• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KAJIAN SKEMA AKTANSIAL DAN SKEMA FUNGSIONAL

3.1 Kajian Skema Aktansial

3.1.1 Skema Aktansial Cerpen “Lelaki Tua Tanpa Nama”

3.1.1.1 Tokoh Saya sebagai Subjek dan Penerima

Tokoh saya adalah tokoh utama dalam cerita “Lelaki Tua Tanpa Nama”. Ia menduduki fungsi aktan subjek dan penerima. Tokoh saya sebagai subjek dipengaruhi oleh aktan pengirim berupa rasa kesepian. Rasa kesepian menuntut tokoh saya mencari objek, yaitu penerimaan diri. Apabila tokoh saya berhasil mendapatkan penerimaan diri, secara implisit rasa kesepian menjanjikan sebuah penghargaan kepada aktan penerima, yaitu rasa keramaian (oposisi dari rasa kesepian) yang terkait dengan nilai kebersamaan.

Pada bagian awal, cerita berfokus pada lingkungan tempat tinggal tokoh saya. Lingkungan tersebut mempunyai peran penting dalam pembentukan motif utama cerita. Melalui penjelasan Ny. MacMillan, tokoh saya mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya sangat membatasi segala bentuk interaksi sosial. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan (1), (2).

(1) “Janganlah mengurusi kepentingan orang lain, dan janganlah mempunyai keingin tahu tentang orang lain, inilah pesan Ny. MacMillan setelah menutup ceritanya mengenai kedua tetangganya. Hanya dengan jalan demikian, katanya, kita dapat tenang.” (Darma, 1980: 2)

(2) “Dalam keadaan seperti ini penyesalan mengapa dulu saya menyewa tempat di Fess timbul kembali. Hampir semua orang yang tinggal di kawasan ini sudah tua, hidup sendirian, tanpa teman, dan memang tidak suka berteman.” (Darma, 1980: 13)

Segala pembatasan terhadap bentuk interaksi sosial berdampak langsung terhadap perasaan tokoh saya. Ia merasa terisolasi dari sebuah lingkungan yang mendasarkan interaksinya pada kepentingan semata. Perasaan terisolasi dan perasaan sendiri membuat tokoh saya merasa kesepian. Perasaan kesepian (pengirim) menuntut keberadaan orang lain dalam hidupnya. Tokoh saya

50

(subjek) didorong untuk mendapatkan penerimaan diri (objek) dari orang lain dengan cara melibatkan orang lain dalam sebuah kepentingan tertentu. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan (3) dan (4).

(3) “Untuk memerangi kesepian, kadang-kadang saya membuka-buka buku telepon [...] Akhirnya saya menelepon Marsh, menanyakan apakah dia menjual pisang, atau apel, atau spageti, atau apa saja, yang akhirnya menjengkelkan pemiliknya. Ny. MacMillan pun rupanya tidak senang kalau saya menelepon dengan alasan yang saya ada-adakan. Seperti pemilik toko, rupanya dia juga tahu bahwa sebetulnya saya tidak mempunyai alasan untuk berbicara.” (Darma, 1980: 4) (4) “Akhirnya pada suatu malam hujan saya menelepon Ny. Nolan,

menanyakan apakah saya dapat membantu membersihkan pekarangannya. Ternyata dia bukan hanya heran, tapi juga berang.” (Darma, 1980: 4-5)

Tokoh saya (subjek) yang kesepian mulai merasa penasaran terhadap sosok lelaki tua tanpa nama yang muncul. Ia berharap dapat menemukan penerimaan diri (objek) yang selama ini ia cari pada sosok lelaki tua tersebut. Tokoh saya menulis sebuah surat untuk sang lelaki tua yang ia tujukan ke alamat Ny. Casper selaku pemilik loteng tempat lelaki tua tanpa nama tinggal. Tokoh saya memberikan nomor teleponnya kepada Ny. Casper untuk disampaikan kepada si lelaki tua. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan (5) dan (6).

(5) “John, bagaimana kalau jam setengah dua belas pagi Rabu yang akan datang, kita bertemu di Marsh? Saya tahu kau suka donat. Perkenankanlah kali ini saya mentraktir kau beberapa donat termasuk kopinya.” (Darma, 1980: 9)

(6) “”Baiklah, akan saya beritahu dia. Berapa nomor teleponmu, anak muda? Kalau memang dia berminat, saya anjurkan dia menelepon kau.” (Darma, 1980: 7)

Tokoh saya (subjek) mencoba memberitahukan informasi penting tentang lelaki tua tanpa nama kepada Ny. MacMillan dan Ny. Casper. Ia menilai lelaki

51

tua tanpa nama akan mendatangkan bencana karena memiliki sebuah pestol. Ia juga mengatakan secara asal kepada Ny. MacMillan dan Ny. Nolan tentang sebuah suara tembakan yang berasal dari loteng Ny. Casper.

Apa yang ia lakukan adalah sebuah usaha untuk mencari perhatian orang lain. Ia ingin dianggap penting karena memberitahukan sebuah informasi berharga kepada mereka. Tujuan utamanya adalah mendapatkan penerimaan diri dari orang lain. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan (7) dan (8).

(7) “Karena belum puas, saya terus mendesak, “Ny. Casper maaf atas pertanyaan saya ini. Kalau tidak salah dia memiliki pestol, benarkah ini?”” (Darma, 1980: 10)

(8) “Ketika Ny. MacMillan menanyakan dari mana asalnya, saya juga ragu-ragu. Jelas saya mendengar tembakan, tapi tidak jelas dari mana asalnya. Tapi tokh saya menjawab: Dari loteng Ny. Casper.”” (Darma, 1980: 12)

Peluang tokoh saya (subjek) untuk mengenal lelaki tua tanpa nama tetap terbuka. Tokoh saya (subjek) mendapatkan penggalan-penggalan informasi tentang lelaki tua tanpa nama dari pemilik Toko Marsh dan supir taksi.

Pada bagian akhir, diceritakan peristiwa kematian lelaki tua tanpa nama. Kematiannya disebabkan oleh tembakan Ny. Nolan yang bertubi-tubi. Peristiwa berawal ketika tokoh saya baru saja turun dari taksi melihat Ny. Casper lari ketakutan karena dikejar sosok lelaki tua yang mengacung-acungkan pestol ke arahnya. Sontak tokoh saya mecoba menyelamatkan Ny. Casper dengan cara menubruk lelaki tua itu. Namun, ia gagal. Akhirnya tokoh saya mendapati tubuh lelaki tua tanpa nama berlumuran darah. Ia menangis, menunjukkan rasa penyesalan atas kematian tersebut. Ia merasa sedih dan

52

kehilangan. Baginya, hanya sosok lelaki tua itulah yang bisa menerima keberadaan dirinya secara penuh. Kutipan (9) membuktikan hal tersebut.

(9) “Entah mengapa, saya berlutut dekat laki-laki ini. [...] Dan entah mengapa, saya mengelus-elus kepalanya. Dan ketika saya berusaha mengatupkan mulutnya, ternyata mulut itu kaku bagaikan baja. Dan entah mengapa saya menangis.” (Darma, 1980: 19)

Di sisi lain, Ny. Nolan sebagai pembunuh merasa tidak ingin disalahkan atas peristiwa tersebut. Ny. Nolan mengatakan jika keputusan membunuh lelaki tua ia ambil untuk menyelamatkan nyawa Ny. Casper. Ia menambahkan bahwa lelaki tua tersebut sudah sering mengancam akan membunuhnya. Di depan polisi, Ny. MacMillan dan Ny. Nolan berusaha membela diri. Mereka menyampaikan informasi yang pernah dikatakan oleh tokoh saya sebagai dalih untuk menyelamatkan posisi Ny. Nolan yang terhimpit akibat pembunuhan yang ia lakukan. Kutipan (10) dan (11) menunjukkan bukti tersebut.

(10) “Setelah perempuan itu berbicara, barulah saya sadar, bahwa dia Ny. Nolan. “Sayalah yang membunuh laki-laki jahanam ini,” kata Ny. Nolan dengan nada tidak ingin disalahkan. [...] Ketahuilah, anak muda, sudah berkali-kali laki-laki ini mengancam akan menghabisi nyawa saya.”” (Darma, 1980: 19)

(11) “Baik Ny. Nolan maupun Ny. MacMillan juga memberi tahu polisi, bahwa saya sudah sering melihat laki-laki tua itu memain-mainkan pestolnya, bahkan, demikian kata mereka, saya sudah pernah mendengar laki-laki itu meletupkan pestolnya pada suatu malam. “Jadi tidak mungkin bahwa dia tidak memiliki peluru,” kata Ny. Nolan kepada polisi.” (Darma, 1980: 20)

Di hadapan polisi, Ny. Nolan dan Ny. MacMillan menggunakan informasi yang disampaikan oleh tokoh saya terkait sosok lelaki tua tanpa nama. Mereka berharap dengan adanya penjelasan tersebut dapat membantu Ny.Nolan agar tidak disalahkan. Dengan kata lain, informasi tersebut dibutuhkan oleh mereka.

53

Penggunaan informasi tersebut merupakan bentuk penerimaan diri terhadap kehadiran tokoh saya.

Penerimaan diri terhadap tokoh saya didasarkan pada sebuah kepentingan. Gerak tokoh saya (subjek) untuk mencapai objek (penerimaan diri), telah tercapai. Dan tokoh saya (penerima) berhak untuk tidak merasa kesepian karena telah diterima oleh orang lain. Kutipan (12) dapat membuktikan hal tersebut.

(12) “Baik Ny. Nolan maupun Ny. MacMillan juga memberi tahu polisi, bahwa saya sudah sering melihat laki-laki tua itu memain-mainkan pestolnya, bahkan, demikian kata mereka, saya sudah pernah mendengar laki-laki itu meletupkan pestolnya pada suatu malam. “Jadi tidak mungkin bahwa dia tidak memiliki peluru,” kata Ny. Nolan kepada polisi.” (Darma, 1980: 20)