• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Orang Tua dalam Menanamkan Pendidikan Akidah a. Menanamkan Pendidikan Akidah sejak dalam Kandungan dan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. TEMUAN KHUSUS

1. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Menanamkan Pendidikan Akidah a. Menanamkan Pendidikan Akidah sejak dalam Kandungan dan

Pasca Melahirkan

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Informan I mengenai tanggung jawab orang tua dalam menanamkan pendidikan akidah kepada anaknya, maka dapat diketahui bahwa orang tua sudah melaksanakan tanggung jawabnya dalam menanamkan pendidikan akidah ketika anak masih dalam kandungan, orang tua telah membiasakan diri mengucap kalimat syahadatain dengan tujuan untuk memperkenalkan akidah agama Islam kepada anak yang ada

dalam kandungannya sewaktu dia masih hamil (Arini, Wawancara

Pribadi: 5 Oktober 2018).

Kemudian pernyataan yang sama juga dilontarkan oleh Informan II, orang tua mengatakan bahwa salah satu bentuk pendidikan yang diberikan kepada anak adalah ketika anak baru lahir, dikumandangkan dengan seruan adzan dan iqamah, mengumandangkan adzan pada telinga sebelah kanan, dan iqamah pada telinga sebelah kiri. Menurut Informan, cara diatas adalah cara yang paling tepat untuk memperkenalkan tauhid sejak dini karena yang paling pertama menembus pendengaran manusia adalah kalimat-kalimat seruan yang Mahatinggi, yang mengandung kebesaran Tuhan, dan syahadat (persaksian) sebagai pertanda ia memeluk agama Islam (Masykur, Wawancara Pribadi: 6 Oktober 2018).

Informan III, dengan memperkenalkan rukun iman kepada anak, yaitunya percaya kepada Allah, disini orang tua memberikan pemahaman kepada anak kalau semua apa yang kita kerjakan diawasi oleh Allah, dalam kehidupan sehari-hari anak dibiasakan untuk membaca basmallah dan hamdalah dalam setiap mengakhiri aktivitas seperti makan dan minum, memakai pakaian, setelah pulang dari sekolah, setelah belajar, dan lain sebagainya (Yeniwita, Wawancara

Pribadi: 6 Oktober 2018).

Senada dengan Informan I II III, Informan IV mengatakan bahwa salah satu bentuk pendidikan yang diberikan kepada anak adalah ketika baru lahir anak dikumandangkan dengan seruan adzan dan iqamah, mengumandangkan adzan pada telinga sebelah kanan, dan iqamah pada telinga sebelah kiri. Menurut Infoman, cara di atas adalah cara yang paling mantap untuk memperkenalkan tauhid sejak dini karena yang paling pertama menembus pendengaran manusia adalah kalimat-kalimat seruan yang Mahatinggi, yang mengandung kebesaran Tuhan, dan syahadat (persaksian) yang dengannya ia pertama kali masuk Islam (Rahmah, Wawancara Pribadi: 16 Oktober 2018).

Pendapat yang berbeda juga dilontarkan oleh Informan V, bahwa untuk menanamkan akidah pada anak yaitu dengan cara memberi contoh langsung kepada anak dan memberitahukan kepada anak bacaan 2 kalimat syahadat, dan menggunakan metode kebiasaan, dengan mengucapkan kalimat syahadat secara berulang-ulang yang dilakukan setiap hari, apalagi sebelum mengajak anak untuk mulai melakukan ibadah shalat (Wahyuni, Wawancara Pribadi: 9 Oktober 2018).

Informan VII juga sudah menanamkan pendidikan akidah kepada anak dengan menyuarakan adzan di telinga kanan anak ketika anak telah dilahirkan. Kemudian dalam menanamkan pendidikan akidah, selanjutnya Informan mengajak anak untuk shalat, karena menurutnya dengan melakukan shalat, ketauhidan anak terhadap tuhannya akan lebih bagus lagi (Wati, Wawancara Pribadi: 16 Oktober 2018).

Sedangkan hasil wawancara dengan Informan VI, VIII, IX, dan X mengatakan bahwa mereka mulai memberikan pendidikan akidah kepada anak ketika anak sudah mulai memasuki pendidikan dasar, ketika anak sudah mengerti dengan apa yang kita ucapkan, dan ada juga salah satu dari informan yang belum maksimal memberikan pendidikan akidah tersebut (Siska, Desriani, Aida, Hidayati,

Wawancara Pribadi: 18 Oktober 2018).

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan 10 Informan penelitian, terutama dengan orang tua yang mempunyai anak usia dini di Jorong Beringin Indah Nagari Batuhampar, maka penulis ketahui bahwa orang tua sudah melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan apa yang diharapkan, adapun cara yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam menanamkan pendidikan akidah yaitunya dengan menanamkan pendidikan akidah sejak dalam kandungan dan pasca melahirkan.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nasih Ulwan (2013: 137) bahwa:

Pendidikan anak yang harus dilakukan setelah Ia lahir adalah: 1. Membuka perkataan pertama pada pendengaran anak dengan

ucapan tauhid.

2. Di adzani di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri, rahasia dari adzan dan iqamah ini menurut Ibn Al Qoyyim yaitu supaya kalimat yang baik mengajak kepada keimanan, mengakui keagungan Tuhan-Nya, dan syahadat. Ajaran memiliki pengaruh psikologis yang besar kepada jiwa anak ketika menjadi dewasa, meskipun pada saat itu dia belum merasakannya.

3. Memerintahkan anak untuk menjalankan ibadah shalat mulai umur tujuh tahun, dan memukulnya jika ia meninggalkannya pada usia sepuluh tahun.

4. Mengajarkan pada anak untuk mencintai Nabi, ahlul baitnya dan cinta membaca alquran.

b. Menanamkan Pendidikan Akidah dengan Mengucapkan Kalimat Tayyibah

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Informan I, II, dan III, bahwa dalam menanamkan pendidikan akidah kepada anak, orang tua sudah membuka kehidupan anak dengan mengucapkan kalimat Tayyibah (Laa Ilaaha Illallah Muhammaddurrasulullah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar) dengan menggunakan metode pembiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, ketika anak mendengarkan adzan dimesjid jika anak berada didekat saya akan membacakan kalimat tayyibah, karena kalimat tayyibah itu yang menjadi hal yang pertama didengar oleh anak, kalimat yang pertama diucapkan oleh lisannya, dan kalimat pertama yang dipahami oleh anak, berarti dapat diketahui bahwa orang tua telah menanamkan akidah kepada anak melalui ucapan kalimat tayyibah yang dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari (Arini, Masykur, Yeniwita, Wawancara

Pribadi: 6 Oktober 2018).

Kemudian pernyataan yang sama juga dilontarkan oleh Informan V dan VII, bahwa dalam menanamkan pendidikan akidah

kepada anak, Informan sudah memberitahu dan mengajarkan cara membaca dua kalimat syahadat kepada anak. Usaha ini dibiasakan setiap harinya agar anak terbiasa dalam mengucapkan kalimat syahadat dalam kehidupannya sehari-hari (Wahyuni, Wati, Wawancara Pribadi: 9 Oktober 2018).

Pernyataan yang berbeda dilontarkan oleh Informan IV, dengan memperkenalkan rukun iman kepada anak, yaitunya percaya kepada Allah, disini orang tua memberikan pemahaman kepada anak kalau semua apa yang kita kerjakan diawasi oleh Allah, dalam kehidupan sehari-hari anak dibiasakan untuk membaca basmallah dan hamdalah dalam setiap mengakhiri aktivitas seperti makan dan minum, memakai pakaian, setelah pulang dari sekolah, setelah belajar, dan lain sebagainya (Rahmah, Wawancara Pribadi: 16 Oktober 2018).

Selanjutnya Informan VI dan IX menyatakan bahwa dalam menanamkan pendidikan akidah, kedua Informan mulai mengajarkan pendidikan akidah ketika anak sudah memasuki sekolah. Dimana mereka menyerahkan tangggung jawabnya kepada pihak sekolah, tidak adanya stimulus yang diberikan kepada anak selama di rumah (Siska, Aida, Wawancara Pribadi: 14 Oktober 2018).

Kemudian pernyataan dari Informan VIII dan X, yang mana informan ini memberikan pendidikan akhlak ketika anak mulai berimajinasi tentang ketuhanan, tanpa memberitahu langsung apalagi mengajarkan, mereka hanya beranggapan kalau anak semakin dewasa akan paham dengan sendirinya. Makanya orang tua kurang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan kepada anaknya (Desriani, Hidayati, Wawancara Pribadi: 18 Oktober 2018).

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan 10 Informan penelitian, terutama dengan orang tua yang mempunyai anak usia dini di Jorong Beringin Indah Nagari Batuhampar, maka penulis ketahui bahwa orang tua sudah melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan apa yang diharapkan, adapun cara yang diberikan orang

tua kepada anaknya dalam menanamkan pendidikan akidah yaitunya dengan menanamkan pendidikan akidah dengan mengucapkan kalimat tayyibah.

Berdasarkan ungkapan Al-Ghazali di atas, Nur Al-Hafidz dalam Mahmud (2013: 136) merumuskan empat pola dasar dalam pembinaan keimanan pada anak, yaitu:

e. Senantiasa membacakan kalimat tauhid pada anak. f. Menanamkan kecintaan kepada Allah SWT. g. Mengajarkan membaca al-qur‟an.

h. Menanamkan Nilai-nilai pengorbanan dan perjuangannya.

Menurut Abd. Muiz Kabry (2013: 91) tujuan pendidikan akidah kepada anak adalah untuk: “(1) memperkokoh keyakinan anak bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan pencipta alam, sehingga dia terhindar dari perbutan syirik, (2) agar anak mengetahui hakikat keberadaannya sebagai manusia makhluk Allah, dan (3) mencetak tingkah laku anak menjadi tingkah laku yang Islami yang berakhlaq mulia”.

Dalam perspektif pendidikan Islam, anak merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada orang tua yang mempunyai anak usia dini di jorong beringin indah nagari batuhampar, sebahagian dari orang tua juga sudah menggunakan berbagai metode dalam kehidupan sehari-hari untuk menanamkan akidah pada anak, yaitu dengan menggunakan metode pembiasaan dan metode bercerita.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djamarah (2010: 97), bahwa ada beberapa macam metode yang terdapat dalam pendidikan Islam yaitu:

d. Metode Pembiasaan

Merupakan metode yang sangat strategis dalam pendidikan anak. Sebab apapun hasil pendidikan yang diharapkan tumbuh dan berkembang di dalam jiwa anak pada akhirnya harus menjadi kebiasaan anak dalam kehidupan sehari-hari.

e. Metode Bercerita

Merupakan metode yang sangat luas dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan dan dapat merangsang minat anak usia dini, serta mempunyai peran besar dalam menarik perhatian dan merangsang kesadaran pemikiran dan akalnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua di Jorong Beringin Indah Nagari Batuhampar telah menggunakan metode dalam pendidikan Islam, karena metode ini merupakan komponen yang sangat penting untuk digunakan oleh orang tua agar tujuan dari pendidikan Islam yang diberikan kepada anak bisa tercapai sesuai dengan apa yang kita harapkan.

2. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Menanamkan Pendidikan Akhlak