Penggunaan RADAR bagi Kepentingan Pertahanan Udara
TERHADAP RADAR
a. Pengaruh perkembangan teknologi komputer memberikan dampak revolusioner terhadap kemajuan teknologi sistem Radar. Dengan adanya perkembangan komputer, terjadi perubahan “State of the Art” dari sistem Radar. Ini berarti sistem Radar
sebelum sentuhan komputer sangat berbeda jauh bila dibandingkan dengan Radar dengan sentuhan komputer. Perbedaan ini terletak pada hal-hal sebagai berikut :
• Kemampuan ECCM (Electronics Counter-
Counter Measures) atau pencegahan perlawanan
elektronika.
• Kemampuan pengendalian pemancaran dengan menggunakan Mode yang berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya dan kepentingan operasional seperti Early Warning (pancaran sejauh-jauhnya), Moving Target Indicator ( MTI)
dll.
• System design indicator / Present Position
Indicator (PPI).
• Sistem pemrosesan signal.
• Aplikasi Software untuk pengendalian intersepsi lebih efektif dan efisien.
• Penggunaan Software untuk kepentingan simulasi latihan awak Radar apakah Radar Operator maupun GCI Controller.
• Teknologi antena pun terjadi suatu proses
“anomali” yaitu proses yang sangat luar biasa
dikaitkan dengan kepentingan militer. “Array
Antena” yang merupakan antena kuno, disulap
menjadi antena modern (Planar Arry Antena) dengan perbaikan kharakteristik sebagai berikut :
a)Side Lobes Suppression, dalam rangka
meningkatkan “Surviveability” Radar dalam pengaruh ECM lawan.
b)Antena tidak perlu digerakkan baik secara vertikal maupun horizontal, karena sudah terjadi
“Scanning Beam” secara elektronik. Dengan
demikian kesalahan karena kecepatan angin pada antena sudah tidak berlaku lagi (terutama untuk
Radar kapal laut).
4. PERUNTUKAN RADAR
Peruntukan Radar bagi kepentingan komersial digunakan untuk transportasi udara dan laut terutamanya untuk keselamatan penerbangan dan pelayaran serta kepentingan lainnya terkait dengan kesejahteraan dan keamanan diantaranya untuk :
• Air Traffic Control Radar.
• Ground Control Approach Radar.
• Navigation Radar.
• Ground Mapping Radar.
• Terrain Following and Terrain Avordance
Radar.
• Weather Radar dll.
Sedangkan untuk kepentingan Militer. digunakan untuk : • GCI/EW Radar • Navigation Radar. • Surveillance Radar. • Acquisition Radar. • Tracking Radar. • Homing Radar.
• Airborne Interception Radar.
4.1 Penggunaan Radar Dalam Sistem Pertahanan
Udara
a. Radar di dalam sistem pertahanan udara memegang peranan yang sangat menentukan. Radar bertindak sebagai mata dan telinga sistem pertahanan udara yang berfungsi sebagai; alat peringatan dini tentang adanya sasaran udara yang bermusuhan, alat pengendali satuan buru sergap dan satuan peluru kendali anti pesawat terbang serta alat koordinasi tempur dalam melaksanakan fungsi pertempuran. Mengingat pentingnya fungsi Radar dalam sistem pertahanan udara ini, maka Radar akan merupakan sasaran pertama dan utama yang harus dihancurkan/dilumpuhkan oleh pihak penyerang.
b. Pengoperasian Radar di lingkungan TNI dilaksanakan oleh Kohanudnas guna mendukung tugas kohanudnas sebagai penyelenggara upaya pertahanan keamanan terpadu atas wilayah udara nasional secara mandiri ataupun bekerja sama dengan Komando Utama Operasional lainnya dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan keutuhan serta kepentingan lainnya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan melaksanakan fungsi
• Operasi Pertahanan Udara. Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk mengamati wilayah udara nasional, memberikan peringatan dini, mencegah dan menindak setiap bentuk ancaman udara serta menanggulangi akibat serangan udara lawan.
• Tempur Udara. Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan mengenai pertempuran udara yang dilaksanakan oleh unsur Tempur Sergap dan Radar terhadap lawan udara.
• Patroli Udara Tempur/CAP (Combat Air Patrol).
Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Tempur untuk melindungi wilayah, posisi dan obyek vital nasional terhadap ancaman serangan udara lawan.
• Perlindungan Udara. Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan yang dilaksnakan oleh unsur Radar Hanud dan Unsur Tempur Sergap untuk melindungi pesawat, kapal laut/KRI dan ke satuan darat kawan terhadap ancaman serangan udara lawan.
4.2 Penataan Sistem dan Site Radar
a. Sistem Radar dibentuk dengan menempatkan beberapa Radar dimedan operasi. Pembentukan sistem Radar ditujukan untuk pelaksanaan operasi
Radar itu sendiri dan peningkatan “surviveability”
terhadap serangan udara lawan dan terhadap ECM
lawan. Dalam membentuk sistem Radar harus diperhatikan “Overlapping” antara Radar-Radar yang bertetangga dan ketinggian dimana lawan akan menyerang.
b. Penataan Site Radar ditujukan agar Radar memiliki
“surviveability” yang tinggi terhadap serangan udara lawan. Apabila musuh berhasil mengebom Site
Radar kita, harus diupayakan agar kerusakan yang
diperoleh menjadi sedikit mungkin. Upaya ini dilaksanakan dengan penataan Site Radar secara
engineering sebagai berikut :
• Hanya sistem antena yang muncul kepermukaan. Sistem lainnya ada di dalam tanah.
• Jarak antar kabin sejauh mungkin, melebihi
“Minimum Safe Distance” sebuah bom/rudal anti
Radar.
• Site Radar agar disamarkan.
• Selalu ada cadangan Site Radar, yang berarti bahwa ada site dimasa damai dan ada site di masa perang.
• Site Radar dipilih sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kemampuan operasi Radar.
5. PERKEMBANGAN JENIS RADAR YANG PERNAH DAN MASIH DIOPERASIKAN
KOHAHUDNAS
Dalam upaya menciptakan ketahanan Nasional khususnya mempertahankan wilayah udara, Negara Kesatuan Republik Indonesia telah banyak bekerja sama dengan negara-negara maju lainnya.
Setelah masa Perang Dunia II, atas kepentingan bersama Polandia membangun beberapa station Radar
di wilayah Jawa dan Sumatra (waktu itu prioritas hanya untuk mempertahankan wilayah udara Jawa dan Sumatra) dan disusul di wilayah Indonesia Timur. Demikian pula hubungan dengan Rusia pada era tahun 1960-an juga berdampak pada pemenuhan kebutuhan Alutsista pesawat maupun Radar yang menjadikan Indonesia disegani di kawasan Asia karena kekuatan udaranya. Setelah kemerdekaan, ada beberapa Radar
yang masih beroperasi (Plessey AWS II). Berbagai jenis Radar telah dibangun, namun sesuai dengan perkembangan teknologi dan tuntutan kebutuhan, sebagian telah diganti dengan generasi yang lebih maju. Sejak tahun 1962 (secara resmi Kohanudnas dibentuk), seluruh Radar yang tergelar di wilayah Indonesia beroperasi di bawah komando Kohanudnas. Jenis Radar yang pernah dan masih digelar di wilayah Indonesia adalah :
• Radar Type NYSA – A dan NYSA – B
(Polandia tahun 1960). Lokasi penempatannya
adalah di Jakarta (JKT), Cikarang (CKR), Cibalimbing (CBL), Morotai (MRT), Ambon (ABN), Supadio (SPA), Makassar (MKS), Bula/Seram (BLL), Biak (BIK), Medan (MDN), Ploso (PLO), Ranai (RNI).
• Radar Type P – 30 (Rusia tahun 1961). Lokasi
penempatannya adalah di Palembang (PLB), Pekanbaru (PBU), Tanjung Pandan (TDN), Banjarmasin (BJM), Kalijati (KJT), dan Polek 02 (SLO).
• Radar Type DECCA PLESSEY HF 200
(Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya
sebagian mengganti stasiun yang sudah ada di Ploso (PLO) dan penempatan baru di Tanjung Kait (TKT).
• Radar Type DECCA PLESSEY FR (Inggris
tahun 1962). Lokasi penempatannya sebagian
mengganti starion yang sudah ada di Ploso (PLO) dan penempatan baru di Cisalak (CSL). Fungsi
Radar ini untuk membantu penerbang
menemukan landasan pacu yang di tuju (fighter recovery).
• Radar Type DECCA PLESSEY HYDRA
(Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya
menyempurnakan kondisi Radar di Tanjungkait (TKT).
• Radar Type DECCA PLESSEY LC (Inggris
tahun 1962). Lokasi penempatannya di
Pemalang (PML) dan penempatan baru di Ngiyep (NLI).
• Radar Type THOMSON THD – 047 (CSF
Perancis tahun 1978). Lokasi penempatannya
di Tanjung Pinang (TPI).
• h. Radar Type THOMSON TRS – 2215 (CSF
Perancis tahun 1981). Lokasi penempatannya
di Ranai (RNI), Kupang (KPN), Dumai (DMI) Lhokseumawe (LSE).
• Radar Type THOMSON TRS 2215 D (CSF
Perancis tahun 1986). Lokasi penempatannya
di Cibalimbing (CBL), Sabang (SBG), dan Sibolga (SBG).
• Radar Type THOMSON TRS – 2230 (CSF
Perancis tahun 1987). Lokasi penempatannya di
Tanjungkait (TKT).
• Radar Type Plessey AR – 325 Commander
(Inggris tahun 1991). Lokasi penempatannya di
Tarakan (TRK), Balikpapan (BPP) dan Kwandang (KWD). Meski masih menggunakan sistem tabung (TWT), sistem yang digunakan lebih praktis, sehingga tidak memerlukan pembesaran power secara bertingkat seperti yang digunakan
Thomson TRS 2230 (CFA I dan CFA II).
• Radar Type MASTER – T (Thales Perancis
tahun 2005). Lokasi penempatannya di Biak
(BIK) dan Tanjung Pinang (TPI). Radar type ini sudah menggunakan full solid state, sistem yang digunakan lebih simple tanpa mengurangi kemampuan deteksi Radar itu sendiri. Dengan menggunakan sistem modul, proses pemeliharaan dapat dilaksanakan lebih mudah.
Pada umumnya untuk Radar-Radar lama mampu menangkap sasaran sejauh 120 NM. Namun hasil penangkapannya masih berupa informasi plot dalam bentuk RAW video yang sangat sederhana, deteksi lebih diutamakan pada arah datangnya ancaman saja. Pengukuran jarak dan ketinggian belum tersedia, dan dilaksanakan secara manual. Sementara kemampuan Radar-Radar baru dapat menangkap sasaran sampai 240 NM (SSR) dan 180
NM sampai dengan 250 NM (PSR tergantung mode
yang dioperasikan), sudah menyajikan pengolahan sasaran dalam bentuk sintetic yang dilengkapi dengan
bearing, range dan altitude secara otomatis.
Penyediaan sarana untuk melaksanakan self
maintenance, penyediaan BITE (Built In Test
Equipment), random mode operational dan sarana
gahwanika mulai dilengkapi. Dengan adanya teknologi komputer dalam sistem Radar, maka hampir seluruh Radar generasi tahun 80-an ke atas sudah dapat diintegrasikan ke Pusat Operasi Pertahanan Udara baik di SOC/Posek maupun ADOC/Popunas dengan menggunakan jaringan SBM/K3I dan VPNIP. Bahkan Sejak Tahun 1995 dimulai Riset antara ITS Surabaya dan personel Radar Kohanudnas untuk mengetahui protokol Radar guna mengintegrasikan
Radar-Radar sipil dan Militer dan pada tahun 2001
telah berhasil membuat/dibangun sistem TDAS (Transmission Data Air Situation), sehingga Radar
sipil maupun militer dapat diintegrasikan di Popunas dan secara real time, seluruh tangkapan Radar dapat dimonitor dengan menggunakan sistem ini.
5.1 Kerjasama Sipil - Militer dalam Bidang Radar
Dimulainya kerjasama ITS dan TNI AU pada
Tahun 1995-an karena adanya kesulitan untuk
mengintegrasikan dua Radar antara Radar Plessey
yang dibuat Inggris dan Radar Thomson buatan Perancis karena masing-masing pihak bertahan untuk kepentingan bisnisnya. Sehingga TNI AU/Kohnudnas berinisiatif untuk mengadakan riset dengan melibatkan ITS Surabaya dan Ahli Radar
Kohanudnas untuk mengetahui bagaimana informasi situasi udara tergambar dalam data Radar, dan bagaimana “percakapan” (atau dikenal Protokol) antara peralatan Radar dan pemrosesnya saling berkomunikasi. Berkat ketekunan para peneliti muda ITS Surabaya perlahan tapi pasti mulai dapat menemukan kandungan informasi penting dalam data
Radar seperti identitas pesawat, posisi, kecepatan dan arah pergerakan pesawat yang kemudian dinamakan sistem TDAS (Transmission Data Air Situation). TDAS merupakan suatu sarana yang terdiri dari piranti lunak dan keras yang dapat dipergunakan sebagai media/monitor untuk menampilkan situasi wilayah udara dalam Coverage Radar tertentu secara real time. Dengan menggunakan sarana ini semua data hasil deteksi Radar baik sipil maupun militer dapat ditampilkan di Posek-Posek dan Popunas. Saluran yang digunakan untuk transmission adalah saluran SBM K3I, VPNIP/Lease Chanel. Secara singkat manfaat TDAS adalah sebagai berikut :
• Dapat menampilkan situasi udara suatu wilayah di luar jangkauan Radar militer dengan bantuan
Radar-Radar sipil yang digelar di seluruh
Indonesia secara real time.
• Memperpendek/mempermudah proses identifikasi electronik dengan bantuan korelasi dari MCC.
• Hasil deteksi Radar ditampilkan dalam real time, memungkinkan setiap pergerakan di udara dapat dipantau oleh Posek di masing-masing Sector
Operation Centre (SOC) sekaligus dapat di
identifikasi jenis serta tujuan pergerakan tersebut.
• Membantu liputan daerah-daerah yang tidak terliput oleh Radar TNI AU dan memperpanjang jarak jangkau Radar militer.
• Sebagai sarana alternatif pengendalian pesawat tempur menuju sasaran, apabila terjadi kerusakan atau malfunction pada Radar militer.
5.2 Penggunaan Radar dalam Operasi TNI
AU
Sejak awal tahun 1962, banyak operasi yang dilaksakan dengan melibatkan kekuatan pesawat terbang, baik pesawat angkut maupun pesawat tempur. Dengan demikian secara otomatis seluruh Satuan
Radar yang dapat mengcover pergerakan operasi
tersebut terlibat. Operasi Radar yang pada awalnya hanya untuk mendeteksi arah datangnya musuh, meningkat menjadi sarana untuk penuntunan penyergapan, penghancuran dan penyelamatan. Operasi yang melibatkan satuan Radar secara langsung antara lain :
• Operasi Tumpas. Merupakan penuntunan pesawat C-130 Hercules dan AN-12 Antonov dalam rangka memulangkan seluruh personil dari Pangkalan Udara Hasanuddin menuju Pangkalan Udara Husein Sastranegara.
• Operasi Garuda (15 Mei 1962). Merupakan
operasi penuntunan serta fighter recovery
pesawat-pesawat Dakota, B-25 Mitchell, Albatros, dan P–51 Mustang, misi operasi adalah penerjunan ke daerah Kaimana, Fakfak dan
Sorong. • Operasi Pemulihan Timor Timur. Merupakan operasi pengamatan udara yang dipusatkan di atas wilayah udara Timor Timur dalam rangka ikut mengamankan proses disintegrasi.
• Operasi Serigala (17-19 Mei 1962).
Merupakan operasi penuntunan Pesawat Dacota yang menerjunkan sebanyak 39 personil PGT di Sorong dan sekitarnya serta penuntunan C-130 Hercules yang menerjunkan 84 personil di Sorong-Teminabuan
• Operasi Sepanjang Tahun. Merupakan operasi
pengamatan udara di seluruh wilayah udara nasional yang dilaksanakan oleh satuan–satuan
Radar dalam rangka mendeteksi setiap ancaman
melalui wahana udara yang memasuki wilayah Indonesia sepanjang tahun.
• Operasi Naga (26 Juni 1962). Merupakan
penuntunan 3 buah pesawat C-130 Hercules dari Halim Perdana Kusuma menuju Merauke yang
menerjunkan 210 personil dan 8400 kg logistik. • Operasi Gabungan Terkoordinasi. Merupakan operasi pengamatan pertahanan udara yang diawali deteksi, identifikasi dan penindakan sasaran secara terkoordinasi dan terpadu dengan negara tetangga.
• Operasi Gurita (26-29 Juni 1962). Merupakan
operasi penuntunan pesawat pengintai dari serangan kekuatan udara Belanda dan sekaligus sebagai perlindungan dalam operasi Badar Lumut.
• Operasi Siaga. Disiapkan untuk menghadapi
serangan belanda Pesawat yang akan diarahkan adalah TU-16, TU-16 KS, IL-28, Mig-17, P-51 Mustang, B-25 Mitchell, B-26, Dacota, C-130 Hercules, UF-1, PBY-5ª, MI-4 dan OTTER.
6. PENUTUP
• Operasi Kilat (Januari 3 Februari 1965).
Penuntunan penyerangan, pemboman dan perlindungan daerah yang dikuasai oleh pemberontak Kahar Muzakar dengan menggunakan pesawat pembom taktis B-25, IL- 28, MI-4H-202 dan 5 buah C-130 Hercules.
Demikian naskah tentang Penggunaan Radar
Bagi Kepentingan Pertahanan Udara dibuat dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi peserta seminar sekalian.