• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Tinjauan Tentang Emotional Branding

a. Pengertian Emotional Branding

Menurut Gobe (2005:15) kata “emosional” memiliki maksud bagaimana

suatu merek menggugah perasaan dan emosi konsumen, bagaimana suatu merek menjadi hidup bagi masyarakat dan membentuk hubungan yang mendalam dan tahan lama. Rizal A. Hidayat (www.fliseorivera.wordpress.com) menyatakan

bahwa emotional branding adalah sarana yang kuat dan berguna ketika

diaplikasikan dengan benar sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan pelayanan produk dan membantu membangun ikatan yang kuat dengan konsumen.

Menurut Mehdi Raza (www.trcb.com, 23 Februari 2010) ”emotional

branding adalah saluran dimana orang-orang menghubungkan subliminally

dengan perusahaan dan produk mereka dalam suatu cara yang mendalam secara

emosional”. Merek yang memiliki relevansi emosional dalam kehidupan

masyarakat adalah merek yang secara sederhana merespon pada harapan baru pelanggan yang fundamental, dimana masyarakat meyakini dan mempercayai merek yang mereka pilih.

Menurut Gobe (2006: 8) menyatakan bahwa hampir semua emotional

branding memiliki tiga karakter yaitu:

1) Budaya perusahaan yang hebat yang fokus utamanya adalah pada

manusia.

2) Filosofi dan gaya komunikasi yang lain daripada yang lain.

3) Keterikatan emosional yang menarik perhatian konsumen pada apa yang

ditawarkan oleh merek.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian emotional

branding tersebut, dapat disimpulkan bahwa emotional branding adalah sarana dan metodologi untuk menghubungkan produk ke konsumen secara emosional mendalam, yang berfokus pada aspek yang paling menarik dari karakter manusia yaitu keinginan untuk memperoleh kepuasan material dan mengalami pemenuhan emosional.

commit to user b. Empat Pilar Emotional Branding

Menurut Gobe (2005), konsep dasar dari proses Emosional Branding

didasarkan pada empat pilar penting berikut ini:

1) Hubungan

Yaitu menumbuhkan hubungan yang mendalam dan menunjukkan rasa hormat pada jati diri konsumen dan memberikan pengalaman emosional yang benar-benar diinginkan oleh konsumen.

Untuk dapat memberikan pengalaman emosional yang benar-benar diinginkan oleh konsumen suatu perusahaan harus membangun hubungan yang erat dengan konsumen. Perusahaan harus peka dengan perubahan terkini dalam populasi konsumen serta adanya pergeseran hubungan yang krusial dalam tren, sikap dan perilaku konsumen yang mempengaruhi ekspektasi konsumen terhadap suatu merek.

2) Pengalaman Panca Indra

Penelitian menunjukkan bahwa menawarkan suatu pengalaman merek

yang berhubungan dengan panca indra dapat mejadi perangkat branding

merek yang sangat efektif. Menyediakan pengalaman pancaindra dari suatu merek bagi konsumen merupakan kunci untuk mencapai jenis hubungan emosional dengan merek yang menimbulkan hubungan manis serta akan menciptakan preferensi merek dan loyalitas merek.

Pengalaman yang berhubungan dengan panca indera berlangsung dengan cepat, kuat dan mampu mengubah perilaku seseorang. Daya tarik panca indra yang dibangun secara tepat, dapat menciptakan preferensi konsumen yang membedakan suatu merek ditengah-tengah lautan kompetisi komoditas yang saling berkompetisi. Dengan meningkatnya penawaran atas produk-produk yang semakin serupa satu sama lain, elemen panca indra dapat menjadi faktor kunci yang membedakan satu pengalaman merek dengan pengalaman merek lainnya.

3) Imajinasi

Pendekatan imajinatif dalam desain produk, kemasan, toko ritel, iklan dan situs website memungkinkan merek menembus batas atas harapan dan meraih hati konsumen dengan cara yang baru dan segar.

Upaya menghidupkan merek sebagai identitas emosional dapat diraih melalui desain panca indera yang mampu mengekspresikan suatu merek dan menghidupkan inovasi-inovasi melalui desainnya, serta identitas sarat emosi yang menciptakan kepribadian merek yang tidak terlupakan melalui logo sebagai simbol dari persepsi konsumen yang muncul. Dengan demikian upaya-upaya tersebut dapat membangun imajinasi konsumen terhadap suatu merek dengan tepat.

4) Visi

Adalah faktor utama kesuksesan merek dalam jangka panjang. Untuk menciptakan dan memelihara keberadaanya dalam pasar saat ini, merek harus berada dalam kondisi keseimbangan sehingga bisa memperbarui dirinya kembali secara terus-menerus.

Visi merupakan suatu inspirasi untuk berubah. Visi merek yang kuat membantu mengarahkan perusahaan agar berada dalam satu arah merek yang berfokus pada resonansi emosional bagi konsumen.

c. Sepuluh Perintah dalam Emotional Branding

Gobe (2005) menyatakan sepuluh perintah Emotional Branding

mengilustrasikan perbedaan antara konsep kepedulian merek yang tradisional dengan dimensi emosional yang dibutuhkan oleh merek untuk mengekpresikan

merek sehingga dapat disukai. Sepuluh perintah Emotional Branding tersebut

adalah:

1) Dari Konsumen menuju Manusia

Konsumen membeli, manusia hidup. Konsumen sering dianggap

sebagai “musuh” yang harus diserang. Pertempuran ini berlangsung antara

produsen melawan konsumen, tetapi mengapa harus menggunakan taktik ini ketika ada cara yang lebih baik untuk menumbuhkan hasrat pelanggan secara

commit to user

positif tanpa harus berlaku kasar. Hal ini bisa dicapai dengan pendekatan

kemitraan “win-win”yang didasari pada hubungan saling menghormati

2) Dari Produk menuju Pengalaman

Produk memenuhi kebutuhan, pengalaman memenuhi hasrat / sebuah pengalaman berbelanja sehingga mempunyai nilai tambah dan akan bertahan lama dalam memori konsumen sebagai suatu keterkaitan yang dibuat pada tingkatan Yang bukan sekedar memenuhi kebutuhan tetapi merupakan sebuah pengalaman.

3) Dari Kejujuran menuju Kepercayaan

Kejujuran diharapkan, sedangkan kepercayaan bersifat melekat dan intim. Dengan demikian untuk memperolehnya harus diperjuangkan. Kepercayaan adalah salah satu nilai yang sangat penting dari suatu merek dan

membutuhkan usaha yang sungguh–sungguh dari perusahaan. Salah satu

gerakan paling kuat dalam membangun kepercayaan konsumen adalah”no

question asked” (konsumen dapat mengembalikan barang yang dibelinya tanpa syarat apapun)

4) Dari Kualitas menuju Preferensi

Kualitas dengan harga yang tepat merupakan suatu hal yang sudah biasa saat ini, sedangkan preferensi menciptakan penjualan. Preferensi terhadap merek mempunyai hubungan yang riil dengan kesuksesan. Setiap merek tidak dapat dihentikan ketika merek tersebut disukai

5) Dari Kemasyhuran menuju Aspirasi

Jika suatu merek ingin didambakan (tidak hanya dikenal) maka harus mengekspresikan sesuatu yang sesuai dengan aspirasi konsumen.

6) Dari Identitas menuju Kepribadian

Identitas merupakan suatu pengakuan, sedangkan kepribadian adalah mengenai karakter dan karisma. Merek mempunyai suatu karakter yang karismatik yang mendorong suatu respon emosional.

7) Dari Fungsi menuju Perasaan

Fungsionalitas dari suatu produk adalah hanya mengenai kegunaan atau kualitas yang dangkal. Desain pengindraan adalah mengenai pengalaman.

Fungsionalitas dapat menjadi usang jika penampilan dan kegunaannya tidak didesain juga demi pertimbangan perasaan.

8) Dari Ubikuitas menuju Kehadiran

Ubikuitas (keberadaan yang sangat umum) dapat dilihat. Kehadiran emosional dapat dirasakan.

9) Dari Komunikasi menuju Dialog

Komunikasi adalah memberitahu, dan dialog adalah berbagi. Komunikasi dua arah membantu membangun kemitraan yang berharga antara konsumen dengan perusahaan.

10) Dari Pelayanan menuju Hubungan

Pelayanan adalah menjual. Hubungan adalah penghargaan.

Hubungan berarti bahwa orang–orang yang berada di balik merek tersebut

sungguh–sungguh berusaha untuk memahami dan menghargai konsumen

mereka.

Sepuluh perintah dalam Emotional Branding tersebut menunjukkan

elemen-elemen esensial yang diperlukan untuk menciptakan merek emosional yang kuat. Melalui sepuluh perintah tersebut perusahaan dapat menggali kunci-kunci terpenting untuk membantu suatu kerangka kerja serta strategi yang akan

menghasilkan inspirasi dan cara praktis untuk menilai potensi emotional suatu

merek dan mempertajamnya diwilayah-wilayah khusus dimana merek tersebut lemah.

d. Sub Variabel Emotional Branding

Dalam penelitiannya Akari Mutyalestari (2009) menggunakan enam sub

variabel untuk mengukur emotional branding responden, yaitu:

1. Technical Criteria adalah kriteria teknis produk, yang meliputi: a) Desain produk

Desain produk adalah konsep yang lebih besar daripada gaya dimana gaya hanya menggambarkan penampilan produk sedangkan desain produk lebih kepada jantung produk, sehingga desain tidak hanya mempunyai andil dalam penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya.

commit to user

b) Kelengkapan produk dapat diartikan produk tersedia dan tersiapkan dengan baik dan beragam

2. Economic/ Sacrifice Criteria adalah manfaat yang diterima dibandingkan pengeluaran dan pamakaian uang, yang meliputi:

a) Harga produk merupakan sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk. b) Kualitas dan manfaat produk

Kualitas produk adalah salah satu sarana positioning bagi seorang pemasar

karena kualitas berhubungan erat dengan penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan.

c) Keberatan dalam pemakaian uang dapat diartikan sebagai kesediaan untuk membayarkan sejumlah uang untuk suatu produk.

3. Legalistic Criteria adalah pemenuhan produk/jasa terhadap keinginan dan permintaan konsumen, meliputi:

a) Harapan konsumen adalah segala sesuatu yang dinginkan konsumen terhadap suatu produk.

b) Kualitas pelayanan. c) Kelengkapan fitur produk.

Fitur merupakan sarana kompetitif untuk mendiferensiasikan produk perusahaan dari produk pesaing, produsen yang mampu menciptakan tingkat model yang lebih tinggi dengan fitur yang lebih lengkap merupakan salah satu cara paling efektif untuk bersaing.

4. Integrative Criteria adalah kepercayaan sosial, status, visi, fashion produk atau jasa dalam satu lingkungan, yang meliputi:

a) Keamanan atau kepercayaan terhadap produk dimana suatu produk dinyatakan aman dan tidak membahayakan konsumen.

b) Kesesuaian produk adalah kesesuaian antara maksud desain produk dengan penyampaian produk secara aktual guna memenuhi keinginan dan harapan konsumen.

c) Konsep merek

Konsep merek adalah ekspresi tertulis dari positioning suatu produk,

proposition. Konsep yang baik mampu mengungkapkan manfaat yang ada didalam merek maupun produk tersebut.

5. Adaptive Criteria adalahsegala sesuatu yang meminimalisir risiko, meliputi: a) Jaminan penggunaan merek adalah adanya kepastian ketepatan kualitas

produk yang ditawarkan.

b) Kepastian pelayanan adalah adanya kepastian bahwa konsumen akan mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan

c) Penyesalan penggunaan produk dapat diartikan kecewa yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk.

6. Intrinsic Criteria adalah suatu kriteria intrinsik produk yang dilihat dan dirasakan konsumen, meliputi:

a) Bentuk Produk

Bentuk produk merupakan salah satu hal yang dapat menarik minat konsumen. Perusahaan harus selalu berinovasi pada bentuk produknya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dari waktu ke waktu. b) Perasaan yang menunjukkan pada apa yang dirasakan konsumen terhadap

produk yang di konsumsi atau dipakai.

3. Perilaku Konsumen

Dokumen terkait