• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.2 Agama, Kepercayaan dan Tradisi Ritual

2.2.2 Tradisi Ritual Pernikahan

Pernikahan adalah momen yang terpenting dalam hidup seseorang, tanpa memandang suku dan kepercayaan yang dimilikinya. Orang Jadel (Jawa Deli)

35 Baca klifford Geertz, 2013, Agama Jawa, Abangan, Santri, Priyayi dalam kebudayaan Jawa.

mengenal penyelenggaraan acara pernikahan dengan sebutan “nduwe gawe” atau

“ewuh”. Hal ini (“nduwe gawe” atau “ewuh”) mengandung makna bahwa akan mengadakan suatu hajatan atau pekerjaan yang besar dengan melibatkan seluruh sanak keluarga tentangga dekat dan handai tolan. Dalam hidup orang Jadel (Jawa Deli) ritual ini menunjukkan adanya pengaruh adat Melayu. Misalnya saja dalam hal melamar calon pengantin, pengaruh adat Melayu jelas terasa sangat menonjol.

Ditandai dengan adanya acara Maresek, yaitu acara melamar dan penentuan hari baik saat dilaksanakannya hari perkawinan.

Dalam acara melamar akan dilakukan acara “Hantaran” adalah sebuah kegiatan pertemuan antar keluarga laki dan perempuan dimana keluarga laki-laki mangantarkan seperangkat barang. Barang yang telah ditetapkan sebagai antaran berdasarkan kesepakatan antara calon pengantin dan kedua belah pihak keluarga. Dalam acara hantaran ini, akan di sepakati waktu pelaksanaan pernikahan yang dihadiri oleh keluarga dan tetangga dekat kedua belah pihak.

Adapun barang - barang yang akan di hantarkan adalah :

1. Cincin pernikahan sebagai tanda ikatan tali kasih

2. Barang keperluan yang wajib untuk calon penganti wanita yaitu : kebaya, perlengkapan pakaian dalam, pakaian tidur, sandal dan sepatu perlengkapan penghias wajah, beberapa potong bakal kain. Keseluruhan perlengkapan ini akan di atur dalam sebuah wadah agar kelihatan lebih indah dan menarik.

3. Seperangkat perlengkapan untuk beribadah, mukena, kain sarung, jilbab, Al-Qur’an dan sejadah.

4. Seperangkat tempat tidur, kasur dan bantal guling, lemari pakaian dan meja rias.

5. Buah-buahan dan makanan seperti roti atau makanan ringan lainnya.

6. Uang hantaran atau uang hangus sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Bagi orang Jadel hal tersebut diatas tidak selalu menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak calon pengantin pria. Ada juga yang menyampaikan antran sesuai kemampuan yang dimiliki. Dalam hal menegosiasikan hal antaran pihak dari calon pengantin wanita akan merasa sungkan mengajukan permintaan baik barang antaran barang maupun jumlah uang hantaran yang kiranya dapat memberatkan pihak calon pengantian pria.

Selanjutnya setelah tiba pada waktu yang telah ditentukana dalam kesepakatan, akan dilaksanakan acara Ijab kabul. Acara Ijab kabul ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jadel sehari sebelum pelaksanaan pesta perkawinan.

Ijab kabul adalah kegiatan yang paling inti sebagai tanda terjadinya penyatuan pengantin pria dan pengantin wanita telah resmi dipersatukan secara agama dan negara. Biasanya setelah ini akan diadakan selametan atau acara kenduri dalam memohon keselamatan pada malam harinya. Bagi orang jadel kenduri merupakan bagaian yang penting, kenduri dimaknai sebagai pengantar memohon keberkahan bagi si pengantin, dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta pemujaan terhadap roh-roh leluhur yang telah meninggal. Orang jadel akan merasa bersalah kepada roh leluhur apa bila tidak melakukan kenduri. Dalam hal ini orang jadel akan menghadirkan berbagai simbol yang di interpretasikan dalam

sajian makanan yang disajikan dalam acara kenduri tersebut. Beberapa sajian makanan tersebut antara lain adalah :

1. Sajian nasi kuning atau nasi guruih yang disimbolkan sebagai nasi Rasul sebagai wujud permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi penyelenggara dan peserta ritual pesta pernikahan.

2. Sajian ayam ingkung atau ayam utuh yang di goreng atau dimasak dalam keadaan lengkap dan dalam keadaan terikat namun telah di keluarkan isi jeroannya. Hal ini menyimbolkan kepasrahan orang Jadel kepada Tuhan yang maha Esa, dan penahanan diri oleh hawa nafsu dalam menjalani mahligai rumah tangga yang baru.

3. Sajian bubur merah putih, yaitu terdiri dari tiga jenis bubur : merah, putih dan gabungan dari bubur merah dan putih : yang putih seputar luar dan yang merah dibagian dalam. Hal ini melambangkan bahwa yang merah adalah air dari ayah dan yang putih air dari ibu. Bubur merah putih juga disebut dengan bubur tolak bala yang bermakna dapat menolak segala ganguan dari roh atau jin yang ingin mencelakai seseorang.

4. Jajan pasar atau sajian buah-buahan dan kue atau makanan yang terdapat di pasar, hal ini menyimbolkan harapan kemakmuran dan kemurahan rezeki dalam kehidupan.

5. Pisang raja menyimbolkan pengharapan agar kelak dapat selalu berbuat baik dan adil dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Kembang telon yang terdiri dari bunga melati, bunga kenanga, bunga kantil. Hal ini menyimbolkan pengharapan dalam menjalani kehidupan akan dapat menjaga nama baik keluarga ditengah-tengah masyarakat.

7. Selain itu ada juga sajian “sajen” yang di khususkan untuk roh para leluhur yang ditempatkan pada ruangan atau di tempat yang khusus di bagian salah satu ruangan rumah si penyelengara pesta. Hal ini mengandung makna penghormatan kepada para roh leluhur yang telah meninggal.

Kemudian selanjutnya pada saat pelaksanaan pesta pernikahan, adat Melayu turut hadir dan menunjukkan pengaruh yang dominan. Keberadaan

“Marhaban36”, acara “tepung tawar37” terhadap pengantin dan keberadaan

“Bale38”, menjadi bukti pengaruh hadirnya budaya Melayu didalam ritual pernikahan tersebut.

Pada beberapa kasus pernikahan tidak selalu dilaksanakan atau sangat jarang di jumpai dalam pernikahan orang Jawa di Medan Sumatera Utara, yang melaksanakan adat pernikahan Jawa dengan mengikuti budaya pakemnya. Hal tersebut antara lain adalah masih terdapatnya (sangat jarang) orang Jawa yang menjalankan apa yang dinamakan panggih yaitu upacara temu pengantin yang dilanjutkan dengan acara Balangan suruh, yaitu lempar-lemparan sirih yang disebut Gantal, Kemudian acara Kacar-kucur, acara injak telur dan sungkeman

36 Kegiatan melagukan slawat yang dilakukan oleh sekelompok wanita dewasa dalam sebuah hajatan untuk memuhon doa restu dari sanak famili.

37 Merupakan upacara adat yang dilakukan dalam setiap kegiatan seremonial masyarakat Melayu. Dilengkapi dengan adanya perlengkapan upacara seperti : adanya ketan kuning, daun pandan, sirih, kapur sirih dan beberapjenis bunga tertentu.

38 Perlengkapan upacara dalam tradisi Melayu, balai merupakan sebuah wadah bertingkat 3 sampai 7 terbuat dari kayu dan berisikan makanan yang menyimbolkan makna-makna kesuburan, kemuliaan dan pengorbanan.

pada orang tua kedua pengantin. Dengan kata lain pada umumnya peristiwa pernikahan yang masih mengikuti pakem ini tidak lagi dijumpai pada beberapa upacara tersebut.

Hal lain yang dapat ditemui pada acara pesta pernikahan orang Jawa di Medan Sumatera Utara yaitu adanya acara hiburan seperti: pertunjukan Reog, Ketoprak Dor, pertunjukan keyboard atau organ tunggal, campur sari, tayub (ronggeng Jawa, pertunjukan wayang orang, wayang kulit sebagai hiburan.

Biasanya dalam pesta pernikahan ini pertunjukan organ tunggal atau campur sari dengan dendang lagu-lagu Jawa dan diselingi dengan tari-tarian Jawa, dimulai pada siang hari hingga malam harinya. Hiburan wayang orang, wayang kulit, atau Ketoprak Dor akan dilakukan malam hari pada pukul 9 malam sampai pukul 4 pagi. Untuk acara ronggeng Jawa akan diadakan pada siang hari sampai pada malam menjelang pagi. Hal ini dilakukan untuk memberikan hiburan kepada para tamu maupun hiburan untuk si pembuat pesta.

Setelah menikah atau Omah-omah, pasangan yang baru menikah akan menetap dulu di rumah orang tuanya, tergantung tempat yang lebih memungkinkan bagi keduanya. Biasanya dipilih tempat mana yang lebih memungkinkan. Namun adat menetap setelah perkawinan yang ideal bagi mereka adalah secara neolokal, yaitu hidup mandiri yang sesuai dengan arti Omah-omah39 yaitu membentuk rumah tangga sendiri tanpa pihak ketiga. Dalam mengharapkan kelahiran anak, orang Jadel sebagai keturunan orang Jawa masih banyak yang mempercayai dan menjalankan berbagai ritual adat istiaat budaya yang

39 Istilah orang Jawa yang telah berkeluarga atau berumah tangga.

diturunkan oleh leluhur mereka. Adapun hal tersebut akan dibahas pada sub bab berikut ini.