BAB III DIFUSI INOVASI DALAM ORGANISASI
B. Tahapan Difusi Inovasi Dalam Organisasi
2. Tahapan Implementasi Inovasi Pembelajaran Tematik
organisasi adalah tahapan implementasi. Pada tahap implementasi proses difusi inovasi dilakukan dalam proses redefinisi/restrukturisasi, klarifikasi, dan rutinisasi. Oleh karena itu difusi inovasi pembelajaran tematik pada tahap implementasi diartikan sebagai proses difusi inovasi pembelajaran yang dilakukan dengan proses redefining/restructuring, clarifying, dan routinizing.
a. Redefining/restructuring
Pada tahap ini, inovasi yang diimpor dari luar organisasi secara bertahap mulai kehilangan karakter asingnya.
Redefining/restructuring terjadi ketika inovasi diciptakan kembali untuk mengakomodasi kebutuhan dan struktur organisasi lebih dekat, dan ketika struktur organisasi dimodifikasi agar sesuai dengan inovasi (M. E. Rogers, 2003). Demikian pula penjelasan Rusdiana (2014) bahwa proses redifinisi dan restruturisasi suatu inovasi sasarannya
adalah kegiatan modifikasi atau reinvensi sehubungan dengan kegiatan inovasi yang dilaksanakan, dan kegiatan modifikasi atau restrukturisasi organisasi sehubungan dengan kegiatan inovasi yang dilaksanakan.
Baik inovasi dan organisasi diharapkan berubah, setidaknya sampai taraf tertentu, selama tahap redefinisi/restrukturisasi proses inovasi. Namun, sebuah studi dari beberapa inovasi di tiga organisasi oleh Tyre dan Orlikowski (1994) menemukan bahwa hanya ada jendela peluang yang ada dalam sebuah organisasi di mana inovasi dapat dimodifikasi. Setelah itu, inovasi dengan cepat dirutinkan dan tertanam dalam struktur organisasi dan tidak mungkin berubah lebih lanjut. Dalam generaliasinya Rogers (2003) menyatakan bahwa both the innovation and the organization usually change in the innovation process in anorganization. Maksudnya bahwa baik inovasi dan organisasi biasanya mengalami perubahan dalam proses inovasi dalam organisasi (10-5).
Dalam konteks difusi inovasi pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah bahwa proses redefining berarti proses memodifikasi oleh Madrasah Ibtidaiyah dengan melakukan perubahan terhadap konsep, perencanaan, dan pelaksanaan inovasi pembelajaran tematik. Sementara itu, restructuring adalah proses perubahan struktur organisasi Madrasah Ibtidaiyah dengan diterapkannya pembelajaran tematik menjadi pembelajaran team teaching.
b. Clarifying
Klarifikasi terjadi ketika inovasi digunakan secara lebih luas dalam suatu organisasi, sehingga makna ide baru tersebut secara bertahap menjadi lebih jelas bagi anggota organisasi. Implementasi inovasi yang terlalu cepat pada tahap klarifikasi dapat menyebabkan hasil yang merusak.
Kesalahpahaman atau efek samping yang tidak diinginkan dari suatu inovasi dapat terjadi. Tindakan korektif dapat diambil untuk menghindari masalah seperti itu, tetapi pengelolaan proses inovasi, terutama pada tahap klarifikasi, sulit dan rumit. Seperti yang diilustrasikan contoh perikop dan nonpassage dari tata cara dilarang merokok di kota-kota, inovasi kebijakan tertentu dapat dibingkai dengan berbagai cara. Pembingkaian ini memiliki konsekuensi penting untuk menentukan apakah kebijakan itu disetujui atau ditolak..
Tahap klarifikasi dalam proses inovasi dalam suatu organisasi terdiri dari konstruksi sosial (M. E. Rogers, 2003). Ketika ide baru pertamakali diterapkan dalam suatu organisasi, itu memiliki sedikit makna bagi anggota organisasi dan dikelilingi oleh ketidakpastian. Bagaimana cara kerjanya? Apa fungsinya? Siapa di dalam organisasi yang akan terpengaruh olehnya? Apakah ini akan memengaruhi saya? Ini adalah pertanyaan umum yang ingin dijawab individu pada tahap klarifikasi. Ketika orang-orang di suatu organisasi berbicara tentang inovasi, mereka secara bertahap mendapatkan pemahaman yang sama tentang itu. Dengan demikian makna inovasi mereka dibangun dari waktu ke waktu melalui proses sosial interaksi manusia. Seperti yang dibahas sebelumnya, juara inovasi biasanya memainkan peran penting dalam proses klarifikasi ini.
Rusdiana (2014) menjelaskan bahwa pada tahap klarifikasi ini, proses difusi inovasi sasarannya adalah hubungan inovasi dengan organisasi dan tindak lanjut inovasi. Dengan demikian pada tahap klafirikasi proses difusi inovasi berlangsung seara konstruktif dalam proses hubungan interaktif antara satu individu dengan individu yang lainnya sehingga menjadi semakin jelas manfaat dari suatu inovasi diterapkan.
Dalam konteks difusi inovasi pembelajaran tematik pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tahap klarifikasi berarti
terjadinya hubungan antara organisasi Madrasah Ibtidaiyah dengan melakukan konstruksi partisipatif dan menciptakan lingkungan interaktif diantara guru terhadap konsep, perencanan dan pelaksanaan inovasi pembelajaran tematik.
c. Routinizing
Routinizing terjadi ketika sebuah inovasi telah dimasukkan ke dalam kegiatan reguler organisasi dan telah kehilangan identitasnya secara terpisah (M. E. Rogers, 2003). Pada titik itu, proses inovasi selesai. Routinizing tidak sederhana dan mudah seperti yang terlihat pada pandangan pertama. Demikian pula yang dijelaskan oleh Rusdiana (2014) bahwa pada bagian ini, proses difusi inovasi yang diterima telah menjadi bagian aktivitas sehari-hari atau justru atau belum.
Banyak penelitian telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir tentang keberlanjutan, sebuah konsep yang berkaitan erat dengan rutinitas, yang didefinisikan sebagai sejauh mana inovasi terus digunakan setelah upaya awal untuk mengamankan adopsi selesai.
Pertimbangkan intervensi penelitian yang dilakukan dalam organisasi kesehatan, di mana program baru diperkenalkan dan dievaluasi.
Setelah proyek penelitian selesai dan pendanaan khusus serta keahlian berakhir, akankah program inovatif berlanjut, atau akan dibatalkan?
Keputusan tentang keberlanjutan ini juga disebut pelembagaan oleh beberapa sarjana (Goodman dan Steckler, 1989).
Salah satu faktor penting dalam menjelaskan sejauh mana inovasi dipertahankan oleh suatu organisasi adalah partisipasi, yang didefinisikan sebagai sejauh mana anggota organisasi terlibat dalam proses inovasi (Green, 1986). Jika banyak anggota organisasi berpartisipasi dalam merancang, mendiskusikan, dan menerapkan inovasi, keberlanjutannya dari waktu ke waktu lebih mungkin terjadi.
Jika keputusan inovasi adalah keputusan otoritas, dengan hanya satu atau beberapa individu kuat yang terlibat, dan jika otoritas ini meninggalkan organisasi, keberlanjutan inovasi berisiko. Keputusan inovasi kolektif biasanya memiliki keberlanjutan yang lebih besar daripada keputusan otoritas inovasi, karena partisipasi yang lebih luas di dalamnya.
Selanjutnya, sejauh mana suatu inovasi diciptakan kembali;
didefinisikan sebelumnya sebagai tingkat dimana suatu inovasi dimodifikasi oleh pengadopsi ketika berdifusi; secara positif terkait dengan keberlanjutan inovasi. Ketika anggota organisasi mengubah suatu inovasi saat mereka mengadopsi, mereka mulai menganggapnya sebagai milik mereka, dan lebih cenderung meneruskannya seiring waktu, bahkan ketika sumber daya khusus awal ditarik atau berkurang dari lembaga yang mereka miliki.
Dengan demikian, dalam konteks difusi inovasi pembelajaran tematik, proses rutinitas berarti pembelajaran tematik telah dilaksanakan secara terus menerus, bahkan dimodfikasi konsep, perencanaan, dan pelaksanaan inovasi pembelajaran tematik yang melibatkan partisipasi guru sehingga identitas utamanya telah pudar.