• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

a) Wawancara mendalam,yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan terlibat berdasarkan pedoman wawancara

b) Observasi tidak terstruktur yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi.Dengan demikian,pada observasi ini peneliti harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara:

a) Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian yang terkait dengan objek penelitian berdasarkan pedoman dokumentasi dengan menggunakan pedoman dokumentasi.

b) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,literatur,internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. Pada saat pengumpulan data berlangsung, data reduction berupa membuat singkatan, coding, memusatkan tema, membuat batas-batas permasalahan dan menulis memo. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus dari tahap awal sampai akhir penulisan laporan penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuik dapat melihat gambaran secara keseluruhan dari data penelitian.Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas lebih utuh.Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan sisihkan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi,termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data reduksi

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makan dari data yng dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.

4. Triangulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi merupakan upaya untuk menunjukan bukti empirik untuk meningkatkan pemahaman terhadap realitas atau gejala yang ditelitik.Karena itu, sering kali peneliti menemukan kenyataan bahwa data dalam suatu penelian kualitatif bersifat sejalan (consistent) ketika diuji dengan data lain, atau mungkin tidak sejalan (inconsistent), atau bahkan bertolak belakang (contradictory) (Pawito, 2007: 98).

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

 Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

Demikian dalam penulisan hasil penelitian nantinya, penulis dalam menjaga keakuratan informasi atau data yang diperoleh melalui proses

wawancara, dokumentasi dan pengamatan, maka penulis akan melakukan pembandingan untuk menunjukkan bukti empiric dalam meningkatkan pemahaman terhadap realitas atau gejala yang diteliti, sehingga mengarah pada suatu penarikan kesimpulan penelitian yang benar.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian yag telah dilaksanakan seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Data yang diperoleh baik dari kegiatan wawancara, dokumentasi maupun observasi akan disajikan dengan teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan informasi maupun data yang diperoleh dari kegiatan wawancara dengan Pegawai Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi sebagai pelaksana program pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan masyarakat sebagai pelaku Usaha Kecil Menengah yang menjadi objek dari implementasi pemberdayaan ini. Selanjutnya data tersebut akan diberikan analisis tentang implementasi pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Mikro Sidikalang.

Dalam melakukan analisis, data yang telah dikumpulkan akan disesuaikan dengan menggunakan teori implementasi dalam hipotesis kerja pada bab sebelumnya melalui beberapa indikator yang terkait dengan implementasi yang akan digunakan oleh penulis sehingga analisis data yang akan dilakukan oleh penulis dapat disajikan secara sistematis.

4.1 Gambaran Umum dan Geografi Wilayah

Sidikalang adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Dairi.Sidikalang juga merupakan ibukota kabupaten Dairi ini secara Geografis berada di barat laut Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 191.625 Haatau sekitar 2.67%dari luas keseluruhan provinsi sumatera utara (71.680.000 Ha).Kabupaten Dairi secara administratif terdiri dari 15 kecamatan ,dengan 145 kelurahan.Jika ditinjau dari aspek topografis kecamatan sidikalang yang berada di ketinggian 1.066 m dpl tersebut terdiri terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi.keadaan lingkungan yang masih cukup alami dan udara yang sejuk serta jumlah penduduk yang masih seimbang dengan luas wilahyahnya,menjadikan Sidikalang sebagai daerah yang relatif nyaman untuk dihuni.bagi penduduk di Kabupaten Dairi,Sidikalang merupakan kota pusat perdagangan ,pendidikan,kesehatan,dan pelayanan umum lainnya.

4.2 Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

4.2.1 Visi dan Misi Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

Visi dari Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi adalah “mewujudkan tenaga kerja, koperasi dan usaha mikro yang mandiri dan professional”

Misi dari Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi adalah

 Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur

 Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang terampil dan produktif

 Meningkatkan peluang kesempatan kerja,perluasan kerja dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan

 meningkatkan pembinaan,pengawasan dan pengembangan koperasi dan usaha mikro

4.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketnagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

Sesuai dengan Peraturan Bupati Dairi Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Kedudukan Susunan Organisasi,Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Dairi telah ditetapkan Kedudukan,Tugas dan Fungsi Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha kecil Menengah Kabupaten Daairi sebagai berikut:

Kedudukan

Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha Kecil Menengah merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah yang menjadi kewenangan daerah yang dipimpin oleh kepala dinas serta berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris Daerah.

Tugas

Dinas Ketengakerjaan,Koperasi dan Usaha Kecil menengah sebagai mana dimaksud pada ayat (1) ,mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan dibidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah .

Fungsi

Dinas Ketengakerjaan,Koperasi dan Usaha Kecil menengah dalam melaksanakan tugas sebgaimana dimaksud pada ayat (2),menyelenggarakan fungsi:

a) perumusan kebijakan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah;

b) pelaksanaan kebijakan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah;

c) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah;

d) peelaksanaan administrasi bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah; dan

e) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.2.3 Struktur Organisasi Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sidikalang,2018

Tabel 4.1 Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sidikalang Berdasarkan Jenis Usaha

No Bidang Usaha Jumlah

1 PERTANIAN 6406

2 PERDAGANGAN 829

3 INDUSTRI 13

4 PETERNAKAN/PERIKANAN 15

JUMLAH 7.263

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sidikalang, 2018

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah UKM berdasarkan data oleh Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi berjumlah total 7.263 yang terbagi dalam bidang usaha yang beraneka ragam dan jumlah paling banyak yaitu pada sektor pertanian dan sangat berbeda jauh dengan usaha dibidang peternakan/perikanan.

Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan ataupun keadaan seseorang atau kelompok dalam menjalankan usahanya agar lebih berkembang dan berdaya saing. Dalam proses pemberdayaan seseorang atau kelompok dapat dilakukan berbagai upaya seperti proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar lebih mampu dan berkembang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan birokrat/aparatur pemerintah yang berperan sebagai pelaksana dari suatu kebijakan, program maupun kegiatan yang

tercakup di dalamnya dan memahami dengan baik segala tugas-tugas yang berhubungan dengan pelakasanaan kebijakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Dalam pelaksanaanya Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah telah menjalankan tugas dan fungsinya melakukan berbagai upaya pemberdayaan Usaha Kecil Menengah di Kota Sidikalang dimana penelitian ini di ditetapkan sebelumnya. Salah satunya melalui informan yang telah ditetapkan menyebut dalam implementasi pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi telah melakukan pelatihan akses modal kepada para pelaku UKM di Sidikalang yang telah diimplementasikan dalam pemberdayaan UKM.

Proses pengkajian implementasi kebijakan menurut Merilee S. Grindle memiliki dua variabel yang merupakan faktor untuk mempengaruhi implementasi kebijakan yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Adapun dua variabel tersebut dipaparkan sebagai berikut :

4.3 Isi Kebijakan

Berdasarkan Peraturan Bupati Dairi Nomor 20 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Dairi telah diatur sebagaimana tugas dan fungsi serta kedudukan Dinas Ketengakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi. Dalam pelaksanaannya, Dinas Ketengakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sidikalang telah melakukan berbagai upaya pemberdayaan Usaha Kecil Menengah diantaranya adalah pelatihan akses modal oleh pelaku UKM ke perbankan. Hal ini membuktikan bahwa masing-masing informan penelitian memahami dan patuh tehadap regulasi yang mengatur berjalannya pelaksanaan pemberdayaan UKM melalui program pelatiahn akses modal.

4.3.1 Kepentingan Kelompok Sasaran

Suatu kebijakan termasuk diantaranya adalah sebuah peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyelesaikan segala permasalahan-permasalahan di tengah masyarakat dan juga masalah di pemerintahan dengan melibatkan kepentingan-kepentingan dari pihak tertentu ataupun pihak terkait pada tahap implementasinya. Kepentingan-kepentingan yang terkait oleh kebijakan tentu saja adalah sasaran dari kebijakan tersebut.

Dalam hal ini, kepentingan berawal dari kepentingan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam hal lain, masyarakatpun memiliki kepentingan untuk meningkatkan taraf hidupnya sendiri. Dengan adanya kepentingan yang saling berkaitan tersebut, pemerintah sebagai pihak yang

bertanggung jawab dalam memenuhi kepentingan masyarakat menyusun kebijakan-kebijakan untuk memenuhi kepentingan tersebut. Dalam implementasi kebijakan pemenuhan kepentingan tersebut ada kalanya melibatkan pihak lain sebagai mitra dalam implementasi kebijakan tersebut.

Implementasi kebijakan pemerintah dalam mengakomodir kepentingan masyarakat dimana masyarakat bertindak sebagai kelompok sasaran yang menjadi target pelaksanaan berbagai program sebagai dari turunan dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Kepentingan masyarakat sebagai kelompok sasaran adalah untuk meningkatkan taraf hidup kelompok sasaran melalui program pemberdayaan usaha kecil menengah. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan informan Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro yang menyatakan bahwa:

“Pemberdayaan UKM melibatkan banyak pihak diantaranya dinas terkait sebagai pembuat kebijakan, masyarakat sebagai sasaran kebijakan dan pihak ketiga yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan. Jadi sasaran dari kebijakan pemberdayaan UKM adalah masyarakat sebagai pelaku UKM.” (Transkrip Wawancara, halaman 3)

Sejalan dengan Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, hal yang sama disampaikan oleh Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Mikro bahwa yang menjadi sasaran utama dalam pelaksanaan kebijakan pemberdayaan UKM adalah masyarakat pelaku UKM. Disamping itu, dalam pelaksanaan kebijakan sering juga melibatkan pihak ketiga seperti bank sebagai mitra yang menyediakan pinjaman modal usaha bagi pelaku UKM. Jadi disini pemerintah melalui dinas terkait hanya berperan sebagai pembuat kebijakan, pengawas kebijakan dan fasilitator pelaku UKM dalam memperoleh pinjaman modal usaha tersebut. Hal

itu disampaikan dalam wawancara dengan informan Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Mikro yang menyatakan bahwa:

“Jadi yang menjadi sasaran dari kebijakan yang kami buat adalah masyarakat pelaku UKM. Cuma untuk penyediaan modal perbankan juga kami libatkan untuk membantu penyediaan pinjaman modal pelaku UKM. Jadi peran dinas disini yang pertama itu membuat kebijakan apa yang mau kita laksanakan yang berhubungan dengan pemberdayaan UKM, terus kita mengawasi dan terlibat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut seperti pemberian pelatihan dan berbagai sosialisasi pengembangan UKM.” (Transkrip Wawancara, halaman 1)

Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan masyarakat yang menyatakan bahwa:

“Sekitar bulan November tahun lalu, saya pernah ikut program pelatihan akses modal di BLK Sidikalang. Jadi disana kita dilatih bagaimana memperoleh pinjaman modal usaha melalui program peminjaman ke bank, apa-apa saja syarat peminjamannya, jumlah dana yang bisa dipinjam dan ketentuan lainnya.”

(Transkrip Wawancara, halaman 10)

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa masyarakat adalah sebagai sasaran kebijakan pemberdayaan UKM yang dilakukan oleh Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Hal itu tampak dari kegiatan pelatihan akses modal yang dilakukan dinas tersebut bertujuan untuk mempermudah pelaku UKM dalam memperoleh pinjaman modal usaha dari pihak perbankan.

Sesuai dengan pengamatan penulis di lapangan, Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melaksanakan kegiatan sosialisasi pelatihan akses modal bagi para pelaku UKM yang melibatkan pihak perbankan sebagai penyedia pinjaman modal yang akan digunakan para pelaku UKM dalam meningkatkan usahanya. Jadi dalam hal ini tampak peran pemerintah sebagai aktor pembuat kebijakan untuk mempermudah pelaku UKM sebagai sasaran

kebijakan tersebut dalam memperoleh tambahan modal usaha dari pihak perbankan.

Dalam studi dokumentasi yang dilakukan penulis terhadap Rencana Strategis Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi Tahun 2017-2019 terdapat Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM yang bertujuan untuk meningkatkan sistem pendukung usaha bagi UMKM yang menghabiskan dana anggaran sebesar Rp 485.000.000,-. Hal itu menunjukkan sasaran dari program tersebut adalah meningkatkan sistem pendukung usaha bagi masyarakat pelaku UKM. Dari besaran biaya yang dianggarkan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat pelaku UKM-lah sasaran utama dari kebijakan pemberdayaan UKM di Sidikalang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, pengamatan langsung dan studi kepustakaan yang dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa sasaran utama dalam implementasi kebijakan pemberdayaan UKM pada Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah masyarakat pelaku UKM. Kepentingan para pelaku UKM adalah memiliki usaha yang berbasis Usaha Kecil Menengah dan memiliki status hukum yang jelas serta dapat menjalankan usaha yang berdaya saing melalui bantuan dan pendampingan oleh pemerintah.

4.3.2 Tipe Manfaat

Pada poin ini Content of Policyisi kebijakan menurut Merilee S Grindle berupaya untuk menunjukkan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

Manfaat yang dihasilkan tersebut bukanlah manfaat tunggal sebagai tujuan kebijakan namun memberikan manfaat lintas sektor. Manfaat lintas sektor tersebut merupakan dampak positif yang dialami suatu sektor sebagai akibat dari manfaat yang dialami sektor lain sehingga banyak pelaku yang mengalami manfaat dari kebijakan tersebut.

Sebuah kebijakan yang jelas, yang memberikan manfaat yang aktual kepada banyak pelaku lebih mudah di implementasikan dibanding dengan kebijakan yang kurang bermanfaat. Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik itu program, peraturan atau perundang-undangan sebagai landasan hukumnya harus dapat memberikan hasil yang bermanfaat dan berdampak positif serta dapat merubah ke arah yang lebih baik dari hasil pengimplementasiannya.

Dalam konteks implementasi kebijakan pemberdayaan UKM, manfaat yang ingin dihasilkan tidak hanya untuk pelaku UKM tetapi juga harus berdampak kepada sektor lain seperti penyerapan tenaga kerja, pengembangan ekonomi masyarakat secara keseluruhan maupun penyediaan barang yang menjadi kebutuhan masyarakat sebagai hasil dari kegiatan UKM. Dengan adanya manfaat lintas sektor tersebut, implementasi kebijakan pemberdayaan UKM layak disebut sebagai kebijakan yang berdampak positif secara menyeluruh terhadap kehidupan masyarakat.

Melalui hasil wawancara dengan informan Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang menyatakan bahwa:

“Manfaat yang kita harapkan dari pemberdayaan UKM ini adalah agar masyarakat pelaku UKM memiliki usaha berbasis Usaha Kecil Menengah yang mandiri dan berdaya saing yang nantinya kita harapkan juga dapat membuka lapangan pekerjaan. Jadi manfaatnya dapat dirasakan semua lapisan masyarakat.”

(Transkrip Wawancara, halaman 3)

Hasil wawancara dengan informan tersebut menunjukkan bahwa manfaat yang diharapkan dari kebijakan pemberdayaan UKM agar masyarakat pelaku UKM mampu memiliki usaha yang berdaya saing serta memberikan pengaruh kepada lingkungannya seperti pembukaan lapangan kerja dan mendorong lahirnya UKM baru yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara keseluruhan.

Dalam mewujudkan implementasi kebijakan pemberdayaan UKM tersebut pemerintah melaksanakan program sosialisasi pemberdayaan UKM dan pelatihan akses modal. Dalam konteks program sosialisasi pemberdayaan UKM, Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi melaksanakan kegiatan sosialisasi UKM dan membantu masyarakat membentuk sebuah Usaha Kecil Menengah. Disamping itu dinas tersebut juga membantu masyarakat pelaku UKM memperoleh izin usahanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan informan Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Mikro yang menyatakan bahwa:

“Jadi yang kita harapkan dari program sosialisasi pemberdayaan UKM ini adalah bagaimana agar masyarakat mengerti apa itu UKM, membantu masyarakat yang ingin mendirikan usaha dan membantu dalam hal pengurusan izinya.”

(Transkrip Wawancara, halaman 1 )

Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan masyarakat yang menyatakan bahwa:

“Melalui program sosialisasi pemberdayaan ini sangat bermanfaat, kami saat ini telah memiliki usaha penyediaan peralatan pesta dan dapat dikatakan sampai saat ini berjalan lancarlah. Sebelumnya keseharian saya dan istri hanya berkebun.” (Transkrip Wawancara, halaman 12 )

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa program sosialisasi pemberdayaan UKM yang dilaksanakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi telah dirasakan, salah satunya masyarakat yang sebelumnya kesehariannya sebagai petani saat ini telah memiliki usaha kecil berizin di bidang penyewaan peralatan pesta yang berdampak kepada peningkatan taraf hidup masyarakat tersebut.

Berbeda dengan hasil wawancara dengan informan masyrakat yang lain yang menyatakan bahwa:

“Ya sebelumnya kita pernah mengikuti kegiatan pemberdayaan UKM.

Dulu kita dilatih mendirikan usaha sampai pengrusan izin usaha. Namun ya itu,seperti gak ada hasilnya karena saat itu kita lebih butuh pada tambahan modal usaha, jadi tidak terlalu berdampak. Dulu juga ada dikasi seperti buku-buku pengembangan usaha namun namanya orang tua masa disruh baca buku lagi. Jadi tidak terlalu berpengaruh.” (Transkrip Wawancara, halaman 14)

Sesuai dengan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat yang mengikuti program sosialisasi program pemberdayaan UKM merasakan manfaat dari program tersebut. Seperti informan masyarakat di atas yang lebih membutuhkan penambahan modal usaha agar dapat mengembangkan usahanya. Program tersebut juga kurang dirasakan manfaatnya karena metode sosialisasi yang dilakukan berupa pembagian buku atau modul pengembangan usaha tidak sesuai dengan kultur masyarakat di desa,

Dalam konteks program pelatihan akses modal, Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi melaksanakan kegiatan

yang bertujuan untuk membantu masyarakat pelaku UKM memperoleh tambahan atau pinjaman modal usaha dari pihak bank. Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengharapkan manfaat yang diperoleh dari program pelatihan akses modal dapat membantu masyarakat pelaku UKM memperoleh tambahan modal usaha dalam mengembangkan usahanya. Dalam kegiatan UKM, dinas tersebut juga akan melakukan pendampingan terhadap pelaku UKM yang mengikuti pelatihan akses modal. Hal tersebut sesuai wawancara dengan informan Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Mikro yang menyatakan bahwa:

“Tentu yang kita harapkan melalui program pelatihan akses modal tersebut, masyarakat pelaku UKM dapat mengembangkan usahanya melalui pinjaman modal usaha dari pihak perbankan. Sejalan dengan itu, kita juga melakukan pendampingan terhadap para pelaku UKM yang ikut serta dalam program tersebut.” (Transkrip Wawancara, halaman 2)

Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan masyarakat yang menyatakan bahwa:

“Melalui pelatihan yang kami ikuti kemarin, kita dilatih bagaimana memperoleh dana pinjaman dari bank. Disana dijelaskan syarat dan ketentuan apa

“Melalui pelatihan yang kami ikuti kemarin, kita dilatih bagaimana memperoleh dana pinjaman dari bank. Disana dijelaskan syarat dan ketentuan apa