• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESENIAN REOG PONOROGO OLEH SANGGAR CIPTO BUDOYO DI PERBAUNGAN : ANALISIS PERTUNJUKAN DAN STRUKTUR MUSIK TESIS DWI PRASETYO NUGROHO NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESENIAN REOG PONOROGO OLEH SANGGAR CIPTO BUDOYO DI PERBAUNGAN : ANALISIS PERTUNJUKAN DAN STRUKTUR MUSIK TESIS DWI PRASETYO NUGROHO NIM."

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)KESENIAN REOG PONOROGO OLEH SANGGAR CIPTO BUDOYO DI PERBAUNGAN : ANALISIS PERTUNJUKAN DAN STRUKTUR MUSIK. TESIS. Oleh. DWI PRASETYO NUGROHO NIM. 167037004. PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020.

(2) PERSETUJUAN Judul Tesis. Nama Nomor Pokok Program Studi. : KESENIAN REOG PONOROGO OLEH SANGGAR CIPTO BUDOYO DI PERBAUNGAN : ANALISIS PERTUNJUKAN DAN STRUKTUR MUSIK. : DWI PRASETYO NUGROHO : 167037004 : Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.. Menyetujui Komisi Pembimbing. Ketua,. Anggota,. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP. 196512211991031001. Dr. Panji Suroso, M.Si. NIP. 197412302006041002. Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni Ketua,. Fakultas Ilmu Budaya Dekan,. Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D. NIP. 195812131986011002. Dr. Budi Agustono, MS. NIP. 196008051987031001. Tanggal Lulus. :. i.

(3) Telah diuji pada. :. Tanggal : __________________________________________________________________ PANITIA/PENGUJI UJIAN TESIS. Ketua. : Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.. ( ..... ......................... ). Sekertaris. : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum.. ( ............................... ). Anggota. : Dr. Panji Suroso, M.Si.. ( ............................... ). Anggota. : Dr. Hariadi Susilo, M.Si.. ( ............................... ). Anggota. : Drs. Kumalo Tarigan, MA., Ph.D.. ( ............................... ). Anggota. : Dr. Dardanila, M.Hum.. ( ............................... ). ii.

(4) ABSTRACT. This research is about the performance of Art Reog Ponorogo by Cipto Budoyo studio in Perbaungan. The analysis of performance and music structure. The presence of cultural phenomena is about enthusiastic of Reog Ponorogo performance in the vilages where Javanese people lives in north Sumatera it is an interesting to observe and discuss. So many problems can be identified but not all of them can be answered because of limited time or maybe another thing, so this research just focused with two things which are the most important : They are how about the performance of Reog Ponorogo and how about the music structure for Reog Ponorogo in Perbaungan. This research will use some of relevant theory they are show art theory and music structure analysis theory. Besides of those two theories, it used another theory to support the first one like music function theory and another concept of show art and music structure and composition of music. This research used desciptive qialitatif method. It' describe about the fact in a real time. Observation and interview are the technique for collecting the data. From this research we conclude the structure of Reog Ponorogo performance in Cipto Budoyo studio are : a) The themes of performance about the legend of Javanese king, the models of Reog performance divide into two things, Pageant model and outdoor performance model. The structure of show divided into three phases : pra-show, show after-show. b) Music structure for Reog Ponorogo followed by scene, it describes clearly about how the structure of Gending Reog Ponorogo and singo nebah Gending accompany the Pageant, ganongan dance, singo barong dance. The structure of lancaran Ricik-ricik accompany jatilan persembahan dance. Gending sampak structure accompany war scene. Jaranan and Udan Mas Gending accompany ndadi and trance dance. All of Gending music structure related to scene, art and dance whis is played in Reog Ponorogo from Cipto Budoyo studio.. Keywords : analysis, music, performance, Reog, structure.. iii.

(5) ABSTRAK Penelitian ini mangkaji tentang Kesenian Reog Ponorogo Oleh Sanggar Cipto Budoyo di Perbaungan : Analisis Pertunjukan dan Struktur Musik. Hadirnya sebuah fenomena budaya tentang semaraknya pertunjukan kesenian Reog Ponorogo di kampung-kampung tempat tinggal orang Jawa di Sumatera Utara sebagai hal yang menarik untuk dapat diamati dan dikaji. Banyaknya persoalan yang dapat diidentifikasi tentulah tidak akan dapat terjawab semuanya, karena adanya keterbatasan baik waktu maupun hal lainnya, maka untuk itu penelitian ini difokuskan dalam menelisik dua hal yang dianggap paling penting yaitu : Bagaimana struktur Kesenian Reog dan bagaimana struktur musik iringan Reog Ponorogo yang ada di Perbaungan. Penelitian ini akan dikaji dengan menggunakan teori-teori yang dianggap relevan untuk dapat digunakan. teori yang dianggap relevan tersebut dintaranya adalah teori seni pertunjukan dan teori analisis struktur musik. selain itu juga dalam penelitian ini akan dilakukan pencabaran teori-teori pendukung seperti teori fungsi musik dan berbagai konsep lainnya tentang seni pertunjukan dan kosnep-konsep analisis komposisi musik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif yaitu dengan menggambarkan atau mengamati fakta-fakta yang sedang berlangsung. Tekhnik pengumpulan data dan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Tekhnik pengolahan dan analisa data digunakan metode deskripsi kualitatif yaitu, menguraikan bagaimana struktur pertunjukan, dan struktur musik dari pertunjukan Reog Ponorogo di Perbaungan Sumatera Utara. dari hasil analisa yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa struktur pertunjukan Reog Ponorogo sangga Cipto Budoyo adalah: a) tema pertunjukan membawakan cerita legenda raja jawa, model pertunjukan Reog terbagi menjadi dua yaitu model arakarakan dan pertunjukan di arena terbuka, struktur pertunjukan dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra pertunjukan, fase pertunjukan dan fase pasca pertunjukan. b). Struktur musik iringan Reog Ponorogo adalah secara berurutan mengikuti jalannya babakan pertunjukan dan tergambar secara jelas bagimana struktur gending Reog Ponorogo dan gending singo nebah dalam mengiringi arak-arakan, tarian ganongan, tarian singo barong, struktur gending lancaran Ricik-ricik dalam mengiringi tari persembahan jatilan, struktur gending sampak dalam mengirirngi adegan peperangan, struktur gending jaranan dan gending udan mas dalam mengiringi tarian ndadi atau kesurupan. Secara keseluruhan struktur musik gending iringan berkaitan dengan adegan dan gerakan tari yang diperagakan dalam Kesenian Reog Ponorogo sanggar Cipto Budoyo.. Kata kunci : analisis, musik, pertunjukan, Reog, struktur.. iv.

(6) PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.. Medan, 24 Juli 2020. Dwi Prasetyo Nugroho NIM. 167037004. v.

(7) PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada Peneliti dan juga Shalawat berangkaikan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang membimbing dan menyertai peneliti dalam penyelesaian studi di Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis ini berjudul Kesenian Reog Ponorogo oleh Sanggar Copto Budoyo di Perbaungan : Analisis Pertunjukan dan Struktur Musik. Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis ini berisikan tentang hasil penelitian mengenai Analisis Struktur Kesenian Reog Ponorogo oleh Sanggar Cipto Budoyo di Perbaungan dan Struktur Musiknya. Pokok permasalahan yang dibahas adalah bagaimana struktur pertunjukan dalam Kesenian Reog Ponorogo serta bagaimana struktur musik pertunjukan tersebut. Secara akademik peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Dr. Budi Agustono, MS., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas, sarana dan prasarana belajar bagi peneliti sehingga dapat menuntut ilmu di Kampus Universitas Sumatera Utara ini dengan baik. Dalam kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing yang telah banyak memberikan. vi.

(8) tuntunan, arahan serta bimbingan hingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan tulisan ini, yakni Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D., sebagai Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni dan Bapak Dr. Panji Suroso, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II. Peneliti juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Sekretaris Jurusan Program Studi Pengkajian dan Penciptaan Seni, Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang diberikan. Ucapkan terima kasih juga disampaikan kepada Dosen Penguji Bapak Dr. Hariadi Susilo, M.Si., Bapak Drs. Kumalo Tarigan, MA., Ph.D., dan Ibu Dr. Dardanila, M.Hum., yang telah memberikan saran serta masukannya untuk perbaikan penelitian tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dosen Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Prof. Dr. Mauly Purba. MA., Ph.D., Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution., M.Si., Dr. Asmyta Surbakti., M.Si., Dr. Ridwan Hanafiah., SH., MA., Dr. H. Muhizar Mukhtar, MA., Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Drs. Kumalo Tarigan, M.A. Ph.D., atas ilmu yang telah diberikan selama ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi, terima kasih atas segala bantuannya selama ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Drs. Suparno., dan Ibunda tercinta Asnida, S.Pd., nasehat Ayah dan Ibu senantiasa mengiringi langkahku dimanapun peneliti berada. Segala yang Ayah dan Ibunda berikan (doa dan nasehat) membawaku mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, peneliti tidak mampu membalasnya dengan apapun. Tidak lupa pula peneliti mengucapkan terima kasih kepada Istri tercinta Ema Mailiana,. vii.

(9) S.Pd.I., Serta Ananda tersayang Muhammad Naufal Pradipta dan Ibrahim Syawal, yang selalu setia mendampingi serta memberikan dorongan, do‟a, semangat hingga akhirnya tesis ini dapat selesai. Peneliti berharap kiranya tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, serta Etnomusikologi. Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua pihak peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun pada tesis ini.. Medan, 24 Juli 2020 Peneliti. Dwi Prasetyo Nugroho NIM. 167037004. viii.

(10) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama. : Dwi Prasetyo Nugroho. NIM. : 167037004. Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 30 Juni 1987 Alamat. : Jl. Perhubungan Dusun III Kenari No. 78 Desa Laut Dendang.. Jenis Kelamin. : Laki-laki. Pekerjaan. : Guru. Pendidikan Akademik : 1. SD Negeri No. 105289 Rukun Kolam Kec. Percut Sei Tuan (1995 - 2000) 2. SMP Negeri 1 Sungai Raya Pontianak (2000 - 2002) 3. SMA Negeri 11 Medan (2002 - 2005) 4. Jurusan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Negeri Medan (2005 - 2012). Pengalaman Mengajar : 1. Ekstrakulikuler Musik di SMA Swasta Harapan II Medan tahun 2008 - 2010. 2. Guru Seni Budaya di SMA Swasta Dharmawangsa Medan tahun 2010 - 2014. 3. Guru Honorer Seni Budaya di SMA Negeri 3 Medan tahun 2015 - 2019. 4. PNS Guru Seni Budaya di MTs Negeri 3 Deli Serdang tahun 2019 - Sekarang.. ix.

(11) DAFTAR ISI PERSETUJUAN.................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................... INTISARI .............................................................................................. PERNYATAAN ..................................................................................... PRAKATA ............................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. DAFTAR ISI .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................. DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR NOTASI ................................................................................ DAFTAR DIAGRAM ........................................................................... DAFTAR BAGAN.................................................................................. i iii iv v vi ix x xiv xv xvi xvii xviii. BAB I. 1 1 7 8 8 8 9 16 16 17 26 31 33 34 35 36 36 37 37 37 38 38 39. PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar belakang ................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................... 1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................. 1.4 Tinjauan Pustaka ............................................................. 1.5 Teori dan Kerangka Konseptual ...................................... 1.5.1 Teori ....................................................................... 1.5.1.1 Teori seni pertunjukan ............................. 1.5.1.2 Teori analisis musik ................................. 1.5.2 Kerangka konsep penelitian ................................... 1.6 Metode Penelitian ............................................................ 1.6.1 Lokasi dan waktu penelitian .................................. 1.6.2 Populasi dan sampel ............................................... 1.6.3 Teknik pengumpulan data ...................................... 1.6.3.1 Observasi ................................................. 1.6.3.2 Wawancara............................................... 1.6.3.3 Dokumentasi ............................................ 1.6.3.4 Partisipan observer .................................. 1.6.3.5 Kerja laboratorium ................................... 1.6.4 Analisis data ........................................................... 1.7 Sistematika Penelitian ...................................................... x.

(12) BAB II. DESKRIPSI KELOMPOK MASYARAKAT JAWA DELI DI PERBAUNGAN SEBAGAI PELAKU REOG PONOROGO ............................................................ 2.1 Sejarah Kedatangan Orang Jawa Ke Tanah Deli ............ 2.2 Agama, Kepercayaan dan Tradisi Ritual Masyarakat Jawa Deli ................................................... 2.2.1 Agama dan kepercayaan orang Jawa di Perbaungan...................................... 2.2.2 Tradisi Ritual Pernikahan ...................................... 2.2.3 Tradisi ritual memperingati tujuh bulan masa kehamilan ...................................................... 2.2.4 Tradisi kepercayaan terhadap pantanganpantangan pada masa kehamilan ............................ 2.2.5 Tradisi pemberian nama ......................................... 2.2.6 Tradisi mengkhitan anak/sunatan .......................... 2.2.7 Tradisi slametan ..................................................... 2.2.8 Tradisi ngruat ......................................................... 2.2.9 Tradisi selamatan yang berhubungan dengan peringatan kematian ............................................... 2.3 Jenis Kesenian Jawa Deli di Perbaungan ........................ 2.4 Sistem Kekerabatan ......................................................... 2.5 Bahasa.............................................................................. 2.6 Organisasi Sosial Jawa Deli ............................................. BAB III GAMBARAN UMUM SENI PERTUNJUKAN REOG PONOROGO PADA KELOMPOK MASYARAKAT JAWA DI PERBAUNGAN .................... 3.1 Pengertian Seni Pertunjukan Rakyat ............................... 3.2 Pengertian Kesenian Reog Ponorogo .............................. 3.3 Gambaran Umum Kesenian Reog Ponorogo Cipto Budoyo di Perbaungan ................. 3.4 Unsur Pendukung Kesenian Reog Ponorogo Cipto Budoyo .................................................. 3.4.1 Unsur pelaku atau pemain Reog Ponorogo Cipto Budoyo ................................ 3.4.2 Unsur kostum atau pakaian pemain Reog Ponorogo Cipto Budoyo ................................ 3.4.3 Peralatan dan instrumen musik Reog Ponorogo Cipto Budoyo ................................ 3.4.4 Perlengkapan sound system..................................... xi. 41 41 48 49 51 57 58 63 71 73 76 79 80 83 85 89. 91 91 92 97 101 101 104 107 115.

(13) 3.5 Tema atau Lakon Cerita Reog Ponorogo ......................... 3.6 Sistem Manajemen Sanggar Cipto Budoyo ..................... 3.7 Fungsi Pertunjukan Reog Bagi Masyarakat Pendukungnya ..................................... BAB IV ANALISIS STRUKTUR PERTUNJUKAN REOG PONOROGO SANGGAR CIPTO BUDOYO......... 4.1 Analisis Tema atau Lakon Cerita Reog ........................... 4.2 Struktur Pertunjukan Reog Ponorogo .............................. 4.2.1 Pra pertunjukan Reog Ponorogo ............................ 4.2.1.1 Mempersiapkan dan membersihkan lokasi pertunjukan .................................... 4.2.1.2 Memasang sesaji atau sajen ..................... 4.2.1.3 Membakar kemenyan atau obong menyen .......................................... 4.2.2 Pertunjukan Reog Ponorogo................................... 4.2.2.1 Strutur pertunjukan model arakarakan Reog Ponorogo ............................ 4.2.2.2 Struktur pertunjukan model di lapangan terbuka ....................... 4.2.3 Pasca pertunjukan Reog......................................... BAB V. ANALISIS STRUKTUR MUSIK IRINGAN REOG PONOROGO SANGGAR CIPTO BUDOYO......... 5.1 Struktur Bentuk Musik Arak-arakan Reog Ponorogo ........................................... 5.2 Struktur Bentuk Musik Iringan Tari Persembahan Jatilan ................................... 5.3 Struktur Bentuk Musik Iringan Tari Ganongan Kecil .......................................... 5.4 Struktur Bentuk Musik Iringan Tari Ganongan Besar .......................................... 5.5 Struktur Bentuk Musik Iringan Tari Singo Barong ............................................... 5.6 Struktur Bentuk Iringan Tari Suka-suka / Nandi / Kesurupan ........................................ xii. 116 116 121. 126 127 131 132 132 133 145 148 148 151 161. 165 167 172 178 182 185 201.

(14) BAB VI PENUTUP ........................................................................... 6.1 Kesimpulan ...................................................................... 6.2 Saran ................................................................................. 212 212 226. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ DAFTAR INFORMAN......................................................................... LAMPIRAN PENELITIAN .................................................................. 227 230 231. xiii.

(15) DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4. Peta Lokasi Penelitian ..................................................... Pawai Reog Ponorogo dalam perayaan hari kemerdekaan ............................................................ Kendhang ........................................................................ Demung ........................................................................... Saron................................................................................ Seperangkat Gong dan Kempul ....................................... Bonang ............................................................................ Kenong ............................................................................ Ketuk................................................................................ Selompret......................................................................... Angklung.......................................................................... Kendang Reog Ponorogo................................................. Selompret Reog ............................................................... Kempul dan Gayor Kempul ............................................ Kenong dan Ketuk ........................................................... Sepasang Angklung Reog ................................................ Penari Jatilan................................................................... Penari Ganongan Kecil ................................................... Bujang Ganong besar ...................................................... Barongan Reog Ponorogo ................................................ xiv. 34 100 107 108 109 109 110 111 112 112 113 113 114 114 114 115 153 155 156 157.

(16) DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9. Jumlah Perkebunan di Sumatera Timur dari tahun 1864-1904 ......................... Jumlah Populasi Kuli Kontrak 1884 Hingga 1929 ........... Populasi Etnik di Sumatera Timur Tahun 1930 ................ Persebaran Perkebunan Tembakau Deli 1865-1896 ......... Analisis Gending Iringan Arak-arakan ............................. Analisis Gending Tari Persembahan Jatilan ..................... Analisis Gending Iringan Tari Ganongan Kecil ............... Analisis Gending Iringan Tari Ganongan Besar............... Analisis Gending Singobarong ........................................ Analisis Unsur Musikal Gending Sampak ........................ Analisis Gending Singa Nebah ......................................... Analisis Gending Jaranan ................................................ Analisis Gending Udan Mas .............................................. xv. 41 44 44 45 170 175 179 183 186 190 195 201 206.

(17) DAFTAR NOTASI Notasi 1.1 Notasi 5.1 Notasi 5.2 Notasi 5.3 Notasi 5.4 Notasi 5.5 Notasi 5.6 Notasi 5.7. Teori trinada atau akord, interval, kadens dan tekstrus menurut (Miller, 2002:89) ................................... Motif Gending Reog Ponorogo ......................................... Motif Melodi Slompret ...................................................... Motif Lancaran Ricik-ricik PL.BR .................................... Motif Gending Sampak ...................................................... Motif Gending Lancara Singa Nebah ............................... Motif Gending Jaranan ..................................................... Motif Gending Lancaran Udan Mas .................................. xvi. 30 169 169 174 189 195 200 205.

(18) DAFTAR DIAGRAM Diagram 1.1. Kerangka konsep penelitian Kesenian Reog Ponorogo oleh Sanggar Cipto Budoyo ................... xvii. 32.

(19) DAFTAR BAGAN Bagan 4.1 Bagan 4.2. Sekema Kirab Reog Ponorogo ......................................... Skema arena Pangung Terbuka Kesenian Reog Ponorogo ................................................... xviii. 151 152.

(20) 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar di pulaupulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda ditiap-tiap provinsi yang dimilikinya. Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi yang ada di negara Indonesia juga memiliki keaneka ragaman kebudayaan yang tidak hanya berasal dari budaya lokal saja, tetapi juga ada hadirnya budaya-budaya dari luar tradisi Sumatera utara itu sendiri. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Sumatera Utara sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada. Bisa dikatakan bahwa Sumatera.

(21) 2 Utara adalah salah satu provinsi dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa asli Sumatera Utara seperti : Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Pak-pak, Nias, peisir Sibolga, dan juga keanekaragaman budaya dari etnis Pendatang seperti : Tiong Hoa, Tamil, Arap, Jawa, Minang, Aceh, dan suku budaya lainnya. Sumatera Utara mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakatnya mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. berlabuhnya kapal-kapal Portugis di Pulau Sumatera pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Sumatera pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Pulau Sumatera. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas budaya masyarakat Sumatera Utara dalam berinteraksi dengan berbagai perbedaan. Disisi yang lain masyarakat di Sumatera Utara juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal dan budaya pendatang ditengah-tengah singgungan antar peradaban budaya saat ini. Kebudayaan adalah hal yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia, yang dihayati dan dimiliki bersama. Didalam kebudayaan terdapat kepercayaan, adat istiadat, sistem kepercayaan dan bentuk-bentuk kesenian. Kata.

(22) 3 kebudayaan memiliki kata dasar “budaya” yang berarti pikiran, akal budi dan hasil. Menurut ilmu Antropologi yang disampaikan oleh Koentjaraningrat (1985) 1 kebudayaan adalah seluruh kemampuan manusia yang didasarkan pada pemikirannya, tercemin pada perilaku dan pada benda-benda hasil karya mereka, yang diperoleh dengan cara belajar dan atas dasar pengalaman-pengalaman hidupnya. Kehadiran sebuah bentuk kesenian rakyat sebagai sebuah karya cipta manusia tentu saja mengambarkan isi akal budi yang dituangkan kedalam karya seninya. Pada masyarakat etnis Jawa yang berada di Sumatera Utara sebagai etnis pendatang, memiliki berbagai jenis seni pertunjukan rakyat, diantaranya seperti : jenis kesenian Wayang Kulit, Wayang Orang, Ketoprak, Tayub (Ronggeng Jawa), Kudang Kepang, Reog, dan jenis kesenian lainnya. Tentu saja jenis-jenis kesenian ini juga akan menggambarkan isi akal budi masyarakat pemilik budaya kesenian tersebut. Kehadiran kesenian Jawa di Sumatera Utara tentu saja terkait dengan kedatangan orang-orang Jawa ke tanah Sumatera pada waktu yang lalu. Menurut historisnya orang Jawa atau yang sekarang lazim disebut dengan orang Jawa Deli memiliki pengalaman sejarah yang berbeda dengan orang Jawa yang datang tidak sebagai buruh perkebunan. Menurut Reid (2011:232)2 menjelaskan :. 1. Koentjaraningrat,1995. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2.

(23) 4 “Perpindahan orang Jawa di Sumatera secara besar-besaran dan mencolok dalam sejarah Indonesia yaitu sengaja didatangkan oleh pihak perkebunan sebagai tenaga kerja di Sumatera Timur. Sejak tahun 1880-an, bersama-sama dengan kuli orang Tionghoa mereka dibawa ke Sumatera Timur.” Sedangkan menurut Said (1977:188)3 menjelaskan bahwa : “Jumlah kuli kontrak pribumi adalah mencapai 40.000 jiwa sebagian besarnya adalah orang Jawa. Setelah tahun 1910 kedatangan mereka bertambah banyak lagi disebabkan untuk menggantikan orang Cina yang pada masa itu sudah tidak terlalu menguntungkan VOC.” Menurut Suroso (9:2017) Orang Jawa Deli atau orang Jadel dalam sejarahnya menjadi objek penaklukan kepentingan kapitalisme perkebunan sebagai tenaga penggarap perkebunan Deli ketika itu. Para tenaga buruh kontrak orang Jawa didatangkan dari berbagai daerah miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Breman:1997). Jumlah mereka yang sampai lebih dari 50.000 direkrut dari berbagai daerah seperti Semarang, Jogjakarta, Surakarta, Purworejo, dan Banyumas (Stoler, 2005:41-47)4. Mereka itulah yang disebut sebagai kuli kontrak dan kemudian keturunannya saat ini disebut sebagai Jadel (Jawa Deli). Tidak mengherankan kalau saat ini orang Jawa jumlahnya sangat banyak dan tersebar dihampir seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Utara, dan orangorang masih terus mengembangkan berbagai jenis keseniannya. Salah satu jenis seni pertunjukan kerakyatan yang mulai di idolakan oleh masyarakat Jawa saat ini adalah kesenian Reog. Kesenian Reog adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang bersal dari Jawa Timur. Sebuah seni pertunjukan yang sangat kental dengan 3. Said, Muhammad. 1977. Suatu zaman delap di deli : Koeli kontrak tempo doeloe dengan derita dan kemarahannya. Medan: Waspada 4 Stoler, Ann Laura. 2005. Kapitalisme Dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera. Yogyakarta: Karsa..

(24) 5 hal-hal berbau mistik dan ilmu kebatinan yang diketahui berasal dari Kabupaten Ponorogo, oleh karena itu lebih populer dengan sebutan Reog Ponorogo. Dari Hasil (field work) dan wawancara penulis terhadap narasumber menyatakan bahwa Reog merupakan sebuah seni pertunjukan tradisional yang dimiliki masyarakat suku jawa dan diangkat dari cerita rakyat. Reog dalam bentuk penyajian memiliki beberapa unsur yaitu teater, musik dan tari, ketiga unsur tersebut dikemas dalam suatu pertunjukan seni. Para pemain dalam pertunjukan reog memiliki peran nya masing-masing, diantaranya singobarong sebagai jelmaan seekor singa atau harimau buas yang memiliki kekuatan sakti, jatilan merupakan prajurit berkuda, patih bujang ganom memiliki peran sebagai orang kepercayaan raja prabu klono suwandono dan memiliki kesaktian yang tinggi, warok seorang penasehat yang juga memiliki kesaktian dan prabu klono suwandono sosok raja yang terkenal dan disegani rakyat. Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus adalah sebuah seni pertunjukan Reog Ponorogo yang berada di kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedage. Sebuah sanggar kesenian yang bernama Cipto Budoyo akan menjadi fokus lokasi pengamatan dalam penelitian ini, karena sanggar Cipto Budoyo yang sangat eksis melakukan pertunjukan kesenian Reog baik dalam daerah hingga diberbagai daerah diluar kabupaten Serdang Bedage, dan menjadi perhatian penulis sendiri bagaimana konsep penyajian dalam pertunjukan Reog ponorogo oleh sanggar Cipto Budoyo. Pada umum nya pertunjukan reog itu sendiri memiliki beberapa instrument music yang digunakan, namun berbeda sanggar Cipto Budoyo memiliki penambahan seperti gamelan konvensional. Lalu.

(25) 6 dari kostum yang digunakan juga berbeda dengan pertunjukan Reog pada umumnya, sanggar Cipto Bodoyo memiliki kostum atau aksesoris tambahan yang lebih banyak secara kuantitas. Dapat disimpulkan pertunjukan Reog ponorogo oleh sanggar Cipto Budoyo lebih variatif. Jenis pertunjukan kesenian Reog Ponorogo dari sanggar Cipto Budoyo belakangan ini menjadi primadona seni pertunjukan bagi masyarakat dalam berbagai perhelatan kebudayaan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa di Sumatera Utara. Perhelatan kebudayaan yang dilakukan antara lain pada perayaan hari-hari nasional, perayaan pesta pernikahan, perayaan ritual keadatan Jawa, dan perhelatan peresmian-peresmian institusi baik swasta maupun institusi negeri. Bagaimana jenis kesenian mampu eksis ditengah-tengah gempuran budayabudaya populer yang semakin canggih menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji. Di era globalisai saat ini semakin banyak masyarakat yang menganggap kesenian tradisional khas daerah hanya sebuah kesenian masa lalu yang sudah usang dan dianggap kurang sesuai untuk dapat dinikmati sebagai sebuah hiburan atau tontonan masyarakat. Pada zaman yang semakin canggih saat ini, dengan hadirnya kecanggihan dihampir semua lini kehidupan termasuk pada industri hiburan, orang akan bisa bebas memilih secara instan budaya mana yang mau dikonsumsi. Berhubungan dengan hal tersebut ada sebuah fenomena semaraknya kesenian Reog Ponorogo di kampung-kampung tempat tinggal orang Jawa di Sumatera Utara yang saat ini sedang bergeliat. Sekali lagi dapat ditegaskan bahwa fakta sosial budaya ini sangat menarik untuk diamati dan dikaji secara mendalam..

(26) 7 Bagaimana eksistensi dan kebertahanan seni pertunjukan Reog Ponorogo pada era yang serba canggih saat ini?, bagaimana Model seni pertunjukannya, yang akan di tinjau dari unsur-unsur pembentuk seni pertunjukannya seperti: kostum, gerak tari, musik iringannya, pelaku seninya, publik seninya dan unsur ritual-ritual yang dilibatkan dalam seni pertunjukannya menjadi bagian-bagian yang menarik untuk dicari tau bagaimana kejelasan kompleksitas kebudayaan dapat berlangsung ditengah-tengah masyarkat Sumatera Utara. Dalam studi ini ditegaskan bahwa penelitian yang akan dilakukan hanya akan mengkaji bagaimana fakta keberlangsungan seni pertunjukan Reog Ponorogo yang ada di Sumatra Utara apa adanya. Banyaknya persoalan yang dapat di identifikasi pada latar belakang maslah ini tentulah tidak akan dapat terjawab semuanya karena adanya keterbatasan baik waktu maupun hal lainnya, maka untuk itu penelitian ini di fokuskan akan menelisik dua hal yang dianggap paling penting yaitu: Bagaimana struktur pertunjukan dari kesenian Reog Ponorogo yang ada di Kecamatan Perbaungan dan bagaimana struktur musik iringan Reog Ponorogo yang ada di Kecamatan Perbaugan. Kedua hal ini akan dijadikan sebagai pokok pembahasan dalam penelitian yang akan dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1.. Bagaimana struktur pertunjukan dalam Seni Reog Ponorogo.. 2.. Bagaimana struktur musik pertunjukan Seni Reog Ponorogo..

(27) 8 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.. Untuk. mendeskripsikan. struktur. pertunjukan. dalam. sebuah. pertunjukan seni Reog Ponorogo. 2.. Untuk. menganalisis. struktur. musik. yang. digunakan. dalam. pertunjukan seni Reog Ponorogo. 1.3.2 Manfaat penelitian 1.. Secara teoritik, hasil penelitian ini akan memberikan penjelasan yang lebih kongkret atas fenomena budaya pertunjukan Reog Ponorogo di Sumatera Utara yang dikaji dengan persoalan bagiamana struktur pertunjukan dan bagaimana struktur musiknya. Selanjutnya manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan konsep-konsep baru untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam kajian-kajian seni.. 2.. Secara praktis, studi ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi pemangku kepentingan dalam memperhatikan keberlangsungan hidup sebuah budaya kesenian, dan keterkaitannya dengan dinamika sosial pada masyarakat luas sebagai salah satu varian kekayaan khazanah seni tradisional Nusantara yang ada di Sumatera Utara. Hasil ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi oleh peneliti lain untuk melakukan kajian lebih lanjut pada bentuk-bentuk fakta sosial budaya kesenian lainnya..

(28) 9 1.4 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa deskripsi dan ulasan tinjauan pustaka dari berbagai hasil kajian penelitian terdahulu, serta literatur dari berbagai sumber untuk dapat membantu peneliti menggali informasi tentang kesenian Reog Ponorogo di Sumatra Utara. Beberapa kajian pustaka dari berbagai sumber yang relevan berikut ini juga dimaksudkan untuk memperkaya sumber rujukan dalam memeriksa secara mendalam persoalan-persoalan seni pertunjukan yang menjadi fokus penelitian. Barbagai kajian tentang kesenian Reog Ponorogo dan pertunjukan kesenian lainnya di Sumatera Utara dalam paradigma teori-teori budaya serta kajian tentang orang Jawa di Sumatera Utara telah juga dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, antara lain adalah sebagai berikut: Penelitian Eki Gunawan (2015)5 dengan judul penelitian Fungsi. 1.. Kesenian Reog Ponorogo di Desa Kolam (Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) sejarah seni pertunjukan Reog Ponorogo di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan, (2) Fungsi pertunjukan Reog Ponorogo di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan dan (3) Peran Kelompok dalam mempertahankan kesenian Reog Ponorogo di Desa kolam, (4) Faktor-faktor agar kesenian Reog tetap bertahan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripsif kualitatif yaitu penelitian yang memaparkan data berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Populasinya masyarakat yang ada di Desa Kampung Kolam 5. Ibid..

(29) 10 Kecamatan Percut Sei Tuan, sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih secara purposiv yaitu dipilih berdasarkan kebutuhan dimana para sampel ini diambil dari masyarakat yang ada di Desa Kampung Kolam dimana orang-orang yang akan dipilih meliputi : 1. Pemain Reog Ponorogo, 2. Pemilik pertunjukan Reog Ponorogo, dan 3. Tokoh masyarakat desa. Data penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi langsung ke lokasi penelitian dan studi kepustakaan pelengkap dalam memperoleh pengetahuan yang sifatnya teoritis. Hasil penelitian menunjukkan : 1. Pertunjukan Reog Ponorogo di Desa Kampung Kolam sudah ada sejak dahulu yang dibawa oleh para kuli kontrak sebagai sarana hiburan, 2. Kesenian Reog Ponorogo di desa Kolam memiliki beberapa Fungsi yaitu sebagai seni pertunjukan, fungsi sebagai pemersatu masyarakat, fungsi sebagai aspek ekonomi, fungsi sebagai aspek sosial budaya dan hiburan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam pertunjukan kesenian Reog Ponorogo di desa kolam, 3. Peran kelompok Reog Ponorogo dalam mempertahankan kesenian Reog 4. Pertunjukan Reog Ponorogo dapat menghibur masyarakat sekaligus mengingatkan pada kampung halaman di daerah Ponorogo, (5) Ada 2 faktor mengapa kesenian reog dapat bertahan yaitu faktor internal dan eksternal, dan dengan dilihatnya masih banyak masyarakat yang melihat pertunjukan Reog, dan masyarakat menganggap bahwa pertunjukan Reog merupakan kesenian yang perlu dilestarikan. Penelitian yang dilakukan oleh Eki.

(30) 11 Gunawan dianggap searah dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian data-data dalam penelitian akan dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam menelaah persoalan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. 2.. Dina damayanti Sitopu (2008)6 dengan judul penelitian Studi Deskriptif Pertunjukan Reog Ponorogo pada Upacara Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Kampung Kolam Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan mempertanyakan : bagaimana karakter Reog, kostum, pertunjukan tari yang meliputi pola lantai dan gerak tari, durasi pertunjukan, dan musik pengiring. Hasil penelitian menjelaskan secara detail tentang bentuk pertunjukan dan unsur-unsur pendukungnya dalam tradisi perkawinan. Tentu saja hasil kajian tersebut dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan ini. data dan hasil penelitian tersebut akan dijadikan rujukan dan pembanding dalam memahami persoalan-persoalan yang akan dibahas dalam penelitian ini nantinya.. 3.. Kajian tentang seni pertunjukan lainnya yang dianggap relevan adalah: Ninuk Kleden Probonegoro, Sutamat Aribowo, Yasmin Zaki Shahab, Ipit S. Dimyanti (2004)7 dalam penelitian yang berjudul “Pluralitas Makna Seni Pertunjukan dan Representasi Indentitas”.. 6. Damayanti Dina 2008, Studi Deskriptif Kualitatif pertunjukan Reog Ponorogo pada Upacara Perkawinan Masyarakat Jawa di Desa Kampung Kolam Tembung Kecamatan percut Sei Tuan. 7 Probonegoro, Ninuk Kleden. 2004. Pluralitas makna Seni Pertunjukan dan Representasi Identitas. Jakarta: PMB-LIPI..

(31) 12 Penelitian ini mengkaji seni pertunjukan sebagai tanda budaya yang meletakan persoalannya dalam semiotik Rolan Barthes. Sebagai sebuah tanda budaya seni pertunjukan musik, tari dan teater Melayu menjadi penanda yang juga mempunyai petanda. Makna seni pertunjukan timbul karena relasi antara penanda dan petanda, penanda dengan penanda-penanda lain dan penanda dengan petanda-petanda lain, yang ada dalam sistem sekunder. Penelitian yang dilakukan ini mengkaji tentang seni musik Panting dan Ghazal, seni tari Japin yang disebut juga Japen dan Ghazal, serta seni teater Mamanda dan Makyong. Hasil kajian terhadap pluralitas seni pertunjukan ini ternyata tidak hanya memperlihatkan adanya representasi indentitas provinsi sebagai petanda adanya kesadaran pluralitas kebudayaan setelah otonomi daerah dijalankan, tetapi justru kembali pada adanya suatu pemikiran tentang satu kebudayaan yang dikontruksikan, yaitu budaya seni. pertunjukan. Melayu. bagaimana. bentuk. dan. struktur. pertunjukannya. Kajian ini dianggap relevan karena data-data dari hasil penelitian tentang kajian yang dilakukan seperti representasi identitas etnis dan pemikiran tentang konsep kebudayaan yang dikontruksikan didalam seni pertunjukan dapat menjadi rujukan dan pengayaan serta pembanding dalam mengkaji seni pertunjukan Reog Ponorogo di Kecamatan Perbaungan..

(32) 13 4.. Nurwani (2016)8 dalam Disertasinya yang berjudul Ilau dari ritual ke seni pertunjukan pada Masyarakat Minang Kabau (Strudi Tentang Pemahaman dan interpretasi Makna). pada penelitian ini Nurwani mengunakan teori Hermeniotik Gadamer untuk meneliti pemahaman dan interpretasi makna Ilau. Nurwani menjelaskan bahwa konsep utama Hermeniotik Gadamer tentang Historikalitas, Dialektika, Linguistikalitas dan kebenaran makna, lalu dengan memakai konsep utama Humastik yaitu: Bildung, sensus comunis, pertimbangan dan selera digunakan dalam melihat dan memeriksa makna teks dari budaya Ilau tersebut. Kesimpulan dari penelitiaanya adalah bahwa ekspresi seni yang terdapat pada ritual Ilau merupakan bentuk fakta yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. kehadiran Ilau baik ritual maupun pertunjukan tidak terlepas dari adat istiadat sebagai dasar melakukan pertimbangan-pertimbangan, baik oleh masyarakat, kaum adat, kaum agama, maupun seniman dan pemerintah. Relevansi dalam penelitian ini adalah dengan penyelidikan tentang konsep bentuk pertunjukan Reog Ponorogo di Sumatera Utara, konsep ritual maupun bentuk pertunjukan tersebut dapat juga dijadikan. sebagai. penyelidikan. 8. rujukan. konsep. dan. pertunjukan. pengayaan yang. akademis. tersembunyi. dalam dibalik. Nurwani (2016) dalam Disertasinya yang berjudul Ilau dari ritual ke seni pertunjukan.

(33) 14 pertunjukan Reog Ponorogo yang dipraktekan oleh orang-orang Jawa Deli di Sumatera Utara. 5.. Dalam mengamati isu-isu pergeseran budaya Jawa yang terus berkembang di Sumatera Utara Hadiluwih Subanindio (2004)9 dalam tulisannya “Pergeseran Peradaban dan Budaya Masyarakat Jawa di Sumatera Utara” memaparkan tentang pergeseran budaya Jawa yang terjadi pada masyarakat Jawa dalam masalah hakekat hidup, hakekat kerja, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia, persepsi waktu dalam ranah budaya Jawa serta memuat bahasan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada kesenian tradisional Jawa di Sumatera Utara seperti kesenian pertunjukan wayang, Ketoprak, kuda kepang dan Reog. Pemaparan pergeseran nilai pada berbagai seni pertunjukan Jawa yang ada di Sumatera Utara dalam catatan Hadiluwi Subanindio ini menjadi sumber penting yang sangat singkron dan relevan dalam melihat seni pertunjukan bagi masyarakat Jawa Deli saat ini.. 6.. Maura Dada (1997)10 membicarakan tentang kebudayaan suku-suku di Sumatera Utara. Dalam tulisannya Maura Dada memberikan kontribusi pemahaman dalam melihat berbagai perspektif pengaruh kebudayaan suku-suku di Sumatera Utara terkait dengan keberadaan suku Jawa sebagai bagian dari pluralitas masyarakat di Sumatera. 9. Hadiluwih Subanindio (2004) “Pergeseran Peradaban dan Budaya Masyarakat Jawa di Sumatra Utara”Medan :Warta Darmawangsa 10 Dada Maura. Sejarah Kebudayaan Suku-Suku di Sumatera Utara. Yogyakarta : ArRuzz Media : 1997..

(34) 15 Utara. Sumber ini dianggap penting sebagai pengayaan akademis dalam untuk melihat bagaimana keterkaitannya dengan keberadaan seni pertunjukan etnis Jawa sebagai bagian dari pluralitas masyarakata di Sumatera Utara. 7.. Anthony Reid yang berjudul “Menuju Sejarah Sumatera”, 201111, Obor Indonesia. Buku ini berisikan tentang perkembangan masyarakat Jawa di Sumatera Timur. Penulis mengambil bagian perkembangan pekerja Jawa yang masuk ke sumatera pada tahun 1880 sampai tahun 1887 berjumlah 2.210 sebagai pekerja kuli kontrak sebagai pekebun tembakau, kopi, teh dan karet bersama dengan pekerja Cina.. 8.. Pono Banoe yang berjudul “Kamus Musik”. 200312. Kanisius. Buku ini berisi tentang istilah dan penjelasan mengenai istilah musik barat. Dalam hal ini pembahasan didalam buku dapat di jadikan sebagai pengayaan tentang istilah dan defenisi musik yang biasa digunakan dalam sebuah penulisan komposis musik ataupun bentuk orkestrasi seperti pembagian wilayah nada, instrumen, tanda dinamik, skala, melodi, harmoni, dan persoalan penulisan musik lainnya.. 9.. Jamaes Danandjaja yang berjudul “Folklor Indonesia”. 198413. Grafiti pers. Tulisan ini berisikan tentang penjelasan hakikat folklor sebagai disiplin pengetahuan, sejarah perkembangan folklor di Indonesia. Tulisan ini akan dijadikan sebagi sumber dalam memahami kesenian. 11. Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 12 Bonoe, Pono. 2003. Kamus musik. Yogyakarta: Kanisius. 13 Dananjaya, James. 1984. Folklor Indonesia : ilmu gosip, dongeng dan lain lain. Jakarta: Grafiti Pers..

(35) 16 Reog sebagai sebuah folklor yang lahir dari cerita-cerita masyarakat Jawa. 10. Muhammad Sholikin “Ritual dan Tradisi Islam Jawa”, 2010. Tulisan ini berisikan tentang bagaimana kebudayaan ritual dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. tulisan ini akan dijadikan sebagai rujukan dan pembanding dalam melihat sistem pola kehidupan masyarakat Jawa di kehidupan sehari hari dalam menjalani tradisi kesenian, sistem ekonomi dan lingkungan masyarakat. 11. Soetandyo yang berjudul “Kamus Istilah Karawitan”, 2002. Wedatama Widya Sastra. Tulisan ini berisi tentang istilah dan penjelasan mengenai istilah karawitan. Tulisan ini dianggap penting sebagi rujukan dan pengayaan akademis dalam memahami pengertian istilah musik yang biasa digunakan dalam karawitan Jawa dan istilah karawitan lainnya. 1.5 Teori dan Kerangka Konsep Penelitian 1.5.1. Teori Dalam sebuah penelitian teori berfungsi sebagai landasan berpikir atau piasau bedah dalam mengurai masalah penelitian yang dianggap penting. Seperangkat teori juga sangat perlu dijelaskan sebagai sebuah arahan atau pedoman peneliti untuk dapat mengungkapkan fenomena agar lebih terfokus. Teori dalam sebuah penelitian juga dapat berkembang sejalan dengan penelitian ini berlangsung. Hal tersebut didasarkan pada suatu tradisi bahwa fokus atau masalah penelitian diharapkan berkembang sesuai dengan kenyataan dan fakta -.

(36) 17 fakta dilapangan penelitian. Penelitian kualitatif mementingkan perspektif emik, dan bergerak dari fakta, informasi atau peristiwa menuju tingkat abstraksi yang lebih tinggi14. Dalam sebuah penelitian yang mencabar beberapa teori yang dianggap relevan dapat dijelaskan bahwa antara teori dengan teori lainnya bukan sebagai suatu urutan dari “teori agung” (grand theory) “teori menengah” (middle theory) atau “teori terapan” (applied theory), melainkan sebagai suatu kumpulan teori yang saling mencabar dan saling dapat menjelaskan keterkaitannya satu sama lain. Rencana penggunaan sejumlah teori dalam penelitian ini menurut pertimbangan peneliti sangat relevan dengan konteks dan fokus penelitian tentang seni pertunjukan Reog Ponorogo pada komunitas masyarakat Jawa di Perbaungan Sumatera Utara. Adapun teori-teori yang akan digunakan dan diharapkan dapat memberi arahan untuk dapat menjelaskan fenomena ini adalah sebagai berikut : 1.5.1.1 Teori seni pertunjukan Persoalan-persoalan seni yang merupakan bagian dari pembahasan estetika seni, tidak hanya mempersoalkan karya seni atau benda seni (hasil atau produk) dan wujud seninya saja, tetapi juga aktifitas-aktifitas yang melatar belakangi manusia atas produk seni tersebut. Teori estetika, dengan kepustakaannya sejak masa plato mencoba menjawab pertayaan tentang keindahan dan nilai seni. Aneka jawaban yang diberikan oleh para filsuf berbeda-beda berdasarkan cara pandangnya masing-masing. Ada yang dengan mendekati pemahaman hakikat 14. Engkus Kuswarno 2013, Metodologi Penelitian Komunikasi, Fenomenologi, konsepsi, pedoman dan contoh penelitian, Widya Padjadjaran, hal 108..

(37) 18 seni dari kualitas yang dikandung benda seni yang ideal, ada pula yang mencoba menjelaskannya. dari. sudut. penciptanya. yakni. senimannya,. ada. yang. mendekatinya dari publik seninya atau penikmat seni, dari konteks sosio budaya seninya dan dari berbagai pandangan-pandangan lainya. Pada dasarnya pandangan pandangan tersebut bersifat lebih dapat melengkapi dalam menjawab persoalanpersoalan yang dipertanyakan dalam persoalan seni tersebut. Pandangan Sumarjo (29;2000)15 mengemukakan tentang 3 konsep pemikiran dalam melihat sebuah kesenian 1) pemikiran tentang produk benda seni dan wujud seni disebut sebagai estetika morfologi (estetika bentuk), 2) pemikirannya tentang pembuat benda seni dinamai estetika psikologi. Khusus pengguna karya seni disebut aksiologi estetik, yakni efek seni pada manusia. Dengan demikian menurutnya hanya ada tiga pokok persoalan seni, yakni seniman sebagai penghasil seni, karya seni atau benda seni itu sendiri, dan penerima seni. Selanjutnya dari setiap instansi tadi akhirnya berkembang pokokpokok baru, yakni dari benda seni muncul pokok soal nilai seni dan pengalaman seni, sedangkan dari masalah seniman seni akan muncul pokok konteks budaya seni. Dengan demikian, terdapat enam pembahasan pokok dalam wacana seni, yakni; 1) Benda seni, 2) Pencipta seni, 3) Publik seni, 4) Konteks seni, 5) Nilainilai seni, 6) Pengalaman seni. -. Benda seni Pokok persoalan seni sebenarnya karya seni yang berwujud konkret. yang terindera dan teralami oleh manusia. Tanpa lahirnya benda seni tak. 15. Jakob Sumarjo 2000. Filsafat Seni..

(38) 19 mungkin muncul persoalan-persoalan seni di atas. Seni terwujud berdasarkan medium tertentu, baik yang didengar (audio) maupun yang dilihat (visual) dan gabungan keduannya (seni audio visual). Ini akan melahirkan bidang seni tertentu misalnya seni visual (seni rupa, seni patung, seni arsitektur) dan seni audio (seni musik dan sastra) dan seni audio visual (seni teater atau drama, seni tari, seni film). Dalam persoalan benda seni ataupun karya seni ini biasanya juga dipermasalahkan apakah suatu karya seni merupakan peniruan kenyataan (mimesis) atau merupakan ekspresi jiwa seniman. Benda seni juga mempermasalahkan analisis bentuk seni dan isi seni. -. Pencipta seni (seniman). Persoalan seniman dalam seni menyangkut masalah kreativitas,. ekspresi, dan representasi. Akhir-akhir ini juga dipermasalahkan apakah pencipta seni ini berjenis kelamin wanita berbeda dengan yang berjenis kelamin. pria.. Dalam. soal. seniman. dengan. sendirinya. juga. dipermasalahkan pribadi seniman, yang tercemin dalam aneka karyanya dan ini menimbulkan soal gaya atau style dalam seni. Perdebatan mengenai pentingnya atau tidaknya mengetahui maksud seniman dalam karyanya bermula dari pokok soal pencipta seninya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah persoalan motif, alasan dan tujuan apa seni itu diwujudkan dari pencipta seninya..

(39) 20 -. Publik seni. Seni bukan hanya masalah penciptaan karya seni, tetapi juga soal. publik sebagai penikmatnya. Bagaimana seni mampu berkomunikasi dengan orang lain adalah persoalan seni ditengah-tengah publiknya. Suatu ciptaan disebut seni bukan oleh senimannya, tetapi oleh masyarakat pendukung seni dan masyarakat umumnya. Seni juga merupakan pengakuan umum. Seniman disebut seniman oleh masyarakatnya karena status yang diperjuangkan. Komunikasi seni dengan publiknya mengenai nilai-nilai seni menjadi persoalan seni dengan publiknya, hal didalamnya akan dipersoalkan bagaimana empati, wacana seni, nilai estetik, apresiasi seni, kritik seni dan institusi seni dalam masyarakat. Untuk persoalan ini sangatlah berperan bantuan kajian dari disiplin ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, psikologi, dan antropologi. -. Nilai seni Dengan cara ekstrem, filsuf seni Benedetto Croce mengatakan bahwa. karya seni atau benda seni tidak pernah ada, sebab seni ada didalam jiwa manusia dan hanya ada dalam jiwa setiap penanggapnya. Persoalanya tentang seni sebenarnya adalah persoalan nilai-nilai tadi hingga dalam filsafat, kajian seni dikategorikan dalam kelompok kajian tentang nilai, sejajar dengan estetika dan logika. Nilai selalu berhubungan dengan norma-norma yang esensial, juga dengan kepentingan (interest) yang sifatnya sangat kontekstual, dan dengan kualitas yang amat pribadi. Kandungan nilai benda seni yang.

(40) 21 menyangkut kualitas seni itu sendiri, bersifat kontekstual dan esensialuniversal (Sumardjo 29 ; 2000)16, karena seni juga menyangkut nilai-nilai setempat dan sezaman (kontekstual), maka pemahaman seni amat erat hubungannya dengan konteks zaman tersebut. Inilah sebabnya terdapat sejarah seni, dan setiap zaman memiliki fahamnya sendiri tentang apa yang disebut seni dan yang bukan seni (dalam arti seni yang kurang bermutu menurut zamannya). Persoalan akan menjadi rumit ketika dalam suatu tempat dan zaman sebuah masyarakat terbagi-bagi menjadi berbagai kelompok nilai dasar (menurut idelogi sosialnya) apa yang dihargai oleh suatu kelompok sebagai bernilai tertinggi, oleh kelompok lain justru tak dianggap berharga. Begitu pula dalam soal nilai seni. Ada benda seni yang dalam suatu kelompok sosial disanjung sebagai bernilai seni, oleh kelompok lain diabaikan saja, dianggap bukan bagian dari keseniannya. Persoalan dalam konteks seni adalah persoalan tentang anutan nilai-nilai dasar kelompok dalam suatu masyarakat. -. Pengalaman Seni Hakikat. seni. adalah. pengalaman. seni. itu. sendiri.. Seni. dikomunikasikan sebagai penyampaian imformasi tentang sesuatu yang dipikirkan oleh penciptanya berdasarkan atas apa yang dirasakan berdasarkan latar kehidupannya. Komunikasi seni adalah komunikasi nilainilai pengalaman hidup yang berkualitas, baik kualitas perasaan maupun. 16. Ibid hal 29.

(41) 22 kualitas medium seni itu sendiri. komunikasi seni adalah komunikasi pengalaman yang melibatkan kegiatan penginderaan, nalar, emosi, dan intuisi. Pengalaman seni berlangsung dalam proses yang berkaitan dengan ruang dan waktu, kapan dan dalam situasi apa dia berlangsung. Pengalaman seni bukan hanya menyangkut hubungan antara karya seni dengan publik seni, tetapi juga pengalaman seni si seniman itu sendiri. Dalam analisis pengalaman seni diperkenalkan pula pengalaman artistik, empati, jarak estetik, ketidak tertarikan, serta unsur dan struktur pengalaman seni (Sumarjo 37 : 2000)17 -. Konteks Seni Seni. merupakan. sebuah. kesepakatan. bersama. masyarakat. pendukungnya. Seni juga merupakan konsep yang mendapat kesepakatan masyarakat pada masing-masing jamannya. Persoalan seni juga akan melekat diberbagai kondisi sosial dimana seni itu berlangsung. Dengan demikian, hakikat seni pada kontektualnya tak dapat dipisahkan dari ideologi sosial, masalah tradisi seni, dan sejarahnya, akulturasi budaya seni, seni dan ekonomi, seni dan politik, seni dan elit budaya, masalah seni kekinian, seni populer dan setrusnya. Persoalan konteks seni juga berkaitan dengan persoalan nilai seni terkait dengan konteks seni pada masyarakat pendukungnya (Sumarjo 32:2000). Persoalan seni ternyata melibatkan berbagai pokok tinjauan satu sama lain yang amat berkaitan. Persoalan benda seni akan melibatkan pembicaraan tentang. 17. Ibid hal 32.

(42) 23 seniman, nilai-nilai dan pengalaman seni yang diperoleh, sedangkan persoalan nilai-nilai akan berkaitan dengan publik seni dan konteks sosial budaya. Kesenian Reog Ponorogo adalah seni pertunjukan yang sarat dengan pesan-pesan sosial menyangkut berbagai hal tentang kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat seperti yang telah dijelaskan estetika seni di atas. Berhubungan dengan hal tersebut Murgianto mengatakan pertunjukan seni adalah sebuah komunikasi yang di lakukan satu orang atau lebih, dalam hal ini pengirim pesan merasa bertanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan (publik seni), dan kepada sebuah tradisi yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas. Dalam sebuah pertunjukan harus ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan cara penyampaian yang khas (Murgianto 1996:156)18. Pertunjukan adalah sebuah proses yang memerlukan ruang dan waktu, dan mempunyai bagian awal, tengah, dan akhir (Sechner:1998). Sejalan dengan pendapat tersebut Sediyawati mengutarakan bahwa seni pertunjukan dibagi ke dalam dua kategori yaitu: (1) Seni pertunjukan sebagai tontonan, di mana ada pemisah yang jelas antara penyaji dan penonton, dan (2) Seni pertunjukan sebagai pengalaman bersama, dimana antara penyaji dan penonton saling berhubungan satu sama lain (Sedyawati 2012)19. Selain itu untuk menjawab keterkaitan tentang persoalan hubungannya dengan masyarakat pendukungnya dan persoalan keadatan ataupun ritual tradisi kesenian dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Brandon dan Soedarsono 18. Murgianto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Sedyawati, Edi. 2012. Budaya Indonesia : Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Rajagrafindo. 19.

(43) 24 yang menjelaskan bahwa beberapa fungsi seni pertunjukan dalam lingkungan etnik di Indonesia, ialah: 1) Pemanggil kekuatan gaib, 2) Penjemput roh-roh pelindung untuk hadir di tempat pemujaan, 3) Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat, 4) Peringatan pada nenek moyang dengan menirukan kegagahan dan kesigapannya, 5) Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang, 6) Pelengkap upacara sehubungan dengan saat-saat tertentu dalam perputaran waktu, 7) Perwujudan dari pada dorongan untuk mengungkapkan keindahan semata, 8) Sebagai ritual kesuburan, 9) Memperingati daur hidup manusia sejak kelahiran hingga ia mati, 10) Mengusir wabah penyakit, 11) Melindungi masyarakat dari berbagai ancaman bahaya, 12) Sebagai hiburan pribadi, 13) Sebagai representasi estetis (tontonan), 14) Sebagai media propaganda, 15) Sebagai penggugah solidaritas sosial, 16) Sebagai pembangun integritas sosial, 17) Sebagai pengikat solidaritas nasional, 18) Sebagai alat komunikasi, dan sebagainya (1999:1-2). Pendapat ini digunakan dalam memeriksa dan melihat kembali seperti apakah pertunjukan Reog itu berfungsi pada kelompok masyarakat pendukungnya. Selanjutnya hal diatas juga diperkuat oleh pendapat Pavis dalam Takari dan Heristina (2008:10-11)20 menyusun daftar pertanyaan yang lebih luas dan detil untuk mengkaji sebuah pertunjukan. Adapun pertanyaan-pertanyaan itu ialah yang mencakup : (1) diskusi umum tentang pertunjukan, yang meliputi : (a) unsur-unsur apa yang rnendukung pertunjukan, (b) hubungan antara sistem-sistem pertunjukan, (c) koherensi dan inkoherensi, (d) prinsip-prinsip estetis produksi, (e) 20. Takari, Muhammad dan Heristina Dewi. 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara. Medan: USU Press..

(44) 25 kendala-kendala apa yang dijumpai tentang produksi seni, apakah momennya kuat, lemah, atau membosankan : (2) skenografi, yang meliputi : (a) bentuk ruang pertunjukan mencakup: arsitektur, gestural, keindahan, imitasi tata ruang, (b) hubungan antara tempat penonton dengan panggung pertunjukan, (c) sistem pewarnaan dan konotasinya, (d) prinsip-prinsip organisasi ruang yang meliputi hubungan antara on-stage dan off stage dan keterkaitan antara ruang yang diperlukan dengan gambaran panggung pada teks drama : (3) sistem tata cahaya; (4) properti panggung : tipe, fungsi, hubungan antara ruang dan para pemain : (5) kosturn : bagaimana mereka mengadakannya serta bagaimana hubungan kostum antar pemain : (6) pertunjukan : (a) gaya individu atau konvensional, (b) hubungan antara pemain dan kelompok, (c) hubungan antara teks yang tertulis dengan yang dilakukan, antara pernain dan peran, (d) kualitas gestur dan mimik, (e) bagaimana dialog dikembangkan : (7) fungsi musik dan efek suara : (8) tahapan pertunjukan:(a) tahap keseluruhan, (b) tahap-tahap tertentu sebagai sistem tanda seperti tata cahaya, kosturn, gestur, dan lain-lain, tahap pertunjukan yang tetap atau berubah tiba-tiba : (9) interpretasi cerita dalam pertunjukan : (a) cerita apa yang akan dipentaskan, (b) jenis dramaturgi apa yang dipilih, (c) apa yang menjadi ambiguitas dalam pertunjukan dan poin-poin apa yang dijelaskan, (d) bagaimana struktur plot, (e) bagaimana cerita dikonstruksikan oleh para pemain dan bagaimana pementasannya, (f) termasuk genre apakah teks dramanya : (10) teks dalarn pertunjukan : (a) terjemahan skenario, (b) peran yang diberikan teks drama dalam produksi, (c) hubungan antara teks dan imaji : (11) penonton : (a) dimana pertunjukan dilaksanakan, (b) prakiraan penonton tentang apa yang akan.

(45) 26 terjadi dalam pertunjukan, (c) bagaimana reaksi penonton, dan (d) peran penonton dalam konteks menginterpretasikan rnakna-makna : (12) bagaimana mencatat produksi pertunjukan secara teknis, (b) imaji apa yang menjadi fokus : (13) apa yang tidak dapat diuraikan dari tanda-tanda pertunjukan : (a) apa yang tidak dapat diinterpretasikan dari sebuah pertunjukan, (b) apa yang tidak dapat direduksi tentang tanda dan makna pertunjukan (dan mengapa), (14) apakah ada masalahmasalah khusus yang perlu dijelaskan, serta berbagai komentar dan saran lebih lanjut untuk melengkapi sejumlah pertanyaan dan memperbaiki produksi pertunjukan. Secara teoritik pendapat para ahli diatas dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir yang melandasi bagaimana persoalan yang ada dalam penelitian tentang struktur pertunjukan Reog sebagai sebuah kesenian kerakyatan dapat ditelaah dengan tajam dan mendalam. 1.5.1.2 Teori analisis musik Untuk mengkaji struktur musik dalam pertunjukan Reog Ponorogo di Perbaungan, Penulis akan menggunakan teori analisi musik. berkaitan dengan hal tersebut dalam kegiatan menganalisis musik tidak lain merupakan kegiatan menelaah serta mengevaluasi bentuk musik atau lagu tersebut kedalam beberapa bagian. Seigmeister (1985:368) mengatakan bahwa: “Together with percetive listening, musical analyis provide insight intro the strukture of music. By focusing on subtleties of contruction, on the fine detils of composer’s cratmanship, and above all on interrelanthip of the constituent elements, analysis reveals aspects of a compotition not apparent to the casual listener. Distinguishing the individual roles of melody, harmony, and rhytem, it reveals their organic interplay in the crwation of music structure.”.

(46) 27 Dalam pengertian diatas adalah bahwa analisis dalam musik adalah mendengar untuk mengetahui sruktur musik. Fokus terhadap hal-hal terkecil dari unsur-unsur yang diciptakan komponisnya dan semua saling berkaitan dengan elemen pendukungnya, analisis membahas tentang aspek-aspek komposisi yang tidak dapat dilakukan orang awam. Dengan menitik beratkan pada melodi, harmoni, dan ritme yang saling mempengaruhi dan membentuk struktur musik. Analisis sangat diperlukan untuk memahami struktur sebuah karya komposisi. Selanjutnya pendapat Prier (1996)21 mengatakan bahwa: “Analisis adalah memotong dan memperhatikan detail sambil melupakan keseluruhan dari sebuah karya musik. Keseluruhan berarti : memandang awal dan akhir dari sebuah lagu serta beberapa perhentian sementara ditengahnya; gelombang naik turun dan tempat puncaknya; denga kata lain dari segi struktur”. Pendapat serupa juga dikemukakan Stanley dalam The Grove Concise Dictionary Of Music (1988:97) : “Analysis : the part of music which takes the music it self, rether than any external factor, as it is starting point. It normally involves resolution of musical in to reelatively simpler constituent elementsand the investigation of the roleof those element in the structure. There are many different and methods of analysis, including by fundamental stucture, by form, by phrase-structure and by information theory”. Analisis merupakan bagian pembelajaran tentang musik dimana diambil dari musik itu sendiri dengan beberapa faktor dari luar yang mendukung. Analisis dilakukan dengan memperlihatkan struktur musik dalam bentuk yang sederhana serta meneliti aturan elemen-elemen dalam struktur itu. Struktur yang sangat. 21. Prier, Karl-Edmund. 2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat musik liturgi..

(47) 28 mendasar dalam analisis komposisi yakni, tema, bentuk, struktur frase, dan informasi teori. Bentuk musik merupakan suatu gagasan/ide yang tampak dalam pengolahan/susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi mencakup melodi, irama, harmoni dan dinamika”. -. Melodi Melodi merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah komposisi. musik. Melodi menjadi patokan yang paling banyak mendapat perhatian dalam kajian bentuk suatu komposisi. Menurut (Miller, 2002:87) “Melody is defined as a logical progression of tunes and rhythems, a tune set to a beat. But pay close attention to that word “logical.” A melody isn’t a random conglomeration of notes; the notes have to relate to and follow from each other words, a melody has to make sense, or else it’s just a bunch of noise” Dalam pengertian diatas diartikan bahwa melodi didefenisikan sebagai perkembangan kemampuan logika dari nada dan irama, lagu diatur sesuai dengan tempo tetapi harus memperhatikan dengan logis. Melodi bukan konglomerasi acak not, not harus saling berhubungan satu dengan yang lain, melodi harus saling mengikuti atau itu hanya akan sebagai kebisingan saja. Menurut Politoske (1988:20) yang mengungkapkan bahwa: “melody is generally the first thing people listen for in a piece music . it is the “tune” that will rememmbered long after the music is over.” Yang mengartikan bahwa melodi adalah hal pertama yang didengar orang dalam.

(48) 29 potongan musik. Ini adalah nada yang akan lama dikenang setelah musik berhenti. -. Irama Irama dibentuk oleh panjang pendeknya (durasi) not-not yang. digambarkan dalam simbol-simbol not (Mudjilah, 2004:7). Sedangkan menurut Banoe (2003:198), irama adalah pola ritme tertentu yang dinyatakan dengan nama. Penggunaan istilah yang berhubungan dengan irama ini bermacam-macam dan berasal dari istilah-istilah bahasa asing. Ritme berasal dari rhythme (Belanda), ritem atau rhythm (Inggris), ritmis dari rhythmische (Belanda), ritmik dari rhythmic. Dalam bahasa Indonesia istilah. irama ialah sebagai unsur dasar musik, yang mencakup. pulsa/ketukan, birama, dan pola irama. -. Harmoni Harmoni merupakan perihal keselarasan bunyi. Secara teknis meliputi. susunan, peranan dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya atau dengan bentuk keseluruhannya (Syafiq, 2003:133). Sedangkan menurut Banoe (2003: 180), harmoni merupakan cabang ilmu pengetahuan tentang musik yang membahas dan membicarakan perihal keindahan komposisi musik sedangkan menurut Busroh (1992:89) mengemukakan bahwa: “harmoni atau paduan nada ialah bunyi nyanyian atau permainan musik yang menggunakan dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi nadanya dan kita dengar serentak. Dasar harmoni ini ialah trinada atau akord, interval, kadens dan tekstrus”..

(49) 30 Notasi 1.1 Teori trinada atau akord, interval, kadens dan tekstrus menurut (Miller, 2002:89). -. Dinamik Menurut Banoe (2003:116) Tanda dinamik merupakan keras. lembutnya dalam cara memainkan musik, Dalam komposisi piano Maple leaf Rag tidak terlalu banyak variasi dinamik yang digunakan oleh Scott Joplin. Berikut adalah beberapa contoh dinamik yang terdapat pada karya yang akan diteliti : 1) Forte (f) = kuat, 2) Mezzo Forte(fz) = Agak Kuat, 3) Piano (p) = lembut 4). Aksen (^) = penekanan yang lebih. Berhubungan dengan paparan pendapat para ahli diatas tentang bagaimana menganalisa bentuk dan struktur sebuah komposisi musik, maka dalam penelitian ini konsep teori analisa musik ini dianggap sangat relevan dan akan dirujuk untuk menganalisis bagaimana struktur musik pertunjukan Reog Ponorogo dalam penelitian ini. Tujuan dari menganalisis musik ini yaitu untuk dapat mengerti serta memahami sebuah struktur komposisi musik yang ada. Dalam menganalisis musik haruslah dapat diuraikan bagian-bagian dari sebuah sususan karya musik sehingga dapat dimengerti dan dipahami bagaimana bentuk struktur musik secara keseluruhan..

(50) 31 1.5.2 Kerangka konsep penelitian Kerangka konseptual ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara kongkrit konsep penelitian ini, dalam konsep ini dirancang secara general persoalan yang akan dibahas dan bingkai kerangka teori yang akan digunakan. Kerangka konseptual ini merupakan konsepsi tahap-tahap penelitian dalam membangun sebuah kerangka berpikir yang sistematis. Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan dan tujuan penelitian serta teori-teori yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka disusunlah sebuah kerangka berfikir sebagai peta berjalannya penelitian ini. adapun kerangka konsep penelitian tersebut adalah berikut :.

(51) 32 Diagram 1.1 Kerangka konsep penelitian Kesenian Reog Ponorogo `. Temuan Struktur Pertunjukan Reog Ponorogo. Temuan Struktur Musik Iringan Reog Ponorogo. Kesimpulan Penelitian. 1. Struktur pertunjukan kesenian Reog Ponorogo 2. Struktur musik iringan Reog Ponorogo.

(52) 33 1.6 Metode Penelitian Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field work) dengan metode deskripsi kualitatif yaitu menggambarkan atau mengamati fakta - fakta yang sedang berlangsung. Tekhnik pengumpulan data dan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Tekhnik pengolahan dan analisa data di gunakan metode deskripsi kualitatif yaitu, menguraikan bagaimana struktur pertunjukan, dan struktur musik dari pertunjukan Reog Ponorogo di Perbaungan Sumatera Utara. Menurut Kaelan (2012:94-95)22 menyatakan bahwa dalam konteks penelitian kebudayaan terdapat beberapa pendekatan metode seperti metode historis, hermeneutika, komparatif dan analitika bahasa yang bisa digunakan oleh Peneliti agar penelitian lebih jelas dan memiliki data yang akurat. Hal ini sesuai dengan yang di katakan Arikunto, (2003:309-310)23, yaitu penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di maksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status, satu gejala yang ada yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Adapun pengertian deskriptif menurut Sukardi (2009:15) adalah metode yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang di teliti sesuai dengan apa adanya. Tujuannya adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Analisis data dilakukan sejak berada di lapangan, yaitu dengan melakukan pengorganisasian data, dilanjutkan dengan menghubungkan data yang satu dengan 22. Kaelan, 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner bidang Sosial, budaya, filsafat seni agama dan humaniora. Yogyakarta: Paradima 23 Arikunito, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta..

(53) 34 yang lainnya berdasarkan persfektif teori, kemudian mengidentifikasi hakikat hubungan-hubungannya hingga memunculkan asumsi-asumsi baru yang perlu dibuktikan kebenarannya di lapangan. Hal ini dilakukan hingga akhir penelitian. Pada bagian ini dibahas beberapa metode untuk menarik dan memverifikasi suatu fenomena dalam konteks terbatas yang membentuk suatu kajian kasus dari sekelompok masyarakat atau komunitas tertentu. Setelah keseluruhan data selesai dikumpulkan dari lokasi penelitian, maka tahap akhir dari penelitian ini adalah mendeskripsikan data-data untuk menemukan beberapa kesimpulan tentang struktur pertunjukan dan struktur musik Reog Ponorogo di Perbaungan Sumatera Utara. 1.6.1 Lokasi dan waktu penelitian -. Lokasi penelitian. Gambar 1.1 : Peta lokasi penelitian (Sumber : https://www.serdangbedagaikab.go.id/ ) Lokasi penelitian dilakukan di sanggar Cipto Budoyo yang berda di Perbaungan Kabupaten Serdang Bedage. Di dalam melakukan penelitian ini,.

(54) 35 penulis berinteraksi dengan seniman dan masyarakat pengguna kesenian Reog Ponorogo dan ikut bergabung secara langsung sebagai partisipan observer dengan narasumber untuk memperoleh data secara akurat. -. Waktu penelitian Pemilihan waktu penelitian haruslah tepat dan matang agar penelitian. dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Adapun yang menjadi waktu penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan di dalam yaitu dari bulan November 2019 Februari 2020. 1.6.2 Populasi dan sampel - Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda seni. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Seniman, masyarakat pengguna seni dan unsur-unsur kesenian Reog ponorogo yang terdapat disanggar Cipto budoyo. - Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

(55) 36 (Sugiyono, 2011:118). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah bentuk Kesenian Reog Ponorogo yang ada di Perbaungan. 1.6.3 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Setting adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan penelitian dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi dan lain-lain. Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Teknik pengumpulan data juga akan dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan keempatnya. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa. teknik. pengumpulan data dengan empat tahapan yaitu : 1.6.3.1 Observasi Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dengan menggunakan observasi (pengamatan). Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumentnya. Penulis melakukan observasi dalam upaya memperoleh data secara langsung dari lapangan.

(56) 37 penelitian untuk mengetahui seluruh aktivitas tentang pertunjukan kesenian Reog Ponoogo. Pengamatan dalam observasi yang dilakukan akan merekam hal-hal yang dianggap penting sebagai acuan data-data penelitian. 1.6.3.2 Wawancara Wawancara digunakan sebagai upaya mengetahui secara mendalam tentang apa yang mereka alami dan mereka rasakan secara langsung. Tehnik wawancara ini juga mendapatkan informasi langsung dari nara Sumber yang dapat dipercaya. Pemilihan narasumber yang dapat dipercaya diharapkan dapat mengemukakan hal-hal yang sebenar-benarnya terjadi dalam peristiwa budaya tersebut. dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa orang narasumber yang dapat dipercaya seperti : tokoh adat yang mengetahui tentang kesenian Reog Ponorogo, seniman pelaku Reog ponorogo, masyarakat pengguna Reog Ponorogo. 1.6.3.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah untuk melakukan pendokumentasian berbagai persitiwa dan data yang berhubungan dengan persitiwa pertunjukan Reog Ponorogo di Perbaungan berupa catatan, transkip, photo, video, dan sebagainya. 1.6.3.4 Partisipan observer Dalam hal ini peneliti akan melibatkan diri dalam peristiwa budaya yang terjadi baik sebagai pelaku seni dalam memainkan salah satu alat.

Referensi

Dokumen terkait