• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil wawancara pada media lokal Harian Riau Exspres, diperoleh informasi dari salah seorang pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah (pemda) Tingkat I, bahwa peremajaan pasar Senapelan ditetapkan melalui Surat Keputusan (S.K) Walikota Pekanbaru, Herman Abdullah, MM. Berdasarkan S.K yang dikeluarkan tahun 2001 tersebut, maka dibentuklah Tim Sembilan (9), yang terdiri dari sembilan Kepala Bagian (Kabag) dan Kepala Dinas (Kadis) untuk mengurusi pembangunan ini (Pekanbaru, 14 Oktober 2004).81

1. Kimpraswil (Pemukiman dan Perencanaan Wi1ayah)

Tim Sembilan terdiri dari:

2. B.P.N (Badan Pertanahan Nasional)

3. Kadis Dispenda (Dinas Pendapatan Daerah) 4. Kadis Pasar

5. Kadis Tata Kota 6. Kabag Ekonomi 7. Kabag Hukum 8. Kabag Keuangan 9. Kabag Perlengkapan.

Walaupun S.K Walikota tersebut tidak pernah diperlihatkan, tetapi dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa ketua Tim Sembilan adalah Kadis Dispenda dan sekretaris dipegang oleh Kabag Ekonomi. Dan alasan peremajaan

81

dilakukan adalah karena:

1. Pasar tersebut sudah tidak layak pakai dan memadai untuk bangunan setingkat kota.

2. Jumlah penduduk dan pedagang yang semakin meningkat sehingga memerlukan

3. Perluasan bangunan. Sedangkan alasan penggandengan pihak swasta dalam proyek tersebut adalah karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah Kota (pemkot) untuk meremajakan pasar Senapelan (wawancara, Pekanbaru, 16 September 2004).82

Setelah S.K keluar (yang tidak diketahui tanggalnya), Tim Sembilan mulai melakukan seleksi terbuka (diumumkan kepada publik) terhadap perusahaan perusahaan yang berminat untuk menjalankan proyek peremajaan pasar. Setelah Tim Sembilan menyaring perusahaan- perusahaan yang berminat (kebetulan hanya dua perusahaan), kemudian Tim Sembilan menetapkan bahwa P.T. Peputra Mahajaya (PMJ) sebagai pemenang tender proyek.

Menurut General Officer P.T. PMJ, Suryanto, pertimbangan dipilihnya P.T. PMJ sebagai mitra pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Pengalaman pembangunan pasar terdahulu (pasar Pusat) yang dianggap berhasil dan tidak mengecewakan Pemerintah Kota (Pemkot).

2. Harga jual kios yang tidak terlalu tinggi sehingga terjangkau oleh kalangan pedagang tradisional.

3. Desain bangunan yang tidak ketinggalan zaman.

4. Sesuai dengan keinginan Pemkot untuk membangun pasar semi modern.83

Berdasarkan perjanjian kerjasama peremajaan pasar Senapelan Pekanbaru antara Pemkot (dalam hal ini diwakili oleh Walikota Pekanbaru, Drs. Herman Abdullah, MM) bernomor 131 tahun 2002 dan 497/ PMJ/ VIII 2002, dinyatakan bahwa tanah tempat berdirinya pasar Senapelan merupakan milik Pemkot, dengan luas 18500 m2. Pasar dan sertifikat Hak Pengelolaan no. 1 tahun 1983. Dengan begitu, kapanpun Pemkot menginginkan pasar itu (beserta bangunannya) tidak ada

82

Ibid,

83

yang dapat menghalangi. Hal ini dikuatkan dengan surat perjanjian pemakaian toko/ kios/ los antara Pemkot dengan pemakai toko/ kios/ los pasar Senapelan.

Pasal sembilan (9) ayat (a) yang menyatakan bahwa apabila dalam masa perjanjian tersebut pemerintah menghendaki lokasi toko/ kios/ los dibangun kembali, direnovasi atau akan dipergunakan untuk kepentingan umum lainnya, pihak kedua (para pedagang) harus menyerahkan melalui pihak pertama (Pemkot) dan dengan sendirinya surat perjanjian pemakaian toko/ kios/ los ini habis masa berlakunya.

Menurut Kadis Dispenda (Drs. M. Din Hasni), setelah Pemkot memilih P.T. PMJ sebagai mitra pembangunan, P.T. PMJ kemudian merepresentasikan proposal pembangunan kepada Tim Sembilan, dari Tim Sembilan proposal tersebut disetujui oleh Walikota, dari Walikota proposal dibawa ke DPRD Pekanbaru untuk sharing, setelah proposal disetujui oleh DPRD, barulah peremajaan pasar Senapelan mulai disosialisasikan secara resmi84

Berkaitan dengan sosialisasi, Kadis Dispenda menyatakan, bahwa proses sosialisasi telah berlangsung lama, melalui beberapa media lokal, sebelum dikeluarkannya kebijakan resmi. Dilakukan sebanyak sebelas kali kepada pedagang. Bahkan setelah dikeluarkannya kebijakan resmi pemerintah tentang pembangunan itu, sosialisasi tetap berlangsung, dan pembangunan sempat ditangguhkan selama ± 3 tahun (setelah kebijakan resmi dikeluarkan tahun 2001), tujuannya untuk menunggu persetujuan dari para pedagang. Dan proses ini berakhir pada tahun 2004, setelah proses pembangunan fisik dimulai, dengan dilakukannya pembongkaran tokol kios/ los di pasar Senapelan Pekanbaru

.

85

84

Kutipan wawancara LSM Riau Mandiri , Pekanbaru, 14 Oktober 2004 85

Ibid,

Berkaitan dengan kebijakan Pemkot untuk meremajakan pasar tersebut, menurut para pedagang, mereka tidak menolak dilakukannya peremajaan karena dapat memoles wajah kusam bangunan pasar tradisional itu, bahkan mereka dari awal memang menginginkanya. Akan, tetapi, menurut pedagang, setelah mengetahui harga yang dipatok, mereka menjadi pesimis terhadap kebijakan pembangunan tersebut.86

1. Blok A, merupakan pusat perbelanjaan modern (mall) diperuntukkan bagi pedagang non- pasar Senapelan dengan harga tanpa diskon, dengan harga dasar berkisar antara Rp. 17 juta- Rp. 20 juta per tapak (kios).

Bangunan ini direncanakan terdiri dari tiga blok, dengan perincian sebagai berikut:

2. Blok B dan C, diperuntukkan bagi para pedagang eks pasar Senapelan dengan perincian:

a. Bagi pedagang aktif (pemilik kios dan juga pedagang) diskon 15 % dari harga dasar Rp. 7-15 juta.

b. Bagi pedagang pasif (pemilik kios tetapi tidak beerdagang) diskon 10 % dari harga dasar Rp. 7-15 juta.

c. Bagi pedagang penyewa diskon 5 % dari harga dasar Rp. 7- 15 juta.87 Harga blok A tanpa diskon bertujuan untuk menutupi biaya pembangunan blok B dan C, jika mengalami defisit biaya pembangunan atau subsidi silang. Uang muka yang harus dibayarkan oleh pedagang adalah 30 % dari harga kios yang dapat dicicil selama satu tahun. Harga yang dimulai dari Rp. 7- 15 juta- an itu belum termasuk P.P.N (Pajak Pendapatan Negara) sebesar 10 % yang dibebankan kepada pedagang. Harga tersebut akan bertambah lagi jika posisi kios yang akan diambil sangat strategis, seperti: terletak di depan, lantai dasar, dekat dengan tangga, dan sebagainya. Suryanto menambahkan, bahwa prioritas pemasaran awal diperuntukkan bagi para pedagang eks pasar Senapelan, setelah

86

Kutipan wawancara LSM Riau Mandiri, dengan Marwan salang seorang pedagang Pasar Senapelan, Pekanbaru 4 September 2004

87

itu diperuntukkan bagi masyarakat umum atau public.88

Melalui surat pemberitahuan bernomor 1911 511.2/DP-IIII 2004 dan 0101 PMJI lill 2004, mengharapkan agar pedagang melakukan pendaftaran ulang. Surat yang diedarkan kepada para pedagang tersebut ditandatangani oleh direktur P.T. PMJ Hofman Halolo dan Kadis Pasar Drs. H. R Murzamir. Surat itu sendiri diedarkan dengan beberapa kali perpanjangan, yaitu tanggal 15 Maret, 20 Maret, 30 Maret, dan 6 April 2004. Pada tanggal 15 Maret 2004, pendaftaran ulang pedagang dibuka selama sembilan hari, mulai dari tanggal 12- 21 Maret 2004. Karena pedagang yang mendaftar masih sedikit, kemudian diperpanjang dari tanggal 23- 27 Maret 2004. Dan diperpanjang kembali dari tanggal 30 Maret- 3 April 2004 serta 6- 8 April 2004 engan tujuan memberikan kesempatan seluas- luasnya bagi para padagang Senapelan untuk mendaftarkan diri kembali.89

Menurut Drs. Al- masri, kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Pasar Senape1an, mereka yang dianggap pedagang resmi adalah mereka yang terdaftar di Dinas Pasar, yang memiliki kios dan los sebelum terjadinya pembongkaran. Untuk dapat mendaftar ulang, para pedagang disyaratkan membawa surat asli dan foto copy kepemilikan kios bagi pemilik, surat asli dan foto copy bukti sewa menyewa kios/ los bagi pedagang penyewa.90

Mengenai jumlah pedagang, terdapat perbedaan pendapat yang mendasar antara pedagang dan Dinas Pasar. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Dinas pasar, jumlah pedagang pasar Senapelan adalah 972 orang. Dengan tidak memasukkan pedagang kaki lima sebagai pedagang resmi karena tidak memiliki tapak atau tempat berdagang yang pasti, seperti halnya kios atau los. Sedangkan

88

Ibid, 89

Ibid, 90

data yang dikumpulkan oleh FKPPS (Forum Komunikasi Pedagang Pasar Senapelan), jumlah pedagang yang tercatat mencapai angka 2097 orang. Jumlah ini menjadi besar karena FKPPS memasukkan pedagang kaki lima sebagai pedagang resmi.91

Berdasarkan surat Walikota Pekanbaru bemomor 5112/ Dispenko/ 121 tertanggal 23 Januari 2004, yang ditujukan kepada ketua umum FKPPS, dijelaskan, bahwa blok B dan C diperuntukkan bagi pedagang yang mempunyai tapak dan penyewa, dengan kondisi bangunan semi modern. Dengan ukuran 3x3, 5 meter bagi blok B dan 3x3 meter bagi blok C. Dan di dalam surat tersebut tidak terdapat penjelasan mengenai kondisi dan hak bagi pedagang terhadap blok A. Selanjutnya dalam surat tersebut juga dijelaskan tentang peralihan pelaksanaan proyek pembangunan dari P.T. PMl kepada P.T. MPP (Makmur Papan Pratama).

92

Berkaitan dengan blok A, menurut Kabag Marketing P.T. PMl Acdelina Tamaela, rencananya blok A yang terdiri dari 250 kios akan menyediakan onderdil dan asesoris mobil terlengkap di kota Pekanbaru yang berlokasi di basement. Sedangkan lantai 1, 2, dan 3 diperuntukkan bagi toko fashion, hand phone, perhiasan, dan mainan anak- anak. Di samping itu, blok A juga menyediakan tempat khusus bagi food court.93

Acdelina kemudian menyatakan dalam sebuah kalimat singkat: "kami pastikan pusat perbelanjaan ini (pasar Senapelan) merupakan yang terdepan di kota Pekanbaru". Dan akan dipasarkan kepada publik tanggal 18 Oktober 2004

91

Ibid,

92

Ibid,

93

Kutipan wawancara Harian Riau Post, ”Pasar Senapelan Menjadi Yang Terdepan” 23 September 2004.

lalu, setelah sebelumnya mengalami perpanjangan sebanyak dua kali, yaitu 16 Juli- 31 Agustus 2004 dan 1- 16 Oktober 2004.94

Menurut Direktur P.T. PMJ Hofman Halolo, harga kios di blok A, yang terdiri dari beragam ukuran, akan dipasarkan dengan harga Rp. 18- Rp. 39 juta kepada publik, dengan pemberian diskon sampai 10 % bagi 100 orang pendaftar pertama. Sedangkan blok B dan C betjumlah 1950 kios dan los, diperuntukkan bagi pedagang Senapelan. Menurut Hofman, jumlah yang barn terjual (membayar uang muka) betjumlah 900 orang. Dan rencananya akan dipasarkan kepada publik pada akhir 2005.95

1. Menyangkut desain bangunan.

2.1.1. Penetapan Harga Kios

Menurut Suryanto, General Officer P. T. PMJ, proses sosialisasi pembangunan pasar Senapelan telah berlangsung lama, mulcul dari tahun 2001- 2004. Sedangkan hal- hal yang disosialisasikan antara lain berkaitan dengan:

2. Penempatan pedagang. 3. Menyangkut harga kios.

Berhubungan dengan desain bangunan, umumnya pedagang tidak terlalu mempersoalkannya, mereka menyetujui model apapun yang akan dibangun oleh investor. Bahkan seorang pedagang buah (asal Aceh) mengatakan, bahwa ia menyetujui seratus persen pembangunan tersebut, dengan alasan tempat mereka berdagang sekarang sudah tidak layak lagi untuk berdagang.96

Harga kios yang ditetapkan oleh pihak investor di mulai dari Rp. 7. 816.

94 Ibid, 95 Ibid, 96 Ibid,

827, hingga Rp. 14. 4275. 343, 86. Harga tersebut belum termasuk P.P.N (10 %) yang dibebankan kepada pedagang dan juga tambahan- tambahan biaya lainnya, berupa: fasilitas kios (AC, telepon, dan lain- lain), lokasi yang strategis, dan pungutan lainnya. Menurut sejumlah pedagang, harga awal kios yang disosialisasikan oleh pihak investor adalah Rp. 24 juta plus PPN. Akan tetapi, harga ini kemudian turun menjadi Rp. 16 juta, dan turon lagi sampai pada angka Rp. 14 juta. Penurunan ini terjadi setelah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh pedagang berulang kali.97

- Plaza Sukaramai atau pasar Pusat Rp. 6. 500. 000 m2 selesai tahun 2001.

Walaupun demikian, menurut Suryanto, harga kios ini dapat diangsur selama lima tahun, dengan tahap awal pembayaran uang muka 30 % dari harga resmi, dan inipoo (uang muka 30 %) dapat diangsur selama satu tahun. Tetapi menurut pedagang, harga tersebut terlalu tinggi bagi mereka. Oleh karena itu, pedagang menuntut pengurangan harga yang telah ditetapkan tersebut. Mereka menuntut harga kios sesuai atau mendekati harga kios- kios yang ada di pasar Pusat, Sail, dan Bawah yang telah dibangun terlebih dahulu. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

- Pasar Sail Rp. 5. 400. 000 m2 selesai tahun

2002.

- Pasar Bawah Rp. 6. 500. 000 m2 selesai tahun

2003.

97

Sedangkan tuntutan pedagang terhadap pasar Senapelan adalah: - Blok B ~ Rp. 7. 000.000/ meter2.

- Blok C ~ Rp. 3. 500. 000/ meter2 - Rp. 5. 000. 000/ meter2. - Blok A diberikanjatah bagi mereka.

- Tootutan tiga lantai plus lantai dasar (basement) dengan harga Rp. 5- Rp. 10 juta/ meter2.98

Berdasarkan MOU (Memorandum Of Understanding) yang disetujui oleh DPRD kota Pekanbaru dengan pihak investor dan Pemkot, disepakati harga kios sebagai berikut:

- Tipe bangunan A atau blok A ~ Rp. 8.376.387,66 m2 - Tipe bangooan B atau blok B ~ Rp. 7. 231. 99, 00 m2 - Tipe bangooan C atau blok C ~ Rp. 6.425. 500,49 m2.

Akan tetapi, pada perkembangan berikutnya, harga tersebut terus meningkat. Menurut Suryanto, peningkatan harga dilakukan bukan hanya sekedar peningkatan begitu saja, melainkan disesuaikan denga harga bahan bangunan yang ada pada waktu itu, "seiring dengan peningkatan harga bahan bangunan, mau tidak mau harga kiospun menerima imbasnya".

Sedangkan pedagang beranggapan lain, para pedagang mengindikasikan adanya mark- up dana yang dilakukan oleh investor bekerjasama dengan Pemkot. Sehingga harga yang seharusnya Rp. 5- 7 juta, ketika sampai kepada pedagang menjadi Rp. 14-20 juta. Hal ini menjadikan pedagang tidak mampu untuk membelinya. Selain itu, rencana cicilan yang akan dilakukan selama lima tahun tersebut hanya berstatus hak sewa selama dua puluh tahun.99

98

Ibid,

99

2.1.2. Penempatan Pedagang

Selain masalah harga kios yang belum memenuhi standar yang diinginkan pedagang, masalah penempatan pedagang juga menjadi masalah yang cukup rumit. Menurut pedagang, proses penempatan yang dilakukan oleh investor tidak transparan, mereka tiba- tiba saja ditempatkan di blok B dan C. Untuk blok B sendiri pedagang hanya diperbolehkan menempati lantai 2, 3, dan 4. Sedangkan untuk blok A tidak terdapat penjelasan yang memberikan kesempatan bagi pedagang untuk menempatinya.100

Rancangan pembangunan akan dilakukan itu, menempatkan blok A berada di depan bangunan blok- blok lainnya. Pintu masuk dan halaman parkir berada di blok A. Pembeli akan masuk dari pintu yang berada di blok A yang berada persis di depan jalan Ahmad Yani, yang merupakan salah satu jalan protokol di kota Pekanbaru. Dan rencananya akan dilakukan pemagaran seluruh lokasi bangunan dan menerapkan satu pintu.101

Padahal, selain jalan A. Yani terdapat jalan Alimudinsyah dan jalan Teratai yang berada persis di samping lokasi pasar itu. Oleh karena itu, blok A berada pada posisi yang sangat strategis, sedangkan blok B dan C, yang berada di belakang blok A, berada pada posisi yang kurang menguntungkan bagi berlangsungnya transaksi jual beli. Rancangan bangunan memperlihatkan bahwa blok A adalah bangunan modern (selain mall) yang juga menyediakan kios- kios atau toko. Dan toko- toko inilah yang dipertanyakan oleh pedagang. Menurut Uni102

100

Op, Cit, Harian Riau Mandiri

101

Op, Cit, Harian Riau Mandiri

102

Uni adalah panggilan buat kakak yang berasal dari Sumatera Barat

Upik, para pedagang sempat mempertanyakan tentang kejelasan status blok A, siapa yang menjadi pembeli, dan berapa harganya, tetapi jawaban yang mereka

terima adalah blok A sudah terisi penuh oleh pihak luar. Padahal, menurut Uni Upik, pada waktu itu surat pemberitahuan resmi penjualan kios belum diumumkan kepada publik atau pers conference tanggal 21 April 2004.103

Sementara Suryanto menegaskan bahwa blok A adalah pusat perbelanjaan modern yang akan digunakan sebagai penyangga atau mensubsidi blok B dan C Gika dalam pembangunannya mengalami hambatan dana atau minus). Oleh karena itu, blok A dipatok dengan harga tinggi dan diperuntukkan bagi umum, non- pedagang pasar Senapelan dan barn akan dipasarkan kepada umum pada tanggal 23 September 2004. Dan bagi 100 orang pendaftar pertama dari 250 kios yang tersedia, akan diberikan diskon sebesar 10 % . Akan tetapi menurut Erwin Virgo (seorang pedagang), pedagang yang akan ditempatkan di blok A adalah para pedagang yang berasal dari Singapura dan Jakarta, dan blok ini telah dipesan jauh hari sebelum rencana pembangunan dilakukan, "kami diperlakukan tidak adil, kalau mau meningkatkan ekonomi lemah, kok begini caranya, pedagang besar malah dimanjakan".104

Selain masalah penempatan pedagang pada blok- blok yang akan dibangun, penempatan pedagang pada TPS (Tempat Penampungan Sementara) juga menjadi masalah. Tempat Penampungan Sementara (TPS) merupakan tempat berdagang sementara bagi pedagang pasar Senapelan sebelum peremajaan tersebut selesai dilakukan (selama:2 tahun). TPS ini terletak di jalan Teratai dan jalan Alimudinsyah. Berada di belakang pasar Senapelan yang telah rubuh (pembongkaran terjadi tanggal 15 dan 18 April 2004 lalu). Dan TPS diperuntukkan bagi para pedagang resmi, terdaftar pada Dinas Pasar kota

103

Kutipan wawancara LSM Riau Mandiri , Pekanbaru, 4 September 2004 104

Pekanbaru.

Untuk mendapatkan TPS, para pedagang harus melalui mekanisme pengundian yang dilaksanakan oleh Dinas Pasar, satu pedagang mendapatkan satu TPS. Akan tetapi, di lapangan terdapat kendala sehingga seorang pedagang terkadang memiliki lebih dari satu TPS karena adanya sistem pengundian yang amburadul. Menurut Pak Saiful Bahri dan Pak Haji (ketua dan wakil ketua FKPPS), TPS tersebut memang diberikan seeara gratis oleh investor. Dan reneananya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti: WC umum, air PDAM, telepon, dan instalasi listrik. Akan tetapi, seluruh fasilitas yang dijanjikan itu belum terpenuhi sampai sekarang.105

Berkaitan dengan penyambungan fasilitas listrik, Suryanto (wawancara, Pekanbaru, 29 Nopember 2004) mengatakan bahwa pihaknya telah menanyakan perihal listrik kepda PLN Pekanbaru. Dan PLN tidak dapat memenuhi keinginan investor karena keterbatasan jumlah watt yang tersedia di kota Pekanbaru. Hal ini juga pemah dipertanyakan oleh Walikota Pekanbaru, melalui surat yang dikirimkan kepada pimpinan PLN eabang Pekanbaru tertanggal 23 Maret, 7, 13 April, dan 27 Juli 2004, Walikota meminta agar PLN segera menyambungkan arus listrik ke TPS yang telah dibangun oleh investor karena TPS tersebut akan ditempati oleh pedagang yang telah tergusur.106

Melalui Dinas Pasar, sebagian oknum pedagang memanfaatkan momentum pengambilan TPS melalui mekanisme pengundian ini untuk mendapatkan lebih dari satu TPS. TPS ini kemudian dipasarkan kembali kepada pedagang yang tidak mendapatkan TPS. Terkadang harga yang dipasarkan

105

Ibid, 106

mencapai Rp. 2 juta per- unit bahkan bisa mencapai Rp harga 5 juta- an. Menurut pedagang, selain karena modal mereka yang pas- pasan telah habis akibat pembongkaran kios yang terjadi sebelumnya (menderita kerugian), ukuran TPS yang berukuran 2x 1,7 meter sangat kecil, tidak memadai bagi pedagang untuk melakukan transaksi jual beli Di tambah lagi dengan jarak antar TPS yang terlalu sempit sehingga menyulitkan pembeli dalam bertransaksi dan di waktu hujan turun, lorong- lorong tersebut,dipenuhi oleh genangan air. Dengan ukuran seperti itu, para pedagang hanya bisa menempatkan sebagian barang dagangan saja, tidak ada tempat untuk menyimpan, menata, atau tempat istirahat (tempat yang cukup luas) bagi pedagang.107

Tempat Penampungan Sementara yang dibangun tersebut terdiri dari empat blok, tiap blok berisi atau mempunyai 150 TPS, dengan demikian jumlah totalnya adalah 600 TPS. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah pedagang resmi yang tercatat di Dinas Pasar, maka jumlah 600 tidak mencukupi bagi 972 orang pedagang, apalagi jika dibandingkan dengan jumlah 2097 pedagang yang tergabung dalam FKPPS. Menurut Ami (30 tahun) seorang pedagang kaki lima, TPS disediakan untuk pedagang yang memiliki kios di pasar Senapelan, kami pedagang kaki lima tidak mempunyai tempat. "Hanya tempat seadanya beginilah, itupun harus membayar karcis seharga Rp. 2000 per hari". Menurutnya, pungutan seharga Rp. 2000 tersebut tidak dikutip oleh petugas resmi, karcis diedarkan dan dipungut oleh preman setempat.108

Tumpang tindih masalah penempatan pedagang di TPS juga sering terjadi. Salah satu kasus tersebut adalah satu unit TPS yang dimiliki oleh beberapa orang

107

Op, Cit, Kutipan wawancara LSM Riau Mandiri. 108

pedagang. Seperti yang terjadi pada seorang pedagang yang bernama Heri. TPS itu awalnya milik inet, tetapi "entah bagaimana", TPS tersebut berpindah tangan kepada Heri. Heri diketahui sebagai salah seorang anggota ISIP. Persoalan timbul ketika Heri bemiat untuk berdagang di kios tersebut, kiosnya dirusak orang tidak dikenal dan dibongkar oleh tiga orang Satpam. Selain itu, Heri juga harus berhadapan dengan Sinet yang juga mempersoalkan kios yang sama. Akhimya, Heri harus mengalah untuk berdagang di kaki lima dengan terlebih dahulu mengalami kerugian sebesar Rp. 1 juta. 109

Menurut pihak Pemkot, eksekusi pembongkaran mereka lakukan setelah terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada pedagang untuk pindah dari lokasi pasar melalui beberapa kali pemberitahuan, "jadi wajar Pemkot melakukannya (penggusuran) karena pihak pedagang telah diberitahu sebelumnya, tetapi mereka tetap tidak mau pindah, alhasil ya karni tetap melakukan pembongkaran kios". Hal ini juga didukung oleh pemyataan Walikota Pekanbaru Herman Abdullah yang menyatakan bahwa pembongkaran kios harus berjalan seperti rencana semula agar pasar modem dapat dibangun, "ini keputusan fmal, kita harus membenahi sarana perbelanjaan kota".

2.1.3. Pembongkaran Kios- kios Pasar Senapelan

Selain melakukan tindakan penentuan harga kios dan penempatan pedagang secara sepihak, pihak Pemkot dan investor juga membuat kebijakan pelaksanaan eksekusi pembongkaran kios di pasar Senapelan pada tanggal 15 April dan dilanjutkan pada tanggal18 April 2004.

110

109

Lihat Pekanbaru Post, 25, Oktober 2004 110

Op, Cit, http://www.Riau2020.com. 17 Mei 2004

Melalui Dinas Pasar, surat yang bemomor 234/511. 2/ DISPAS- IV/2004, 235/ 511. 2/ DP- IV/ 2004, 254/ 511. 2/ DP- IV/ 2004, dan 257/ 511. 2/ DP- IV/ 2004, pemberitahuan tersebut dilakukan sebanyak empat kali. Surat pemberitahuan terse but tertanggal 8, 12, 15, 17 April 2004, dengan isi pemberitahuan sebagai berikut:

1. Agar segera pindah ke tempat penampungan sementara (TPS) dan mengosongkan toko/ kios/los di pasar Senapelan.

2. Agar membongkar sendiri toko/ kios/los- nya masing- masing.

3. Dalam waktu dekat akan dilaksanakan pemindahan aliran listrik, telepon, dan air PDAM dari pasar Senapelan Pekanbaru.

4. Bagi pedagang yang karena sesuatu dan lain hal belum sempat mendaftar, diberikan kesempatan lagi untuk mendaftar paling lambat 16 April 2004. 5. Pemindahanl pengosongan toko/ kios/los dilaksanakan tanggal 10 April

sid 17 April 2004.111

Pedagang mengatakan, bahwa memang Pemkot dan investor memberitahukan perihal pembongkaran pasar Senapelan tersebut, tetapi bagaimana mungkin mereka akan pindah ke TPS jika harga kios yang mereka tuntut justrn tidak terpenuhi. Padahal, lagi sebelum pemberitahuan tersebut sudah ada sebuah perjanjian tertulis (tangga1 25 Januari 2003, pedagang diwakili oleh Saiful Bahri, investor oleh Mariya, dan Walikota oleh M. Din Hasni serta diketahui oleh ketua DPRD Pekanbaru Adrian Ali) tentang penghentian sementara aktivitas pembangunan pasar Senapelan sampai terdapat kesepakatan harga kios.112

Dominasi kekuasaan dalam bentuk tekanan yang disertai dengan tindakan kekerasan dilakukan oleh Pemkot dengan bantuan sejumlah aparat keamanan.

Dokumen terkait