• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Uji Coba Lapangan Terbatas

Uji coba lapangan terbatas dilakukan terhadap 7 siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu pada tanggal 12, 13, 14, 15, 19, 20 November 2014. Uji coba ini ditujukan kepada siswa yang berkesulitan belajar. Pendampingan belajar dilakukan dengan menggunakan alat peraga papan perkalian yang telah dikembangkan sebelumnya. Pemilihan siswa dilakukan dengan berkonsultasi langsung kepada guru kelas III.1. Konsultasi ini bertujuan untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pendampingan belajar dimulai dengan pretest

pada pertemuan pertama, pendampingan belajar dengan alat peraga papan perkalian pada pertemuan kedua sampai pertemuan kelima, dan posttest pada pertemuan terakhir. Berikut penjelasan dan analisis uji coba terbatas terhadap 7 siswa SD BOPKRI Gondolayu.

a. Data dan Analisis Tes

Peneliti menggunakan instrumen tes sebagai alat ukur kemampuan siswa pada saat pretest maupun posttest. Instrumen tes yang digunakan telah melewati uji validitas dan reliabilitas sehingga layak digunakan dalam penelitian ini. Berikut data dan hasil tes pada uji coba lapangan terbatas.

Tabel 4.52 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest Siswa No Nama Nilai Kenaikan

nilai pretest posttest 1 An 46,6 98,3 51,7 2 Se 50 98,3 48,3 3 Je 66 98,3 32,3 4 Ma 93,3 100 6,7 5 Jo 48,3 93,3 45 6 Ka 48,3 98,3 50 7 Si 55 98,3 43,3 rerata 58,21 97,82 39,61

Melihat pada tabel diatas, siswa pertama yaitu An mendapatkan nilai 46,6 saat pretest, kemudian ketika posttest An mendapatkan nilai 98,3. Siswa kedua yaitu Se yang mendapatkan nilai 50 saat pretest, kemudian ketika posttest Se mendapatkan nilai yang sama dengan An yaitu 98,3. Siswa ketiga yaitu Je yang mendapatkan nilai 66 saat pretest, kemudian ketika posttest Je mendapatkan nilai yang sama dengan An dan Se yaitu 98,3. Berbeda dengan ketiga siswa pertama, Ma mendapatkan nilai yang lebih baik yaitu 93,3 saat pretest dan mendapat nilai 100 saat posttest. Siswa selanjutnya Jo dan Ka yang mendapatkan nilai sama ketika pretest yaitu 48,3, namun berbeda ketika posttest. Jo mendapatkan nilai 93,3 saat posttest sedangkan Ka mendapatkan 98,3 ketika posttest. Siswa terakhir

yaitu Si yang mendapatkan nilai 55 saat pretest, kemudian ketika posttest Si mendapatkan nilai yang sama dengan An, Se, Je dan Ka yaitu 98,3. Setiap siswa menunjukkan perbedaan nilai saat pretest dan posttest, perbedaan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Siswa Saat Pretest dan Posttest

Dari tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa setiap siswa mendapat nilai yang berbeda saat pretest dan posttest. Jika dilihat dari rerata, perbedaan nilai siswa sebesar 39,61.

b. Data dan Analisis Kuesioner

Penilaian kualitas produk pada uji coba terbatas dilakukan oleh 7 siswa kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu. Penilaian produk dilakukan setelah posttest, dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner yang telah melalui tahap uji

0 20 40 60 80 100 120 An Se Je Ma Jo Ka Si pretest posttest

validitas konstruk oleh ahli dan siswa SD Kanisius Wirobrajan. Berikut hasil penilaian kualitas produk alat peraga.

Tabel 4.53 Rekapitulasi Hasil Validasi Produk oleh Siswa

Siswa Skor Item Pernyataan Total Rerata Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 An 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 37 3,7 Sangat Baik Se 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 3,9 Sangat Baik Je 3 4 4 4 4 2 1 4 4 2 32 3,2 Baik Ma 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 35 3,5 Sangat Baik Jo 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3,8 Sangat Baik Ka 4 4 3 3 2 4 4 4 2 4 34 3,4 Sangat Baik Si 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3,8 Sangat Baik

rerata 36,143 3,6143 Sangat Baik

Dari hasil penilaian oleh siswa di atas, menunjukkan bahwa skor rerata 3,6143 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Siswa tidak memberikan komentar pada kolom yang telah disediakan.

c. Analisis II

Analisis ini dilakukan untuk mempertimbangkan revisis produk alat peraga yang telah divalidasi dan diujicobakan. Analisis terangkum dalam tabel rekapitulasi penilaian produk alat peraga oleh ahli, guru dan siswa. Berikut hasil rekapitulasi tersebut.

Tabel 4.54 Rekapitulasi Penilaian Produk Alat Peraga Papan Perkalian Penilai Rerata Kategori

Ahli Matematika 4 Sangat Baik Ahli Montessori 3,3 Sangat Baik Ahli Matematika Montessori 3,6 Sangat Baik

Guru kelas 4 Sangat Baik

An 3,7 Sangat Baik

Penilai Rerata Kategori Je 3,2 Baik Ma 3,5 Sangat Baik Jo 3,8 Sangat Baik Ka 3,4 Sangat Baik Si 3,8 Sangat Baik

Rerata 3,65 Sangat Baik

Rerata yang diperoleh dalam penilaian alat peraga papan perkalian yaitu 3,65 yang termasuk dalam kategori “sangat baik”. Ada revisi dari beberapa ahli sebagai pertimbangan peneliti untuk memperbaiki produk alat peraga. Revisi produk alat peraga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan beberapa masukan dari ahli dan hasil penilaian produk dari siswa, peneliti selanjutnya melakukan revisi produk papan perkalian. Beberapa masukan tersebut dipertimbangkan dengan melihat kesesuaian pada 5 karakteristik dan beberapa akibat yang akan terjadi, berikut merupakan revisi produk yang dilakukan oleh peneliti.

Tabel 4.55 Revisi Produk No. Nama

Alat

Gambar

Keterangan Sebelum Revisi Setelah Revisi

1. Papan perkalian

Berat papan perkalian mencapai 2 kg.

Berat papan perkalian mencapai 1,5 kg Revisi dilakukan atas pertimbanga n siswa tidak kesulitan dalam membawa dan keamanan pada saat menggunaka n. Setelah direvisi, kategori berat alat

peraga termasuk dalam kategori ringan. 2. Kotak Manik- Manik Tempat manik-manik hanya berisi manik 1-9 dan kartu angka, sedangkan manik 10 dan kartu operasi hitung terpisah.

Tempat manik-manik berisi manik 1-10, kartu angka, dan kartu operasi hitung.

Revisi dilakukan atas pertimbanga n efisien tempat kotak manik-manik sehingga komponen alat peraga tidak terlalu banyak dan mudah dibawa oleh siswa. B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil identifikasi masalah pada tahap perencanaan. Hal tersebut menjadi acuan bagi peneliti dalam mengembangkan desain yang sesuai dengan hasil analisis kebutuhan siswa dan guru. Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mengetahui jika tidak ada alat peraga matematika untuk kelas III. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan bahwa guru tidak menggunakan alat peraga selama pembelajaran matematika. Tidak adanya alat peraga dalam pembelajaran matematika di kelas III disebabkan karena

keterbatasan waktu untuk membuat alat peraga. Salah satu dampak dari model pembelajaran yang seperti ini adalah siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut ditemukan pada saat observasi maupun wawancara. Dari hasil pengumpulan data tersebut, salah satu kesulitan belajar siswa terletak pada materi perkalian.

Berdasarkan analisis masalah tersebut, peneliti selanjutnya mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru terutama untuk materi perkalian. Kebutuhan akan alat peraga, dapat terlihat dari hasil kuesioner kebutuhan siswa dan guru. Hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 6 guru menyetujui jika adanya alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Hal ini juga diperkuat dari hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa bahwa sebanyak 39 siswa menyukai belajar matematika dengan menggunakan alat peraga. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan alat peraga sesuai dengan hasil identifikasi masalah dan kuesioner analisis kebutuhan.

Kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru dikembangkan mengacu 5 karakteristik alat peraga antara lain menarik, gradasi, auto-education, auto- correction, dan kontekstual. Kuesioner tersebut disusun menggunakan jenis kuesioner terbuka. Hal ini membantu peneliti untuk mengetahui kondisi siswa secara nyata. Berikut akan dipaparkan data tentang kuesioner analisis kebutuhan yang menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan alat peraga berupa papan perkalian.

Tabel 4.56 Analisis Ciri-ciri Alat Peraga yang Dikembangkan Ciri No. Jawaban Responden Keputusan

Auto- education

1. Sebanyak 49 siswa atau sebesar 94,2% mengatakan tidak pernah menggunakan alat peraga. Hal tersebut juga tidak sesuai dengan hasil kuesioner guru yang menyatakan bahwa sebanyak 5 guru pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Namun, alat peraga yang disebutkan guru tidak berkaitan dengan materi perkalian.

Berdasarkan uraian jawaban tersebut, peneliti melihat bahwa adanya alat peraga dapat membantu dalam memahami materi. Hal tersebut juga didukung dengan belum adanya alat peraga tentang perkalian untuk kelas III.

2. Sebanyak 6 guru menyatakan bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami konsep. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat siswa bahwa 39 siswa menyukai belajar dengan menggunakan alat peraga.

Kontekstual

3. Sebanyak 6 guru memiliki niat/ minat untuk membuat alat peraga dengan memanfaatkan benda- benda di sekitar. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat siswa bahwa sebanyak 45 siswa atau 86,5% belum pernah menggunakan alat peraga dengan menggunakan benda-benda di sekitar.

Uraian jawaban tersebut menjadi pertimbangan peneliti bahwa penggunaan alat peraga yang memanfaatkan benda-benda di sekitar masih terbatas. Bahan utama yang dipilih peneliti adalah kayu pinus, hal ini mempertimbangkan beberapa hal seperti keawetan, warna yang cerah, dan sebagainya. 4. Kayu = 47 Besi = 2 Kertas = 21 Plastik = 5 Lainnya = Menarik

5 Sebanyak 49 siswa berpendapat bahwa pemberian warna pada alat peraga dapat membuat alat peraga lebih menarik. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat guru bahwa sebanyak 6 guru menyetujui pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga lebih menarik.

Warna cerah merupakan warna yang dipilih peneliti berdasarkan hasil kuesioner guru dan siswa. Beberapa warna tersebut disesuaikan dengan warna manik-manik Montessori agar tetap menjadi hal yang konsisten. Hal tersebut dilakukan agar tidak membingungkan siswa. Merah = 20

Biru = 27 Hijau = 24 Putih = 12 6 Sebanyak siswa dan 5 guru

memilih jenis warna cerah untuk alat peraga. Berikut beberapa warna yang dipilih.

Ciri No. Jawaban Responden Keputusan Biru = 27 Hijau = 24 Putih = 12 Pink = 9 Kuning = 24 Oranye = 8 Ungu = 7 Jingga = 3 Emas = 1 Cokelat = 1 Krem = 1 Pink = 9 Kuning = 24 Ungu = 7 Emas = 1 Cokelat = 1 Gradasi

7. Sebanyak 4 guru dan 41 siswa lebih menyukai 1 alat peraga dapat digunakan untuk beberapa materi. Hal tersebut karena lebih efektif dan efisien dari segi waktu dan biaya

Peneliti mengembangkan alat peraga perkalian yang dapat digunakan untuk beberapa materi yang lain. Alat peraga tersebut dibuat dengan kategori sedang sesuai dengan kebutuhan responden. 8. Ringan = 17

Sedang = 38 Berat = 3

Auto- corretion

9. Sebanyak 43 siswa dan 6 guru berpendapat bahwa alat peraga yang berkualitas adalah dapat membantu siswa menemukan kesalahannya sendiri. Hal tersebut karena dapat melatih kemandirian siswa.

Uraian tersebut menjadi pertimbangan peneliti untuk mengembangkan ciri auto- correction pada alat peraga.

10. Sebanyak 43 siswa dan 6 guru memilih alat peraga yang dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar.

Berdasarkan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, peneliti mempertimbangkan untuk mengembangkan alat peraga dengan 5 ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Selanjutnya, peneliti menggunakan penilaian validasi produk untuk menilai kesesuaian pengembangan alat peraga berdasarkan kelima ciri tersebut. Berikut akan dipaparkan hasil validasi produk dari ahli dan siswa.

Tabel 4.57 Rekapitulasi Analisis Pengembangan Berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori oleh Ahli dan Siswa

Nomor

Item Indikator

Siswa Ahli Rata

-rata Ke t 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 1. Auto- education 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3,73 SB 2. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4,00 SB 3. Auto- correction 3 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 3,45 SB 4. 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3,64 SB 5. Menarik 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3,82 SB 6. 4 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3,55 SB 7. Bergradasi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4,00 SB 8. 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3,82 SB 9. Konteks -tual 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3,73 SB 10. 3 4 4 4 4 2 1 4 1 3 4 3,09 B Total 35 39 39 39 35 36 33 40 33 36 40 3,68 SB

Berdasarkan hasil tersebut, dapat terlihat bahwa rerata validasi produk alat peraga adalah 3,68. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat peraga memiliki kualitas yang sangat baik. Selain itu, masing-masing ciri dari alat peraga juga dikembangkan dengan sangat baik oleh peneliti. Kelima ciri tersebut terdapat pada alat peraga papan perkalian. Oleh karena itu, alat peraga tersebut layak digunakan dan dapat dikatakan sebagai prototype.

149 BAB V PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori yang dikembangkan memiliki ciri-ciri: pertama, menarik yang dapat dilihat dari warna alat peraga dan bentuk manik-manik. Kedua, bergradasi yang dapat dilihat dari penomoran kartu angka, manik-manik, nilai tempat dan kartu soal. Ketiga, dapat digunakan secara mandiri (auto-education) yang dapat dilihat ketika siswa menggunakan alat peraga. Keempat, dapat mengoreksi kesalahan (auto- correction) yang dapat dilihat pada konsistensi warna, lubang yang terdapat pada papan perkalian, jawaban yang terdapat di balik kartu soal. Kelima, terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapat (kontekstual) yang dapat dilihat dari bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan alat peraga papan perkalian.

2. Alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori yang dikembangkan memiliki kualitas sangat baik dilihat dari perolehan skor validasi ahli. Perolehan skor rerata yang didapatkan yaitu sebesar 3,73 sehingga alat peraga

papan perkalian yang dikembangkan layak untuk pengujian dengan subjek yang lebih luas.