• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUSTRI RAMAH LINGKUNGAN Pariwisata

4.5 Analisis Nilai Manfaat Sumberdaya 1 Mangrove

4.5.2. Terumbu karang

Berdasarkan hasil SIG diperoleh luas terumbu karang GPK sebesar 3 338.72 Ha. Laporan Studi Baseline Ekologi COREMAP (2006) menyatakan bahwa pantai Pulau Kaledupa mempunyai ke nampakan yang hampir sama dengan pulau-pulau yang ada di sekitarnya yaitu rataan terumbu sebagian besar landai dengan rataan terumbu yang lebar antara 200 –6 000 m. Dasar perairan berupa karang mati dan pasir lumpuran. Pertumbuhan karang dimulai pada kedalaman 2-4 m yang berupa koloni-koloni kecil dengan keanekaragaman yang tinggi. Pada rataan terumbu didominasi oleh Porites cylindrica, Porites nigrescens dan Acropora palifera. Mendekati tubir, pertumbuhan karang semakin banyak dan beragam, didominasi oleh p ertumbuhan Acropora acuminata, A. microphthalma danPocillopora verrucosa. Karang tumbuh dengan baik sampai kedalaman 30 m. Lereng terumbu agak curam dengan kemiringan antara 70-80o dan pada beberapa lereng terumbu terlihat adanya parit -parit (grove/spur) yang tegak lurus dengan pantai. Komunitas karang sangat majemuk dan didominasi oleh jenis karang dari family Faviidae, Agariciidae, Caryophylliidae dan Mussidae. Tingkat kecerahan cukup tinggi berkisar antara 15-25 m. Pertumbuhan karang lunak (soft coral) mendominasi pada kedalaman 3-10 m yang umumnya dari marga Lobophytum dan Sinularia dengan ukuran koloni relatif besar, terutama pada tempat karang mati. Persentase tutupan karang hidup di GPK nilainya >25% dengan distribusinya hampir merata di seluruh pulau.

Nilai Manfaat Langsung (DUV)

Manfaat langsung dari terumbu karang GPK meliputi: (1) pemanfaatan untuk perikanan tangkap, (2) pemanfaatan untuk budidaya rumput laut, (3) pemanfaatan batuan karang untuk bahan bangunan, dan (4) pemanfaatan untuk pariwisata dan penelitian/pendidikan. Kuantifikasi nilai pemanfaatan perikanan tangkap, budidaya rumpu laut, dan batuan karang menggunakan metode harga pasar dari hasil tangkapan ikan (market price), sedangkan kuantifikasi nilai pariwisata dan penelitian/pendidika n menggunakan metode pasar pengganti dengan mengungkapkan nilai dari suatu perbaikan nyata dari kualitas lingkungan (surrogate market price).

Pengamatan ikan karang yang dilakukan COREMAP di perairan GPK (Laporan Studi Baseline Ekologi COREMAP, 2006) mem perlihatkan bahwa

jumlah dan jenis kelompok ikan major (ikan lain yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui) paling banyak dijumpai, yaitu 104 jenis dan 3390 individu. Selanjutnya ikan target (ikan-ikan yang menjadi target penangkapan atau yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi) dijumpai 82 jenis dan 2 253 individu, sedangkan ikan indikator (ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan) sebanyak 25 jenis dan 324 individu. Perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator adalah 10 :7:1.

Dinas Kelautan dan perikanan Kab. Wakatobi (2006) menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap di GPK mencapai 649 ton (Lampiran 10). Dari hasil pengumpulan data diketahui rataan harga ikan pelagis di GPK sebesar Rp. 15 000 per-kg, sedangan ikan demersal Rp. 20 000 per-kg. Dengan demikian harga ikan di GPK selama setahun mencapai Rp. 10 845 000 000. Jenis alat tangkap yang digunakan secara umum di GPK adalah se ro, rumpon, jala (jaring angkat), polo (bubu), dan bagan. Biaya pembuatan satu unit dan biaya operasional masing-masing alat tangkap setahun berbeda -beda. Dari hasil perhitugan (Lampiran 11) diketahui nilai biaya yang dikeluarkan untuk perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap tersebut setahun sebesar Rp. 1 645 100 000. Dengan demikian nilai manfaat terumbu karang untuk perikanan tangkap setahun sebesar Rp. 10 845 000 000 - Rp. 1 645 100 000 = Rp. 9 199 900 000.

Budidaya rumput laut di GPK telah berlangsung cukup lama dan meningkat pesat selama 3 tahun saat terjadi krisis ekonomi yaitu tahun 1996 - 1999. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan perikanan Kab. Wakatobi (2006) bahwa produksi rumput laut di GPK sebesar 3 001 ton (Lampiran 12). Dari hasil pengumpulan data diketahui rataan harga r umput laut di GPK sebesar Rp. 7 500 per-kg. Dengan demikian harga rumput laut di GPK selama setahun mencapai Rp. 22 507 500 000. Biaya yang dikeluarkan dari pembuatan rakit, penanaman hingga panen rumput laut setahun di GPK sebesar Rp. 11 458 363 636.36 (Lampiran 13). Dengan demikian nilai manfaat terumbu karang untuk budidaya rumput laut setahun sebesar Rp. 22 507 500 000 - Rp. 11 458 363 636.36 = Rp. 11 049 136 363.64.

Pemanfaatan batuan karang untuk bahan bangunan di GPK masih ada walaupun jumlahnya sedikit, namun pada beberapa waktu yang lalu cukup besar khsususnya diwilayah pemukiman bajo dan kampung pesisir GPK. Rataan

jumlah batu karang yang diambil dalam sehari mencapai 1 m3 atau 30 m3 sebulan. Kegiatan pengambilan batu hanya dilakukan 6 bulan dalam setahun atau sebanyak 180 hari. Harga b atu karang di GPK sebesar Rp 80 000 per m3. Dengan demikian harga batu karang di GPK setahun mencapai Rp. 14 400 000.

Biaya yang dikeluarkan untuk mengambil batu karang meliputi: b iaya sewa perahu sebesar Rp. 30 000/hari, biaya bahan bakar sebesar Rp. 9 000 perhari, dan biaya makan minum sebesar Rp. 5 000 per hari. Jadi nilai biaya yang dikeluarkan memanfaatkan batuan karang di GPK selama setahun sebesar Rp. 7 920 000. Dengan demikian nilai manfaat terumbu karang dengan memanfaatkannya sebagai bahan bangunan setahun sebesar Rp. 14 400 000 - Rp. 7 920 000 = Rp. 6 480 000.

Penelitian yang dilakukan Operation Wallacea (OPWALL) yang berpusat di Pulau Hoga (Wilayah GPK) selama ini banyak yang telah dipublikasikan melalui www.opwall.com. Dari hasil penelusuran data dilapangan dan berita Kompas tanggal 21 september 2005 ( http://www.kompas.com/kompas - cetak/0509/21/humaniora/ 2067615.htm) diketahui bahwa rataan jumlah penelti OPWALL yang meneliti dan berkunjung ke GPK setiap tahun mencapai 400 orang dengan biaya perorang sebulan U S$ 2 500 atau Rp. 23 750 000 (asumsi 1 US$ = Rp. 9 500) dan rataan lama tinggal dalam setahun adalah selama 3 bulan. Dengan demikian nilai manfaat terumbu karang untuk pariwisata dan penelitian/pendidikan setahun sebesar Rp. 28 500 000 000. Jadi nilai manfaat langsung (DUV) terumbu karang GPK setahun adalah Rp 48 755 516 363. 64.

Nilai Manfaat Tidak Langsung (IUV)

Manfaat tidak langsung dari terumbu karang GPK adalah sebagai pelindung pantai. Kuantifikasi nilai fungsi pelindung pantai menggunakan metode biaya pengganti untuk membangun bangunan perlindungan pantai (replacement cost).

Biaya membangun penahan gelombang dengan ukuran 1 m3 menurut Aprilwati (2001) dalam Santoso (2005) sebesar Rp. 4 462 013. 81. Dari hasil SIG diketahui panjang luas terumbu karang GPK adalah 3 338.72 Ha. Dengan demikian nilai fungsi terumbu karang GPK sebagai pelindung pantai setahun sebesar Rp. 148 974 236 717 508. Jadi nilai manfaat tidak langsung (IUV) terumbu karang GPK setahun adalah Rp. 148 974 236 717 508.

Nilai Pilihan (OV)

Nilai pilihan dari terumbu karang GPK adalah nilai dari keanekaragaman hayati ekosistem tersebut. Kuantifikasi nilai ini menggunakan metode transfer keuntungan dari nilai keanekaragaman mangrove (benefit transfer).

Nilai keanekaragaman (biodiversity) terumbu karang per kilometer persegi pertahun menurut Cesar et al (2000) sebesar US$ 10 000 atau US$ 100 perhektar yang setara dengan Rp. 950 000 perhektar (asumsi 1 US$ = Rp. 9 500). Dengan luas terumbu karang GPK sebesar 3 338. 72 Ha, maka nilai keanekaragaman (biodiversity) terumbu karang GPK sebagai nilai pilihan (OV) setahun mencapai Rp. 3 171 785 900.

Nilai Pewarisan (BV)

Nilai pewarisan dari terumbu karang GPK adalah nilai kompensasi untuk menjaga/melestarikan terumbu karang melalui program dan kegiatan perlindungan dan pengawetan. Kuantifikasi nilai ini menggunakan metode biaya kompensasi yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan pelestarian dan perlindungan wilayah GPK atau khususnya wilayah terumbu karang (compensation costs). Biaya kegiatan selama 5 tahun yang dilaksanakan oleh TNC-WWF yang bertujuan untuk melakukan konservasi ekosistem di Wakatobi termasuk GPK merupakan nilai kompensasi dimaksud. Dari hasil wawancara dengan pihak terkait diperoleh bahwa nilai biaya tersebut sebagainilai pewarisan (BV) terumbu karang GPK setahun sebesar Rp. 250 000 000.

Nilai Eksistensi (EV)

Nilai eksistensi dari terumbu karang GPK adalah nilai persepsi akan keberadaaan (existence) dari mangrove GPK, terlepas dari apakah mangrove tersebut dimanfaatkan atau tidak. Dari data yang diolah terhadap 10 responden, diperoleh nilai total kesediaan menerima (WTA) berdasarkan nilai median dari para konsumen sebesar Rp. 50 000 000. Dengan mengalikan nilai WTA individu dengan jumlah populasi GPK tahun 2006, sebesar 17 549 jiwa, diperoleh nilai eksistensi (EV) terumbu karang GPK setahun yaituRp. 877 450 000 000.

Berdasarkan hasil uraian diatas maka dapat diketahui Total Nilai Manfaat Terumbu Karang setahun sebesar Rp. 149 903 864 019 772 atau Rp 44 898 576 167.70 perhektar. Secara rinci tabulasi setiap nilai diatas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Total Nilai Manfaat Terumbu Karang GPK Sumberdaya

Terumbu Karang

Fungsi dan Manfaat Metode Nilai Manfaat Bersih (Rp/tahun)

Perikanan Tangkap Market price 9 199 900 000

Perikanan Budidaya – Rumput

Laut Market price 11 049 136 363

Batu karang Market price 6 480 000

Direct Use Value Pariwisata dan Penelitian/Pendidikan Surrogate market price 28 500 000 000 Indirect Use

Value Perlindungan Pantai

Replacement

cost 148 974 236 717 508

Option Value Keanekaragaman hayati Benefit transfer 3 171 785 900 Bequest Value TNC-WWF compensation costs 250 000 000 Existence Value

persepsi bahwa keberadaaannya thdp ekosistem lainnya serta sosial budaya masyarakat

WTA 877 450 000 000

Total Nilai Manfaat Terumbu Karang 149 903 864 019 772 Catatan: Rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 21.