• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

Dalam dokumen BukuAPLFINAL-email.pdf (Halaman 57-65)

PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk

LANGKAH-LANGKAH PENINGKATAN KINERJA

E. KINERJA KEUANGAN

9. Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

Beban penjualan. Beban penjualan Perseroan menurun sebesar 14,6% menjadi Rp118,4 miliar

pada tahun 2010 dari Rp138,7 miliar pada tahun 2009, terutama disebabkan oleh penurunan beban pameran dan launching sebesar 10,2% dari Rp67,4 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp60,5 miliar pada tahun 2010, penurunan beban promosi sebesar 44,2% dari Rp17,2 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp9,6 miliar pada tahun 2010.

Beban umum dan administrasi. Beban umum dan administrasi Perseroan meningkat sebesar 60,5%

menjadi Rp199,7 miliar pada tahun 2010 dari Rp124,4 miliar pada tahun 2009, terutama disebabkan oleh peningkatan beban gaji dan tunjangan sebesar 143,6% dari Rp53,2 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp129,6 miliar pada tahun 2010 dikarenakan oleh kenaikan gaji dan penambahan karyawan. • Penghasilan bunga. Penghasilan bunga Perseroan menurun 5,2% menjadi Rp38,0 miliar pada tahun

2010 dari Rp40,1 miliar pada tahun 2009.

Beban bunga dan keuangan. Beban bunga dan keuangan Perseroan meningkat 3.150,0% menjadi

Rp13,0 miliar pada tahun 2010 dari Rp0,4 miliar pada tahun 2009 terutama disebabkan adanya beban bunga pinjaman atas proyek Mediterania Garden Residence 2, The Lavande dan Garden Shopping Arcade yang telah selesai selesai dibangun, sehingga beban bunga tidak dapat dikapitalisasi ke aset real estat.

Bagian laba (rugi) bersih Perusahaan Asosiasi. Bagian laba (rugi) bersih Perusahaan Asosiasi

meningkat menjadi laba investasi sebesar Rp47,9 miliar pada tahun 2010 dari rugi Rp0,01 miliar pada tahun 2009, terutama disebabkan oleh akuisisi Perseroan atas 25,5% saham MGP yang memiliki Senayan City dan 35,0% saham CGN yang memiliki Lindeteves Trade Center di bulan April 2010.Keuntungan (kerugian) lainnya. Keuntungan lainnya meningkat 188,1% sebesar Rp17,0 miliar pada

tahun 2010 dari Rp5,9 miliar pada tahun 2009, terutama disebabkan peningkatan pada penghasilan pembatalan penjualan, denda dan ganti nama.

Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2008

Beban penjualan. Beban penjualan Perseroan meningkat sebesar 50,9% menjadi Rp138,7 miliar pada

tahun 2009 dari Rp91,9 miliar pada tahun 2008, terutama disebabkan oleh dari peluncuran proyek-proyek Perseroan pada tahun 2009, yaitu Superblok Green Bay, Central Park Mall dan Central Park Residences yang menyebabkan kenaikan sebesar 73,8% atau Rp7,3 miliar untuk beban promosi dan peningkatan sebesar 89,8% atau Rp31,9 miliar untuk beban pameran dan launching.

Beban umum dan administrasi. Beban umum dan administrasi Perseroan meningkat sebesar

50,4% menjadi Rp124,4 miliar pada tahun 2009 dari Rp82,7 miliar pada tahun 2008, terutama disebabkan oleh peningkatan sebesar 15,5% atau Rp7,1 miliar untuk beban gaji dan tunjangan karena kenaikan gaji dan penambahan karyawan, peningkatan sebesar Rp19,1 miliar untuk beban bank dan administrasi yang terutama disebabkan oleh biaya arranger untuk pinjaman sindikasi dan kenaikan biaya utilitas sebesar Rp5,1 miliar.

Penghasilan bunga. Penghasilan bunga Perseroan meningkat sebesar 75,9% pendapatan bunga

yang diterima dari penjualan apartemen Mediterania Garden Residence 2 menjadi Rp40,1 miliar pada tahun 2009 dari sebelumnya Rp22,8 miliar pada tahun 2008

Keuntungan (kerugian) lainnya. Keuntungan lainnya menurun sebesar 32,2% menjadi Rp5,9 miliar

pada tahun 2009 dari Rp8,7 miliar pada tahun 2008, terutama disebabkan peningkatan pada penghasilan pembatalan penjualan, denda dan ganti nama.

* Periode 3 (tiga) bulan Sumber: Perseroan

PERKEMBANGAN LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK

201,9 48,2 383,3 70,3 (19,2) 31-Mar-11* 31-Mar-10* 2010 2009 2008

e. Laba (Rugi) Sebelum Pajak

Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 Dibandingkan dengan Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada tanggal 31 Maret 2010

Laba sebelum pajak Perseroan adalah sebesar Rp201,9 miliar pada periode tiga bulan pertama tahun 2011, meningkat Rp153,7 miliar dari Rp48,2 miliar pada periode tiga bulan pertama tahun 2010. Dalam persentase terhadap penjualan dan pendapatan usaha, laba sebelum pajak adalah sebesar 29,1% pada periode tiga bulan pertama tahun 2011 meningkat dari 17,0% pada periode tiga bulan pertama tahun 2010. Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

Laba sebelum pajak Perseroan mengalami peningkatan menjadi Rp383,3 miliar pada tahun 2010 dari Rp70,3 miliar pada tahun 2009. Dalam persentase terhadap penjualan, laba sebelum pajak adalah sebesar 19,8% pada tahun 2010, meningkat dari 8,2% pada tahun 2009.

Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2008

Laba sebelum pajak Perseroan adalah sebesar Rp70,3 miliar pada tahun 2009, mengalami peningkatan sebesar Rp89,5 miliar dari rugi sebesar Rp(19,2) miliar pada tahun 2008. Dalam persentase terhadap penjualan, laba sebelum pajak adalah sebesar 8,2% pada tahun 2009, meningkat dari (2,4%) pada tahun 2008.

f. Beban Pajak - Bersih

Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 Dibandingkan dengan Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada tanggal 31 Maret 2010

Beban pajak Perseroan meningkat menjadi Rp36,8 miliar pada periode tiga bulan pertama tahun 2011 dari Rp13,0 miliar pada periode tiga bulan pertama tahun 2010 disebabkan oleh peningkatan pendapatan. Dalam persentase terhadap penjualan dan pendapatan usaha Perseroan, beban pajak meningkat menjadi 5,3% pada periode tiga bulan pertama tahun 2011 dari 4,6% pada periode tiga bulan pertama tahun 2010. Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

Beban pajak Perseroan meningkat menjadi Rp100,7 miliar pada tahun 2010 dari Rp42,4 miliar pada tahun 2009 disebabkan oleh perubahan dalam peraturan perpajakan sehubungan dengan pelaksanaan pajak penghasilan atas pengalihan kepemilikan tanah dan bangunan yang bersifat final. Dalam persentase terhadap penjualan dan pendapatan usaha Perseroan, beban pajak meningkat menjadi 5,2% pada tahun 2010 dari 5,0% pada tahun 2009 sehubungan dengan penghapusbukuan aset pajak tangguhan yang dibebankan pada tahun 2009.

Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2008

Beban pajak Perseroan meningkat menjadi Rp42,4 miliar pada tahun 2009 dari Rp5,8 miliar pada tahun 2008 disebabkan oleh perubahan dalam peraturan perpajakan sehubungan dengan pelaksanaan pajak penghasilan atas pengalihan kepemilikan tanah dan bangunan yang bersifat final.

g. Laba (Rugi) Komprehensif

Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 Dibandingkan dengan Periode Tiga Bulan yang Berakhir pada tanggal 31 Maret 2010

Disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas, laba bersih Perseroan adalah sebesar Rp165,1 miliar pada periode tiga bulan pertama tahun 2011 dibandingkan dengan Rp35,2 miliar pada periode tiga bulan pertama tahun 2010. Laba komprehensif diatribusikan kepada Pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali masing-masing sebesar Rp141,4 miliar dan Rp23,7 miliar pada periode tiga bulan 2011 dan sebesar Rp37,3 miliar dan Rp(2,1) miliar pada periode tiga bulan 2010.

Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

Laba komprehensif meningkat menjadi Rp282,6 miliar pada tahun 2010 dari laba bersih sebesar Rp27,8 miliar pada tahun 2009. Laba komprehensif diatribusikan kepada Pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali masing-masing sebesar Rp241,9 miliar dan Rp40,7 miliar pada tahun 2010 dan sebesar Rp35,1 miliar dan Rp(7,3) miliar pada tahun 2009.

Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 Dibandingkan dengan Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2008

Disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas, laba bersih meningkat menjadi Rp27,8 miliar pada tahun 2009 dari rugi bersih sebesar Rp(25,1) miliar pada tahun 2008. Laba (rugi) komprehensif yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali masing-masing sebesar Rp35,1 miliar dan Rp(7,3) miliar pada tahun 2009 dan sebesar Rp(12,4) miliar dan Rp(12,6) miliar pada tahun 2008.

* Periode 3 (tiga) bulan Sumber: Perseroan

h. Laporan Segmen

Tabel berikut ini menyajikan laba bruto menurut segmen usaha untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010. Informasi untuk beban usaha menurut segmen tidak tersedia.

PERKEMBANGAN LABA (RUGI) KOMPREHENSIF

165,1 35,2 282,6 27,8 (25,1) 31-Mar-11* 31-Mar-10* 2010 2009 2008

(Dalam miliaran Rupiah)

Keterangan

3 Bulan Yang Berakhir

Pada Tanggal 31 Maret Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember

2011 2010 2010 2009 2008

Apartemen

Penjualan 498,0 266,8 1.468,1 856,0 659,6 Beban pokok penjualan 332,4 169,7 1.030,7 568,0 562,9 Laba Bruto 165,6 97,1 437,4 287,9 96,7

Perkantoran

Penjualan 154,7 - 295,4 -

-Beban pokok penjualan 89,2 - 183,0 -

-Laba Bruto 65,5 - 112,4 -

-Rumah Toko

Penjualan - - 71,6 - 150,4

Beban pokok penjualan - - 55,0 - 122,7

Laba Bruto - - 16,6 - 27,7

Pendapatan sewa dan lainnya

Pendapatan 40,4 16,4 103,6 - -Beban langsung 14,0 23,3 58,5 - -Laba Bruto 26,4 (6,9) 45,1 -

-i. Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas

Rasio profitabilitas dan rentabilitas Perseroan menggambarkan kemampuan Perseroan memperoleh keuntungan pada satu masa tertentu. Profitabilitas dan rentabilitas Perseroan diukur dengan rasio-rasio marjin laba komprehensif, imbal hasil aktiva, dan imbal hasil ekuitas.

• Marjin laba komprehensif adalah rasio dari laba bersih terhadap pendapatan usaha. Marjin laba bersih Perseroan pada periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008 masing-masing sebesar 23,8%, 14,6%, 3,3% dan -3,1%.

• Imbal hasil aset adalah rasio dari perputaran aktiva dalam menghasilkan laba komprehensif Perseroan, yang diukur dengan membandingkan antara laba komprehensif dengan aset. Imbal hasil aset Perseroan pada periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008 masing masing sebesar 2,2%, 3,7%, 0,6% dan -0,9%.

• Imbal hasil ekuitas adalah rasio dari laba komprehensif terhadap jumlah ekuitas. Imbal hasil ekuitas Perseroan pada periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008 masing masing sebesar 3,8%, 6,8%, 2,0% dan -3,6%.

j. Arus Kas

Kebutuhan likuiditas Perseroan terkait dengan pendanaan untuk pengembangan proyek baru Perseroan, belanja modal, seperti untuk pembelian peralatan kantor dan properti, pembayaran utang dan menjaga cadangan kas. Arus kas dari pendapatan berulang Perseroan dan dari pre-sale proyek Perseroan merupakan sumber utama likuiditas Perseroan. Jika diperlukan, Perseroan telah menggunakan fasilitas jangka menengah hingga panjang untuk mendanai pengembangan dan belanja modal Perseroan. Dengan mempertimbangkan sumber daya keuangan yang tersedia bagi Perseroan, termasuk kas yang dihasilkan dari aktifitas operasi, fasilitas bank dan dana hasil penawaran umum, Perseroan berkeyakinan bahwa Perseroan masih memiliki likuiditas yang mencukupi untuk keperluan operasi dan membayar utang minimal untuk 12 bulan ke depan.

Tabel berikut menggambarkan informasi tertentu terkait arus kas historikal Perseroan:

(Dalam miliaran Rupiah)

Keterangan 3 Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember

2011 2010 2010 2009 2008

Arus kas bersih:

Diperoleh dari (digunakan untuk)

kegiatan operasi (160,2) (34,5) (878,7) (561,2) 734,4 Digunakan untuk kegiatan investasi (100,8) (262,0) (489,9) (429,3) (1.145,6) Diperoleh dari (digunakan untuk)

kegiatan pendanaan (360,1) 357,3 2.853,2 1.041,1 691,6

Kas dan setara kas

Pada tanggal 31 Maret 2011, Perseroan memiliki kas dan setara kas sebesar Rp1.240,7 miliar, dibandingkan dengan Rp1.869,8 miliar per 31 Desember 2010, Rp388,5 miliar per 31 Desember 2009 dan Rp340,5 miliar per 31 Desember 2008.

Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus kas diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi. Untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal

31 Maret 2011, arus kas bersih yang digunakan dalam aktivitas operasi adalah sebesar Rp160,2 miliar, terdiri dari arus kas yang dibayarkan pada karyawan sebesar Rp28,5 miliar, pembayaran kepada pemasok dan beban operasional lainnya sebesar Rp650,5 miliar, pembayaran beban bunga dan keuangan sebesar Rp56,7 miliar dan pembayaran pajak penghasilan sebesar Rp42,5 miliar, dan sebagian diimbangi dengan kas yang diterima dari pelanggan sebesar Rp618,0 miliar.

Pada tahun 2010, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi adalah sebesar Rp878,7 miliar, yang terdiri dari arus kas yang dibayarkan pada karyawan sebesar Rp130,4 miliar, pembayaran kepada pemasok dan beban operasional lainnya sebesar Rp2.253,8 miliar, pembayaran beban bunga dan keuangan sebesar Rp248,4 miliar dan pembayaran pajak penghasilan sebesar Rp108,6 miliar dan sebagian diimbangi dengan kas yang diterima dari pelanggan sebesar Rp1.862,5 miliar.

Pada tahun 2009, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi adalah sebesar Rp561,2 miliar, yang terdiri dari arus kas yang dibayarkan pada karyawan sebesar Rp52,3 miliar, pembayaran kepada pemasok dan beban operasional lainnya sebesar Rp1.409,9 miliar, pembayaran beban bunga dan keuangan sebesar Rp180,7 miliar dan pembayaran pajak penghasilan sebesar Rp28,2 miliar dan sebagian diimbangi dengan kas yang diterima dari pelanggan sebesar Rp1.109,9 miliar.

Pada tahun 2008, arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi adalah sebesar Rp734,4 miliar, yang terdiri dari pembayaran pada karyawan sebesar Rp46,1 miliar, pembayaran kepada pemasok dan beban operasional lainnya sebesar Rp259,1 miliar, pembayaran beban bunga dan keuangan sebesar Rp95,8 miliar dan pembayaran pajak penghasilan Rp4,0 miliar dan sebagian diimbangi dengan arus kas yang diterima dari pelanggan sebesar Rp1.139,3 miliar.

Kemampuan Perseroan untuk menghasilkan arus kas operasi positif sangat dipengaruhi oleh penerimaan kas dari pelanggan, sebagai sumber utama likuiditas Perseroan dan pembayaran-pembayaran kepada pemasok, karyawan, beban operasional, beban bunga dan keuangan serta utang pajak penghasilan. Untuk mencapai hal tersebut, upaya yang ditempuh Perseroan mencakup meningkatkan pendapatan dari pendapatan berulang, meningkatkan penjualan dari apartemen, rumah toko dan perkantoran serta intensifikasi penagihan, perencanaan yang matang atas pembayaran-pembayaran dan efisiensi. Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Arus kas digunakan untuk aktivitas investasi. Untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal

31 Maret 2011, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi adalah sebesar Rp100,8 miliar, terdiri dari Rp1,5 miliar untuk penempatan deposito berjangka, Rp115,7 miliar digunakan untuk

perolehan aset tetap, Rp0,4 miliar untuk pembayaran biaya yang ditangguhkan, dan sebagian diimbangi dengan Rp15,3 miliar dari pendapatan bunga, Rp1,0 miliar dari dana yang diperoleh dari perolehan Anak Perusahaan dan Rp0,5 miliar untuk penerimaan piutang dari pihak yang berelasi.

Pada tahun 2010, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi adalah sebesar Rp489,9 miliar termasuk Rp1,2 miliar untuk tambahan piutang dari pihak yang berelasi, Rp7,1 miliar dari penempatan deposito berjangka, Rp122,3 miliar untuk penempatan investasi saham pada Perusahaan Asosiasi, Rp168,7 miliar untuk perolehan Anak Perusahaan, Rp277,5 miliar digunakan untuk perolehan aset tetap serta Rp17,2 miliar untuk pembayaran biaya yang ditangguhkan, dan sebagian diimbangi dengan Rp43,8 miliar dari penjualan investasi saham pada Anak Perusahaan, Rp29,8 dari penerimaan piutang kepada pihak berelasi, Rp0,7 miliar dari penjualan kepemilikan saham pada Perusahaan Asosiasi, Rp0,7 miliar dari penarikan deposito berjangka dan Rp29,2 miliar dari pendapatan bunga.

Pada tahun 2009, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi adalah sebesar Rp429,3 miliar termasuk Rp1,5 miliar dari penempatan deposito berjangka, Rp7,2 miliar untuk tambahan piutang dari pihak yang berelasi, Rp445,6 miliar digunakan untuk perolehan aset tetap serta Rp8,9 miliar untuk pembayaran biaya yang ditangguhkan, dan sebagian diimbangi dengan Rp8,0 miliar dari penarikan deposito berjangka dan Rp26,0 miliar dari pendapatan bunga.

Pada tahun 2008, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi adalah sebesar Rp1.145,6 miliar terdiri dari Rp6,3 miliar untuk penempatan deposito berjangka, Rp0,7 miliar untuk penempatan investasi saham pada Perusahaan Asosiasi, Rp22,1 miliar untuk tambahan piutang dari pihak yang berelasi, Rp1.094,6 miliar digunakan untuk perolehan aset tetap serta Rp28,2 miliar untuk pembayaran biaya yang ditangguhkan, dan sebagian diimbangi dengan Rp6,3 miliar dari pendapatan bunga. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Arus kas digunakan untuk aktivitas pendanaan. Untuk periode tiga bulan pertama tahun 2011, arus kas

yang digunakan untuk aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp360,1 miliar terdiri dari Rp495,0 miliar untuk pembayaran utang bank dikurangi perolehan dari Rp140,5 miliar dari pinjaman bank, Rp1,2 miliar dari penambahan setoran modal Anak Perusahaan dan Rp6,6 miliar untuk pembayaran utang kepada pihak yang berelasi.

Pada tahun 2010, arus kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp2.853,2 miliar terdiri dari Rp2.847,4 miliar dari penerimaan setoran modal, Rp755,0 miliar dari pinjaman bank, Rp44,1 miliar dari tambahan penerimaan setoran modal Anak Perusahaan dari kepentingan nonpengendali dan Rp21,8 miliar dari utang kepada pihak yang berelasi, dikurangi penggunaan Rp66,9 miliar untuk pembayaran biaya emisi saham, Rp484,8 miliar untuk pembayaran utang bank, Rp0,4 miliar untuk pembayaran utang pembelian aset tetap, Rp6,4 miliar untuk pembayaran utang kepada pihak yang berelasi, pembayaran utang Anak Perusahan kepada kepentingan nonpengendali Rp30,8 miliar dan Rp225,8 miliar untuk pengembalian uang muka setoran modal Anak Perusahaan kepada pemegang saham lainnya.

Pada tahun 2009, arus kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp1.041,1 miliar terdiri dari Rp705,3 miliar dari pinjaman bank, Rp402,6 miliar dari tambahan penerimaan uang muka setoran modal dan Rp5,8 miliar dari utang kepada pihak yang berelasi, dikurangi penggunaan Rp72,5 miliar untuk pembayaran utang bank.

Pada tahun 2008, arus kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp691,6 miliar terdiri dari Rp686,9 miliar dari pinjaman bank, Rp79,5 miliar dari tambahan uang muka setoran modal dan Rp11,7 miliar dari utang kepada pihak yang berelasi, dikurangi penggunaan Rp79,0 miliar untuk pembayaran utang bank dan Rp7,5 miliar untuk pembayaran utang kepada pihak yang berelasi. Hingga saat ini, tidak terdapat perjanjian yang menyebabkan peningkatan atau penurunan likuiditas secara material terhadap Perseroan. Kemampuan Perseroan untuk menghasilkan arus kas operasi yang positif dilakukan dengan memaksimalkan penerimaan dari pelanggan dan menekan beban operasional.

k. Utang yang Material

Tabel berikut menyajikan utang Perseroan yang bersifat material pada tanggal-tanggal sebagai berikut:

(Dalam miliaran Rupiah)

Keterangan 201131 Maret 2010 2010 31 Desember 2009 2008

Rupiah

Pinjaman Sindikasi 725,0 1.100,0 1.095,5 1.100,0

-Bank Pan Indonesia 327,4 239,3 278,7 208,4 204,5

Bank Negara Indonesia 231,0 213,1 350,0 -

-Bank Permata 134,2 152,0 88,3 176,0 149,9

Bank CIMB Niaga

(sebelumnya Bank Lippo) 38,0 - 43,5 57,5 355,7

Bank Tabungan Negara 134,2 - 88,3 -

-Bank Internasional Indonesia - 55,0 - - 300,0

Bank Artha Graha - - - 132,3 31,4

Jumlah 1.589,8 1.759,4 1.944,3 1.674,2 1.041,4

Bagian yang jatuh tempo

dalam satu tahun 159,8 717,0 138,8 286,3 75,0

Jangka panjang bersih 1.430,0 1.042,4 1.805,5 1.387,9 966,4

Tabel berikut menyajikan jadwal pembayaran utang bank pada tanggal 31 Maret 2011.

(Dalam miliaran Rupiah) Keterangan Total BerjalanTahun KeduaTahun KetigaTahun KeempatTahun KelimaTahun

Fasilitas Kredit 1.589,8 159,8 397,0 664,5 328,6 39,9

Beban bunga yang masih harus dibayar pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp5,8 miliar. Bila terdapat peningkatan tingkat suku bunga, selama peningkatan tersebut masih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, hal ini tidak memberikan dampak secara material terhadap pembayaran pinjaman Perseroan.

l. Komitmen

Tabel berikut menjelaskan komitmen yang terdiri dari:

(Dalam miliaran Rupiah)

Keterangan Per tanggal 31 Maret 2011Jumlah

Nilai Perjanjian Komitmen

Perjanjian dengan beberapa kontraktor utama untuk

pembangunan proyek 2.972 2.155

Pengikatan Perjanjian KUS dengan PT Jakarta

Propertindo untuk pemanfaatan tanah 22 6

Jumlah 2.994 2.161

Perseroan juga memiliki beberapa ikatan kontinjensi dengan bank pemberi fasilitas Kredit Kepemilikan Apartemen/Kios/Rumah Toko/Rumah Kantor (KPA/KPR/KPK). Dalam hal pembeli yang menggunakan fasilitas pembiayaan bank tersebut gagal membayar angsurannya kepada bank dan pembeli belum menandatangani Akta Jual Beli (AJB) dan Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT), Perseroan berkewajiban untuk melunasi sisa saldo pinjaman yang terutang dan memperoleh kembali properti tersebut.

m. Pembelanjaan Modal

Tabel berikut menyajikan informasi mengenai belanja modal untuk periode-periode sebagai berikut:

(Dalam miliaran Rupiah)

Keterangan 3 Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal31 Desember

2011 2010 2010 2009 2008

Tanah 0,0 0,0 65,9 0,9 353,0

Fasilitas lainnya 4,9 5,7 12,3 4,9 4,6 Aset dalam penyelesaian 130,5 15,9 690,8 440,3 737,0 Jumlah Belanja Modal 135,4 21,6 769,0 446,1 1.094,6

Belanja modal Perseroan untuk tahun 2011 diperkirakan sebesar Rp1.038,8 miliar, yang diperkirakan akan digunakan terutama untuk kegiatan konstruksi.

Pembelian barang modal dibiayai dari penerimaan pelanggan. Apabila terdapat kesalahan dalam pembelian maupun tujuan pembelian barang modal, maka hal ini dapat menunda penyelesaian dari, dan/ atau pemberhentian pembangunan maupun pengembangan dari proyek Perseroan yang pada akhirnya hal ini akan dapat memberikan dampak yang merugikan terhadap kegiatan usaha, pendapatan usaha, laba bersih, hasil usaha dan prospek usaha Perseroan. Pembelian barang modal berpengaruh terhadap kinerja Perseroan terutama dalam penjualan.

F. MANAJEMEN RISIKO

Dalam dokumen BukuAPLFINAL-email.pdf (Halaman 57-65)