• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

3.3 Pemecahan Masalah

3.3.2 Tahap analisis

Pada tahap II ini dilakukan analisis data yang di bagi ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu:

Bagian pertama adalah analisis kesesuaian yang dilanjutkan dengan analisis daya dukung. Dalam bagian ini data yang bertemakan pemanfaatan di olah untuk mendapatkan peta kesesuaian pemanfaatan. Adapun t ema pemanfaatan akan dikelompokkan pada: Permukiman, Budidaya Pertanian, Pariwisata Pantai, Pariwisata Bahari, dan Budidaya Laut.

Bagian kedua adalah analisis daya dukung yang merupakan langkah lanjutan dari analisis kesesuaian. Dalam bagian ini data yang bertemakan pemanfaatan di olah untuk mendapatkan daya dukungnya. Permukiman dan Budidaya Pertanian dihitung daya dukungnya berdasarkan kebutuhan air tawar. Pariwisata Pantai, Pariwisata Bahari, dan Budidaya Laut di hitung daya dukungnya berdasarkan kebutu han ruang.

Bagian ketiga adalah analisis nilai manfaat sumberdaya. Dalam bagian ini data yang bertemakan sumberdaya di olah untuk mendapatkan peta nilai ekonomi total sumberdaya. Adapun tema sumberdaya akan dibatasi pada Mangrove dan Terumbu karang.

Adapun prosedurnya dalam setiap bagian adalah sebagai berikut: a) Analisis Kesesuaian

Dalam melakukan analisis kesesuaian digunakan matriks kesesuaian untuk tema pemanfaatan meliputi Permukiman, Budidaya Pertanian, Pariwisata Pantai, Pariwisata Bahari, dan Budidaya Laut. Matriks disusun berdasarkan acuan kriteria kesesuaian setiap peruntukkan. Matriks kesesuaian lahan diatas dapat dimodifikasi/disusun dengan melakukan pembobotan (weighting) dan pengharkatan (scoring), dan parameternya disesuaikan dengan kondisi wi layah penelitian.

 Permukiman

Matriks kesesuaian untuk permukiman disusun dengan mengacu pada Harjowigeno dan Widiatmaka (2001), dan Sjafii (2000) seperti yang tertera pada Tabel 9.

Tabel 9 Matriks kesesuaian untuk permukiman

Parameter Skala Skor Skala Skor Skala Skor Skala Skor Bobot Jarak dari sumber air (km) <=0.5 4 >0.5–1.5 3 >1.5–3 2 >3 1 3 Jarak dari jalan (km) <=0.1 4 >0.1–0.5 3 >1–2 2 >2 1 2 Kemiringan (%) 0-5 4 >5–8 3 >8–15 2 >15 1 3 Jarak dari pantai (m) >200 4 100–200 3 65–<100 2 <65 1 3

Drainase Poreus 4 tergenangTidak 3 Tergenangperiodik 2 Tegenangterus 1 2 Erosi tanah Tidak

Ada 4 Ada erosi 1 2

Kedalaman efektif tanah (cm) >30 4 20–<30 3 10–<20 2 <10 1 2 Pembatas tanah Tidak

Ada 4 berbatuTanah 3 Bertanah 2 Batu 1 2

Kondisi BukanHutan 4 Hutan 1 4

 Budidaya Pertanian

Matriks kesesuaian untuk budidaya pertanian disusun dengan mengacu pada Harjowigeno dan Widiatmaka (2001), dan Sjafii (2000) seperti pada Tabel 10.

Tabel 10 Matriks kesesuaian untuk budidaya pertanian

Parameter Skala Skor Skala Skor Skala Skor Skala Skor Bobot Jarak dari sumber air (km) <=0.5 4 >0.5–1 3 >1–2 2 >2 1 3 Jarak dari jalan (km) 0-1 4 >1–1.5 3 >1.5–3 2 >3 1 1 Kemiringan (%) <8 4 8–15 3 >15–45 2 >45 1 2 Jarak dari pantai (m) >200 4 100–200 3 65–<100 2 <65 1 3

Drainase Poreus 4 tergenangTidak 3 Tergenangperiodik 2 Tegenangterus 1 3

Erosi tanah Tidakada 4 Ada erosi 1 3

Kedalaman efektif tanah (cm) >30 4 20–<30 3 10–<20 2 <10 1 4 Pembatas tanah Tidak

ada 4 berbatuTanah 3 Bertanah 2 Batu 1 3

Budidaya Laut

Matriks kesesuaian untuk budidaya laut disusun dengan mengacu pada Bakosurtanal (1996) dan Soselisa (2006) seperti yang tertera pada Tabel 11.

Tabel 11 Matriks kesesuaian untuk budidaya laut

Parameter Skala Skor Skala Skor Skala Skor Skala Skor Bobot pH 6–9 4 4.5–<5 dan>6–6.5 3 4–<4.5 dan>6.5–9 2 <4 dan >9 1 3

DO (mg/lt) >6 4 5–6 3 4–<5 2 <4 1 4 Salinitas (o/oo) 30–35 4 23–<30 3 18–<23 2 <18 dan >35 1 3 Fosfat (mg/lt) 0–0.5 4 >0.5–1 3 >1–3 2 >3 1 4 Nitrat (mg/lt) 0–0.5 4 >0.5–1 3 >1–3 2 >3 1 4 Suhu permukaan laut (°C) 26–30 4 20 –<26 dan >30–32 3 14–<20 dan>32–35 2 <14 dan >35 1 2 Kecepatan Arus (m/dt) <=0.5 4 >0.5–0.75 3 >0.75–1 2 >1 1 3 Kecerahan (m) >5 4 3–5 3 1–<3 2 <1 1 4 Material dasar perairan Pasir 4 pasir berkarang 3 pasir lamun 2 Terumbu karang 1 3  Pariwisata Pantai

Matriks kesesuaian untuk pariwisata pantai disusun dengan mengacu pada Dahyar (1999), Arifin (2001), dan Soselisa (2006) seperti yang tertera pada Tabel 12.

Tabel 12 Matriks kesesuaian untuk pariwisata pantai

Parameter Skala Skor Skala Skor Skala Skor Skala Skor Bobot Jarak dari sumber air (km) <=0.5 4 >0.5–1.5 3 >1.5–3 2 >3 1 4 DO (mg/lt) >7 4 5–7 3 3–<5 2 <3 1 3 Kecepatan Arus (m/dt) <=0.3 4 >0.3–0.5 3 >0.5–1 2 >1 1 3 Kecerahan (m) >5 4 >3–5 3 >3–5 2 <1 1 3 Material dasar perairan Berpasir 4 Pasir berkarang 3 Pasir berlumpur 2 Lumpur 1 3

Pariwisata Bahari

Matriks kesesuaian untuk pariwi sata bahari disusun dengan mengacu pada Dahyar (1999), Arifin (2001), dan Soselisa (2006) seperti yang tertera pada Tabel 13.

Tabel 13 Matriks kesesuaian untuk pariwisata bahari

Parameter Skala Skor Skala Skor Skala Skor Skala Skor Bobot Jarak dari sumber air (km) <=0.5 4 >0.5–1.5 3 >1.5–3 2 >3 1 4 DO (mg/lt) >7 4 5–7 3 3–<5 2 <3 1 2 Kecepatan Arus (m/dt) <=0.5 4 >0.5–1 3 >1–5 2 >5 1 3 Kecerahan (m) >5 4 >10–25 3 >5–10 2 <5 1 2 Material dasar perairan

Berpasir 4 berkarangPasir 3 berlumpurPasir 2 Lumpur 1 3 Tutupan

komunitas karang (%)

>75 4 >50–75 3 >25–50 2 <25 1 4

Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk kegiatan yang dimaksud akan di peroleh peta kesesuaian lahan yang mendeskripsikan pola penggunaan bagi peruntukan kawasan dengan 3 kelas kesesuaian yaitu :

- Sesuai (s) yang berarti bahwa daerah yang dimaksud tidak mempunyai pembatas yang serius untuk penerapan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukan/tingkat perlakuan yang diberikan; - Sesuai Bersyarat (sb) yang berarti bahwa daerah yang dimaksud

mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan atau pembatas akan lebih meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diperlukan; dan

- Tidak Sesuai (ts) yang berarti daerah yang dimaksud sama sekali tidak dapat digunakan karena memiliki pembatas yang permanen.

b) Analisis Daya Dukung

Analisis daya dukung dilakukan pada setiap kegiatan pemanfaatan yang telah di analisis kesesuaiannya. Hasil analisis ini akan menjadi ”masukan” dalam

menentukan daya dukung setiap peta kesesuaian setiap peruntukkan. Adapun pendekatan perhitungan daya dukung adalah:

 Analisis daya dukung berdasarkan perbandingan jumlah ketersediaan sumberdaya air tawar dengan standar kebutuhan air yang merupakan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi oleh negara sebagai bagian dari layanan publik mendasar yaitu sebesar 6 0 lt/orang/hari (=1.8 m3/orang/bln). Analisis daya dukung ini digunakan untuk kegiatan p emanfaatan pemukiman. Perhitungan ketersediaan air tawar didasarkan pada asumsi total debit air yang tersedia dari semua sumber air PPK serta dapat mengacu dari perbandingan antara resapan tahunan dengan curah hujan tahunan yaitu berkisar antara 25%–50%.

Analisis daya dukung berdasarkan perbandingan jumlah ketersediaan sumberdaya air tawar dengan standar kebutuhan air standar kebutuhan air untuk sektor pertanian sebesar 0 .54 lt/det/Ha. Analisis daya dukung ini digunakan untuk kegiatan pemanfaatan budidaya pertanian. Perhitungan ketersediaan air tawar didasarkan pada asumsi total debit air yang tersedia untuk kawasan yang sesuai dari semua sumber air PPK serta dapat mengacu dari perbandingan antara resapan tahunan dengan curah hujan tahunan yaitu berkisar antara 25%–50% yang telah dikurangi dengan kebutuhan untukpemukiman (60 lt/orang/hari).

 Analisis daya dukung berdasarkan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung dikawasan yang sesuai pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Analisis daya dukung ini digunakan untuk pemanfaatan pariwisata (pantai dan bahari). Pariwisata pantai diperuntukkan dalam asumsinya dibatasi untuk kegiatan rekreasi pantai dan wisata mangrove.Rekreasi pantai memanfaatkan wilayah pantai dan wisata mangrove memanfaatkan kawasan mangrove. S edangkan pariwisata bahari dalam asumsinya dibatasi untuk snorkling, olahraga bahari (memancing, kaya, kano, berperahu) dan selam. Snorkling dan olahraga bahari memanfaatkan wilayah permukaaan perairan da n selam memanfaatkan kolom air. Mengacu Yuliandaet al. (2007) nilai K, lt, Wp, dan Wt kegiatan tersebut di GPK seperti yang tertera pada Tabel 1 4.

Tabel 14 Nilai K, Lt, Wp, dan Wt untuk kegiatan wisata di GPK

No Kegiatan K (org) Lt (m2) Wp (jam) Wt (jam) Keterangan

1 Snorkling 1 250 3 6 50 X5 m untuk 1 orang

2 Rekreasi pantai 1 100 5 6 50 X2 m untuk 1 orang

3 Olahraga bahari 1 200 2 4 100 X2 m untuk 1 orang

4 Selam 2 1 000 2 8 100 X10 m untuk 2 orang

5 Wisata mangrove 1 100 2 8 50 mtrack untuk 1 orang

Nilai daya dukung pariwisata (pantai dan bahari) selanjutnya dikalikan 10% untuk memperolah daya dukung pemanfaatanya.

 Analisis daya dukung berdasarkan perbandingan jumlah maksimum unit budidaya yang secara fisik dapat ditampung di ruang kawa san tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Analisis daya dukung ini digunakan untuk kegiatan pemanfaatan budidaya laut dengan kegiatan budidaya rumput laut dan keramba jaring apung (KJA). Luas kawasan yang digunakan untuk budidaya laut telah dap at diketahui dari hasil analisis kesesuaian. Metode perhitungan selanjutnya mengacu Aji dan Murdjani (1986), Indriani dan Sumiarsih (1999), Anggadiredja et al. (2006), Hardjamulia et al. (1991) bahwa luasan satu unit budidaya rumput laut dengan metode dekat dasar sebesar 100 m2, metode rakit sebesar 12.5 m2, dan metode long line sebesar 150 m2, serta ukuran optimal yang digunakan satu unit keramba jaring apung (KJA) di perairan Indonesia adalah “3 m x 3 m x 3 m”.

c) Analisis Nilai Manfaat Sumbe rdaya

Dalam analisis ini merupakan kelanjutan dari hasil identifikasi manfaat dan nilai manfaat pada tahapan pengumpulan data kategori ekonomi yang menggunakan kuesioner. Pada tahap ini dilakukan kuantifikasi nilai manfaat sehingga diperoleh total nilai manfaat sumberdaya.

Metode valuasi setiap manfaat sumberdaya yang digunakan adalah sebagai berikut :

 Transfer manfaat(Benefit transfer)

Kuantifikasi nilai ini menggunakan metode transfer manfaat pada fungsi hutan sebagai konservasi air, nilai keanekaragam an hutan, nilai keanekaragaman mangrove, dan nilai keanekaragaman terumbu karang

Biaya kompensasi(Compensation costs)

Kuantifikasi nilai ini menggunakan metode biaya kompensasi yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan pelestarian dan perlindungan wilayah GPK

Biaya pencegahan kerusakan(Damage avoided cost)

Kuantifikasi nilai ini menggunakan metode biaya pencegahan kerusakan jika terjadi kehilangan fungsi tersebut.

 Harga pasar(Market price)

Kuantifikasi nilai menggunakan metode harga pasar dari kayu bakar, ikan, rumput laut, batu karang

Biaya pengganti(Replacement cost)

Kuantifikasi nilai ini menggunakan metode biaya pengganti untuk membangun bangunan penahan abrasi dan perlindungan pantai.

 Pasar pengganti(Surrogate market)

Kuantifikasi nilai ini menggunakan metode pasar pengganti dengan mengungkapkan nilai dari suatu perbaikan nyata dari kualitas lingkungan.  Penilaian berdasarkan preferensi

Kuantifikasi nilai ini dilakukan dengan menduga hubungan antara kesediaan untuk membayar (WTP) atau kesediaan menerima (WTA) Kuantifikasi nilai ini menggunakan teknik valuasi yang bersifat “partisipatif” berupa penilaian langsung oleh masyarakat dalam hal ini 10 responden yang telah ditetapkan. Estimasi WTP atau WTP didekati oleh total kesediaan membayar atau kesediaan menerima dari para konsumen. Mengacu ke FAO (2000), nilai setiap konsumen dapat secara langsung diperoleh dari hasil perhitungan nilai tengah mengikuti formula sebagai berikut.

... (4) Keterangan:

MWT(P/A)adalah nilai tengah WTP atau WTA. Jumlah sampel 10 responden dan yi adalah besaran WTP/WTA yang diberikan responden ke-i. Apabila sebaran WTP / WTA terlalu ekstrim, maka disarankan mengganti tekni k nilai tengah dari rata-rata menjadi nilai median.

Setelah mengetahui tingkat WTP /WTA yang dihasilkan per individu dari persamaan diatas maka total nilai ekonomi sumberdaya berdasarkan preferensi secara sederhana dapat dilakukan dengan m enggunakan formula:

10 1

10

1

)

/

(

i i

y

A

P

MWT

... (5) Keterangan:

TB adalah total benefit, WTP/Ai adalah nilai WTP/WTA per-individu, dan

P = total populasi GPK pada tahun 2006.

Dari nilai manfaat sumberdaya yang diperoleh akan dipetakan sesu ai sumberdaya tersebut dengan a tribut nilai manfaafnya sehingga diperoleh peta nilai manfaat sumberdaya. Selanjutnya melakukan analisis spasial (khususnya overlay danquery analisys) untuk mendapatkan peta nilai ekologi-ekonomi ruang (Eco-Space Value).

d) Eco-Space Value

Eco-Space Value (ESV) atau nilai ekologi-ekonomi suartu ruang merupakan penggambaran spasial dari hasil kesesuaian suatu ruang untuk pemanfatan tertentu yang ditumpangsusunkan dengan total nilai manfaat sumberdaya pada ruang tersebut. ESV me ngacu pada konsep Ecospace dan Ecovalue. Ecospace adalah penggambaran spasial dari ecosim yang digunakan dalam penyelidikan kedinamisan dari ekosistem dengan menggunakan beberapa parameter dalam menjelaskan alur biomasa dan persamaan keseimbangan massa dari ekosistem tersebut. Ecovalue merupakan konsep nilai ekologi dari manfaat langsun g dan jasa lingkungan ekosistem .

Pauly et.al (2000) menggunakannya konsep ecospace dan ecosim sebagai alat untuk pembuatan hipotesa tentang kemungkinan perubahan efek pengelolaan seperti perubahan pada tekanan ikan dan pembentukan daerah perlindungan laut. Selanjutnya dinyatakan bahwa model spasial dapat lebih sesuai untuk mengevaluasi kebijakan Daerah Perlindungan Laut (DPL). Penelitian ecospace terus berkembang untuk mend alami penjelasan spasial dari pengaruh dan keberhasilan suatu upaya proteksi wilayah (ruang) tertentu untuk tujuan konservasi. Christensen (2007) mengembangkannya kedalam penjelasan untuk struktur habitat, distribusi ikan, dan zona pemanfaatan.

Penyebutan ecospace dan ecovalue dapat dianalogikan dengan Peta Kesesuaian sebagai Ecospace dan Peta Total Nilai Ekonomi Sumberdaya sebagai Ecovalue. Oleh karena itu overlay Ecospace dan Ecovalue akan menghasilkan Peta Nilai Eko–Ekonomi Ruang atau disebut Eco-Space Value selanjutnya disingkat ESV. Peta ESV ini digunakan sebagai peta dasar

2006

/

A

P

WTP

penyusunan peta pola pemanfaatan ruang GPK dengan memberi batasan tertentu. Pada penelitian ini tahapan dimaksud dilakukan di tahap III.

Langkah yang dilalui adalah sebagai berikut:

a. Peta Kesesuaian untuk peruntukkan di darat, merupakan hasil overlay peta permukiman (pm) dan peta budidaya pertanian (bp), disebutPeta pm_bp b. Peta Kesesuaian untuk peruntukkan di perairan, meliputi pariwisata pantai

(pp), pariwisata bahari (pb) dan budi daya laut (bl), dioverlay dengan peta total nilai ekonomi sumberdaya Mangrove (M) menghasilkan Peta ESV_pp_pb_bl_ M

c. Peta Kesesuaian untuk peruntukkan di perairan, meliputi pariwisata pantai (pp), pariwisata bahari (pb) dan budidaya laut (bl), dioverlay de ngan peta total nilai ekonomi sumberdaya terumbu karang (TK) menghasilkan Peta ESV_pp_pb_bl_TK