• Tidak ada hasil yang ditemukan

94 Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance

Dalam dokumen Annual Report Bank Artha Graha 2012 (Halaman 96-98)

• Menentukan batas eksposur kredit pada

jenis industri/sektor ekonomi pasar sasaran.

• Menetapkan sektor-sektor usaha yang

dihindari Bank.

• Melakukan stress testing risiko kredit dengan menerapkan skenario peningkatan rasio Non Performance Loan

(NPL) dan pelaksanaan write off secara berkala.

d) Mekanisme pengukuran dan pengendalian risiko kredit

1. Pengukuran Risiko Kredit

• Bank menggunakan metode Standardized Approach untuk pemenuhan kecukupan modal dalam meng-cover risiko kredit sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

• Sedangkan penilaian terhadap proil

risiko kredit dilakukan oleh Bank secara triwulanan untuk Bank Indonesia dan setiap bulan untuk Dewan Komisaris dan Direksi Bank dengan berpedoman kepada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

2. Pengendalian Risiko Kredit

• Bank mengembangkan serta

menerapkan Risk Governance sebagai bagian dalam pengendalian internal perkreditan sebagai berikut:

- Lini pertama (pilar bisnis dan pendukung) terutama bertanggung jawab mengelola risiko kredit yang merupakan bagian dari aktivitasnya sehari- hari.

- Lini kedua menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan kerangka kerja risiko kredit, kebijakan, metodologi dan perangkat risiko kredit dalam pengelolaan risiko kredit yang bersifat material secara bankwide.

- Lini ketiga melibatkan audit internal dan kontrol internal, yang secara independen bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap kepatuhan, kecukupan dan efektiitas proses manajemen risiko kredit.

• Bank mengimplementasikan aplikasi Credit Risk Rating (CRR) sebagai suatu perangkat untuk melakukan mitigasi risiko kredit awal terhadap kemungkinan

• Setting credit exposure limit for the type

of industry/economic sector of target market.

• Setting business sectors to be avoided by

the Bank.

• Conducting credit risk stress testing

by applying the scenario of increased ratio of Non Performing Loan (NPL) and conducting write off from time to time. d) Mechanism of measuring and controlling

credit risk

1. Measuring Credit Risk

• The Bank uses the Standardized

Approach method for compliance with capital adequacy to cover credit risk in accordance with the applicable provisions of Bank Indonesia.

• The assessment of credit risk

proile conducted by the Bank on quarterly basis to Bank Indonesia and on monthly basis to the Board of Commissioners and the Board of Directors as guided by the applicable provisions of Bank Indonesia. 2. Controlling Credit Risk

• The Bank develops and implements

Risk Governance as part of credit internal control as follows:

- First-line (business and supporting pillars) primarily responsible for managing credit risk that is part of their daily activities.

- Second line provides the resources necessary to develop credit risk framework, policies, methodologies and tools in credit risk management which is material bankwide.

- Third line involves internal audits and internal controls, that independently examines the compliance, adequacy and effectiveness of credit risk management process.

• The Bank applies Credit Risk Rating

(CRR) as a tool to mitigate initial credit risk against the possibility of debtor’s ability to pay/default of its

Laporan Tahunan 2012Annual Report • PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk.

95

kemampuan bayar/kegagalan bayar debitur atas permohonan kreditnya di masa mendatang yang dideskripsikan melalui perolehan rating debitur.

• Bank melakukan review independen terhadap permohonan kredit debitur dalam batasan tertentu dan juga terhadap debitur existing

secara sampling untuk mengetahui

performance kualitas kredit debitur.

• Bank menetapkan limit kewenangan

dalam pemberian persetujuan kredit untuk setiap anggota Komite Kredit yang diatur secara ketat dan di-review

secara berkala.

• Bank melaksanakan pengelolaan

portofolio kredit per sektor ekonomi, geograi, dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

• Bank melaksanakan stress testing

risiko kredit secara berkala.

• Bank melakukan upaya-upaya

penyehatan dan/atau penyelamatan kredit bermasalah yang dilakukan antara lain berupa restrukturisasi,

rescheduling atau reconditioning

kredit yang dilakukan oleh Divisi Remedial. Tata cara dan pedoman untuk melaksanakan penyehatan dan/ atau penyelamatan kredit bermasalah diatur dalam kebijakan internal Bank. 2) Deinisi tagihan yang telah jatuh tempo dan

tagihan yang mengalami penurunan nilai

• Tagihan yang telah jatuh tempo adalah

seluruh tagihan kepada pemerintah, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional, tagihan kepada Bank, kredit beragun rumah tinggal, kredit beragun property komersial, kredit pegawai/pensiun, tagihan kepada usaha mikro, usaha kecil dan portofolio ritel dan tagihan kepada korporasi, yang telah jatuh tempo lebih dari 90 (sembilan puluh) hari, baik atas pembayaran pokok dan/ atau pembayaran bunga.

• Tagihan yang mengalami penurunan nilai/ impairment adalah tagihan dalam kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas kredit atau kelompok kredit yang dapat diestimasi secara handal.

credit application in the future as described in the result of debtor’s rating.

• The Bank conducts an independent

review of debtor’s credit application within certain limits and also of existing debtor on sampling basis in order to determine the performance of debtor’s credit quality.

• The Bank sets authority limit for

loan approval to each member of Credit Committee which is strictly regulated and reviewed regularly.

• The Bank manages its credit portfolio

by economic sector, geography, and Legal Lending Limit (LLL/BMPK) in accordance with the applicable Bank Indonesia’s regulation.

• The Bank conducts stress testing of

credit risk on a regular basis.

• The Bank undertakes the effort

of restructuring and/or rescue of problem loan by among others, restructuring, rescheduling or reconditioning of credit that is performed by Remedial Division. Procedure and guidelines for the soundness and/or rescue of problem loan are stipulated in the Bank's internal policies.

2) Deinition of receivable overdue and receivable decreased by value is as follows:

• Overdue receivable is total receivable to the

government, receivable to public sector entity, receivable to Multilateral Development Bank and International Institutions, receivable to Banks, loan with collateral of dwelling house, loan with collateral of commercial property, staff/pension loan, receivable to micro and small enterprises and retail portfolio and receivable to corporation, that have been overdue more than 90 (ninety) days, both for principal payment and/or interest payment.

• Receivable decreased by value/impairment

is receivable in the condition that there is objective proof of a damaging event resulting from one or more events occurring after the initial admittance of such credit, and such damaging event has an impact on the estimated future cash low of credit or credit group that may consistently be estimated.

Dalam dokumen Annual Report Bank Artha Graha 2012 (Halaman 96-98)