i
KEBERDAYAAN MASYARAKAT
DAVID RIZAR NUGROHO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Model Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Keberdayaan Masyarakat” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 11 Januari 2017
David Rizar Nugroho NIM I362120111
iii
RINGKASAN
DAVID RIZAR NUGROHO. Model Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Keberdayaan Masyarakat. Komisi Pembimbing: AIDA VITAYALA HUBEIS (Ketua), AMIRUDDIN SALEH dan WAHYU BUDI PRIATNA (Anggota).
Program pemberdayaan dilakukan dengan model dan strategi yang berbeda-beda. Beberapa program melibatkan pemerintah sebagai aktor utama dalam pemberdayaan masyarakat, dengan mengusung pendekatan komunikasi yang dialogis dan partisipatif. Beberapa program pemberdayaan ada juga yang mengedepankan pendekatan komunikasi top-down. Di Indonesia, program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan telah menjadi aturan yang harus diikuti dan ditaati dan menjadi kewajiban perusahaan yang disebut sebagai Tanggung Jawab Sosial (TJS) perusahaan atau dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Tujuan penelitian adalah: (1) menganalisis penerapan saluran komunikasi dan pendekatan komunikasi yang dilakukan dalam program TJS perusahaan; (2) menganalisis tingkat keberdayaan masyarakat dalam implementasi program TJS perusahaan; (3) menganalisis pengaruh karakteristik penerima manfaat terhadap saluran komunikasi program TJS perusahaan; (4) menganalisis pengaruh karakteristik penerima manfaat dan saluran komunikasi terhadap pendekatan komunikasi program TJS perusahaan; (5) menganalisis pengaruh bersama antara karakteristik penerima manfaat, saluran komunikasi, dan pendekatan komunikasi program TJS perusahaan terhadap keberdayaan masyarakat; dan (6) merumuskan model pendekatan komunikasi program TJS perusahaan untuk keberdayaan masyarakat.
iv
Hasil penelitian ialah (1) peubah saluran komunikasi program TJS perusahaan Indocement pada indikator peran tokoh masyarakat, kebijakan korporasi dan peran pendamping dinilai kategori baik, sementara peran media dinilai kategori buruk. Peubah pendekatan komunikasi program TJS perusahaan Indocement dengan indikator pengembangan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan dinilai pada kategori baik, di mana saluran komunikasi dominan peran tokoh masyarakat dibandingkan kebijakan korporasi, peran pendamping, dan peran media. Untuk pendekatan komunikasi dominan pendekatan komunikasi program TJS perusahaan sustainable development dibandingkan pendekatan komunikasi community development; (2) secara umum aspek keberdayaan dinilai kategori baik. Dari kelima aspek keberdayaan masyarakat, aspek kesehatan dinilai memiliki rataan skor paling tinggi dibandingkan dengan aspek lain. Secara berurutan keberdayaan kesehatan diikuti keberdayaan pendidikan, keberdayaan ekonomi, keberdayaan sosiol-insfrastruktur dan keberdayaan bidang keamanan; (3) terdapat pengaruh nyata peubah karakteristik penerima manfaat terhadap peubah saluran komunikasi program TJS perusahaan Indocement dan mempunyai hubungan yang positif. Indikator yang berpengaruh yaitu status sosial, pendapatan dan tingkat pendidikan; (4) peubah karakteristik masyarakat terhadap pendekatan komunikasi diketahui tidak terdapat pengaruh nyata, sedangkan peubah saluran komunikasi terhadap peubah pendekatan komunikasi didapat pengaruh nyata; (5) pengaruh peubah karakteristik penerima manfaat terhadap peubah keberdayaan masyarakat didapatkan tidak ada pengaruh nyata, sedangkan peubah saluran komunikasi dan pendekatan komunikasi memiliki pengaruh nyata terhadap peubah keberdayaan masyarakat; (6) model pendekatan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat menggunakan the house model. Model ini terdiri dari pondasi, yaitu program TJS perusahaan Indocement, dengan dua kunci yaitu saluran komunikasi dan pendekatan komunikasi, dan lima pilar yang mendukung kunci yaitu kebijakan korporasi, peran pendamping, peran tokoh masyarakat, community development dan sustainable development.
Penelitian menghasilkan beberapa rekomendasi, yaitu: (1) pelaksanaan program TJS perusahaan Indocement perlu memperkuat aspek penerima manfaat, melalui seleksi dan rekruitment yang ketat dan transparan; (2) perlu memperkuat peran pendamping dalam pelaksanaan program TJS perusahaan dengan peningkatan kapasitas (komunikasi, problem solving, leadership dan networking) melalui pelatihan; (3) diperlukan partisipasi aktif dari penerima manfaat mulai dari tahap perencanaan, operasional dan juga evaluasi program TJS perusahaan.
v
SUMMARY
DAVID RIZAR NUGROHO. Corporate Social Responsibility (CSR) Communication Model for Community Empowerment. AIDA VITAYALA HUBEIS (Head of Supervisor Commission), AMIRUDDIN SALEH and WAHYU BUDI PRIATNA (Members of Supervisor Commission).
Empower program is carried out with variety of model and strategy. Several empowerment programs involving government as the key actor in their empowerment program by using a dialogic and participative communication approach but there are also programs that use top-down approach. In Indonesia, there is a governmental rule that force corporation to carry out Corporate Social Responsibility (CSR). This research objectives were: (1) to analyze the communication channel and communication approach used in Corporate Social Responsibility Program (CSR); (2) to analyze community empowerment level in implementing CSR; (3) to analyze the effect beneficiary characteristics to CSR communication channel; (4) to analyze the effect from beneficiary characteristics and CSR communication channel to CSR communication approach; (5) to analyze total effect from beneficiary characteristics, CSR communication channel, and CSR communication approach to community empowerment; (6) to formulate CSR communication model for community empowerment.
This research was designed as quantitative research and supported by qualitative approach. This research also used survey method with multi analyze techniques, among others: descriptive analyze, linear regression and Partial Least Square (PLS). The population of this research was CSR-beneficiaries that came from 12 villages from three districts (Citeureup, Klapanunggal, and Gunung Putri) and received CSR program from 2011 until 2014. Six Villages were chosen from three districts, two villages each from district. 410 beneficiaries were chosen as research sample from six villages that were located near with the cement company. There research used PLS to identify the influence between variables and to determine communication approach model for community empowerment. The Validity test showed that all the item in questionnaire were valid and the reliability test showed all variables were reliable (CSR 0.876; Communication Approach 0.883, and community empowerment 0.937).
vi
education, economic empowerment, empowerment sosiol-infrastructure and empowerment of the security sector; (3) there was real effect of the variable characteristics of the beneficiaries of the program variables communication channels TJS company Indocement and had a positive relationship. Indicators that affect the social status, income and education; (4) variable characteristics of the community to the approach of communication was known there were no real effect, while variable communication channels to variable communications approach gained real influence; (5) the effect of the variable characteristics of the beneficiaries of the community empowerment variables obtained no real effect, while variable communication channels and communication approach had a significant effect on the variable of community empowerment; (6) model of communication approach in empowering people to use the house models. This model consists of a foundation, a program TJS company Indocement, with two keys of communication channels and communication approaches, and the five pillars that support key corporate policies, namely, the role of facilitator, the role of community leaders, community development and sustainable development. The research resulted in several recommendations, namely: (1) the implementation of the program TJS company Indocement needed to strengthen aspects of the beneficiaries, through the selection and recruitment rigorous and transparent; (2) The need to strengthen the role of the mentor program implementation TJS company with increased capacity (communication, problem solving, leadership and networking) through training; (3) required the active participation of the beneficiaries from the planning stage, operational and program evaluation TJS companies.
This research resulted several recommendations such as: (1) the implementation of CSR Program need to be more effective in strengthening beneficiaries by conducting eligible recruitment and transparency; (2) the Corporation needs to optimalize the role of community assistant by increasing their capacity in communicating, problem solving, leadership, and networking through training; (3) the beneficiaries need to be more active in every level of participation, starts from planning, operating, and evaluation.
vii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB
viii
MODEL KOMUNIKASI PROGRAM TANGGUNG
JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN UNTUK
KEBERDAYAAN MASYARAKAT
DAVID RIZAR NUGROHO
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ix
Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr Ir Basita Ginting Sugihen MA
(Dosen Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Fakultas Ekologi Manusia, IPB)
2. Dr Ir Radjab Tampubolon
(Direktur Utama PT Prayoga Pertambangan Energi Kabupaten Bogor)
Penguji pada Sidang Promosi : 1. Dr Ir Djuara P Lubis MS
(Dosen Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Fakultas Ekologi Manusia, IPB)
x
Judul Disertasi : Model Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Keberdayaan Masyarakat
Nama : David Rizar Nugroho NIM : I362120111
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis Ketua
Dr Ir Amiruddin Saleh, MS Anggota
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
xi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Judul disertasi ini adalah Model Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Keberdayaan Masyarakat.
Ungkapan terima kasih, penulis haturkan kepada Prof Dr Ir Aida Vitayala S. Hubeis, Dr Ir Amiruddin Saleh, MS dan Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi sebagai Komisi Pembimbing yang dengan sabar dan tiada lelah memberikan bimbingan kepada penulis. Juga kepada Dr Ir Titik Sumarti MC MS, Dr Ir Basita Ginting Sugihen MA, Dr Radjab Tampubolon, Dr Ir Djuara P Lubis dan Dr Ir Syarifah Sofiah Dwikorawati MSi yang bertindak sebagai penguji, penulis mengucapkan terima kasih telah sudi meluangkan waktunya untuk menguji disertasi penulis. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), para dosen dan staf administrasi Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk mendukung dan membantu sampai disertasi ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset.
Teristimewa, disertasi ini juga dipersembahkan untuk kedua orang tua penulis Bapak (Alm) Sutarno dan Ibu Hj Djawariah Damiati, yang tiada henti mendoakan penulis agar bisa menuntaskan studi ini. Buat adik-adik tercinta Dewi Fajar Kurniasih dan Dyah Ayu Wulandari, beserta suami dan keponakan tersayang Wahyu Adam Faishal Bari dan Azzahra Ayudya Rahmadhanti, gelar ini untuk kalian. Tak lupa untuk Rektor Universitas Pakuan, Dekan FISIB Universitas Pakuan, dan struktural FISIB Universitas Pakuan, pimpinan Program Diploma IPB, pimpinan Harian PAKAR, dan rekan-rekan dosen di program Keahlian Komunikasi Diploma IPB, Program Studi Ilmu Komunikasi FISIB Universitas Pakuan serta rekan-rekan mahasiswa S3 KMP IPB angkatan 2012, kami ucapkan terima kasih terima kasih atas dukungannya selama ini. Teristimewa untuk sahabat-sahabat terbaik Yogaprasta Adinugraha, Roni Jayawinangun, Langgeng Prima, Abung Supama Wijaya, Hudi Santoso, Saefullah dan Ezi Hendri berkat dukungan sahabat-sahabat terbaik ini penelitian akhirnya mencapai titik akhir.
Bogor, Januari 2017
xii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 12
Tujuan Penelitian 13
Kegunaan Penelitian 13
TINJAUAN PUSTAKA 14
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 14
Tahapan Program TJS Perusahaan 23
Manfaat Program TJS Perusahaan 24
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai Respons terhadap
Program Pembangunan yang Ramah Lingkungan 26
Karakteristik Individu 28
Pendidikan 29
Pendapatan 30
Status Sosial 30
Partisipasi Sosial 31
Keterdedahan Media 32
Saluran Komunikasi 33
Kebijakan Korporasi 33
Peran Pendamping 40
Peran Tokoh Masyarakat 41
Peran Media 43
Pendekatan komunikasi 44
Pendekatan Komunikasi Partisipatif 45
Pendekatan Komunikasi Top down 55
Pendekatan Komunikasi Konvergensi 56
Paradigma Komunikasi Pembangunan 57
Community Development 57
Sustainable Development 59
Pemberdayaan Masyarakat 60
Proses dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat 60 Pemberdayaan Masyarakat melalui Program TJS Perusahaan 65
Program TJS Perusahaan Indocement 66
State of The Art 72
Kebaruan 76
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 77
Kerangka Berpikir 77
Hipotesis Penelitian 80
METODE PENELITIAN 81
Desain Penelitian 81
xiii
Populasi dan Sampel Penelitian 81
Data dan Instrumentasi 83
Definisi Operasional 83
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi 86
Pengumpulan Data 88
Analisis Data 89
HASIL DAN PEMBAHASAN 92
Gambaran Umum Wilayah Penelitian 92
Deskripsi Penerima Manfaat Program TJS Perusahaan 94
Tingkat Pendidikan 94
Tingkat Pendapatan 96
Status Sosial 98
Partisipasi Sosial 99
Keterdedahan terhadap Media 100
Saluran Komunikasi dan Pendekatan Komunikasi Program
TJS Perusahaan 101
Saluran Komunikasi Program TJS Perusahaan 102 Pendekatan Komunikasi Program TJS Perusahaan 111 Keberdayaan Masyarakat Program TJS Perusahaan 116
Keberdayaan Ekonomi 117
Keberdayaan Pendidikan 118
Keberdayaan Kesehatan 119
Keberdayaan Sosial-Infrastruktur 120
Keberdayaan Keamanan 120
Pengaruh Karakteristik Penerima Manfaat terhadap Saluran
Komunikasi Program TJS Perusahaan 121
Pengaruh Karakteristik Penerima Manfaat dan Saluran Komunikasi
terhadap Pendekatan Komunikasi Program TJS Perusahaan 126 Pengaruh Karakteristik Penerima Manfaat terhadap
Pendekatan Komunikasi Program TJS Perusahaan 127 Pengaruh Saluran Komunikasi terhadap Pendekatan
Komunikasi Program TJS Perusahaan 129 Pengaruh Karakteristik Penerima Manfaat, Saluran Komunikasi
dan Pendekatan Komunikasi terhadap Keberdayaan Masyarakat
dalam Program TJS Perusahaan 135
Pengaruh Karakteristik Penerima Manfaat terhadap Keberdayaan
Masyarakat dalam Program TJS Perusahaan 135 Pengaruh Saluran Komunikasi terhadap Keberdayaan Masyarakat
dalam Program TJS Perusahaan 137
Pengaruh Pendekatan Komunikasi Program TJS Perusahaan
terhadap Keberdayaan Masyarakat Program TJS Perusahaan 141 Model Komunikasi Program TJS Perusahaan untuk Keberdayaan
Masyarakat 146
Optimalisasi Fungsi Pendamping, Kebijakan Korporasi dan Tokoh Masyarakat sebagai Saluran Komunikasi untuk Mengefektifkan Pendekatan Komunikasi Program TJS
kepada Penerima Manfaat 147
xiv
Partisipasi Nyata dalam Arena Bilik Informasi sebagai
Gerbang Awal Keberdayaan Masyarakat 150 Pendekatan Komunikasi Melalui Program TJS Perusahaan
yang Berkelanjutkan Mampu Memberdayakan Masyarakat 154 Pemilihan Saluran Komunikasi yang Tepat pada Kegiatan
Komunikasi Program TJS Perusahaan Mampu
Meningkatkan Keberdayaan Masyarakat 156 The House Model Komunikasi dalam pemberdayaan Penerima
Manfaat Program TJS Perusahaan 160 Partisipasi Penerima Manfaat dan Dukungan Pemerintah Daerah
Sebagai Pondasi Keberhasilan Program TJS Perusahaan
dalam Memberdayakan Masyarakat 162
Optimalisasi Kapasitas Saluran Komunikasi sebagai Pilar Utama dalam Mengefektifkan Pendekatan Komunikasi Program
TJS Perusahaan kepada Penerima Manfaat 163 Pendekatan Komunikasi Aktif Program Community Development dan Sustainable Development untuk Meningkatkan 165 Kualitas Komunikasi Antara Perusahaan dengan Penerima Manfaat Pencapaian Keberdayaan Masyarakat melalui Pelibatan
Penerima Manfaat Program TJS Perusahaan 167
Implikasi Manajerial 169
SIMPULAN DAN SARAN 171
Simpulan 171
Saran 171
DAFTAR PUSTAKA 173
LAMPIRAN 183
xv
DAFTAR TABEL
1. Data investasi penanaman modal di Kabupaten Bogor 11 2. Distribusi populasi penerima manfaat di desa binaan Indocement 82
3. Populasi dan sampel penelitian 83
4. Indikator, definisi operasional, parameter, dan kategori peubah
karakteristik peneriman manfaat program TJS Perusahaan 84 5. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah
saluran komunikasi program TJS Perusahaan 85 6. Indikator, definisi operasional, parameter peubah
pendekatan komunikasi program TJS Perusahaan 85 7. Indikator, definisi operasiona, parameter peubah
keberdayaan masyarakat 86
8. Sebaran perwakilan responden dalam teknik FGD 89 9. Gambaran geografis, demografis, sosial-ekonomi, sarana prasarana 93
desa binaan, lokasi penelitian
10. Sebaran frekuensi dan persentase penerima manfaat berdasarkan
tingkat pendidikan, 2016 95
11. Sebaran frekuensi dan persentase penerima manfaat berdasarkan
tingkat pendapatan, 2016 97
12. Sebaran frekuensi dan persentase penerima manfaat berdasarkan
status sosial, 2016 99
13. Sebaran frekuensi dan presentase penerima manfaat berdasarkan
partisipasi sosial, 2016 99 14. Sebaran penerima manfaat berdasarkan keterdedahan media, 2016 100 15. Sebaran rataan skor peubah saluran komunikasi, 2016 102 16. Sebaran rataan skor peubah pendekatan komunikasi program TJS
perusahaan, 2016 112
17. Sebaran rataan skor peubah keberdayaan masyarakat
program TJS perusahaan, 2016 117
18. Pengaruh karakteristik penerima manfaat terhadap saluran
komunikasi program TJS perusahaan, 2016 122 19. Pengaruh karakteristik penerima manfaat terhadap pendekatan
komunikasi program TJS perusahaan, 2016 128 20. Pengaruh saluran komunikasi terhadap pendekatan
komunikasi program TJS perusahaan, 2016 130 21. Pengaruh karakteristik penerima manfaat terhadap
keberdayaan masyarakat pada program TJS perusahaan, 2016 135 22. Pengaruh saluran komunikasi terhadap
keberdayaan masyarakat pada program TJS perusahaan, 2016 138 23. Pengaruh pendekatan komunikasi terhadap
keberdayaan masyarakat pada program TJS perusahaan, 2016 142 24. Hasil penilaian kriteria dan standar nilai pada outer model, 2016 157 25. Nilai R-Square model komunikasi tanggung jawab sosial
keberdayaan masyarakat, 2016 158
xvi
DAFTAR GAMBAR
1. Target tahunan program TJS perusahaan Indocement 67 2. Alur program TJS perusahaan Indocement 68 3. Program community development TJS perusahaan Indocement 69 4. Program sustainable development TJS Perusahaan Indocement 70
5. Kerangka the house model 71
6. Kerangka pikir keterkaitan antar peubah 79 7. Rancangan the house model komunikasi dalam keberdayaan
masyarakat 91
8. Model saluran komunikasi dalam mengoptimalkan pendekatan
Komunikasi, 2016 147
9. Model saluran komunikasi dalam meningkatkan keberdayaan
Masyarakat, 2016 151
10. Model pendekatan komunikasi dengan program berkelanjutan dalam
meningkatkan keberdayaan masyarakat, 2016 154
11. Model awal komunikasi tanggung jawab sosial, 2016
keberdayaan masyarakat, 2016 157
12. Model akhir komunikasi tanggung jawab sosial
keberdayaan masyarakat, 2016 159
13. Hasil perhitungan nilai t-hitung pada model, 2016 159 14. The house model komunikasi dalam pemberdayaan penerima manfaat
program TJS perusahaan 162
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner penelitian 185
2. Manuskrip focus group discussion (FGD) 199
3. Manuskrip in depth interview 223
4. Sebaran penerima manfaat pada desa binaan 245
5. Kajian penelitian terdahulu 247
6. Rencana waktu penelitian 255
7. Hasil uji coba kuesioner 257
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kunci sukses dalam menjalankan pembangunan suatu daerah. Hal ini dikarenakan masyarakat menjadi elemen dasar dalam pembangunan. Jika masyarakat di suatu daerah berdaya, daerah tersebut akan menjadi daerah yang maju. Sebaliknya, ketika masyarakat tidak berdaya, miskin dan memiliki pendidikan yang rendah, daerah tersebut akan menjadi daerah yang terbelakang. Terkait hal ini, pemerintah bertanggung jawab dalam pembangunan di suatu daerah.
Pemerintah menjadi aktor utama dalam program pemberdayaan masyarakat. Pemerintah wajib turun ke masyarakat (top down) untuk melaksanakan program pemberdayaan dengan mengusung pendekatan dialogis dan partisipatif. Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat merangsang pembangunan suatu daerah. Apabila pekerjaan ini hanya dilakukan pemerintah, program pemberdayaan dan keberdayaan masyarakat tidak akan berjalan dan tumbuh secara maksimal. Posisi pemerintah bukanlah aktor tunggal yang bertanggung jawab atas pembangunan manusia di suatu daerah. Pemerintah tidak akan mampu berjalan sendiri dalam membangun sebuah daerah. Keberadaan pihak swasta menjadi aktor lain dalam melakukan program pemberdayaan masayarakat.
Keberadaan swasta dapat menjadi motor penggerak dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di Indonesia, telah menjadi aturan yang harus diikuti dan ditaati oleh swasta. Salah satu regulasi yang mengatur hal ini ialah UU No. 22 tahun 2001. Melalui UU ini, perusahaan (tambang) wajib untuk melakukan program pemberdayaan masyarakat yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial (TJS) perusahaan.
TJS perusahaan pada dasarnya adalah konsekuensi logis hukum sebab-akibat. Saat sebuah perusahaan beroperasi di suatu daerah dan perusahaan tersebut menimbulkan dampak negatif, perusahaan tersebut semestinya memberikan kontribusi kepada daerah dan masyarakat. Banyak perusahaan, terutama perusahaan tambang, menimbulkan dampak negatif bagi daerah yang dieksploitasi olehnya. Hal ini menimbulkan reaksi dari masyarakat. Wibisono (2007) memberi bukti bagaimana konflik sosial terjadi antara masyarakat dengan perusahaan tambang, PT Freeport Indonesia. Perusahaan tambang terbesar di Indonesia tersebut mengalami konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal. Konflik yang terjadi umumnya terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, dan kesenjangan sosial-ekonomi yang terjadi di Papua.
operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Konflik-konflik di atas tidak hanya terjadi karena masalah lingkungan hidup saja, tetapi menyangkut juga pada konflik kepemilikan tanah.
Konflik mengenai ini merupakan masalah umum yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan. Sejak tahun 1980, sudah banyak pertikaian yang disebabkan oleh masalah tanah. Beberapa konflik yang terjadi ialah (1) persengketaan antara masyarakat adat suku Dayak Benuaq dan Tonyoi yang tinggal di daerah Kalimantan Timur dengan PT Kelian Equatorial Mining (KEM); (2) persengketaan suku Dayak Siang, Murung, dan Bekumpai di Provinsi Kalimantan Tengah dengan PT Indomuro Kencana (Aurora Gold); (3) persengketaan masyarakat tradisional Amunge di Papua Barat dengan PT Freeport Indonesia; (4) dan persengketaan masyarakat adat di daerah Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur dengan PT Kideco (Mulyadi 2003).
Hal yang hampir sama terjadi pada PT Unocal. Masyarakat Marangkayu, Kutai Timur melalukan demonstrasi di sekitar lokasi pengolahan minyak milik perusahaan yang telah beroperasi sejak tahun 1970-an itu. Demonstrasi ini berujung rusuh. Terjadi penembakan dengan peluru karet kepada salah seorang demonstran oleh aparat keamanan. Akibat demonstrasi tersebut, negosiasi pun dilakukan. Hasilnya, PT Unocal harus melakukan kegiatan-kegiatan filantropis dalam program TJS perusahaan. Program TJS pun akhirnya dijalankan PT Unocal pada tahun 2002 (Mulyadi 2003). Beberapa perusahaan juga merealisasi kegiatan TJS perusahaan dalam waktu yang tidak jauh berbeda dari waktu ketika PT Unocal melakukan program TJS perusahaan yang pertama kali. Sulit mengidentifikasi waktu pelaksanaan kegiatan TJS perusahaan. Sebagian besar perusahaan merealisasi program TJS perusahaan secara intensif setelah dilakukannya otonomi daerah.
Jika dilihat dari beberapa kasus di atas, masalah sosial dan lingkungan ternyata memberikan dampak yang sangat besar bagi perusahaan. Tujuan untuk meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang berlipat. Persoalan-persoalan tersebut (kesenjangan ekonomi, ketidakberdayaan pemerintah untuk menangani masalah sosial-ekonomi masyarakat, peningkatan daya kritis dan kontrol sosial masyarakat, antikorporasi, tuntutan akan transparansi, dan harapan-harapan akan milenium yang akan datang) berdampak pada reputasi sebuah perusahaan.
Di masa desentralisasi (otonomi daerah), kekuatan masyarakat lokal menjadi lebih besar. Kebebasan mereka untuk menyalurkan aspirasinya manjadi lebih kuat. Ruang mereka untuk menyuarakan tuntutan mereka pada masalah pencemaran, tenaga kerja, dan tanah pada perusahaan menjadi lebih luas. Kecenderungan ini sangat mungkin menyulut konflik.
menjadi salah satu ukuran kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar perusahaan.
Program TJS perusahaan pada tahap selanjutnya menjadi aspek penting dalam keberdayaan masyarakat. Program TJS perusahaan diyakini mampu meningkatkan kemampuan masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Sumaryo (2009) yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa implementasi TJS dapat dimaknai sebagai peningkatan kemampuan dalam meningkatkan aktivitas produksi dan pendapatan usaha masyarakat.
Selain menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat, program TJS perusahaan tentu saja menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Zainal (2006) mengatakan bahwa keuntungan itu diperoleh melalui pengorbanan tiga pihak, yaitu karyawan, masyarakat, dan pemerintah jika dikaitkan dengan keuntungan perusahaan. Ia menjelaskan keuntungan tersebut diraih melalui (1) usaha dari seluruh karyawan perusahaan mulai level bawah hingga tertinggi; (2) pengorbanan masyarakat sekitar dengan mengorbankan sumber daya alam milik mereka, serta dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap potensi ekonomi mereka; dan (3) pemerintah dengan kewenangan kebijakan yang memberikan fasilitas-fasilitas kepada perusahaan untuk melegalisasi kegiatan produksi perusahaan. Dapat disimpulkan, perusahaan seharusnya mempunyai tanggung jawab sosial kepada ketiga pihak di atas.
Setiap perusahaan pada dasarnya telah merancang segala aspek yang berhubungan dengan masyarakat termasuk dalam hal pembiayaan. Saat industri pertambangan diizinkan beroperasi di suatu daerah yang rentan terhadap lingkungan, biaya tersembunyi (hidden cost) dari kegiatan pertambangan tersebut sudah diperhitungkan, baik oleh pengusaha maupun pemerintah. Biaya tersebut menjadi biaya yang terkait dengan penurunan kualitas dari kegiatan lain di luar biaya inti kegiatan pertambangan (direct use cost). Biaya-biaya tersebut ialah (1) community cost untuk menanggulangi penyakit yang mungkin diderita oleh masyarakat sebagai efek sampingan dari kegiatan pertambangan; (2) off site cost untuk pemanfaatan antara industri hulu dan hilir; (3) biodiversity cost untuk kemungkinan hilangnya keanekaragaman hayati; (4) ecosystems service cost untuk layanan barang dan jasa dari ekosistem yang rusak; dan (5) passice use cost untuk hilangnya kenyamanan lingkungan akibat sampah kegiatan pertambangan (Ambadar 2008). Hal ini menunjukkan bahwa segalanya telah diperhitungkan matang-matang dan tidak ada alasan bagi perusahaan untuk tidak melaksanakan program TJS perusahaan dengan serius.
Menurut Yuningsih (2005) terjadinya bencana busung lapar benar-benar merupakan insiden akibat keteledoran manusia, bukan bencana alam. Artinya, apabila manusia memiliki kepekaan sosial, semestinya bencana itu tidak terjadi. Ini adalah sebuah bukti nyata bahwa konsep program TJS perusahaan belum tersosialisasikan apalagi terimplementasikan di kalangan para pengelola perusahaan, pemerintahan, lembaga kesehatan, pendidikan, dan lembaga lainnya.
korporasi. Tekanan ini datang dari para pemegang saham, LSM, partner bisnis terutama dari negara yang komunitas bisnisnya peka terhadap program TJS perusahaan, dan advokat yang memperjuangkan kepentingan publik (public interest lawyer) secara implementatif. Perkembangan program TJS perusahaan di Indonesia masih membutuhkan banyak perhatian bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat luas, dan perusahaan (Mapisangka 2009).
Masalah yang terjadi terkait implementasi program TJS perusahaan ialah ketidaksesuaian konsep ideal program TJS perusahaan beserta aturan-aturan yang melingkupinya dengan kondisi di lapangan. Implementasi aturan dan kebijakan belum sepenuhnya terlaksana. Padahal, banyak aturan yang telah terbit dan harusnya diimplementasikan secara baik.
Aktivitas perusahaan tambang diatur dalam UU No. 22 Tahun 2001. Terkait Perseroan Terbatas (PT) regulasinya diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 74. Kemudian, seperti yang telah disebutkan di awal, UU No. 22 tahun 2001 menjadi regulasi yang harus ditaati perusahaan-perusahaan tambang. UU tersebut mengatur kewajiban perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di Indonesia untuk melakukan program TJS perusahaan dengan sasaran masyarakat lokal. Aturan tersebut tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Pengimplementasian aturan tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan. Kegiatan TJS perusahaan umumnya masih dalam bentuk program-program pengembangan masyarakat (community development) belum menyentuh permasalahan mendasar yang dihadapi masyarakat. Program tersebut belum mampu memberdayakan masyarakat, sehingga mereka belum berdaya dan siap menghadapi masa pascapenambangan (Ife & Tesoriero 2008).
Kehadiran program community development merupakan respons atas kegiatan pembangunan yang disertai dengan eksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan terjadinya degradasi kualitas lingkungan hidup. Kegiatan TJS perusahaan diharapkan memiliki filosofi bisnis. Filosofi bisnis tersebut menempatkan perusahaan dalam bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat sekitar. Begitu juga sebaliknya, masyarakat sekitar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan perusahaan. Keduanya perlu mewujudkan keharmonisan dan keselarasan hubungan yang saling menguntungkan.
Pentingnya kehadiran program TJS perusahaan terlihat dalam kasus yang terjadi di Belitung. Saat timah sudah tidak bisa ditambang lagi oleh perusahaan tambang, daerah tersebut menghadapi masalah lingkungan karena cekungan-cekungan bekas penambangan yang tidak direklamasi. Di sisi yang lain pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima pemerintah daerah mengalami penurunan. Hal ini ditambah lagi dengan munculnya gejolak-gejolak sosial-ekonomi dari masyarakat yang sebelumnya bekerja di perusahaan. Kondisi seperti ini menimbulkan penolakan-penolakan, baik yang terjadi pada masyarakat maupun pemerintah daerah, terhadap kegiatan-kegiatan TJS dan keberadaan perusahaan. Penolakan-penolakan tersebut terepresentasi dari sinisme dan keengganan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan TJS perusahaan. Sikap menolak seperti itu merupakan faktor penghambat terciptanya program yang keberlanjutan.
menempatkan program TJS sebagai bagian lain dari manajemen perusahaan. Hal ini menyebabkan program TJS perusahaan dianggap tidak memberikan kontribusi positif terhadap kelangsungan perusahaan. Padahal seperti yang diatur dalam undang-undang, keberadaan program TJS perusahaan melekat secara inheren dengan manajemen perusahaan, sehingga bidang kegiatan dalam program TJS perusahaan pun masih dalam kontrol manajemen perusahaan.
Masalah yang banyak terjadi adalah banyak perusahaan yang tidak serius dalam mengimplementasikan program TJS. Program TJS hanya dijadikan alat untuk pencitraan semata. Implementasi program TJS perusahaan menjadi sekadar fungsi kehumasan, citra perusahaan, dan reputasi. Program TJS perusahaan bahkan digunakan untuk kepentingan perusahaan mendongkrak nilai saham. Program TJS perusahaan hanya dilakukan sebagai pemenuhan kecenderungan global tanpa substansi distribusi kesejahteraan ekonomi, sosial, dan pelestarian lingkungan (Leimona & Fauzi 2008). Rudito et al. (2004) mengakui banyak permasalahan di lapangan terkait implementasi program TJS perusahaan.
1) Banyak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan pembangunan daerah sekitar perusahaan antara perusahaan dengan pemerintah daerah. Pemerintah daerah banyak membuat peraturan daerah yang kemudian memberatkan dunia usaha. Hal ini berkaitan dengan kemampuan pemerintah daerah dalam merancang dan bekerja sama dengan pihak perusahaan;
2) Banyak program TJS perusahaan yang tidak memiliki data yang baik. Hal ini mengakibatkan tidak tepatnya sasaran dan tidak tepatnya program. Selain itu, banyak program TJS perusahaan yang tidak mempunyai indikator keberhasilan yang jelas, sehingga sulit untuk dilihat tingkat keberhasilannya; 3) Banyak program TJS perusahaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat karena tidak adanya baseline data masyarakat dan kurangnya perusahaan melakukan need assesment. Perusahaan seharusnya memiliki data yang diperoleh dari social mapping;
4) Monitoring yang kurang dilakukan baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat;
5) Perusahaan masih mengutamakan pembangunan infrastuktur daripada pengembangan sosial ekonomi masyarakat yang mengarah kepada kemandirian masyarakat;
6) Partisipasi masyarakat kurang diperhatikan oleh perusahaan dalam pembuatan perencanaan program TJS perusahaan sehingga banyak program yang tidak jalan;
7) Tidak ada sinergitas antara program yang dibangun perusahaan dengan program yang dibangun oleh pemerintah daerah sehingga terjadi tumpah tindih program;
8) Tidak ada sinergitas antara program TJS perusahaan antara masing-masing perusahaan dalam satu wilayah sehingga memunculkan konflik kepentingan di masyarakat.
Terkait lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka melalui program TJS perusahaan. Program TJS perusahaan tersebut bisa berupa kegiatan pemberdayaan. Hal ini dikarenakan perusahaan dan masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan itu sendiri (Mapisangka 2009).
Selain kegiatan pemberdayaan, perusahaan perlu untuk menginformasikan kegiatan-kegiatannya yang dilakukan kepada masyarakat. Tuntutan terhadap perusahaan—untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel, dan tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance)—semakin memaksa perusahaan untuk bertanggung jawab secara sosial dan memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat perlu mengetahui berbagai kegiatan sosial perusahaan sebagai realisasi dari program TJS perusahaan yang dicanangkan. Pengungkapan informasi tersebut setidaknya memberikan jaminan kepada masyarakat luas akan keamanan aktivitas yang dijalankannya. Para buruh, karyawan, dan masyarakat setempat merasa akan merasa diperhatikan dan dijamin kesejahteraan hidupnya.
Perusahaan haruslah juga memerhatikan kondisi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan agar masyarakat juga dapat merasakan manfaat dari perusahaan. Perhatian tersebut dapat berupa pendidikan dan kesehatan. Misal, saat biaya pendidikan semakin mahal dan sulit terjangkau bagi masyarakat, perusahaan harus berperan dalam hal itu. Hal itu dapat terealisasi dengan memberikan tenaga pendidik dan memberikan tunjangan pendidikan secara berkala. Selain itu, perusahaan dapat memberikan bantuan kesehatan yang bisa mengarahkan masyarakat sekitar untuk bisa hidup sehat. Dukungan sosial ini, nantinya dapat berimbas pula terhadap citra perusahan karena bagaimanapun juga kegiatan sosial yang mendukung kesejahteraan masyarakat sangat menunjang reputasi di mata masyarakat. Bentuk tanggung jawab yang lain dapat diungkapkan melalui lingkungan atau environment. Hal ini terjadi karena selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dan masyarakat di sekitarnya, kegiatan usaha sering memberikan dampak negatif bagi ekologi atau hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungannya (Faroid 2014).
Banyak perusahaan semakin menyadari pelaksanaan TJS perusahaan tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban seperti yang sudah ditetapkan dalam undang-undang. Pelaksanaan TJS dapat dimanfaatkan jangka panjang sebagai sarana untuk dapat memenangkan persaingan dalam industri melalui pembentukan persepsi di benak konsumen sebagai perusahaan dengan citra yang baik, peduli pada lingkungan, dan masyarakat (Muhadjir et al. 2011).
Kesadaran perusahaan untuk memerhatikan lingkungan sekitar mulai terlihat. Perusahaan menyadari bahwa mereka tidak bisa berdiri sendiri. Eksistensi sebuah perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal antara perusahaan dengan masyarakat. Dalam mengimplementasikan program TJS, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan sosial. Hal ini dapat menjaga keberlangsungan usaha. Selain itu, secara tidak langsung dapat mencegah konflik yang merugikan kedua belah pihak (Semson 2014).
Hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat berproduksi atau beroperasi secara optimal dan berkelanjutan. Keadaan itu dapat berjalan apabila didukung oleh suasana yang kondusif. Selain faktor internal, suasana kondusif tersebut dapat hadir dari faktor eksternal perusahaan. Implementasi program TJS perusahaan dapat menjadi upaya untuk memperoleh iklim yang kondusif; dapat memperoleh lisence to operate dari masyarakat setempat; sekaligus menjadi bagian dari risk management perusahaan untuk meredam atau menghindari konflik sosial (Sumardjo 1999).
Setiap perusahaan selayaknya memahami bahwa mereka dapat menjadi bagian dari lingkungan sosial tersebut. Kondisi ini membuat perusahaan harus peduli terhadap masyarakat yang ada di sekelilingnya. Perusahaan seharusnya menyadari bahwa lingkungan sosial harus dijaga dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan meminimalisasi dampak psikologis, ekonomi, dan budaya terhadap orang-orang di sekelilingnya (Soemanto 2007).
Proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan tambang memberi peluang kerja bagi masyarakat lokal. Sebagian dari masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan mendapatkan kesempatan bekerja pada perusahaan tersebut. Selain itu, proses produksi merangsang munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi di wilayah operasinya. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.
Keadaan ini bisa berubah sebaliknya ketika proses produksinya berhenti karena sumber daya alamnya tidak bisa dieksploitasi lagi. Masyarakat yang sebelumnya mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan, tidak memiliki kesempatan itu lagi. Hal ini menjadi lebih buruk apabila pada waktu perusahaan-perusahaan sudah habis masa kontraknya dan harus meninggalkan daerah operasinya, perusahaan tersebut masih menyisakan masalah kerusakan fisik lingkungan dan pencemaran. Hal ini dinilai dapat merugikan masyarakat lokal karena kerusakan lingkungan bisa menimbulkan bencana.
tetapi juga pada tingkatan pemerintah daerah. Selain tutupnya perusahaan akan mengurangi kontribusi dalam menyelesaikan masalah tenaga kerja, pemerintah daerah juga akan kehilangan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keterlibatan perusahaan dalam program TJS perusahaan dilatarbelakangi dengan beberapa kepentingan. Hal tersebut bisa diidentifikasi melalui tiga motif, yaitu motif menjaga keamanan fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak kerja, dan motif moral untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah perusahaan tidak akan melakukan program TJS perusahaan apabila masyarakat tidak memprotes masalah pencemaran dan kesenjangan sosial, kemudian menuntut direalisasinya program tersebut? Program tersebut akan dilakukan, walaupun belum pasti waktu realisasinya. Hal ini terjadi karena perusahaan baru akan melakukan program tanggung jawab sosial jika sudah mendapatkan laba.
Bagaimanapun, semua perusahaan khususnya perusahaan tambang harus melaksanakan program ini. Secara hukum setiap perusahaan pertambangan diwajibkan untuk merealisasi program community development. Dalam setiap kontrak kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan pelaksana kegiatan penambangan, perusahaan harus melakukan program community development yang diatur dalam Undang No. 40 Tahun 2007. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan program TJS perusahaan.
Publikasi dilakukan oleh perusahaan untuk menyosialisasikan kegiatan pemberdayaan yang telah mereka lakukan. Mereka kerap melakukan publikasi tersebut. Namun, banyak publikasi yang membuat program pemberdayaan itu seolah-olah mengeluarkan biaya yang besar. Masyarakat lokal sendiri merasa bahwa realisasi program tidak menggunakan biaya sebesar seperti yang tertulis pada propaganda.
Dipandang dari sudut filantropi, perusahaan seharusnya meredistribusi keuntungannya setelah mereka memanfaatkan resources di lokasi di mana masyarakat berada, apalagi sebagian besar masyarakat lokal berada dalam keadaan miskin. Hal tersebut sebetulnya merupakan kewajiban moral. Motif yang didasarkan pada komitmen moral tersebut masih sebatas wacana dan belum terlihat realisasinya. Pemerintah daerah sendiri mengharapkan agar program-program TJS perusahaan bisa membantu menyelesaikan permasalahan sosial, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan swasta dituntut untuk membantu pemerintah daerah dalam mendukung program pembangunan regional.
(communication channel) kepada publiknya (receiver), dengan tujuan mencapai citra positif (effect) bagi perusahaan.
Strategi untuk mewujudkan keberdayaan masyarakat melalui program TJS perusahaan harus dirancang dan diimplementasikan dengan partisipasi aktif dari masyarakat sekitar. Langkah-langkah yang ditempuh untuk bisa melibatkan partisipasi aktif masyarakat adalah dengan menggunakan pendekatan komunikasi. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat untuk memiliki kemampuan dalam memecahkan masalahnya sendiri, berpendapat, berekspresi, dan mengungkapkan diri secara terbuka. Menurut Verhagen (1996), ada delapan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai implementasi dari suatu kegiatan pemberdayaan. Kedelapan instrumen tersebut dinilai dapat membantu penyusunan program pemberdayaan dan sekaligus memberikan gambaran tentang proses pemberdayaan. Berikut kedelapan instrumen tersebut.
1) Identifikasi kelompok sasaran merupakan proses di mana kelompok atau individu yang diberdayakan, diidentifikasi atau mengidentifikasi dirinya, sebagai calon mitra pembangunan;
2) Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris merupakan pelibatan masyarakat dalam identifikasi masalah dan perencanaan kegiatan usaha. Hal ini dilakukan agar perencanaan yang dilaksanakan dapat bermanfaat karena telah sesuai dengan kebutuhan, kondisi, serta potensi yang mereka miliki; 3) Pendidikan dan pelatihan timbal balik diperlukan bagi masyarakat atau
individu yang tidak berdaya karena kurangnya pengetahuan serta keterampilan, sehingga diperlukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dengan memerhatikan potensi dan sumber daya lokal;
4) Mobilisasi dan pemberian sumber daya secara seimbang di mana pelayanan dan kemudahan akses terhadap sumber daya diperlukan untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan; masyarakat hendaknya dibimbing untuk menghimpun modal atau sumber daya secara mandiri;
5) Konsultasi manajemen diperlukan agar masyarakat atau individu dapat belajar bagaimana mengelola usaha atau kegiatan mereka;
6) Pengembangan gerakan dan perluasan proses adalah upaya mendorong berbagai pihak, termasuk mereka yang telah berhasil diberdayakan untuk berperan aktif dalam memperluas proses pemberdayaan sehingga menjangkau sasaran pemberdayaan yang lebih luas;
7) Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga pada dasarnya upaya mengembangkan hubungan kemitraan dengan pihak lain agar kelompok sasaran pemberdayaan dapat berkembang, misalnya lembaga keuangan, lembaga pemasaran, pengusaha dan pihak lain; dan
8) Monitoring dan evaluasi sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik, yang dilakukan baik terhadap strategi, metode, dan kinerja sangat diperlukan karena dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses perencanaan, efek, dan dampak yang ditimbulkan.
menawarkan indikasi-indikasi jelas mengenai apa yang harus dipahami oleh pelaksana dan mengenai apa tujuan yang ingin dicapai.
Komunikasi dalam pembangunan bermakna komunikasi pada tingkat akar rumput (grassroot). Komunikasi dalam hal ini melibatkan partisipasi dari keseluruhan masyarakat dalam program pembangunan, yang selanjutnya dikenal dengan bentuk komunikasi partisipatif (Nair & White 2004). Prinsip dasar dari komunikasi partisipatif adalah adanya dialog, voice, liberating pedagogy, dan action-reflection-action (Tufte & Mefalopulos 2009). Dialog memungkinkan anggota komunitas, changes agent, dan stakeholders melakukan proses komunikasi dua arah secara berkelanjutan sehingga ditemukan suatu pemahaman dan pengertian yang membentuk kesadaran akan permasalahan dan kebutuhan yang mereka rasakan (Rahim 2004). Proses komunikasi partisipatif juga menekankan pada kemampuan anggota komunitas agar mampu menyampaikan aspirasinya dan berbagi informasi (Warnock et al. 2007). Model komunikasi konvergensi (convergence model of communication), seperti yang diutarakan oleh Rogers dan Kincaid (1981), menekankan komunikasi sebagai proses penciptaan dan pembagian bersama informasi untuk tujuan mencapai saling pengertian bersama (mutual understanding) antara para pelakunya.
Kegiatan TJS perusahaan ini merupakan sebuah proses komunikasi untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan agar dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Jika ditinjau dari aspek proses komunikasi, kegiatan TJS menjadi daya tarik tersendiri untuk melihat bagaimana program ini direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi. Dalam perspektif komunikasi, penelitian ini ingin melihat bagaimana pendekatan komunikasi, baik itu top down, partisipatif maupun konvergen, mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat sekitar. Penelitian ini juga akan melihat komunikasi antara masyarakat sekitar dengan perusahaan dalam mengimplementasikan kegiatan pemberdayaan. Hal ini dikarenakan komunikasi yang baik ini menjamin pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang berkualitas. Penelitian ini akan dilaksanakan di desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement) di Kabupaten Bogor.
Seperti yang telah diketahui, Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup baik. Hal ini terlihat dari banyaknya sektor industri dan perdagangan, khususnya di kawasan Cileungsi, Klapanunggal dan Gunungputri. Berdasarkan kondisi perekonomian Kabupaten Bogor pada tahun 2013, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diprediksi mencapai Rp 109.67 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 14.35% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 95.91 triliun.
Tabel 1 Data investasi penanaman modal di Kabupaten Bogor
Tahun Jumlah investasi
PMA dan PMDN (Rp.)
Jumlah tenaga kerja PMA dan PMDN (Orang)
2009 1 530 607 000 000 12 319
2010 1 428 621 000 000 7 099
2011 3 475 791 000 000 10 893
2012 2 411 320 000 000 12 076
2013 8 214 847 000 000 39 250
2014 9 860 062 079 733 22 733
2015 9.721.856.100.000 13.675
Sumber: Data perkembangan minat investasi PMA dan PMDN Jawa Barat (2015)
Ada beberapa kasus di Kabupaten Bogor di mana aktivitas pengelolaan sumber daya alam oleh perusahaan menimbulkan konflik sosial. Konflik yang muncul dikarenakan perusahaan kurang dan/atau tidak memerhatikan kondisi lingkungan sosial di sekitarnya dalam melaksanakan operasinya.
Salah satu PMA sektor industri pertambangan yang terus berkembang di Kabupaten Bogor adalah industri semen. Indocement unit Citeureup bergerak di industri semen. Perusahaan ini adalah satu dari 447 perusahaan berskala besar yang berada di Kabupaten Bogor. Indocement memiliki target untuk menjadi pelopor dalam memimpin perubahan paradigma bisnis semen di Indonesia, dari produsen semen menjadi penyedia solusi bahan bangunan yang terintegrasi.
Indocement yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam, memiliki kewajiban untuk melaksanakan program TJS perusahaan. Hal ini dikarenakan kegiatan produksi perusahaan turut berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Faktanya, Indocement adalah satu dari 90 perusahaan berskala besar di Kabupaten Bogor yang melakukan program TJS perusahaan yang bertumpu pada paradigma pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan yang digariskan Indocement adalah untuk senantiasa menjalankan usaha dengan konsep pembangunan berkelanjutan, mendorong pertumbuhan ekonomi, tanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta memerhatikan kepentingan komunitas lokal. Sama halnya seperti perusahaan lain yang memanfaatkan sumber daya alam dalam operasionalnya, Indocement juga mendapatkan tekanan baik dari masyarakat sekitar dan pemerhati lingkungan untuk dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Kekecewaan masyarakat desa binaan kepada Indocement tidak hanya seputar dampak negatif ekologis, tetapi juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja yang masih dirasakan kurang dan proses pembebasan tanah di beberapa wilayah. Kondisi ini berdampak terhadap citra Indocement. Hal ini akan berimpak di kemudian hari jika hal ini tidak ditangani lebih baik. Hal ini juga akan memunculkan konflik dan memengaruhi penerimaan masyarakat luas terhadap produk Indocement.
Pertambangan Mineral dan Batubara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor pada tahun 2014 melaksanakan kegiatan penyusunan data potensi kerja sama berbasis tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Melalui program TJS perusahaan, Indocement diharapkan mampu memahami permasalahan yang ada di sekitar masyarakat, dengan memberikan solusi bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada sebagai wadah untuk memberdayakan masyarakat sekaligus menyampaikan tujuan perusahaan. Pada akhirnya bakal terwujud pemahaman bagi para pemangku kepentingan (stakeholders). Hal ini akan menciptakan suatu hubungan harmonis dan citra positif perusahaan di mata masyarakat. Berkaitan dengan hal ini, Indocement di Kabupaten Bogor menjadi lokasi penelitian untuk melihat aspek program TJS perusahaan pada perspektif komunikasi. Kasus ini memungkinkan peneliti untuk dapat menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif serta terfokus terhadap program TJS perusahaan untuk keberdayaan masyarakat sekitar.
Perumusan Masalah
Program TJS perusahaan kini telah menjadi prioritas utama para pemimpin bisnis. Hal ini karena program TJS perusahaan telah menjadi perhatian dari kalangan pemerintah, aktivis, media, pemimpin masyarakat, karyawan perusahaan, hingga para akademisi. Fenomena ini menandakan bahwa program TJS perusahaan merupakan hal penting dalam aktivitas perusahaan di suatu wilayah tertentu. Telah banyak upaya perusahaan mengaitkan aktivitas mereka dengan masyarakat di mana mereka beroperasi dan memelihara, bahkan menjamin keberlanjutan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
Perusahaan sebagai sebuah sistem yang keberlanjutan tidak bisa berdiri sendiri. Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal-balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Perusahaan, selain mengejar keuntungan ekonomi, juga memerlukan sumber daya alam untuk diolah. Perusahaan juga memerlukan para pemangku kepentingan (stakeholders) lain untuk mencapai tujuannya. Melalui pendekatan program TJS perusahaan, korporasi tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Harapan yang ingin dicapai adalah stabilitas keberlangsungan usaha dan secara tidak langsung dapat mencegah konflik yang merugikan.
Keberhasilan program TJS perusahaan untuk keberdayaan masyarakat ditentukan oleh pendekatan komunikasi yang tepat. Adanya pendekatan komunikasi yang tepat memungkinkan anggota komunitas penerima program TJS perusahaan memiliki rasa tanggung jawab untuk terus memberdayakan diri dan masyarakatnya serta dapat menggali potensi dan kreativitas masyarakat (Suparjan 2003). Keterlibatan, potensi, kreativitas masyarakat dapat lebih tergali dengan adanya pendekatan komunikasi. Dengan pendekatan partisipatif, aktivitas yang berorientasi pada kompetensi dan tanggung jawab sosial sebagai anggota masyarakat diharapkan dapat berkembang.
1) Bagaimana saluran komunikasi program TJS perusahaan dan pendekatan komunikasi program TJS perusahaan?
2) Bagaimana keberdayaan masyarakat dalam implementasi program TJS perusahaan?
3) Bagaimana pengaruh karakteristik penerima manfaat terhadap saluran komunikasi program TJS perusahaan?
4) Bagaimana pengaruh karakteristik penerima manfaat dan saluran komunikasi terhadap pendekatan komunikasi program TJS perusahaan?
5) Bagaimana karakteristik penerima manfaat, saluran komunikasi, dan pendekatan komunikasi program TJS perusahaan berpengaruh secara bersama terhadap keberdayaan masyarakat?
6) Bagaimana model komunikasi program TJS perusahaan untuk keberdayaan masyarakat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, secara umum penelitian bertujuan untuk menjelaskan bentuk model komunikasi program TJS perusahaan untuk keberdayaan masyarakat. Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk:
1) menganalisis penerapan saluran komunikasi dan pendekatan komunikasi yang dilakukan dalam program TJS perusahaan;
2) menganalisis tingkat keberdayaan masyarakat dalam implementasi program TJS perusahaan;
3) menganalisis pengaruh karakteristik penerima manfaat terhadap saluran komunikasi program TJS perusahaan;
4) menganalisis pengaruh karakteristik penerima manfaat dan saluran komunikasi terhadap pendekatan komunikasi program TJS perusahaan; 5) menganalisis pengaruh bersama antara karakteristik penerima manfaat,
saluran komunikasi, dan pendekatan komunikasi program TJS perusahaan terhadap keberdayaan masyarakat; dan
6) merumuskan model komunikasi program TJS perusahaan untuk keberdayaan masyarakat.
Kegunaan Penelitian
Penerapan pendekatan komunikasi dalam program TJS perusahaan diduga mampu memengaruhi tingkat keberdayaan masyarakat di desa. Penelitian berguna sebagai proses pembelajaran dalam menyintesiskan sebuah model komunikasi untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat. Penelitian bermanfaat baik secara teoritis dan praktis sebagai berikut:
1) Secara teoritis, penelitian diharapkan memberikan kontribusi dan memperkaya khazanah ilmu komunikasi pembangunan, khususnya pengembangan pendekatan komunikasi dalam proses pemberdayaan sebagai strategi penting untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat;
TINJAUAN PUSTAKA
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Corporate social responsibility atau TJS perusahaan di dunia dan Indonesia kini telah menjadi isu penting. Hal ini berkaitan dengan masalah dampak lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut muncul sebagai reaksi dari banyak pihak terhadap kerusakan lingkungan baik fisik, psikis mau pun sosial, sebagai akibat dari pengelolaan sumber-sumber produksi secara tidak benar. Para pengelola lebih mementingkan keuntungan finansial sebesar-besarnya daripada membangun keseimbangan kepentingan dan keberlanjutan pembangunan (Poerwanto 2010). Terkait hal di atas, TJS perusahaan menjadi alat harmonisasi sosial yang efektif dengan menyeimbangkan kepentingan masyarakat dan bisnis perusahaan (Suwandi et al. 2013).
Konsep TJS perusahaan tidak terlepas dari waktu dan telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Di dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) y(1700-ang berisi 282 hukum telah memuat s(1700-anksi bagi para pengusaha y(1700-ang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Aturan yang termuat dalam Kode Hammurabi menyebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar, sehingga menyebabkan kematian orang lain. Perhatian para pembuat kebijakan terhadap TJS perusahaan menunjukkan adanya kesadaran bahwa terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus direduksi sehingga tidak membahayakan masyarakat sekaligus tetap ramah terhadap iklim usaha (Hidayat 2009).
Kegiatan TJS perusahaan yang kini kian marak diimplementasikan berbagai macam perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup lama (Bowen 1953). Konsep ini tidak lahir begitu saja, akan tetapi melewati berbagai macam tahapan terlebih dahulu. Gema TJS perusahaan mulai terasa pada tahun 1950-an. Hal ini diawali oleh persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan. Buku yang bertajuk social responsibility of the businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern TJS perusahaan
Setelah itu, TJS perusahaan semakin besar setelah terbitnya silent spring yang ditulis oleh Rachel Carson. Carson (1962) mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa betapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih dahulu sebelum berdampak menuju kehancuran. Sejak itu, perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas. Pemikiran mengenai TJS perusahaan dibahas lagi pada tahun 1966 dalam the future capitalism yang ditulis Lester Thurow, dilanjutkan pada tahun 1972 terbitlah the limits to growth yang merupakan buah pemikiran cendekiawan dunia yang tergabung dalam club of rome, buku ini terus diperbaharui hingga saat ini (Wibisono 2007).
beraneka ragam pendekatan, seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholders maupun pendekatan civil society. Di tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi di Rio de Jenario Brazil. Pertemuan ini menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi, dan sosial sebagai hal yang mesti dilakukan.
Terobosan terbesar TJS perusahaan dilakukan oleh John Elkington melalui konsep 3P (profit, people dan planet). Konsep itu dituangkan dalam buku cannibals with forks: the triple bottom line in 21st century business pada tahun 1998. Program TJS kian bergema setelah diselenggarakannya world summit on sustainable development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak saat itu, definisi TJS perusahaan kian berkembang. Wibisono (2007) mendefinisikan TJS perusahaan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Nursahid (2006) menjelaskan bahwa TJS perusahaan adalah sebuah bentuk tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholders-nya yang terkena pengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan. Sukada et al. (2007) menafsirkan TJS perusahaan sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar. Sementara itu, the world business council for sustainable development (WBCSD) menjelaskan bahwa TJS perusahaan merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas.
Putri (2007) menjelaskan bahwa program TJS perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memerhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, kesehatan dan lingkungan. Soesilowati et al. (2011) mengatakan TJS perusahaan adalah sebuah pendekatan di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interkasi mereka kepada pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan TJS perusahaan antara lain amal perusahaan (corporate giving/charity), kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy) dan community development.
perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka. Citra positif ini menjadi aset yang sangat berharga bagi perusahaan dalam menjaga keberlangsungan hidupnya saat mengalami krisis.
Kotler dan Lee (2005) dalam menyebutkan beberapa bentuk program TJS perusahaan yang dapat dipilih oleh perusahaan yaitu:
1) Cause promotions
Cause promotions perusahaan berusaha untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai suatu isu tertentu, di mana isu ini tidak harus berhubungan atau berkaitan dengan lini bisnis perusahaan, dan kemudian perusahaan mengajak masyarakat untuk menyumbangkan waktu, dana atau benda mereka untuk membantu mengatasi atau mencegah permasalahan tersebut. Di dalam cause promotions ini, perusahaan bisa melaksanakan programnya secara sendiri ataupun bekerja sama dengan lembaga lain, misalnya non government organization. Cause promotions dapat dilakukan dalam bentuk dua bentuk. Pertama, meningkatkan awareness dan concern masyarakat terhadap satu isu tertentu; mengajak masyarakat untuk mencari tahu secara lebih mendalam mengenai suatu isu tertentu di masyarakat; mengajak masyarakat untuk menyumbangkan uang, waktu ataupun barang milik mereka untuk membantu mengatasi dan mencegah suatu permasalahan tertentu; mengajak orang untuk ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan tertentu (misal, mengikuti gerak jalan dan menandatangani petisi). Kedua, cause related marketing. Di dalam cause related marketing, perusahaan akan mengajak masyarakat untuk membeli atau menggunakan produk nya, baik itu barang atau jasa. Dalam hal ini, sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu. Cause related marketing ini dapat berupa donasi dari barang yang terjual, atau semacamnya.
2) Corporate social marketing
Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral changes) dalam suatu isu tertentu. Biasanya corporate social marketing, berfokus pada bidang-bidang di bawah ini, yaitu di bidang kesehatan (health issues) (misalnya mengurangi kebiasaan merokok, HIV/AIDS, kanker, eating disorder). Di bidang keselamatan (injury prevention issues) (misal, keselamatan berkendara, pengurangan peredaran senjata api). Bidang lingkungan hidup (environmental issues) (misal, konservasi air, polusi, pengurangan penggunaan pestisida). Bidang masyarakat (community involvement issues), (misal, memberikan suara dalam pemilu, menyumbangkan darah, perlindungan hak-hak binatang).
3) Corporate philanthrophy