• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KAJIAN SKEMA AKTANSIAL DAN SKEMA FUNGSIONAL

3.1 Kajian Skema Aktansial

3.1.3 Skema Aktansial Cerpen “Ny. Elberhart”

3.1.3.1 Skema Aktansial Pertama Cerpen “Ny. Elberhart”

3.1.3.1.1 Tokoh Saya sebagai Subjek Dan Penerima

Tokoh saya merupakan tokoh utama dalam cerita “Ny. Elberhart”. Ia menduduki fungsi aktan subjek dan penerima. Tokoh saya sebagai subjek (Pengirim)

 Rasa kesepian  Rasa kasihan  Rasa bersalah

(Penolong)  Rasa kesepian Ny.

Elberhart  Juru rawat  Pegawai kamar rontgen  Pegawai apotik  Keterbukaan Ny. Elberhart  Ny. Elberhart membutuhkan objek pelampiasan (Penentang)  Para tetangga Ny. Elberhart  Kehati-hatian Ny. Elberhart  Kesehatan tokoh saya (Penerima) Tokoh saya (Objek)

Mengenal jati diri Ny. Elberhart

(Subjek) Tokoh saya

74

dipengaruhi oleh aktan pengirim berupa rasa kesepian, rasa kasihan, dan rasa bersalah. Rasa kesepian, rasa kasihan, dan rasa bersalah menuntut tokoh saya untuk mendapatkan objek, yaitu mengenal jati diri Ny. Elberhart. Apabila tokoh saya berhasil mendapatkan jati diri Ny. Elberhart, secara implisit rasa kesepian dan rasa kasihan menjanjikan sebuah penghargaan kepada aktan penerima, yaitu kepuasan batin.

Cerpen berjudul “Ny. Elberhart” diawali dengan adegan tokoh saya yang kesepian (pengirim pertama) merasa tertarik kepada Ny. Elberhart. Ketertarikan berawal dari persitiwa perselisihan Ny. Elberhart dengan tukang pos. Ketertarikan berubah menjadi rasa ingin tahu dan ingin mencampuri kehidupan Ny. Elberhart saat melihat pekarangannya yang kotor. Hal tersebut memunculkan perasaan kasihan di waktu yang hampir bersamaan. Kedua perasaan tadi merupakan buah dari rasa kesepian yang menuntut tokoh saya mengetahui jati diri Ny. Elberhart (objek). Kutipan (58) dan (59) menunjukkan hal itu.

(58) “Memang saya tidak ingin mencampuri urusan Ny. Elberhart dengan tukang pos, tapi peristiwa ini menimbulkan gairah saya untuk mengetahui lebih banyak mengenai dia.” (Darma, 1980: 124) (59) “Makin sering saya melewati jalan ini dan melihat Ny. Elberhart, makin terganggu pikiran saya oleh kekotorannya.” (Darma, 1980: 124)

Tokoh saya yang kesepian (subjek) mulai berusaha melakukan sesuatu terkait dengan kehidupan Ny. Elberhart. Pertama, tokoh saya menelepon tetangga (penentang) untuk meminta mereka menegur Ny. Elberhart karena pekarangannya yang kotor. Namun mereka semua menunjukkan reaksi negatif.

75

Lalu ia mengirimkan surat (penolong) ke koran daerah, walikota, dan terakhir kepada Ny. Elberhart secara langsung mengenai hal yang sama.

(60) “Karena saya harus banyak beristirahat, dan di kantor saya harus menerima tamu dari kota-kota lain, lebih dari sepuluh hari kemudian saya baru mempunyai kesempatan untuk melewati Jalan Jefferson. Pekarangan Ny. Elberhart nampak bersih. Ny. Elberhart sendiri nampak capai, kurus, dan penyakitan.” (Darma, 1980: 128)

Sepuluh hari kemudian, pekarangan Ny. Elberhart telah bersih. Tetapi kekhawatiran mulai muncul dalam benak tokoh saya. Ia menyadari tak pernah lagi melihat tanda-tanda keberadaan Ny. Elberhart di rumahnya. Ia merasa bersalah (pengirim ketiga) jika Ny. Elberhart jatuh sakit setelah membersihkan pekarangannya. Rasa bersalah (pengirim ketiga) bercampur dengan rasa kasihan (pengirim kedua) menuntut tokoh saya mengetahui kondisi Ny. Elberhart (objek). Hal terebut terlihat dalam kutipan (61) dan (62).

(61) “Ternyata Ny. Elberhart tidak pernah nampak lagi. Siang-malam rumahnya tutup. Lampunya juga padam. Kalau dia sakit akibat membersihkan pekaranggannya, celaka saya. Saya berjanji akan menelusur di mana dia kalau sampai dua atau tiga hari lagi dia belum nampak.” (Darma, 1980: 129)

(62) “Akhirnya saya memutuskan untuk menengok Ny. Elberhart, setelah lebih dahulu saya memesan bunga yang bagus dan mahal harganya.” (Darma, 1980: 129)

Keinginan tokoh saya untuk mengenal jati diri Ny. Elberhart (objek) semakin dalam. Tokoh saya menaruh curiga bahwa Ny. Elberhart mengidap penyakit berbahaya. Ia mulai menelusuri kebenaran berdasarkan asumsi-asumsi yang ada. Pertama, tokoh berhasil memancing keterangan dari pegawai kamar rontgen (penolong) mengenai ginjal dan otak Ny. Elberhart yang sudah pernah dipotret puluhan kali. Kedua, melalui pegawai apotik (penolong), ia

76

mendapatkan informasi bahwa obat yang dikonsumsi Ny. Elberhart adalah obat untuk melawan infeksi. Kutipan (63), (64) dan (65) memperkuat argumentasi tersebut.

(63) “Saya menaruh syak bahwa dia mengidap penyakit berat, entah apa. Kalau betul dia memerlukan obat haya untuk menguatkan tubuhnya, maka dia tidak akan minum apa-apa kecuali vitamin.” (Darma, 1980: 131)

(64) “Dari pegawai kamar rontgen saya berhasil memancing keterangan, bahwa ginjal dan otak Ny. Elberhart sudah pernah dipotret puluhan kali” (Darma, 1980: 132)

(65) “Saya bertambah yakin bahwa obat yang diminumnya bukan hanya vitamin atau semacam itu, tapi juga obat untuk melawan infeksi. Keyakinan saya dibenarkan oleh pegawai apotik.” (Darma, 1980: 132)

Tokoh saya tetap berusaha mengenal jati diri Ny. Elberhart di sela-sela kondisi kesehatannya yang menurun (penentang). Rasa kasihan (pengirim kedua) membuat tokoh saya setia mengunjungi dan melayani Ny. Elberhart setelah pulang dari rumah sakit. Akhirnya, Ny. Elberhart bercerita mengenai pribadinya. Kutipan (66), (67), dan (68) menunjukkan hal tersebut.

(66) “Makin membaik kondisi kesehatan Ny. Elberhart, makin meragukan keadaan saya sendiri. Tapi saya masih tetap setia mengunjunginya. Untuk membesarkan hatinya, saya tidak menceritakan keadaan saya.” (Darma, 1980: 134)

(67) “Memang sulit untuk memancing ceritanya, tapi akhirnya saya mengetahui, bahwa hampir saja perkawinannya dengan Carles Elberhart dulu dibatalkan beberapa minggu sebelum mereka kawin. Alasannya Charles menderita cacar. Gara-gara Charles, dia sendiri ikut-ikut terserang cacar.” (Darma, 1980: 134)

(68) “Hubungannya dengan Ny. Meserole juga dia putuskan dengan alasan sama. Kemudian dia bercerita bahwa dia tidak pernah berbelanja pada akhir minggu, karena akhir minggu selalu ramai, dan diantara sekian banyak orang pasti ada yang mengandung penyakit berbahaya.” (Darma, 1980: 135)

77

Setelah mendengar cerita Ny. Elberhart, tokoh saya menyimpulkan beberapa hal. Pertama, Ny. Elberhart ingin melindungi dirinya dengan cara melemparkan kesalahan kepada orang lain (penolong). Kedua, tokoh saya menyimpulkan bahwa Ny. Elberhart ingin dikenang setelah dirinya tiada. Ketiga, tokoh saya yakin jika Ny. Elberhart hanya pura-pura sehat. Hal tersebut diperlihatkan dalam kutipan (69), (70), (71), (72), dan (73).

(69) “Kadang-kadang saya berkesimpulan bahwa dia sudah linglung karena tua. Kadang-kadang saya juga menaruh syak bahwa dia mencurigai saya sebagai seseorang yang mengindap penyakit berbahaya. Sebaliknya, saya juga yakin bahwa dia bersikap pura-pura sehat.” (Darma, 1980: 135)

(70) “Sebagai orang tua, katanya dia tidak takut mati, selama matinya disebabkan oleh umur tua, dan bukan oleh penyakit.” (Darma, 1980: 135)

(71) “Makin lama saya bergaul dengan Ny. Elbehart, makin yakin saya bahwa dia sangat diperbudak oleh egonya. Dia ingin melindungi dirinya dari segala kesalahan dengan jalan melemparkan sumber kesalahan tersebut kepada orang lain.” (Darma, 1980: 135)

(72) “Meskipun dia tidak mau mengatakan terus terang, saya berkesimpulan bahwa dia ingin namanya tetap dikenang setelah dia tidak ada.” (Darma, 1980: 136)

(73) “Sementara itu, saya makin yakin bahwa dia sebetulnya sakit dan pura-pura sehat. Kalau terjadi apa-apa kelak, mungkin dia akan menjadikan saya sebagai kambing hitamnya.” (Darma, 1980: 137)

Hubungan kedua tokoh menjadi semakin dekat. Mereka merasa saling tergantung. Tokoh saya merasa kesepian jika tidak bertemu dengan Ny. Elberhart sedangkan Ny. Elberhart makin tergantung kepada tokoh saya.

Kedekatan hubungan yang terjalin dimanfaatkan dengan baik oleh Ny. Elberhart. Sesuai dengan kecurigaan tokoh saya, Ny. Elberhart membutuhkan seseorang sebagai objek pelampiasan kesalahan (penolong). Ny. Elberhart

78

menyalahkan dan menuduh tokoh saya menyebarkan bibit penyakit kencing kepadanya. Dengan cara tersebut, ia dapat lepas tangan atas kemalangan yang menimpa dirinya. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan (74) dan (75).

(74) “Ketika saya kencing, hampir-hampir saya tidak bisa menahan jerit karena sakit. Untuk menahan siksaan ini, saya mengatupkan mata rapat-rapat. Pada waktu saya membuka mata, tahulah saya bahwa air kencing saya berwarna merah kehitam-hitaman, bagaikan darah matang laiknya. Saya menjerit.” (Darma, 1980: 139)

(75) “Rupanya inilah saat yang dinanti-nantikan oleh Ny. Elberhart. Begitu saya keluar dari kamar mandi dengan jalan terbongkok-bongkok menahan rasa sakit, saya melihat dia duduk di kursi goyang jauh dari kamar mandi, melemparkan pandangan menyalahkan saya. “Sekarang saya tahu dengan pasti, bahwa Andalah yang menyebarkan bibit penyakit kencing ke tubuh saya, anak muda,” katanya.” (Darma, 1980: 139)

Pada hari Rabu pagi, tanpa sengaja tokoh saya dan Ny. Elberhart bertemu di ruang tunggu pemeriksaan. Keduanya saling diam. Di luar dugaan, mereka berdua kembali dipertemukan di suatu ruangan yang sama. Dalam posisi yang bersebelahan Ny. Elberhart mengajukan permohonan maaf kepada tokoh saya. Dia memuji-muji sikap tokoh saya dan mengutuk dirinya sendiri serta merasa menyesal atas sikapnya selama ini. Kutipan (76) menunjukkan hal tersebut.

(76) “Di luar dugaan, dia tersenyum dengan tulus dia mengajukan permohonan maaf andaikata selama ini tindakannya terhadap saya tidak patut. Dia memuji-muji saya sebagai orang muda yang baik hati, ringan tangan, dermawan, dan patut dijadikan teladan. Kemudian dia mengutuk dirinya sendiri sebagai penakut, pengecut, dan tidak bertanggung jawab. Dia menyatakan penyesalannya atas sikapnya selama ini.” (Darma, 1980: 143)

Tokoh saya menyesal karena tidak sempat mengucapkan pemberian maaf dan sekaligus meminta maaf kepada Ny. Elberhart. Akhirnya tokoh saya menjenguk Ny. Elberhart di rumah sakit setelah dirinya terlibat pembicaraan

79

singkat melalui telepon. Sesampainya di rumah sakit, juru rawat melarang tokoh saya untuk menemui Ny. Elberhart. Juru rawat menyampaikan permintaan maaf Ny. Elberhart kepada tokoh saya. Sampai pada suatu hari Ny. Elberhart meninggal dunia. Hal itu diperlihatkan dalam kutipan (77) dan (78).

(77) “Saya menyesal mengapa saya tidak mengucapkan pemberian maaf saya, dan sekaligus minta maaf atas segala kesalahan saya. Bukankah surat gelap saya ikut memainkan peranan dalam menciptakan bencana terhadap dirinya?” (Darma, 1980: 143-144) (78) “Ketika saya datang, saya tidak diberi izin untuk menemuinya. Kata

juru rawat, keadaan Ny. Elberhart mendadak menjadi buruk, karena itu terpaksa dia dipindah ke intensive care unit. “Sebelum dipindah, dia menyampaikan permintaan maaf kepada Anda,” kata juru rawat tersebut.” (Darma, 1980: 145)

Peristiwa permintaan maaf Ny. Elberhart menjadi pembenaran terhadap asumsi-asumsi tokoh saya selama ini. Jawaban yang sama didapatkan dari dokter yang merawat Ny. Elberhart bahwa Ny. Elberhart meninggal karena radang otak dan dirinya juga menderita radang kandung kencing. Pembenaran-pembenaran tersebut menjadi tanda bahwa usaha subjek (tokoh saya) untuk mendapatkan objek (mengenal jati diri Ny. Elberhart) akhirnya tercapai.

(79) “Sementara itu, dokter yang merawat Ny. Elberhart, Henry Lenham namanya, saya mendapat penjelasan bahwa Ny. Elberhart meninggal karena radang otak. atas pertanyaan saya, dia mengatakan bahwa Ny. Elberhart juga menderita radang kandung kencing.” (Darma, 1980: 145).

3.1.3.1.2 Penentang dan Penolong

Dalam cerita berjudul Ny. Elberhart aktan penentang yang pertama kali muncul adalah para tetangga Ny. Elberhart. Para tetangga Ny. Elberhart terdiri dari Johanson, Ny. Kaymart, dan Ny. Meserole. Penggolongan mereka ke dalam aktan penentang dikarenakan reaksi negatif mereka terhadap keinginan

80

tokoh saya. Mereka semua bersikap sama, yakni menolak untuk menegur Ny. Elberhart terkait pekarangannya yang kotor dan menganjurkan tokoh saya untuk mendatangi Ny. Elberhart secara langsung. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan (80) dan (81).

(80) “Mula-mula saya menelepon Johanson, tetangga depan Ny. Elberhart. Saya mengaku sebagai pegawai kotamadya. Dia mengutuk perbuatan saya: “Datang langsung kepadanya, Bung! Jangan mengganggu saya lagi, ya?!” Kemudian saya menelepon Ny. Kaymart, tetangga sebelah kanan. Kali ini saya mengaku sebagai sersan polisi. Dia juga menganjurkan saya untuk langsung mendatangi Ny. Elberhart.” (Darma, 1980: 125)

(81) “Melalui Ny. Meserole, tetangga sebelah kiri, sya mendapatkan penjelasan tambahan. Seperti Ny. Kaymart, dia juga mengajurkan hendaknya saya mendatangi Ny. Elberhart sendiri.” (Darma, 1980: 126)

Dalam situasi berikutnya, penolong dan penentang muncul hampir bersamaan. Sikap Ny. Elberhart yang berusaha berhati-hati dengan kehadiran tokoh saya merupakan penentang. Rasa kesepian di dalam diri yang menginginkan untuk bersahabat dengan tokoh saya adalah pelaku aktan penolong. Tokoh saya yang menjenguk Ny. Elberhart membuat para juru rawat (penolong) mengenal tokoh saya sebagai sahabat Ny. Elberhart. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan (82) dan (83).

(82) “Meskipun sikap dan gerakannya menunjukkan bahwa dia tidak mau berdekatan dengan saya, mataya memancarkan sikap lain, ingin bersahabat, andaikata saya dapat dijadikannya sahabat.” (Darma, 1980: 131)

(83) “Dan para juru rawat akhirnya mengenal saya sebagai “sahabat baik Ny. Elberhart”. Karena itu, kapan saja saya datang, kalau perlu di luar jam tilik, saya mendapat sambutan baik.” (Darma, 1980: 131 Kemunculan aktan berikutnya adalah aktan penolong yang diwakili oleh pegawai kamar rontgen dan pegawai apotik. Asumsi-asumsi tokoh saya

81

mengenai Ny. Elberhart menemui pembenaran lewat kedua tokoh tersebut.. Hal tersebut terlihat dalam kutipan (84) dan (85).

(84) “Dari pegawai kamar rontgen saya berhasil memancing keterangan, bahwa ginjal dan otak Ny. Elberhart sudah pernah dipotret puluhan kali” (Darma, 1980: 132).

(85) “Saya bertambah yakin bahwa obat yang diminumnya bukan hanya vitamin atau semacam itu, tapi juga obat untuk melawan infeksi. Keyakinan saya dibenarkan oleh pegawai apotik.” (Darma, 1980: 132)

Kondisi kesehatan merupakan salah satu pengisi aktan penentang. Di tengah keinginannya untuk mengetahui jati diri Ny. Elberhart, tokoh saya harus dihadang dengan kondisi kesehatan yang kurang baik. Akhirnya, dibantu dengan sikap keterbukaan (penolong) Ny. Elberhart, tokoh saya berhasil memancing informasi mengenai jati diri Ny. Elberhart di masa lalu. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan (86) dan (87).

(86) “Makin membaik kondisi kesehatan Ny. Elberhart, makin meragukan keadaan saya sendiri. Tapi saya masih tetap setia mengunjunginya. Untuk membesarkan hatinya, saya tidak menceritakan keadaan saya.” (Darma, 1980: 134)

(87) “Memang sulit untuk memancing ceritanya, tapi akhirnya saya mengetahui, bahwa hampir saja perkawinannya dengan Carles Elberhart dulu dibatalkan beberapa minggu sebelum mereka kawin. Alasannya Charles menderita cacar. Gara-gara Charles, dia sendiri ikut-ikut terserang cacar.” (Darma, 1980: 134)

Kedekatan hubungan yang terjalin dimanfaatkan dengan baik oleh Ny. Elberhart. Sesuai dengan kecurigaan tokoh saya, Ny. Elberhart membutuhkan seseorang sebagai objek pelampiasan kesalahan (penolong). Ny. Elberhart menyalahkan dan menuduh tokoh saya menyebarkan bibit penyakit kencing

82

kepadanya. Dengan cara tersebut, ia dapat lepas tangan atas kemalangan yang menimpa dirinya. Hal tersebut diperlihatkan dalam kutipan (88) dan (89).

(88) “Ketika saya kencing, hampir-hampir saya tidak bisa menahan jerit karena sakit. Untuk menahan siksaan ini, saya mengatupkan mata rapat-rapat. Pada waktu saya membuka mata, tahulah saya bahwa air kencing saya berwarna merah kehitam-hitaman, bagaikan darah matang laiknya. Saya menjerit.” (Darma, 1980: 139)

(89) “Rupanya inilah saat yang dinanti-nantikan oleh Ny. Elberhart. Begitu saya keluar dari kamar mandi dengan jalan terbongkok-bongkok menahan rasa sakit, saya melihat dia duduk di kursi goyang jauh dari kamar mandi, melemparkan pandangan menyalahkan saya. “Sekarang saya tahu dengan pasti, bahwa Andalah yang menyebarkan bibit penyakit kencing ke tubuh saya, anak muda,” katanya.” (Darma, 1980: 139)

83