• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagan 3. 5 Triangulasi Sumber Data Wawancara

Berdasarkan bagan 3.5 di atas, peneliti memperoleh tiga sumber data yang berbeda dari hasil wawancara yaitu kepala sekolah, guru dan siswa. Hasil wawancara tersebut kemudian digunakan untuk mengidentifikasi masalah pada tahap awal penelitian.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil validasi pedoman observasi, wawancara, dan kuesioner oleh beberapa ahli, uji keterbacaan kuesioner dan soal tes, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk oleh ahli dan siswa, uji empiris soal tes, serta pretest dan posttest melalui uji coba terbatas. Sedangkan data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil validasi observasi, kuesioner, dan wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk oleh ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara. Berikut ini merupakan pembahasan teknis analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Kepala Sekolah

Guru Siswa

3.8.1 Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert model empat pilihan (skala empat). Setiap skala dilengkapi dengan kriteria yang digunakan sebagai pedoman untuk mempermudah peneliti dalam memberikan penilaian. Setiap instrumen penelitian memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam pedoman penilaiannya. Kriteria tersebut disesuaikan dengan jenis instrumen yang digunakan. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi hasil validasi pedoman observasi, wawancara dan kuesioner oleh beberapa ahli, uji keterbacaan kuesioner dan soal tes, uji validitas isi dan konstruk soal tes oleh ahli, dan hasil kuesioner validasi produk. Berikut ini merupakan skala beserta kriterianya.

Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada instrumen nontes yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan, dan kuesioner validasi produk dapat dilihat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada instrumen nontes

Skala Kriteria

4 Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki 3 Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki 2 Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki 1 Instrumen tidak layak digunakan

Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes dapat dilihat pada tabel 3.13.

Tabel 3.13 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes

Skala Kriteria

4 Kalimat sangat jelas dan mudah dipahami 3 Kalimat jelas namun sulit dipahami

Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji validitas isi instrumen soal tes dapat dilihat pada tabel 3.14.

Tabel 3.14 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji validitas isi instrumen soal tes

Skala Kriteria

4 Sudah sesuai dan tidak perlu diperbaiki 3 Sudah sesuai, namun perlu diperbaiki 2 Kurang sesuai dan perlu diperbaiki 1 Tidak sesuai

Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji validitas konstruk instrumen soal tes pada tabel 3.15

Tabel 3.15 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji validitas konstruk instrumen soal tes

Skala Kriteria

4 Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku dan jelas, tidak perlu diperbaiki

3 Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas dan perlu diperbaiki

2 Soal kurang sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas dan perlu diperbaiki

1 Soal tidak sesuai dengan indikator, kalimat tidak baku dan kurang jelas serta tidak layak digunakan

Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada tabel 3.16

Tabel 3.16 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner validasi produk oleh ahli

Skala Kriteria

4 Media pembelajaran sangat sesuai dengan pernyataan

3 Media pembelajaran sesuai dengan pernyataan, namun terdapat kekurangan

2 Media pembelajaran kurang sesuai dengan pernyataan sehingga perlu diperbaiki

1 Media pembelajaran tidak sesuai dengan pernyataan sehingga kurang layak untuk digunakan

Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.17 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa

Skala Kriteria

4 Sangat setuju 3 Setuju 2 Tidak setuju 1 Sangat tidak setuju

Hasil yang diperoleh dari penilaian dengan menggunakan skala likert model empat pilihan kemudian dihitung agar diperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung dengan menggunakan rumus 3.1.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh rerata nilai. Rerata hasil penilaian tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan acuan dari Widoyoko (2014: 144). Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif menurut Widoyoko dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif

Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan valid/tidaknya suatu instrumen. Berikut ini merupakan kategorisasi hasil skor validasi instrumen oleh ahli yang dapat dilihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen

Interval Skor Kategori Bobot

3,26 < X ≤ 4,00 Sangat Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan

Interval Skor Kategori

3,26 < X ≤ 4,00 Sangat Baik

2,51 < X ≤ 3,25 Baik

1,76 < X ≤ 2,50 Kurang

1,00 ≤ X ≤ 1,75 Sangat Kurang

Nilai akhir =

2,51 < X ≤ 3,25 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan

1,76 < X ≤ 2,50 Kurang Keseluruhan instrumen kurang layak digunakan

1,00 ≤ X ≤ 1,75 Sangat Kurang Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan

Instrumen dikatakan valid apabila rerata skor yang diperoleh lebih besar dari 2,50 dalam penelitian ini instrumen yang valid terdapat pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan dan 4 (kategori sangat baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. Sedangkan apabila rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50 maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

Analisis data kuantitatif yang selanjutnya adalah untuk menghitung persentase jawaban kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus dari Supratiknya (2012: 128). Rumus perhitungan persentase jawaban kuesioner menurut Supraktiknya dapat dihitung dengan rumus 3.2.

Selanjutnya peneliti juga menganalisis data kuantitatif berupa hasil nilai soal tes berupa pretest dan posttest. Tes ini dilakukandengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran daur hidup hewan melalui uji coba terbatas. Jenis tes yang digunakan adalah tes uraian terbatas tipe jawaban melengkapi. Skor untuk

Persentase jawaban = x 100%

jawaban yang benar adalah 1 dan skor untuk jawaban yang salah adalah 0. Nilai

pretest dan posttest dapat dihitung dengan menggunakan rumus 3.3.

3.8.2 Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif yang pertama dilakukan pada pengolahan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) peneliti membuat kode-kode dan tema secara kualitatif, 2) menghitung berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam data teks, dan 3) membandingkan dengan data kuantitatif yang ada Creswell (2012: 328-329).

Selanjutnya, analisis data kualitatif yang kedua dilakukan pada pengolahan hasil wawancara dan observasi. Langkah-langkah pengolahan data menurut Kristi Poerwandari (dalam Supratiknya, 2012: 117) adalah sebagai berikut: Pertama,

membaca transkrip wawancara dan observasi yang sudah disusun secara berulang- ulang dengan pemahaman yang baik. Kedua, menemukan kata kunci atau tema, dan hasilnya ditulis di kolom sebelah kanan. Ketiga, membuat catatan lain berisi interprertasi atau kesimpulan sementara, dan Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema-tema dari daftar yang telah dibuat.

Langkah selanjutnya, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan menggabungkan data yang diperoleh dari tiga sumber yaitu Kepala Sekolah, guru dan siswa sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan menggabungkan data

Nilai =

yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Hal ini dilakukan agar diperoleh data yang lebih lengkap dan mendalam.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini menguraikan penjelasan dari bab sebelumnya. Uraian tersebut terdiri dari hasil dan pembahasan.

4.1 Hasil Penelitian

Subbab ini menguraikan prsoes penelitian dari persiapan sampai dengan pelaksanaan yang meliputi potensi masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas.

4.1.1 Potensi dan Masalah

Pada potensi masalah, peneliti membahas mengenai identifikasi potensi dan masalah serta analisis kebutuhan.

4.1.1.1 Identifikasi Potensi dan Masalah

Identifikasi potensi dan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Potensi yang ditemukan peneliti di SD Pangudi Luhur 2 Yogyakarta adalah kayu bekas hasil tebangan pohon yang ada di sekitar sekolah, kayu hasil tebangan tersebut dapat didaur ulang menjadi bahan yang memiliki manfaat, contohnya sebagai bahan dasar pembuatan media pembelajaran. Keterbatasan ketersediaan maupun penggunaan media pembelajaran selama proses belajar mengajar serta kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran menjadi permasalahan yang ada, sedangkan potensi yang di lingkungan sekolah sebaiknya dimanfaatkan sebaik mungkin

Permasalahan yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan dan ketersediaan media pembelajaran, serta kesulitan belajar yang dialami siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA. Hasil dari observasi dan wawancara tersebut kemudian dikaji dengan menggunakan triangulasi data.

a. Observasi

Kegiatan Observasi dilaksanakan untuk mengamati proses pembelajaran IPA di kelas IV beserta kesulitan belajar yang dialami siswa, cara mengajar guru, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Kisi- kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 52. Pedoman observasi telah divalidasi sebelum digunakan. Berikut ini adalah hasil validasi terhadap instrumen observasi yang disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli

Ahli No. Item Total Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8

IPA 4 4 3 4 4 3 4 4 30 3,75

Montessori 4 3 4 4 4 4 4 4 31 3,87

Rerata 30,5 3,81

Berdasarkan hasil validasi pedoman observasi oleh ahli pada tabel 4.1 rerata skor yang didapatkan adalah 3,81, jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 68. Hal tersebut menunjukkan bahwa pedoman observasi valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman observasi oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman 132. Selama proses validasi kisi-kisi untuk pedoman observasi, para ahli tidak memberikan komentar terhadap instrumen yang diberikan sehingga peneliti tidak melakukan revisi atau dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut sudah valid. Selanjutnya, peneliti melakukan observasi di kelas

IV PL 2 SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada tanggal 3 Agustus 2016. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui penggunaan dan ketersediaan media pembelajaran selama proses belajar dan kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Hasil obervasi yang telah dilaksanakan peneliti dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 136 atau pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA

No Objek yang Diamati Ya Tidak Catatan

1. Ada media pembelajaran yang diletakkandi kelas untuk pembelajaran IPA.

√ Media pembelajaran di letakkan pada ruang laboratorium IPA karena terbatasnya media yang ada di sekolah

2. Media pembelajaran layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

√ Didalam kelas tidak terdapat media pembelajaran

3. Guru menggunakan media pembelajaran untuk menjelaskan materi pembelajaran IPA.

√ Guru menggunakan buku cetak sebagai pedoman dalam mengajar

4. Guru menguasai cara menggunakan media pembelajaran.

√ Guru tidak menggunakan media pembelajaran

5. Guru menjelaskan cara penggunaan media pembelajaran IPA kepada siswa.

√ Guru tidak menggunakan media pembelajaran

6. Siswa dapat menggunakan media pembelajaran secara mandiri.

√ Siswa tidak menggunakan media pembelajaran namun

menggunakan buku cetak sebagai pedoman pembelajaran 7. Siswa mengalami kesulitan ketika

mengikuti pembelajaran IPA di kelas.

√ Siswa fokus dalam membuat

catatan selama guru

menerangkan, sehingga siswa tidak dapat menjawab pertanyaan ketika guru memberikan pertanyaan 8. Siswa mengalami kesulitan ketika

mengerjakan soal IPA.

√ Siswa mengerjakan dengan

cepat tugas yang diberikan, namun masih banyak jawaban yang kurang tepat.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan media pembelajaran IPA di dalam kelas masih terbatas, guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi pembelajaran namun guru menggunakan buku cetak sebagai pedoman dalam mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media

pembelajaran di SD Pangudi Luhur Yogyakarta belum optimal, selain itu selama peneliti melakukan observasi, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran yang diberikan terbukti ketika siswa diberi pertanyaan mengenai materi daur hidup hewan, siswa belum mampu menjawab dengan benar dan ketika siswa diberi soal latihan, banyak siswa yang mengeluh tidak mampu mengerjakan.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas IV, dan dua siswa kelas IV. Sebelum melakukan wawancara, pedoman wawancara terlebih dahulu divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA, dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Validasi yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini berupa validasi kontruk.

Pertamakali wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Kisi–kisi wawancara dengan Kepala Sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2 di halaman 53. Pedoman wawancara telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA, dan ahli pembelajaran Montessori dengan hasil yang dituangkan pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Ahli No. Item Total Rer

ata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 IPA 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 3,93 Monte ssori 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 62 3,87 Rerata 62,5 3,9

Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara kepada kepala sekolah oleh ahli pada tabel 4.3 rerata skor yang didapatkan adalah 3,9. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 68, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan

termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak untuk digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 137. Para ahli juga memberikan komentar terhadap pedoman wawancara kepala sekolah yang dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah No.

Item Sebelum perbaikan Komentar ahli Setelah perbaikan

6 Apakah media

pembelajaran yang sudah ada disimpan dan dirawat dengan baik?

Tambahkan pertanyaan

“bagaimana penyimpanan dan perawatannya?”

Peneliti menambahkan

pertanyaan menjadi “apakah

media pembelajaran yang sudah ada disimpan dan dirawat dengan baik? bagaimana penyimpanan dan

perawatannya?”

Berdasarkan komentar dari para ahli pada tabel 4.4 menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi, peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Wawancara dilaksanakan pada 15 September 2016. Hasil transkip wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 143. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah yang dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah

Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara

Informasi berkaitan dengan sekolah

1,2,3,4 Meraih perunggu pada olimpiade sains tahun 2015 mat ion,

Ketersediaan media pembelajaran di sekolah

5,6,7,8,9 Media pembelajaran disimpan dengan baik di dalam laboratorium. Sekolah mendapatkan media pembelajaran dari pemerintah. Media yang pernah dibuat adalah rangkaian listrik. Faktor pengadaan media pembelajaran disekolah dengan memanfaatkan anggaran dan dapat bermanfaat dalam pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran

10,11,12, 13,14

Media digunakan secara terjadwal, namun dalam implementasinya kadang media pembelajaran tidak digunakan dan hanya menggunakan teori. Media

enam. Ketika anak menggunakan media pembelajaran anak akan merasa senang dan lebih cepat memahami materi karena anak mencoba/ mengalami sendiri dan tidak hanya mendengar dari guru.

Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan media pembelajaran

15,16 Matematika

Wawancara yang kedua dilakukan kepada guru. Rencana wawancara dilakukan dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3 halaman 54 sama halnya dengan pedoman wawancara dengan kepala sekolah, pedoman wawancara guru telah divalidasi oleh ahli dengan hasil yang dituangkan dalam tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru

Ahli No. Item Tota l Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 IPA 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 70 3,88 Montess ori 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69 3,83 Rerata 69,5 3,85

Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli pada tabel 4.6, diperoleh rerata skor sebesar 3,85. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 68, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 146. Para ahli juga memberikan komentar terhadap instrumen pedoman wawancara guru yang ditunagkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli No.

Item Sebelum perbaikan Komentar ahli Setelah perbaikan

5 Apakah Bapak/Ibu sering menggunakan media dalam

pembelajaran IPA? Apa alasannya?

Kata “apakah” lebih baik diganti menjadi “seberapa sering/intensitasnya”

Peneliti mengganti kalimat

menjadi “seberapa sering

Bapak/Ibu menggunakan media dalam pembelajaran

Beberapa komentar dari para ahli pada tabel 4.7 menajdi pertimbangan bagi penelitu dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi, peneliti melalukan wawancara kepada Guru SD Pangudi Luhur 2 Yogyakarta. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 21 September 2016. Transkrip wawancara dengan guru dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 152. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru yang disajikan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru

Topik Pertanyaan No.

Item Hasil Wawancara Ketersediaan media pembelajaran di kelas 1, 2, dan 3

Didalam kelas tidak terdapat media pembelajaran. media pembelajaran disimpan di dalam laboratorium. Dalam penggunaannya satu media pembelajaran digunakan untuk lima anak. media yang pernah dibuat oleh guru adalah mind map dari gabus. Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran 4, 5, 6, 7, 8, dan 9

Guru sering menggunakan media elektronik seperti video dalam menyampaikan materi. Dengan adanya media pembelajaran siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi, siswa akan lebih memperhatikan selama proses pembelajaran dan tidak mengobrol sendiri hal tersebut karena siswa menjadi lebih tertarik karena sesuatu yang baru. Siswa dapat menemukan kesalahannya sendiri dengan melakukan diskusi bersama.

Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA

10, 11, dan 12

Banyaknya materi yang abstrak sehingga membutuhkan media yang kontektual untuk membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. contoh materi yang sulit adalah daur hidup hewan siswa masih sering lupa untuk menulis telur dalam tahapan daur hidup, terkadang larva dan pupa terbalik.

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA

13, 14, 15 dan 16

Banyak siswa yang tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran Siswa cenderung akan mengobrol dengan teman sampingnya selama guru menerangkan materi sehingga sebagian besar siswa di kelas tidak memahami isi pembelajaran.

Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut 17 dan 18

Guru akan mengajak siswa berdiskusi bersama dengan membentuk kelompok kecil atau guru akan menunjuk siswa yang belum paham tersebut untuk maju kedepan dan akan diberi penjelasan kembali.

Wawancara yang ketiga ditujukan kepada siswa. Rencana wawancara dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4 di halaman 54, pedoman wawancara siswa telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli pembelajaran Montessori dan hasilnya dituangkan dalam tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara siswa

Ahli No. Item Total Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

IPA 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 42 3,81

Montessori 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43 3,90

Rerata 42,5 3,85

Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli pada tabel 4.9, didapatkan skor sebesar 3,85. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 68, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak untuk digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.7 halaman 154. Para ahli juga memberikan komentar terhadap instrumen pedoman wawancara siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli

No.

Item Sebelum perbaikan Komentar ahli Keputusan Perbaikan

5 Apakah Bapak/Ibu gurumu pernah menggunakan media dalam pembelajaran IPA? Jika iya, media apa saja yang pernah Bapak/Ibumu gurumu gunakan dalam pembelajaran IPA?

Tambahkan

pertanyaan “seberapa sering/intensitasnya?”

Peneliti menambahkan

pertanyaan menjadi “apakah

Bapak/Ibu gurumu pernah menggunakan media dalam pembelajaran IPA? Jika iya, media apa saja yang pernah Bapak/Ibu gurumu gunakan dalam pembelajaran IPA? Seberapa sering media tersebut digunakan dalam pembelajaran

IPA?”

Beberapa komentar dari para ahli pada tabel 4.10 menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi, peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SD Pangudi Luhur 2 Yogyakarta. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 22 September 2016. Transkrip wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran 1.8 halaman 158. Hasil wawancara dengan siswa dapat disajikan pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa

Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara

Tanggapan terhadap pembelajaran IPA yang selama ini terjadi

1 dan 2 Pembelajaran IPA dianggap sulit dipahami oleh siswa dan siswa merasa sedikit menyenangkan ketika mengikuti pembelajaran IPA . Penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA 3, 4, 5, 6, dan 7

Banyak materi IPA yang sulit. Guru pernah menggunakan rangka manusia sebagai media pembelajaran hal tersebut sangat menyenangkan karena merupakan hal baru bagi siswa. Guru tidak sering menggunakan media pembelajaran. siswa lebih mudah dalam memahami materi , lebih jelas dengan menggunakan media pembelajaran karena guru menjelaskan dengan sebuah benda yang sama dengan aslinya. Dengan menggunakan media pembelajaran suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA

8, 9, 10, dan 11

Banyak hal yang tidak dimengerti jika hanya belajar dari buku.contohnya daur hidup hewan. Dalam penyelesaian agar siswa menjadi paham guru sering menyuruh siswa kedepan untuk diberi penjelasan secara mandiri.

Dokumen terkait