• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari dalam (Internal) Pasar Modal

PRAKTEK TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI PASAR MODAL

A. Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari dalam (Internal) Pasar Modal

Pasar Modal. Tindak pidana di pasar modal terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu : tindak pidana yang berasal dari dalam pasar modal itu sendiri dan tindak pidana yang berasal dari luar pasar modal.

A. Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari dalam (Internal) Pasar Modal

Tindak pidana pencucian uang yang berasal dari dalam (internal) pasar modal terbagi 2 (dua), yaitu : penipuan dan manipulasi pasar. Penipuan dalam pasar modal, menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 90 huruf c adalah :

”membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek”.

Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan yang menjadi nasabahnya.58 Fakta material sebagai salah satu tujuan dari prinsip keterbukaan.

Larangan ini ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tidak terlepas dari jerat pasal ini.

58

Bagi kalangan tertentu yang mempunyai kemampuan dan fasilitas teknologi yang dengan itu semua mereka dapat melakukan penipuan pun tidak lepas dari pasal ini. BAPEPAM-LK dan PT. Bursa Efek Jakarta selaku regulator dan pengelola kegiatan perdagangan pasar modal harus mampu menjaga kredibilitas pasar modal Indonesia. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan Efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang terjadi dalam rangka Penawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik.

Berkaitan dengan pengertian tipu muslihat atau rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.

Selain penipuan, dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dikenal pula suatu bentuk tindak pidana lain, yaitu manipulasi pasar. Secara sederhana manipulasi pasar adalah kegiatan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek atau memberi pernyataan, atau keterangan yang tidak benar atau menyesatkan sehingga harga Efek di bursa terpengaruh. Ketentuan tentang manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91, 92, dan 93 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Menurut R. J. Shook dan Robert L. Shook dalam The Wall Street Direct Dictionary, manipulasi pasar adalah59 :

The illegal buying or selling of security to create the false impression that active trading exist in an effort to convince other people to buy more shares or sell the ones they own. Manipulation is done to influence prices so the person doing the manipulating can achieve a more advantegeous market”.

False Impression tersebut mendorong pihak lain melakukan tindakan jual atau beli suatu efek pada tingkat harga yang diinginkan manipulator. Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu antara lain adalah transaksi Efek yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual atau beli Efek pada harga tertentu dimana Pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan Pihak Lain yang melakukan penawaran beli atau jual Efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain adalah untuk meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan harga efek.

Beberapa pola manipulasi pasar diantaranya60 :

a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di Bursa Efek (false information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa Emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya jatuh tajam di Bursa.

b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap (misinformation). Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa

59

R. J. Shook dan Robert L. Shook, The Wall Street Direct Dictionary, hal. 234. 60

Emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal Emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.

Dalam praktek perdagangan Efek dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu61 : marking the close; painting the tape; pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, dan akuisisi; cornering the market; pools; wash sales; dan insider trading (perdagangan orang dalam).

Selain bentuk tindak kejahatan di atas, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, mengkategorikan sejumlah tindakan lain di bidang pasar modal sebagai tindakan kejahatan yang diancam pidana, yaitu62 :

1. Setiap pihak yang tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran melakukan kegiatan di bidang pasar modal sebagai :

a. Lembaga Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

b. Perseroan Reksa Dana. c. Perusahaan Efek. d. Penasihat Investasi.

e. Penyelenggara Jasa Kustodian. f. Biro Administrasi Efek. g. Wali Amanat.

h. Profesi Penunjang Pasar Modal, seperti Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris, dan Profesi Lain yang ditetapkan Pemerintah.

61

Ibid.

62

2. Manajer Investasi dan Pihak terafiliasi yang menerima imbalan dari pihak lain dalam bentuk apapun, langsung maupun tidak untuk melakukan pembelian atau penjualan efek;

3. Emiten atau Perusahaan Publik melakukan penawaran umum namun tidak menyampaikan pernyataan pendaftaran atau pernyataan pendaftarannya belum dinyatakan efektif oleh BAPEPAM-LK (Pasal 70, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal);

4. Siapa saja yang melakukan penipuan, menyesatkan BAPEPAM-LK, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari BAPEPAM-LK (Pasal 107, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal);

5. Pihak yang langsung atau tidak mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pelanggaran pasal-pasal Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diancam pidana seperti ditentukan dalam Pasal 103, 104, 105, 106, 107. (Pasal 108, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal); Setiap pelaku kejahatan atau tindakan lain yang dikualifikasikan sebagai kejahatan di bidang pasar modal, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengancam pidana penjara selama 3 (tiga) sampai 10 (sepuluh) tahun dan

denda sebanyak Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) sampai Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah). 63 Bila dibandingkan dengan KUHP

63

Pasal 378, ancaman hukumannya paling lama adalah 4 (empat) tahun penjara bagi mereka yang terbukti melakukan penipuan. Sedanagkan dalam KUHP Pasal 390, ancaman hukumannya adalah paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan penjara.

Dalam KUHP Pasal 378 disebutkan bahwa :

”Penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan hukum, mamakai nama palsu atau martabat palsu, tipu muslihat, rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang”.

Dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam KUHP, Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun di luar bursa efek atas efek Emiten atau Perusahaan Publik.64

Dari pengertian Penyedia Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, beberapa di antaranya merupakan lembaga yang melakukan kegiatan di pasar modal seperti perusahaan efek, pengelola reksa dana, kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Sebagai lembaga yang termasuk dalam kategori Penyedia Jasa Keuangan, lembaga-lembaga

64

ini mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dalam hal mendapatkan kondisi berikut65 :

a. Transaksi Keuangan Mencurigakan;

b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/atau

c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.

Dalam hubungannya dengan kewajiban pelaporan perusahaan efek kepada PPATK, hal yang dilaporkan pada dasarnya adalah : a) mengetahui latar belakang, keadaan keuangan, dan tujuan investasi nasabahnya; dan b) membuat dan menyimpan catatan dengan baik mengenai pesanan, transaksi dan kondisi keuangannya.66 Selain itu, terhadap Perusahaan Efek, Pengelola Reksa Dana, dan Bank Kustodian, Wali Amanat, dan Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan, berdasarkan ketentuan Peraturan BAPEPAM No. V.D.10, kewajiban untuk menyampaikan laporan tersebut lebih difokuskan terhadap transaksi yang mencurigakan. Adapun contoh-contoh transaksi keuangan yang mencurigakan dalam pasar modal diantaranya67 :

1. Transfer dana tanpa disertai informasi yang jelas mengenai identitas pengirim atau penyetor dana tersebut;

65

Pasal 23 ayat (1), Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Op.cit.

66

Pasal 36, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit.

67

Robinson Simbolon, “Mewaspadai Pencucian Uang Melalui Pasar Modal, dalam Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, No. 3, (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003), hal. 55.

2. Transfer dana, terutama dari luar negeri, untuk tujuan investasi tetapi jumlah investasinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dana yang ditransfer tersebut;

3. Keputusan investasi yang tidak memperhatikan pertimbangan ekonomis (misalnya menyimpan dana yang besar dalam rekening pasar uang);

4. Nasabah yang mempunyai beberapa rekening atau yang mempunyai rekening atas nama pihak lain yang tidak mempunyai hubungan bisnis atau alasan yang tepat lainnya dengan nasabah;

5. Adanya aliran dana yang masuk ke dalam rekening nasabah yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan atau sumber penghasilan nasabah;

6. Nasabah yang memperlihatkan kehati-hatian yang berlebihan terutama terhadap kerahasiaan identitas atau kegiatan usahanya, atau nasabah yang menunda-nunda untuk memberikan informasi dan dokumen pendukung mengenai identitasnya;

7. Nasabah yang tidak memperhitungkan resiko dalam berinvestasi termasuk biaya-biaya yang timbul dalam berinvestasi;

8. Nasabah yang berasal dari atau yang mempunyai rekening di Negara yang dikenal sebagai tempat pencucian uang atas Negara yang kerahasiaan banknya sangat ketat;

9. Adanya transfer dana ke dalam suatu rekening yang sangat tinggi secara tiba- tiba padahal sebelumnya rekening tersebut tergolong tidak aktif;

10.Pembayaran transaksi melalui uang tunai, transfer dari rekening atas nama pihak lain, cek atas nama pihak lain, atau bentuk pembayaran lain yang sejenis dalam jumlah yang besar; dan

11.Adanya frekuensi transaksi pada rekening nasabah yang sangat tinggi tetapi frekuensi transaksi efeknya sangat sedikit.

B. Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari luar (Eksternal) Pasar