• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH PADA DINAS KETENAGAKERJAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DI SIDIKALANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH PADA DINAS KETENAGAKERJAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DI SIDIKALANG SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH PADA DINAS KETENAGAKERJAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

MENENGAH DI SIDIKALANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Administrasi Publik

OLEH :

RIKO S.M MANIK NIM. 130903111

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTASI LMUSOSIAL DANI LMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERAUTARA MEDAN

2019

(2)

ABSTRAK

Implementasi pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi Tahun 2017-2019 bertujuan untuk meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Hal tersebut dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan masyarakat terkait pengembangan UKM dan kesulitan memperoleh tambahan modal usaha. Adapun judul penelitian ini adalah Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Sidikalang.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif yang menggambarkan fenomena sesungguhnya dari kejadian di lapangan dengan pendekatan teori Merilee S Grindle yang mengemukakan keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi oleh variable isi kebijakan dan lingkungan kebijakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Wawancara, Observasi dan Dokumentasi yang terkait dengan Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM).

Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Sidikalang secara umum berjalan dengan efektif. Kekuranganya terletak pada program kegiatan yang diambil tidak dapat merangkul seluruh masyarakat pelaku UKM di Sidikalang sehingga program pemberdayaan UKM hanya menyentuh sebagian pelaku UKM yang berada di Sidikalang.

Kata kunci : Implementasi, UKM, Isi Kebijakan, Lingkungan Kebijakan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik di Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penulisan skripsi ini, diantaranya ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik sekaligus sebagai Dosen Pembongbing yang mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Asima Yanti S. Siahaan, MA, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

4. Para dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang berharga kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

5. Kedua orangtua penulis, Ayahanda P. Manik dan Ibunda R.Sigiro serta seluruh keluarga besar dan adik-adik penulis atas doa, cinta kasih,

(4)

pengorbanan dan dukungannya hingga penulis sampai pada titik ini. Terima kasih..., dan maaf untuk semuanya.

6. Bapak Dapot Hasudungan Tamba, SE. M,Si yang telah memberikan izin untuk penelitian di kantor Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi dan juga untuk segala arahan dan bimbingannya selama proses penelitian.

7. Ibu Yenni Hasugian, Bapak Karmen Situmorang, Bapak Tumanggor dan semua pegawai Dinas ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penelitian.

8. Kak Dian, dan Bang Rudi yang telah banyak membantu penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini.

9. Kelompok Magang BJS a.k.a Bulan Julu Squad dengan personil LekTUPA Tante Desi, Lek Dora, Bou Evelin, Tambot, Mak Tari, Meswin, JUPE, Ridho, Felix dan Agus Pudan .Terima kasih untuk kursi magangnya juga untuk perayaan ulang tahunnya.Senang bisa mengenal kalian. Jaga kesehatan kalian yah...

10. Seluruh teman-teman Ilmu Administrasi Publik angkatan 2013 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

11. Seluruh teman-teman RS’13 a.k.aRusakTigaBelas yang menjadi tempat hangat bagi penulis untuk berbagi cerita, melepas canda dan tawa namun tidak bisa untuk sekedarberbagi dukakarena selalu penuh dengan spekulasi,pun karena sesusungguhnyakita tidak dekat-dekat kali. Terima kasih sudah bersedia menjadi teman pakdul, berbagi rezeki di akhir bulan

(5)

atau untuk sekedar buat depo walaupun ujung-ujungnya kalah banyak.

Semoga kopimu tidak tumpah kawan sangat mengingat cerita kita nanti karena sesungguhnya akupun ingin mengulang cerita itu nanti tanpa ada tumpahan cairan disana.

Kiranya Yang Kuasa selalu menyertai kita. Salam...

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapakan kiritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Yang Kuasa senantiasa melindungi kita. Salam...

Medan, Januari 2018 Penulis ,

Riko Sangap Mangiring Manik

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... vii

BAB I KATA PENGANTAR... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUATAKA ... 6

2.1 Kebijakan Publik ... 6

2.2 Implementasi Kebijakan ... 7

2.3 Model Implementasi Kebijakan ... 8

2.3.1 Model Implementasi Merilee S. Grindle ... 9

2.4 Usaha Kecil dan Menengah... 11

2.4.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah ... 12

2.4.2 Kebijakan Usaha Kecil Menengah ... 13

2.5 Pemberdayaan ... 17

2.6 Hipotesisi Kerja ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Bentuk Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Informan Penelitian ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5 Teknis Analisis Data ... 24

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 27

4.1 Gambaran Umum dan Geografi Wilayah... 28

4.2 Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi ... 28

4.2.1 Visi dan Misi ... 28

4.2.2 Tugas Pokok ... 29

4.2.3 Strktur Organisasi ... 31

4.3 Isi Kebijakan ... 34

4.3.1 Kepentingan Kelompok Sasaran ... 34

4.3.2 Tipe Manfaat ... 38

4.3.3 Derajat Perubahan yang Diinginkan ... 43

4.3.4 Letak Pengambilan Keputusan ... 47

4.3.5 Pelaksanaan Kegiatan ... 49

4.3.6 Sumber Daya yang Dilibatkan ... 51

4.4 Lingkungan Implementasi ... 55

4.4.1 Kekuasaan, Kepentingan dan Strategi Aktor yang Terlibat ... 55

4.4.2 Karakteristik Lembaga dan Penguasa ... 59

4.4.3 Kepatuhan dan Daya Tanggap ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan... 63

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

Lampiran-lampiran ... 71

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Sumber Informan Penelitian ... 22 Tabel 4.1 Jumlah Usaha Mikro dan Menengah ... 32 Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi

dan Usaha Kecil Menengah... 54 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana UPT Balai Latihan Kerja ... 54

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Ruang Seminar ... 42 Gambar 4.2 Kunjungan Kerja Dinas ... 58

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada negara berkembang, salah satu yang menjadi prioritas utama dalam melaksanakan kegiatan negaranya adalah pembangunan nasional, begitu halnya dengan bangsa Indonesia. Salah satu hal yang diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia adalah di bidang ekonomi. Pada era otonomi daerah saat ini, mewujudkan pembangunan nasional pada bidang ekonomi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah. Dengan adanya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang luas dalam membangun potensi daerahnya.

Diperlukan berbagai upaya yang lebih inovatif dan kreatif oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerahnya.

Salah satu yang menjadi potensi di tiap daerah adalah keberadaan Usaha Kecil Menengah (UKM). UKM memiliki peran yang starategis dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan daerah maupun masyarakat lokal. Salah satunya adalah kota yang menempatkan UKM pada posisi yang strategis untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha Kecil dan Menengah adalah sarana kemandirian bagi banyak pengusaha kecil, betapapun kecilnya adalah pengusaha yang mandiri tidak tergantung kepada orang lain melainkan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku usaha.

Pemberdayaan usaha kecil dan menengah merupakan salah satu prioritas utama dalam pengembangan ekonomi kerakyatan karena keberadaan

(11)

usaha kecil dan menengah merupakan wujud kehidupan sebagian rakyat Indonesia dan pada saat terjadi krisis ekonomi, sektor ini ternyata lebih mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dibandingkan usaha besar.

Menurut Siahaan, Rambe dan Mahidin (2006: 11) Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok sehingga mampu melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut. Pemberdayaan merupakan proses yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pemberian wewenang, meningkatkan partisipasi, memberikan kepercayaan sehingga setiap orang atau kelompok dapat memahami apa yang akan dikerjakannya, yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Kota Sidikalang memiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan jumlah unit usaha yang cukup banyak. Berdasarkan data BPS Kabupaten Dairi tahun 2015 Unit usaha kecil dan menengah di Kota Sidikalang berjumlah 7.263 yang tersebar dan terbagi dalam beberapa sektor di antaranya; pertanian, perdagangan, industri, aneka usaha dan jasa serta berbagai sektor nonformal.

Data ini menunjukkan bahwa faktor penunjang ekonomi dari sektor UKM sangat berpengaruh. Namun Usaha Kecil dan Menengah sering dihadapkan dengan berbagai masalah dalam proses pemberdayaannya.

Permasalah UKM di Sidikalang diantarannya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan UKM dan kesulitan memperoleh akses permodalan untuk pengembangan usaha. Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan UKM menyangkut pengetahuan tentang pengurusan izin usaha serta pengetahuan untuk meningkatkan kegiatan usaha yang dijalankan. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap pelaku Usaha Kecil Menengah di Sidikalang masih ditemui beberapa pelaku usaha yang masih kekurangan modal dalam pengembangan usahanya. Dalam perbincangan dengan pelaku UKM yang berada

(12)

di lingkungan Sidikalang dengan pengusaha industri rumah tangga Samosir, usahanya hanya dipasarkan ke warung-warung kecil sedangkan produknya dapat di pasarkan ke mini market untuk keuntungan yang lebih besar. Namun alasan bapak tersebut tidak mempromosikan ke pasar yang lebih besar adalah bapak tersebut masih kekurangan modal dan izin usaha yang belum ada hingga saat ini.

Dalam kaitanya dengan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM), fasilitator dari sebuah instansi seperti Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi merupakan kunci bagi ekonomi rakyat untuk tumbuh berkembang. Adapun Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah merupakan fasilitator yang dapat mempermudah akses modal dan menambah wawasan masyarakat mengenai UKM melalui pelatihan- pelatihan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka melihat bagaimana Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Pada Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Sidikalang.

1.2 Rumusan masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini nantinya dan supaya penulis dapat terarah dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam pembahasan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan tentang hal- hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian.(dalam Arikundo, 1993: 47).

(13)

Beranjak dari pengertian di atas serta berpedoman kepada latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah :”Bagaimana Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Mikro di Sidikalang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1.3.1. Untuk mengetahui dan menganalisis keterkaitan antara isi kebijakan dengan implementasi pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Mikro Sidikalang.

1.3.2. Untuk mengetahui dan menganalisis keterkaitan antara lingkungan implementasi dengan implementasi pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Mikro Sidikalang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1.4.1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Publik.

(14)

1.4.2. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi institusi yang terkait dalam menetapkan kebijakan bagi Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Menengah dalam memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM).

1.4.3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan penjelasan dan masukan dalam memperoleh pelayanan kepada masyarakat dalam pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dari Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Menengah.

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.

Untuk itu perludisusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti.Menurut Masri Singarimbun (1989: 37), teori adalah serangkaian konsep, defenisi dan preposisi yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena sosial.

Bedasarkan rumusan diatas maka dalam bab ini penulis akan mengemukakanteori, pendapat, ataupun gagasan yang akan dijadikan dalam penelitian ini.

2.1 Kebijakan Publik

Menurut Riant Nugroho (2008:54) Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh Negara khususnya pemerintah sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan Negara yang bersangkutan. Kebijakan Publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal memasuki masyarakat pada masa transisi untuk menuju pada masyrakat yang di citacitakan.

Menurut James Anderson (Winarno,2012:23) kebijakan publik ini mempunyai beberapa impilikasi,yakni pertama,titik perhatian kita dalam membicarakan kebijakan publik berorientasi pada maksud dan tujuan dan bukan perilaku secara serampangan.Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern bukan suatu yang terjadi begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor- aktor yang terlibat dalam sistem poltik.kedua,Kebijakan merupakan arah atau pola

(16)

tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat Pemerintan dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang tersendiri.Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan undang-undang mengenai suatu hal,tetapi juga keputusan -keputusan beserta dengan pelaksanaannya.Ketiga,kebijakan adalah apa yang sebenarnya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan,mengendalikan inflasi,atau mempromosikan perumahan rakyat,dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah.Keempat,kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif.Secara positif,kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu.Secara negatif ,kebijakan mungkin mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat Pemerintah,tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah.Dengan kata lain,pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk tidak melakukan campur tangan dalam bidang-bidang umum maupun khusus.

Maka kebijakan publik adalah kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat dimana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan. Kebijakan publik merupakan suatu keputusan atau suatu pilihan keputusan untuk mengambil atau tidak mengambil keputusan dalam permasalahan yang ada di tengah masyarakat.

Kebiajakan publik mengatur baik secara langsung maupun tidak langsung pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia atau pengelolaan tatanan kenegaraan dan perekonomian untuk kepentingan publik atau kepentingan umum,yaitu masyarakat luas,segala lapisan penduduk dalam suatu Negara.

2.2 Implementasi Kebijakan

Menurut Lester dan Stewart (dalam Winarno 2012:147),implementasi kebijakan dipandang dalam penertian yang luas merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor.organisasi, prosedur,dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program- program.Menurut Ripley dan Frankin (dalam Winarno 2012:148) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program kebijakan,keuntungan,atau suatu jenis keluaran yang nyata.Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat Pemerintah.Implentasi mencakup tindakan-tindakan

(17)

oleh berbagai aktor,khususnya para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan.

Merilee S Grindle (dalam Winarno 2012:149) Implementasi membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan Pemerintah. Oleh karena itu,tugas implementasi mencakup terbentuknya a policy delivery system,dimana sarana- sarana tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan- tujuan yang diinginkan.

Maka dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan adalah salah satu proses tahapan dari kebijakan publik yang dilakukan oleh Pemerintah untuk melihat sejauh mana program Pemerintah dilaksanakan,apakah telah sesuai dengan maksud dan tujuan awal apakah masih ada bernagai permasalahan atau penhambat dalam penerapan atau pencapaian kebijakan atau program yang dilakukan oleh Pemerintah.Jadi implementasi adalah kegiatan untuk melihat sejauh mana kebijakan dilaksanakan sesuai dengan sasaran awal sebagai upaya penyelesaian masalah di lingkungan sasaran tersebut.

2.3 Model Implementasi Kebijakan

Dalam literatur ilmu kebijakan terdapat beberapa model implementasi kebijakan publik yang lazim dipergunakan. Pada prinsipnya terdapat dua pemilahan jenis teknis atau model implementasi kebijakan. Pemilahan pertama adalah implementasi kebijakan yang berpola “dari atas ke bawah” (top-botom) versus “dari bawah ke atas” (bottom-topper), dan pemilahan implementasi yang berpola paksa (command-and-control), dan mekanisme pasar (economic incentive) (Nugroho, 2003:165). Namun secara umum model implementasi kebijakan yang dikemukakan para ahli lebih dipandang pemilahan yang pertama disebut model top-down dan bottom-up.

(18)

Model top-down berupa pola yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana partisipasi lebih oleh pemerintah, namun pelaksanaannya oleh rakyat. Diantara keduanya ada interaksi pelaksanaan antara pemerintah dengan masyarakat (Nugroho, 2003:167).

2.3.1 Model Merilee S.Grindle

Model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan hasilnya ditentukan oleh implementability (Nugroho, 2008: 445). Menurutnya keberhasilan implementasi kebijakan dapat dilihat dari dua hal, yaitu:

1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan dengan merujuk pada aksi kebijakannya

2. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat dua faktor, yaitu:

a. Dampak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran

dan perubahan yang terjadi

Keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan dari tingkat implemientability kebijakan itu sendiri, yaitu terdiri dari Content of policy dan Context of Policy, Grindle (dalam Agustino, 2008: 168).

1. Content of Policy menurut Grindle adalah

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan, indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaanya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh. Pada poin ini Content of Policy berupaya untuk menunjukkan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan

(19)

dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai. Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d. Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang hendak diimplementasikan.

e. Pelaksana program. Dalam melaksanakan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini harus terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.

f. Sumber-sumber daya yang digunakan. Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang mendukung agar pelaksanannya berjalan dengan baik.

2. Context of Policy menurut Grindle adalah:

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat. Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para aktor guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh dari tujuan yang akan dicapai.

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan mempengaruhi suatu kebijakan.

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal lain yang juga penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana. Maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksanaa dalam menanggapi suatu kebijakan.

Pada pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh isi dan lingkungan, dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dapat diketahui juga apakah isi kebijakan terkait dengan lingkungan implementasi mempengaruhi tingkat perubahan yang diharapkan bisa terjadi.

(20)

Bagan 2.1: Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle (1980)

Sumber: Subarsono, 2005:100.

2.4 Usaha Kecil dan Menengah

Ketentuan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, di mana pengertian UKM adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 sebagai berikut:

1. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.

Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia Tahun 2003, menggambarkan bahwa perusahaan dengan:

(21)

a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga.

b. Perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil

c. Perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau menengah.

d. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, yang mendifenisikan UKM menurut dua kategori, yaitu:

a. Menurut omset. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki aset tetapkurang dari Rp 200 juta dan omset per tahun kurang Rp 1 milyar.

b. Menurut jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memilikitenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang. Industri rumah tangga adalahindustri yang memperkerjakan kurang dari lima orang.

Data di atas menunjukkan pembagian perusahaan di Indonesia dikelompokkan dalam 4 bagian berdasarkan jumlah tenaga kerja. Sesuai dengan data tersebut yang termasuk UKM adalah perusahaan/usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang. Dari segi omset usaha, yang termasuk dalam kelompok UKM adalah kelompok usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp.200.000.000, - dan omset penghasilan pertahun kurang dari 1 Milyar.

2.4.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menegah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan kriteria-kriteria yang tepat mengenai UMKM:

1. Kriteria Usaha Mikro, Ada dua kriteria usaha ini yakni :

a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(22)

2. Kriteria Usaha Kecil . Kriteria usaha ini meliputi:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria Usaha Menengah, yaitu : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

Data di atas menunjukkan pembagian kelompok usaha berdasarkan kriteria jumlah kekayaan bersih yang dimiliki perusahaan (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan jumlah penjualan tahunan perusahaan.

2.4.2 Kebijakan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam UU NO.23 tahun 2014 tentang Otonomi Daerah dinyatakan bahwa pemerintah daerah memiliki hak dan kewajiban dalam mengatur daerahnya, maka dalam hal ini pemerintah daerah Sidikalang yang merupakan daerah otonomi juga mempunyai hak dan kewajiban dalam mengatur daerahnya termasuk dalam hal pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) tersebut yang diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, khususnya dalam pasal 7 ayat 1 sangat jelas dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek :

(23)

1. Pendanaan

Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 8, yakni bahwa aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf a ditujukan untuk :

a) memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;

b) memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

c) memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

d) membantu para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2. Sarana dan Prasarana

Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 9, aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk :

a) mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan

b) memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan Kecil.

3. Informasi Usaha

Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 10, aspek informasi usaha sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf (b) ditujukan untuk :

a) membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan bisnis;

b) mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu;

dan

c) memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atas segala informasi usaha.

(24)

4. Kemitraan

Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 11, aspek kemitraan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk :

a) mewujudkan kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

b) mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;

c) mendorong terjadinyahubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro,Kecil dan Menengah;

d) mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro,Kecil dan Usaha Besar;

e) mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

f) mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan

g) mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorang atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

5. Perizinan Usaha

Aspek perizinan usaha dalam pasal 12 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf e ditujukan untuk :

a) menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan

b) membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.

6. Kesempatan Berusaha

Aspek kesempatan berusaha dalam pasal 13 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf f ditujukan untuk:

a) menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima serta lokasi lainnya;

(25)

b) menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di subsektor perdagangan retail;

c) mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun temurun;

d) menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha Besar dengan syarat harus bekerjasama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

e) melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

f) mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro dan Kecil melalui pengadaan secara langsung;

g) memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja pemerintah dan pemerintan daerah;

h) memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.

7. Promosi Dagang

Aspek promosi dagang dalam pasal 14 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf g, ditujukan untuk:

a) meningkatkan promosi produk Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah di dalam dan di luar negeri;

b) memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk Usaha Mikro, Kecil dan Mennegah di dalam dan di luar negeri;

c) memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri; dan

d) memfasilitasi pemilikan ha katas kekayaan intelektual atas produk dan desan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam kegiatab usaha dalam negeri dan ekspor.

8. Dukungan Kelembagaan

Aspek dukungan kelembagaan dalam pasal 15 sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sebagai bagian

(26)

terpenting dari perekonomian nasional, UKM seharusnya mendapat dukungan serius dari pemerintah. Dukungan ini dapat diwujudkan dalam kebijakan- kebijakan yang lebih berpihak pada UKM, baik kebijakan legalitas maupun keuangan dan kebijakan lain-lain.

2.5 Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum.

Menurut Pranaka (dalam Sedarmayanti. 2003:113) menyatakan bahwa munculnya konsep pemberdayaan pada awalnya menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya. Selanjutnya menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.

Proses Pemberdayaan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu;

(27)

1. Menstimulasi

Stimulasi bertujuan untuk mempermudah para pelaku usaha untuk memperoleh bantuan modal usaha.

2. Mendorong

Dalam hal ini, lebih menekankan pada lahirnya kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mengembangkan UKM yang sudah berdiri.

3. Memotivasi

Pemberian motivasi terhadap pelaku UKM untuk membantu pengembangan UKM seperti pelaksanaan sosaliasi dan pendampingan langsung terhadap pelaku UKM.

Dapat disimpulkan, tujuan utama dari pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang berada dalam kondisi kurang mampu untuk dapat memperkuat usahanya agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dapat menghadapi persaingan perdagangan bebas dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

2.6 Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal.

Oleh karena itu, berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis merumuskan hipotesis kerja: Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Sidikalang meliputi: (1) kepentingan kelompok sasaran; (2) tipe manfaat; (3) derajat perubahan yang diinginkan; (4) letak pengambilan keputusan; (5)

(28)

pelaksanaan program; (6) sumber daya yang dilibatkan; (7) kekuasaan kepentingan dan strategi aktor yang terlibat; (8) karakteristik lembaga dan penguasa; (9) kepatuhan dan daya tanggap.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Adapun alasan digunakannya metode penelitian kualitatif adalah karena peneliti ingin mengetahui dan mendapat informasi secara langsung kepada sumber data yaitu para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) secara alamiah melalui wawancara dan ingin mengetahui apakah peran Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha Mikro telah dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha Mikro.Hal ini akan terjawab dengan lebih jelas apabila dilakukan dengan mewawancarai pihak- pihak yang bersangkutan secara mendalam (indepth interview).

Menurut Sugiyono(2012:9-10) penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci, lebih bersifat deskriptif dimana data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada gambar, lebih menenkankan pada proses dari pada produk atau outcome, melakukan analisis data secara induktif, lebih menekankan makna.

Oleh karena itu,dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari realitas dan menginterpretasi sesuatu fenomena mengenai Implementasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha Mikro di Sidikalang melalui isi dan konteks kebijakan sesuai hipotesis kerja.

(30)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Mikro di Sidikalang Kabupaten Dairi sebagai lembaga instansi pemerintah yang menangani pemerdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM). Peneliti menilai adanya permasalahan yang terdapat di instansi tersebut diantaranya rendahnya pengetahuan masyarakat tentang masalah UKM sebagai akibat dari kurangnya sosialisasi dari instansi terkait dan kurangnya kebijakan-kebijakan yang membantu pelaku UKM untuk memperoleh tambahan modal usaha. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pemecahan rumusan masalah dengan menggunakan teori yang sudah ditentukan oleh peneliti sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang jelas mengenai penelitian ini.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto, 2005:171).

Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang dibahas maka penulis menggunakan tekhnik informan. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Dalam penelitian ini ada dua jenis informan penelitian yaitu :

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki barbagai bentuk informasi pokok yang diperlukan penelitian yang terdiri

(31)

dari Pemerintah di Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha Mikro Sidikalang

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti yang terdiri dari masyarakkat pelaku Usaha Kecil Menenga

Tabel 3.1 Data Sumber Informan Penelitian

No. Infoman Informasi yang Dibutuhkan Jumlah

1. Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Mikro

Bagaimana pemberdayaan Usaha Kecil Menengah ditinjau dari isi kebijakan dan lingkungan implementasi

1

2

Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro

Bagaimana pemberdayaan Usaha Kecil Menengah ditinjau dari isi kebijakan dan lingkungan implementasi

1

3 Seksi Pengawasan Koperas dan Usaha Mikro

Bagaimana pemberdayaan Usaha Kecil Menengah ditinjau dari isi kebijakan dan lingkungan implementasi

1

4 Bagian Perencanna Program dan Pelaporan

Bagaimana pemberdayaan Usaha Kecil Menengah ditinjau dari isi kebijakan dan lingkungan implementasi

1

6 Masyarakat Pelaku UKM

Bagaimana tanggapan masyarakat dan dampak yang dirasakan

10

(32)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

a) Wawancara mendalam,yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan terlibat berdasarkan pedoman wawancara

b) Observasi tidak terstruktur yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi.Dengan demikian,pada observasi ini peneliti harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara:

a) Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian yang terkait dengan objek penelitian berdasarkan pedoman dokumentasi dengan menggunakan pedoman dokumentasi.

(33)

b) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku,literatur,internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. Pada saat pengumpulan data berlangsung, data reduction berupa membuat singkatan, coding, memusatkan tema, membuat batas-batas permasalahan dan menulis memo. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus dari tahap awal sampai akhir penulisan laporan penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuik dapat melihat gambaran secara keseluruhan dari data penelitian.Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas lebih utuh.Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan sisihkan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi,termasuk kesimpulan- kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data reduksi

(34)

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makan dari data yng dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.

4. Triangulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi merupakan upaya untuk menunjukan bukti empirik untuk meningkatkan pemahaman terhadap realitas atau gejala yang ditelitik.Karena itu, sering kali peneliti menemukan kenyataan bahwa data dalam suatu penelian kualitatif bersifat sejalan (consistent) ketika diuji dengan data lain, atau mungkin tidak sejalan (inconsistent), atau bahkan bertolak belakang (contradictory) (Pawito, 2007: 98).

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

 Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

Demikian dalam penulisan hasil penelitian nantinya, penulis dalam menjaga keakuratan informasi atau data yang diperoleh melalui proses

(35)

wawancara, dokumentasi dan pengamatan, maka penulis akan melakukan pembandingan untuk menunjukkan bukti empiric dalam meningkatkan pemahaman terhadap realitas atau gejala yang diteliti, sehingga mengarah pada suatu penarikan kesimpulan penelitian yang benar.

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian yag telah dilaksanakan seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Data yang diperoleh baik dari kegiatan wawancara, dokumentasi maupun observasi akan disajikan dengan teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan informasi maupun data yang diperoleh dari kegiatan wawancara dengan Pegawai Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi sebagai pelaksana program pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan masyarakat sebagai pelaku Usaha Kecil Menengah yang menjadi objek dari implementasi pemberdayaan ini. Selanjutnya data tersebut akan diberikan analisis tentang implementasi pemberdayaan Usaha Kecil Menengah pada Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Mikro Sidikalang.

Dalam melakukan analisis, data yang telah dikumpulkan akan disesuaikan dengan menggunakan teori implementasi dalam hipotesis kerja pada bab sebelumnya melalui beberapa indikator yang terkait dengan implementasi yang akan digunakan oleh penulis sehingga analisis data yang akan dilakukan oleh penulis dapat disajikan secara sistematis.

(37)

4.1 Gambaran Umum dan Geografi Wilayah

Sidikalang adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Dairi.Sidikalang juga merupakan ibukota kabupaten Dairi ini secara Geografis berada di barat laut Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 191.625 Haatau sekitar 2.67%dari luas keseluruhan provinsi sumatera utara (71.680.000 Ha).Kabupaten Dairi secara administratif terdiri dari 15 kecamatan ,dengan 145 kelurahan.Jika ditinjau dari aspek topografis kecamatan sidikalang yang berada di ketinggian 1.066 m dpl tersebut terdiri terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi.keadaan lingkungan yang masih cukup alami dan udara yang sejuk serta jumlah penduduk yang masih seimbang dengan luas wilahyahnya,menjadikan Sidikalang sebagai daerah yang relatif nyaman untuk dihuni.bagi penduduk di Kabupaten Dairi,Sidikalang merupakan kota pusat perdagangan ,pendidikan,kesehatan,dan pelayanan umum lainnya.

4.2 Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

4.2.1 Visi dan Misi Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

Visi dari Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi adalah “mewujudkan tenaga kerja, koperasi dan usaha mikro yang mandiri dan professional”

Misi dari Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi adalah

 Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur

(38)

 Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang terampil dan produktif

 Meningkatkan peluang kesempatan kerja,perluasan kerja dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan

 meningkatkan pembinaan,pengawasan dan pengembangan koperasi dan usaha mikro

4.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketnagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

Sesuai dengan Peraturan Bupati Dairi Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Kedudukan Susunan Organisasi,Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Dairi telah ditetapkan Kedudukan,Tugas dan Fungsi Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha kecil Menengah Kabupaten Daairi sebagai berikut:

Kedudukan

Dinas Ketenagakerjaan,Koperasi dan Usaha Kecil Menengah merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah yang menjadi kewenangan daerah yang dipimpin oleh kepala dinas serta berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris Daerah.

Tugas

Dinas Ketengakerjaan,Koperasi dan Usaha Kecil menengah sebagai mana dimaksud pada ayat (1) ,mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan dibidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah .

(39)

Fungsi

Dinas Ketengakerjaan,Koperasi dan Usaha Kecil menengah dalam melaksanakan tugas sebgaimana dimaksud pada ayat (2),menyelenggarakan fungsi:

a) perumusan kebijakan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah;

b) pelaksanaan kebijakan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah;

c) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah;

d) peelaksanaan administrasi bidang ketenagakerjaan,koperasi dan usaha kecil menengah; dan

e) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(40)

4.2.3 Struktur Organisasi Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sidikalang,2018

KELOMPOK FUNGSIONAL

KEPALA DINAS DAPOT HASUDUNGAN

TAMBA,S.E.M,Si

SEKRETARIS PARDOMUAN SIANTURI,S.P M.Si

KASUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

KRISTINA SITOHANG,S.Sos

KASUBBAG KEUANGAN DAN

ASET LINDAWATY

VERONIKA MALAU,S.E

KASUBBAG PERENCANAAN, PROGRAM DAN PELAPORAN IMELDA SIBURIAN

,S.E

KEPALA BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

SEKSI PELATIHAN DAN PEMAGANGAN

PARDIAMAN SILABAN,S.Sos

SEKSI KELEMBAGAAN PELATIHAN KERJA

ABDIMAR J.TAMBA,S.Sos

SEKSI PENGEMBANGAN

DAN PRODUKTIVITAS FREDDY LORENS SIAHAAN,S.E

KEPALA BIDANG PEMBINAAN,PENEMPATA

N TENAGA KERJADAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

HENDRA IMRAN PURBA,SH

SEKSI PEMBINAAN,PENEMP

ATAN DAN PERLUASAN KERJA

ROSINTA GIRSANG,SH

SEKSI INFORMASI PASAR KERJA YOB TARIGAN

SEKSI HUBUNGAN INDUSTRIAL

ELIANA,SH

KEPALA BIDANG KOPERASI DAN USAHA

MIKRO

YENNI I HASUGIAN S.E,M.Si

SEKSI PEMBERDAYAAN

DAN PENGEMBANGAN

USAHA MIKRO KARMEN SITUMORANG

SEKSI PENGAWASAN,KOPE

RASI DAN USAHA MIKRO JUNIRAMA SITOMPUL

SEKSI PEMBERDAYAAN

DAN PENGEMBANGAN

KOPERASI VORWADISON TUMANGGOR,S.P

KEPALA UPT.BLK EDISON M.T.H

NAIBAHO,S.E

(41)

Tabel 4.1 Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sidikalang Berdasarkan Jenis Usaha

No Bidang Usaha Jumlah

1 PERTANIAN 6406

2 PERDAGANGAN 829

3 INDUSTRI 13

4 PETERNAKAN/PERIKANAN 15

JUMLAH 7.263

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sidikalang, 2018

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah UKM berdasarkan data oleh Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi berjumlah total 7.263 yang terbagi dalam bidang usaha yang beraneka ragam dan jumlah paling banyak yaitu pada sektor pertanian dan sangat berbeda jauh dengan usaha dibidang peternakan/perikanan.

Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan ataupun keadaan seseorang atau kelompok dalam menjalankan usahanya agar lebih berkembang dan berdaya saing. Dalam proses pemberdayaan seseorang atau kelompok dapat dilakukan berbagai upaya seperti proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar lebih mampu dan berkembang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan birokrat/aparatur pemerintah yang berperan sebagai pelaksana dari suatu kebijakan, program maupun kegiatan yang

(42)

tercakup di dalamnya dan memahami dengan baik segala tugas-tugas yang berhubungan dengan pelakasanaan kebijakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Dalam pelaksanaanya Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah telah menjalankan tugas dan fungsinya melakukan berbagai upaya pemberdayaan Usaha Kecil Menengah di Kota Sidikalang dimana penelitian ini di ditetapkan sebelumnya. Salah satunya melalui informan yang telah ditetapkan menyebut dalam implementasi pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi telah melakukan pelatihan akses modal kepada para pelaku UKM di Sidikalang yang telah diimplementasikan dalam pemberdayaan UKM.

Proses pengkajian implementasi kebijakan menurut Merilee S. Grindle memiliki dua variabel yang merupakan faktor untuk mempengaruhi implementasi kebijakan yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Adapun dua variabel tersebut dipaparkan sebagai berikut :

(43)

4.3 Isi Kebijakan

Berdasarkan Peraturan Bupati Dairi Nomor 20 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Dairi telah diatur sebagaimana tugas dan fungsi serta kedudukan Dinas Ketengakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi. Dalam pelaksanaannya, Dinas Ketengakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sidikalang telah melakukan berbagai upaya pemberdayaan Usaha Kecil Menengah diantaranya adalah pelatihan akses modal oleh pelaku UKM ke perbankan. Hal ini membuktikan bahwa masing-masing informan penelitian memahami dan patuh tehadap regulasi yang mengatur berjalannya pelaksanaan pemberdayaan UKM melalui program pelatiahn akses modal.

4.3.1 Kepentingan Kelompok Sasaran

Suatu kebijakan termasuk diantaranya adalah sebuah peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyelesaikan segala permasalahan-permasalahan di tengah masyarakat dan juga masalah di pemerintahan dengan melibatkan kepentingan-kepentingan dari pihak tertentu ataupun pihak terkait pada tahap implementasinya. Kepentingan-kepentingan yang terkait oleh kebijakan tentu saja adalah sasaran dari kebijakan tersebut.

Dalam hal ini, kepentingan berawal dari kepentingan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam hal lain, masyarakatpun memiliki kepentingan untuk meningkatkan taraf hidupnya sendiri. Dengan adanya kepentingan yang saling berkaitan tersebut, pemerintah sebagai pihak yang

(44)

bertanggung jawab dalam memenuhi kepentingan masyarakat menyusun kebijakan-kebijakan untuk memenuhi kepentingan tersebut. Dalam implementasi kebijakan pemenuhan kepentingan tersebut ada kalanya melibatkan pihak lain sebagai mitra dalam implementasi kebijakan tersebut.

Implementasi kebijakan pemerintah dalam mengakomodir kepentingan masyarakat dimana masyarakat bertindak sebagai kelompok sasaran yang menjadi target pelaksanaan berbagai program sebagai dari turunan dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Kepentingan masyarakat sebagai kelompok sasaran adalah untuk meningkatkan taraf hidup kelompok sasaran melalui program pemberdayaan usaha kecil menengah. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan informan Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro yang menyatakan bahwa:

“Pemberdayaan UKM melibatkan banyak pihak diantaranya dinas terkait sebagai pembuat kebijakan, masyarakat sebagai sasaran kebijakan dan pihak ketiga yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan. Jadi sasaran dari kebijakan pemberdayaan UKM adalah masyarakat sebagai pelaku UKM.” (Transkrip Wawancara, halaman 3)

Sejalan dengan Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, hal yang sama disampaikan oleh Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Mikro bahwa yang menjadi sasaran utama dalam pelaksanaan kebijakan pemberdayaan UKM adalah masyarakat pelaku UKM. Disamping itu, dalam pelaksanaan kebijakan sering juga melibatkan pihak ketiga seperti bank sebagai mitra yang menyediakan pinjaman modal usaha bagi pelaku UKM. Jadi disini pemerintah melalui dinas terkait hanya berperan sebagai pembuat kebijakan, pengawas kebijakan dan fasilitator pelaku UKM dalam memperoleh pinjaman modal usaha tersebut. Hal

(45)

itu disampaikan dalam wawancara dengan informan Kepala Bidang Koperasi dan Usaha Mikro yang menyatakan bahwa:

“Jadi yang menjadi sasaran dari kebijakan yang kami buat adalah masyarakat pelaku UKM. Cuma untuk penyediaan modal perbankan juga kami libatkan untuk membantu penyediaan pinjaman modal pelaku UKM. Jadi peran dinas disini yang pertama itu membuat kebijakan apa yang mau kita laksanakan yang berhubungan dengan pemberdayaan UKM, terus kita mengawasi dan terlibat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut seperti pemberian pelatihan dan berbagai sosialisasi pengembangan UKM.” (Transkrip Wawancara, halaman 1)

Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan masyarakat yang menyatakan bahwa:

“Sekitar bulan November tahun lalu, saya pernah ikut program pelatihan akses modal di BLK Sidikalang. Jadi disana kita dilatih bagaimana memperoleh pinjaman modal usaha melalui program peminjaman ke bank, apa-apa saja syarat peminjamannya, jumlah dana yang bisa dipinjam dan ketentuan lainnya.”

(Transkrip Wawancara, halaman 10)

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa masyarakat adalah sebagai sasaran kebijakan pemberdayaan UKM yang dilakukan oleh Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Hal itu tampak dari kegiatan pelatihan akses modal yang dilakukan dinas tersebut bertujuan untuk mempermudah pelaku UKM dalam memperoleh pinjaman modal usaha dari pihak perbankan.

Sesuai dengan pengamatan penulis di lapangan, Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melaksanakan kegiatan sosialisasi pelatihan akses modal bagi para pelaku UKM yang melibatkan pihak perbankan sebagai penyedia pinjaman modal yang akan digunakan para pelaku UKM dalam meningkatkan usahanya. Jadi dalam hal ini tampak peran pemerintah sebagai aktor pembuat kebijakan untuk mempermudah pelaku UKM sebagai sasaran

(46)

kebijakan tersebut dalam memperoleh tambahan modal usaha dari pihak perbankan.

Dalam studi dokumentasi yang dilakukan penulis terhadap Rencana Strategis Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi Tahun 2017-2019 terdapat Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM yang bertujuan untuk meningkatkan sistem pendukung usaha bagi UMKM yang menghabiskan dana anggaran sebesar Rp 485.000.000,-. Hal itu menunjukkan sasaran dari program tersebut adalah meningkatkan sistem pendukung usaha bagi masyarakat pelaku UKM. Dari besaran biaya yang dianggarkan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat pelaku UKM-lah sasaran utama dari kebijakan pemberdayaan UKM di Sidikalang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, pengamatan langsung dan studi kepustakaan yang dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa sasaran utama dalam implementasi kebijakan pemberdayaan UKM pada Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah masyarakat pelaku UKM. Kepentingan para pelaku UKM adalah memiliki usaha yang berbasis Usaha Kecil Menengah dan memiliki status hukum yang jelas serta dapat menjalankan usaha yang berdaya saing melalui bantuan dan pendampingan oleh pemerintah.

(47)

4.3.2 Tipe Manfaat

Pada poin ini Content of Policyisi kebijakan menurut Merilee S Grindle berupaya untuk menunjukkan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

Manfaat yang dihasilkan tersebut bukanlah manfaat tunggal sebagai tujuan kebijakan namun memberikan manfaat lintas sektor. Manfaat lintas sektor tersebut merupakan dampak positif yang dialami suatu sektor sebagai akibat dari manfaat yang dialami sektor lain sehingga banyak pelaku yang mengalami manfaat dari kebijakan tersebut.

Sebuah kebijakan yang jelas, yang memberikan manfaat yang aktual kepada banyak pelaku lebih mudah di implementasikan dibanding dengan kebijakan yang kurang bermanfaat. Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik itu program, peraturan atau perundang-undangan sebagai landasan hukumnya harus dapat memberikan hasil yang bermanfaat dan berdampak positif serta dapat merubah ke arah yang lebih baik dari hasil pengimplementasiannya.

Dalam konteks implementasi kebijakan pemberdayaan UKM, manfaat yang ingin dihasilkan tidak hanya untuk pelaku UKM tetapi juga harus berdampak kepada sektor lain seperti penyerapan tenaga kerja, pengembangan ekonomi masyarakat secara keseluruhan maupun penyediaan barang yang menjadi kebutuhan masyarakat sebagai hasil dari kegiatan UKM. Dengan adanya manfaat lintas sektor tersebut, implementasi kebijakan pemberdayaan UKM layak disebut sebagai kebijakan yang berdampak positif secara menyeluruh terhadap kehidupan masyarakat.

Gambar

Tabel 3.1 Data Sumber Informan Penelitian
Tabel 4.1 Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sidikalang  Berdasarkan Jenis Usaha
Gambar 4.1 Ruang Seminar
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Dinas Ketenagakerjaan Koperasi dan                        Usaha Kecil Menengah Kabupaten Dairi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirabbil aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Berdasarkan dari hasil observasi di lapangan, wawancara beberapa informan dan studi dokumentasi di Kelurahan Takalar Lama, penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa

Setelah melakukan analisis dan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu mengupayakan pengembangan E- Government

Berdasarkan dari hasil observasi di lapangan, wawancara beberapa informan dan studi dokumentasi di Kelurahan Takalar Lama, penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa

Sumber Data Primer Yaitu data yang diperoleh dari sumber informasi atau informan penelitian melalui wawancara mengenai Efektivitas Pelaksanaan Program Pengembangan UMKM di

Berdasarkan analisa dan pembahasan maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa prosedur penyimpanan surat masuk dilakukan oleh pihak Dinas Perindustrian,

Dari hasil wawancara di atas penulis melihat bahwa peralatan produksi pengusaha bisa dikatan sudah baik dan dapat digunakan dalam memproduksi produk kulit,

Dari hasil wawancara di atas penulis melihat bahwa peralatan produksi pengusaha bisa dikatan sudah baik dan dapat digunakan dalam memproduksi produk kulit,