• Tidak ada hasil yang ditemukan

96 Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance

Dalam dokumen Annual Report Bank Artha Graha 2012 (Halaman 98-100)

3) Pendekatan yang digunakan untuk pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) individual dan kolektif, serta metode statistik yang digunakan dalam perhitungan CKPN.

Pendekatan yang digunakan Bank untuk pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) secara individual dan kolektif adalah sebagai berikut :

• Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

secara individual

Bank menggunakan nilai wajar agunan sebagai dasar arus kas di masa mendatang apabila memenuhi salah satu kondisi berikut: - Kredit bersifat collateral dependent, yaitu

jika pelunasan kredit hanya bersumber dari agunan.

- Pengambil alih agunan kemungkinan besar terjadi dan dihitung dengan perjanjian legal pengikatan agunan.

• Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

kolektif

Bank menggunakan metode migration analysis yaitu metode untuk menilai penyisihan kerugian penurunan nilai kredit dengan menggunakan data historis 3 (tiga) tahun terakhir untuk Probability of Default

(PD) dan 5 (lima) tahun terakhir untuk Loss Given Default (LGD).

4) Pengungkapan risiko kredit dengan menggunakan metode standar

a) Kebijakan penggunaan peringkat dalam perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit.

Dalam perhitungan ATMR risiko kredit, Bank menggunakan perhitungan dengan Pendekatan Standar (Standardized Approach), dimana kualitas debitur diperingkat oleh lembaga pemeringkat eksternal yang diakui oleh Bank Indonesia.

b) Kategori portofolio yang menggunakan peringkat ekternal adalah tagihan kepada Pemerintah, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional, tagihan kepada Bank, tagihan kepada Korporasi dan surat berharga yang memiliki peringkat jangka pendek.

c) Lembaga pemeringkat yang digunakan oleh Bank berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia.

d) Pengungkapan risiko kredit pihak lawan

(counterparty credit risk) sebesar eksposur tagihan/kredit yang diterima oleh pihak lawan/debitur dengan memperhitungkan jenis agunan yang diserahkan kepada Bank

3) The approach used for the establishment of Allowance for Loss of Value Decrease (CKPN) on both individual and collective basis, including the statistic model used in calculating CKPN. The approach used by the Bank for the established of Allowance for Loss of Value Decrease (CKPN) on both individually and collective basis, is as follows:

• Individual Allowance for Loss of Value

Decrease (CKPN)

The Bank uses proper value of collateral as the basis of future cash low when it meets one of the following conditions:

- Collateral dependent Loan, when loan settlement is only sources from the collateral.

- Taking over collateral is very likely to occur and to be calculated with agreement of collateral legal binding

• Collective Allowance for Loss of Value

Decrease (CKPN)

The Bank uses migration analysis method, which is the method to evaluate the allowance for loss of credit value decrease using historical data for the last three (3) years for Probability of Default (PD) and the last ive (5) years for Loss Given Default (LGD).

4) Disclosure of credit risk using standardized methods

a) Rating Policy in calculating Risk Weighted Assets (ATMR) for credit risk.

In calculating ATMR for credit risk, the Bank uses the calculation with Standardized Approach, where debtor’s quality is rated by external rating agency which is recognized by Bank Indonesia.

b) Category of portfolio using external rating is receivable to the Government, receivable to public sector entity, receivable to Multilateral Development Bank and International institution, receivable to Banks, receivable to corporation and commercial papers with short term rating.

c) Rating agency used by the Bank as guided by Bank Indonesia’s regulation.

d) Disclosure of counterparty credit risk amounting to receivable/credit exposure received by counterparty/debtor by calculating the type of collateral presented to Bank as the mitigation of the Bank’s credit

Laporan Tahunan 2012Annual Report • PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk.

97

sebagai mitigasi risiko kredit Bank. Jenis instrumen mitigasi yang lazim diterima/ diserahkan kepada Bank antara lain agunan tunai berupa deposito, tanah dan bangunan, tagihan/piutang, mesin dan peralatan, kendaraan bermotor, corporate guarantee,

dan personal guarantee.

5) Pengungkapan mitigasi risiko kredit dengan menggunakan metode standar

a) Kebijakan Bank untuk jenis agunan utama yang diterima

Dalam kebijakan perkreditan Bank jenis agunan utama yang diterima terbagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:

• Material yang terdiri dari:

- Benda bergerak dan berwujud, seperti: kendaraan bermotor/ kendaraan alat berat, barang dagangan (inventory), emas, logam mulia, berlian, mesin/ alat-alat berat, kapal laut, dan pesawat terbang.

- Benda bergerak dan tidak berwujud, antara lain: sertiikat deposito, deposito berjangka, tagihan/piutang, saham, obligasi, standby L/C (Letter of Credit), dan lain-lain.

- Benda tidak bergerak antara lain: Sertiikat Hak Milik, Sertiikat Hak Guna Usaha (HGU), Sertiikat Hak Guna Bangunan (SHGB), Sertiikat Hak Milik atas Rumah Susun (SHMRS), Sertiikat Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan serta dibebani hak tanggungan berikut segala sesuatu yang berada, ditanam, dan dibangun di atas bidang tanah tersebut maupun di bawah permukaan tanahnya seperti ruang bawah tanah yang ada hubungannya dengan bagian permukaan tanah tersebut.

- Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas objek yang dibiayai dapat diterima sebagai jaminan apabila ada perjanjian kerjasama antara bank dengan pengembang (developer), atau jika tidak ada perjanjian kerjasama antara bank dengan pihak pengembang (developer) maka harus mendapat persetujuan dari Komite Kredit Kantor Pusat tingkat Direksi dan objek yang dijaminkan mempunyai nilai tambah seperti lokasinya cukup

risk. Type of mitigation instrument usually received/given to the Bank is among others cash collateral in form of deposit account, land and building, receivables, machineries and equipment, motor vehicle, corporate guarantee, and personal guarantee.

5) Disclosure of credit risk mitigation using standardized method

a) The Bank’s policy for the type of main collateral received

In the Bank’s credit policy the type of main collateral received is divided into two (2) groups, which are:

• Materials consisting of:

- Movable and concrete object, such as: motor vehicle/heavy equipment vehicle, trading goods (inventory), gold, precious metal, diamond, machineries/heavy equipment, ocean vessel, and airplane.

- Movable and not concrete object, such as: certiicate of deposit, time deposit, receivables, shares, bonds, standby L/C (Letter of Credit), etc. - Immovable object, such as:

Ownership Title Certiicate, Leasehold Certiicate (HGU), Building Rights Certiicate (SHGB), Ownership Title Certiicate for High Rise (SHMRS), Certiicate of Rights for Use of the state land which according to the effective laws and regulations these must be registered and following its characteristic are transferable and charged with security rights including anything existing, planted, and built on the land as well as below the land surface such as underground chamber that is related to such land surface.

- Sales Purchase Binding Agreement (PPJB) on the inanced object is acceptable as collateral when there is a cooperation agreement between the Bank and developer, or no cooperation agreement exists between the Bank and developer, it is subject to the approval from Credit Committee of Head Ofice at Board of Directors level and the collateralized object has an added value, such as strategic and marketable location.

Dalam dokumen Annual Report Bank Artha Graha 2012 (Halaman 98-100)