan memberikan definisi terhadap peubah agar tidak terjadi interpretasi yang salah ataupun interpretasi ganda (Rianse 2009). Definisi operasional dilakukan terhadap setiap peubah dan indikator-indikatornya yang terdiri dari peubah bebas yang terdiri dari karakteristik penerima manfaat program TJS perusahaan (X dan saluran komunikasi (X . Sementara peubah terikat terdiri dari pendekatan komunikasi program TJS perusahaan Indocement (Y dan keberdayaan masyarakat (Y . Pengukuran indikator-indikator penelitian yang menggunakan skala nominal dan ordinal dengan skor jawaban selanjutnya ditranformasikan ke skala interval menjadi empat kategori, yaitu rendah, sedang,

tinggi dan sangat tinggi. Agar memudahkan pengumpulan data, masing-masing peubah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yang sesuai dengan skala pengukuran sebagai berikut:

Karakteristik Penerima Manfaat Program TJS Perusahaan

Karakteristik penerima manfaat program TJS perusahaan merupakan ciri- ciri khas yang melekat pada responden penerima program tanggung jawab sosial perusahaan Indocement pada saat dilakukan penelitian. Pengumpulan data karakteristik penerima manfaat program TJS perusahaan meliputi beberapa indikator yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, status sosial, partisipasi sosial, dan keterdedahan media tersaji pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah karakteristik penerima manfaat program TJS perusahaan

Sub Peubah Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori

X . Tingkat Pendidikan

Jenjang sekolah formal yang terakhir ditempuh oleh responden saat penelitian dilakukan

Diukur berdasarkan ijazah terakhir tingkat pendidikan yang diterima oleh penerima manfaat, diukur dengan skala ordinal a.Tidak Lulus b.SD c.SLTP d.SLTA e.PT X . Tingkat Pendapatan

Besarnya penerimaan rata-rata responden satu bulan terakhir saat penelitian dan dinyatakan dalam satuan rupiah

Diukur berdasarkan penerimaan responden satu bulan terakhir, diukur dengan menggunakan skala ordinal a. Tinggi b. Redah c. Sedang X . Status Sosial

Status dan atau kedudukan sosial responden dalam aktivitas sosial di masyarakat

Diukur berdasarkan posisi responden dalam kegiatan sosial dengan skala ordinal a. Tinggi b. Sedang c. Rendah X . Partisipasi Sosial Frekuensi seseorang mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya dalam kurun waktu satu program TJS

Diukur dari frekuensi keterlibatan responden dalam kegiatan sosial program TJS dengan skala ordinal a. Tinggi (> 6) b. Sedang (3 – 6) c. Rendah (< 3) X . Keterdedahan Media

Frekuensi dan intensitas penggunaan media massa selama sebulan terakhir saat penelitian dilakukan

Diukur berdasarkan penggunaan media massa sebagai sumber informasi menggunakan skala ordinal a. Tinggi b. Sedang c. Rendah Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi merupakan media interaksi yang digunakan perusahaan dalam menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat dalam program TJS perusahaan. Indikator dari peubah saluran komunikasi meliputi kebijakan korporasi, peran pendamping, dan peran tokoh masyarakat (Tabel 5). Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah saluran komunikasi program TJS perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah saluran komunikasi program TJS perusahaan

Sub Peubah Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori

X . Kebijakan Korporasi

Dasar dan pedoman perusahaan dalam melaksanakan program TJS perusahaan

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori

a.Sangat baik b.Baik c.Buruk d.Sangat buruk X . Peran Pendamping Seseorang dalam mendampingi dan dipercayakan perusahaan untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada masyarakat.

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori

a.Sangat baik b.Baik c.Buruk d.Sangat buruk X . Peran Tokoh Masyarakat

Pelaksanaan tugas dan fungsi dalam

memengaruhi sikap dan perilaku orang lain secara informal.

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori

a.Sangat baik b.Baik c.Buruk d.Sangat buruk X . Peran Media Bentuk penyampaian informasi atau pesan tentang program TJS kepada masyarakat

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori

a.Sangat baik b.Baik c.Buruk d.Sangat buruk Pendekatan Komunikasi Program TJS Perusahaan

Peubah pendekatan komunikasi program TJS perusahaan merupakan model sarana interaksi antara perusahaan dengan masyarakat dalam program TJS perusahaan oleh Indocement, berupa program community development (Y . ) dan program sustainable development ( Y . ). Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah pendekatan komunikasi program TJS perusahaan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah pendekatan komunikasi program TJS perusahaan

Sub Peubah Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori

Y. Community development Pendekatan komunikasi melalui kegiatan pembangunan bertahap berorientasi jangka pendek

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan

dikelompokkan dalam empat kategori a.Sangat baik b.Baik c.Buruk d.Sangat buruk Y. Sustainable development Pendekatan komunikasi melalui kegiatan pembangunan berkelanjutan berorientasi jangka panjang

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan

dikelompokkan dalam empat kategori a.Sangat baik b.Baik c.Buruk d.Sangat buruk Keberdayaan Masyarakat

Keberdayaan masyarakat diukur berdasarkan peningkatan kesejahteraan, pengetahuan, kesehatan, sikap dan keterampilan serta aspek fisik responden dan lingkungannya sebagai hasil dari keikutsertaan dalam program TJS perusahaan. Keberdayaan masyarakat diukur dengan indikator aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, dan infrastruktur. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah keberdayaan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah keberdayaan masyarakat

Sub Peubah Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori

Y. Ekonomi

Tingkat pendapatan konsumsi rumah tangga, dan kesejahteraan responden

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori a. Sangat baik b.Baik c. Buruk d.Sangat buruk Y. Pendidikan Tingkat aksesibilitas pendidikan, kualitas pendidikan, tersedianya sarana dan prasarana sekolah yang memadai, serta kurikulum belajar yang sesuai dan relevan

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori a. Sangat baik b.Baik c. Buruk d.Sangat buruk Y. Kesehatan

Tingkat kualitas kesehatan, akses kesehatan, tersedianya obat-obatan, serta

tersedianya manajemen dan informasi kesehatan bagi responden.

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori a. Sangat baik b.Baik c. Buruk d.Sangat buruk Y. Sosial dan Insfrastruktur

Tingkat aktivitas dan tindakan sosial antar individu di desa binaan, interaksi sosial melalui hubungan timbal balik, serta hubungan kerja sama.

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori a. Sangat baik b.Baik c. Buruk d.Sangat buruk Y. Keamanan Tingkat kenyamanan anggota masyarakat dalam lingkungan sosial di mana responden berdomisili

Diukur berdasarkan skor persepsi responden dengan skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori a. Sangat baik b.Baik c. Buruk d.Sangat buruk

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi

Suatu instrumen dikatakan layak untuk digunakan dalam pengukuran apabila telah memenuhi syarat dalam validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan). Instrumen dalam penelitian disusun sedemikian rupa sebelum digunakan dalam penelitian, sehingga alat pengukur atau instrumen yang digunakan benar-benar teruji validitas (kesahihan) dan reliabilitasnya (keterandalan). Terkait untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas dilakukan uji coba terhadap 30 orang yang merupakan warga Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada 15 Oktober 2015. Desa Gunung Putri merupakan satu-satunya desa binaan Indocement dari Kecamatan Gunung Putri sehingga mewakili ketiga kecamatan program TJS perusahaan Indocement.

Validitas Instrumentasi

Validitas adalah ketepatan alat ukur dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Muljono (2012) menjelaskan, validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya, hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan

sesungguhnya dari apa yang diukur. Kerlinger (1986) mengatakan, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data dari peubah yang diteliti secara tepat, dan dapat menggambarkan sejauh mana data terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang peubah yang dimaksud (Arikunto 1998, Kerlinger 1986).

Validitas instrumen diperoleh dengan cara menyesuaikan daftar pertanyaan dengan judul penelitian dan memerhatikan saran-saran para ahli dan teori-teori dalam pustaka. Melalui penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah korelasi produk momen (product moment correlation) Pearson. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antar skor masing-masing items pertanyaan dengan skor total pada setiap peubah dengan kelonggaran (5%) dan derajat bebas adalah n-2=28, didapat nilai rtabel adalah 0.349. Jika nilai rhitung > 0.349 maka items valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil uji kuesioner terhadap 30 orang, diketahui bahwa pengaruh antar butir pertanyaan dengan skor total dari masing-masing peubah penelitian bernilai lebih besar dari 0.5. Nilai validitas instrumen pada taraf α = 0.05, db =8 (n-2) secara umum menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada nilai tabel korelasi (rtabel) = 0.349, sehingga seluruh item pernyataan baik peubah bebas (X) maupun peubah tak bebas (Y) yang digunakan, dinyatakan valid (Lampiran 2). Hasil hitungan uji validitas terhadap setiap butir pernyataan menunjukkan adanya beberapa pernyataan yang tidak valid karena hasil koefisien validitasnya berada di bawah angka kritis bahkan negatif, sehingga butir-butir pernyataan tersebut perlu direvisi dengan memperbaiki susunan redaksinya serta dipecah menjadi beberapa butir pertanyaan.

Reliabilitas Instrumentasi

Reliabilitas menurut Effendi dan Tukiran (2014) adalah sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Muljono (2012) menjelaskan, reliabilitas instrumentasi berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen digunakan dengan cara mengungkapkan pertanyaan secara lugas, memberikan petunjuk yang jelas dan baku, melakukan uji coba kuesioner pada responden yang memiliki ciri-ciri yang relatif sama dengan obyek penelitian. Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 1998; Kerlinger 1986). Saat menghitung reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan adalah koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

Menurut Azwar (2003) tingkat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan skala Alpha Cronbach 0–1. Nilai hasil uji reliabilitas dikelompokkan sebagai berikut (a) dikatakan kurang reliabel, jika nilai Alpha Cronbach 0.00– 0.20, (b) dikatakan agak reliabel, nilai Alpha Cronbach > 0.2–0.40, (c) dikatakan cukup reliabel, jika nilai Alpha Cronbach > 0.4–0.60, (d) dikatakan reliabel, jika nilai Alpha Cronbach > 0.6–0.80, dan (e) dikatakan sangat reliabel, jika nilai koefisien Alpha Cronbach ≥ 0.81, Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha Cronbach.

� = (� − )� �� − ∑�� ��

Keterangan:

α : Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach K : Jumlah item pertanyaan yang diuji ∑si2 : Jumlah varians skor item

Sx2 : Varians skor-skor tes (seluruh item K)

Berdasarkan hasil uji kuesioner terhadap 30 orang responden hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa nilai koefisiensi reliabilitas instrumen sangat reliabel. Nilai koefisiensi reliabilitas untuk butir-butir pertanyaan peubah saluran komunikasi program TJS perusahaan 0.876, peubah pendekatan komunikasi program TJS perusahaan 0.883 dan peubah keberdayaan masyarakat 0.937.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:

1) Survei pendahuluan yang dilaksanakan November-Desember 2014 adalah tahapan awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data untuk memperkuat atau mempertajam permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan. Survei pendahuluan dilakukan terhadap 12 desa binaan Indocement yang memperoleh manfaat program TJS perusahaan baik secara individu maupun kelompok yang mewakili institusi atau program. Proses pengumpulan data kuantitatif dengan metode survei yang dilakukan dengan instrumen berupa kuesioner pada bulan Oktober 2015 hingga Mei 2016. Data primer ini diperoleh langsung dari hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Survei dilakukan berdasarkan jumlah sampel dari enam desa binaan yang telah ditetapkan;

2) Selain itu, dilakukan juga pegumpulan data dengan metode kualitatif melalui focus grup disscusion (FGD) dan wawancara mendalam (in depth interview). Teknik FGD maupun indepth interview ini menekankan pada proses pemaknaan subyektif dari informan kunci tentang program TJS Indocement. Kegiatan FGD yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2016, dilakukan di masing-masing desa binaan yang menjadi sampel dengan melibatkan perwakilan anggota masyarakat yang memperoleh manfaat program TJS Indocement. Anggota masyarakat yang dilibatkan meliputi, kepala desa, kepala sekolah, dinas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, dan pihak-pihak terkait lainnya (Tabel 8); 3) Pengumpulan data dengan teknik in depth interview dilakukan kepada key

informan untuk menggali informasi dan memperoleh gambaran utuh tentang program TJS Indocement. In depth interview yang dilaksanakan pada bulan Mei 2016, dilakukan kepada responden kunci yang diwakili oleh pihak Indocement dengan purposive, yaitu informan yang dianggap mengetahui informasi secara mendalam dan terlibat langsung dalam program TJS di Indocement antara lain kepala departemen dan kepala seksi program TJS Indocement. Wawancara mendalam juga dilakukan kepada kepala desa, ketua RW, dan tokoh masyarakat lainnya yaitu informan yang dianggap mampu mewakili masyarakat sehingga mampu memberikan gambaran mengenai

mekanisme penarikan aspirasi dari masyarakat. Selain itu wawancara mendalam juga dilakukan kepada Kepala Bappeda Kabupaten Bogor, informan ini dinilai mampu untuk memberikan pandangan terkait kondisi TJS perusahaan di Kabupaten Bogor.

Tabel 8 Sebaran perwakilan responden dalam teknik FGD

No Program Jumlah Pogram

(Unit) Informan 1 Pembangunan Sarana Sekolah (gedung) 18 Kepala Sekolah 2 Sarana Prasarana Sekolah (Mebeler) 3 Kepala Sekolah 3 Sarana & Prasarana Kesehatan 14 Bidan

4 Posyandu 1 Tokoh Perempuan

5 Pembangunan Fasilitas Umum 59 Kepala Desa

6 Prasarana Umum 22 Kepala Desa

7 Kesenian 3 Tokoh Pemuda

8 Olah Raga 5 Tokoh Pemuda

9 Pembangunan Infrastruktur Keagamaan 42 Tokoh Agama

10 Kegiatan Sosial Keagamaan 4 Tokoh Agama

11 Sumbangan Hari Raya Keagamaan 4 Tokoh Agama Sumber: Diolah dari data sekunder Indocement (2015)

Analisis Data

Beberapa prosedur pengolahan data dilakukan ialah (1) memeriksa kelengkapan data lapangan, menyusun dalam kategori; (2) melakukan pengodean; dan (3) menabulasi data. Setelah menabulasi data selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi hasil analisis. Analisis data pada pendekatan penelitian kuantitatif ini berupa:

1) Analisis statistik deskriptif (frekuensi, persentase, rataan skor, dan tabulasi silang) digunakan untuk menganalisis deskripsi peubah karakteristik penerima manfaat, saluran komunikasi, pendekatan komunikasi pada program TJS perusahaan, dan keberdayaan masyarakat;

2) Analisis statistik inferensial untuk menguji pengaruh antar peubah yaitu karakteristik penerima manfaat, saluran komunikasi, pendekatan komunikasi dan keberdayaan masyarakat dalam program TJS perusahaan dengan menggunakan uji regresi sederhana;

3) Analisis PLS digunakan untuk menguji pengaruh antar peubah dan menemukan model empiris komunikasi program TJS perusahaan untuk keberdayaan masyarakat;

Bila peubah X (independent variable) dan peubah Y (dependent variable), baik linier sederhana maupun berganda, memiliki satuan yang sama maka nilai konstanta diabaikan dengan asumsi perubahan peubah Y (dependent variable) akan proposional dengan nilai perubahan peubah X (independent variable). Analisis regresi linear sederhana dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS. Input data pada worksheed SPSS berdasarkan masing-masing peubah. Data primer (kuesioner) harus melalui proses pengujian validitas dan pengujian reliabilitas sedangkan untuk data sekunder digunakan pendekatan Partial Least Square (PLS) Tujuan dari PLS sendiri adalah untuk tujuan prediksi. PLS digunakan karena memiliki syarat yang fleksibel, dapat digunakan pada data dengan skala apapun dan jumlah responden di bawah 100 (Yamin & Kurniawan 2011). Data yang dimasukkan ke program dan menghasilkan nilai koefisien masing-masing.

Apabila nilai koefisien hasil 0.6, indikator tersebut harus dikeluarkan dari model, dan dilakukan satu persatu secara berulang sampai model akhir memiliki nilai koefisien > 0.6.

Model yang ada kemudian dievaluasi. Terdapat dua cara untuk mengevaluasi model, pertama evaluasi model reflektif dan ke dua evaluasi model struktural. Mengevaluasi model reflektif dilakukan dengan pengukuran convergent validity yakni; menganalisis internal consistency reliability dari nilai alpha cronbach’s dan composite reliability (ρc), menganalisis standardized loading factor. Nilai reliabilitas komposit, nilai alpha cronbach’s dan nilai standardized loading dinilai sangat baik apabila memiliki nilai ρc ≥ 0.7, yang artinya adalah kestabilan dan konsistensi internal indikator sudah sangat baik pada seluruh peubah.

Pada nilai AVE, nilai yang disyaratkan adalah 0.5 sebagai standar. Nilai AVE > 0.5 artinya, penelitian ini sangat konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Tahap selanjutnya adalah menganalisis validitas kriteria cross loading. Yamin dan Kurniawan (2011) menyebutkan bahwa cara melakukan analisis adalah dengan membandingkan nilai korelasi indikator dengan konstraknya dan konstrak dari peubah laten yang lain. Terakhir, terdapat juga kriteria Fornell Larcker, untuk mengetahui validitas diskriminan. Kriteria ini membandingkan korelasi peubah laten dengan akar AVE.

Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi model struktural, yakni model yang menggambarkan hubungan antar peubah laten. Penilaian model ini dapat dilakukan degan cara melihat hubungan antar konstrak dari koefisien jalur (path coefficient), kemudian mengevaluasi nilai R2. Keragaman peubah endogen yang mampu dijelaskan oleh peubah eksogen dapat dilihat dari R2. Chin (1998) dalam Yamin dan Kurniawan (2011) menyebutkan bahwa kriteria batas nilai R2 terbagi menjadi tiga; 0.02 (pengaruh kecil); 0.15 (pengaruh moderat); dan 0.35 (pengaruh besar) dalam level struktural.

Nilai Q2 (predictive relevance) menunjukkan ukuran relevansi prediksi model. Kriteria nilai Q2 adalah sebagai berikut 0.02; 0.15; dan 0.35 dengan peubah laten eksogen berpengaruh kecil, moderat dan besar (Cohen 1988 dalam Yamin & Kurniawan 2011). Goodness of fit (GoF) adalah uji kebaikan model yang memvalidasi performa gabungan model pengukuran antara peubah laten dengan indikatornya dan model struktural antar peubah laten. Nilai GoF dalam Ratono (2010) diacu pada Yamin dan Kurniawan (2011) berada di rentang 0.1 dengan interpretasi nilai 0.1 (kecil), 0.25 (moderat) dan 0.36 (besar).

Hasil dari analisis data PLS, tahap selanjutnya adalah mensinergikan hasil PLS menjadi model komunikasi keberdayaan masyarakat dengan menggunakan the house model sebagai bagian dari rekomendasi penelitian. Dasar dari bangunan model ini adalah kerangka pikir yang terdiri dari empat peubah yaitu karakteristik penerima manfaat, saluran komunikasi, pendekatan komunikasi dan keberdayaan masyarakat. Pada penelitian model komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat ini yang digunakan sebagai atap dan merupakan tujuan dari penelitian adalah peubah keberdayaan masyarakat (Y2). Adapun dalam pencapaian keberdayaan masyarakat disokong yaitu peubah pendekatan komunikasi (Y1) sebagai kunci utama. Pertimbangan peubah ini menjadi kunci utama adalah pengaruh langsungnya terhadap peubah keberdayaan masyarakat sesuai dengan kerangka pikir penelitian. Kunci utama disokong oleh rencana aksi yang meliputi peubah

karakteristik penerima manfaat dan juga peubah saluran komunikasi yang melalui indikator-indikator dari peubah tersebut. Pertimbangan peubah ini menjadi rencana aksi adalah pengaruh langsungnya kepada peubah pendekatan komunikasi. Ketiga peubah tersebut akan tetap menjadi key way dan rencana aksi apabila terbukti berpengaruh nyata yang dibuktikan dari hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan partial least square (PLS) sesuai dengan kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian.

Penggunaan analisis PLS sebagai input dalam pembuatan model sudah dilakukan sebelumnya pada oleh Rekasiwi et al. dalam Kartika dan Muzayanah (2015) yang meneliti tentang Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Agro Kota Bogor melalui Modal Insani dan Modal Sosial. Lebih jelas mengenai rancangan kerangka the house model dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7 Rancangan the house model komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat

Peubah Y2

(Pemberdayaan Masyarakat Sekitar)

Peubah X1

(Karakteristik Penerima Manfaat)

Peubah X2 (Saluran Komunikasi) Peubah Y1

(Pendekatan Komunikasi)

Dokumen terkait