• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ungkapan yang Menunjukkan Pertalian Kekeluargaan

BAHASA MANGGARAI 3.1 Pengantar

3.2.7 Ungkapan yang Menunjukkan Pertalian Kekeluargaan

Berikut ini diuraikan contoh-contoh ungkapan yang menunjukkan pertalian

kekeluargaan.

‘ Semua masyarakat berkumpul untuk melakukan musyawarah bersama’

Ungkapan neki weki manga ranga kudut bantang pa’ang olo - ngaung musi

merupakan idiom dalam musyawarah untuk mengambil suatu keputusan.

Musyawarah harus dihadiri oleh seluruh anggota masyarakat. Keputusan dalam

musyawarah merupakan keputusan bersama yang telah disepakati oleh setiap

anggota masyarakat. Ungkapan tersebut diucapkan oleh pemimpin adat ketika akan

memulai musyawarah. Ungkapan tersebut menggambarkan kehidupan keseharian

masyarakat Manggarai yang sangat menghargai persatuan dan kesatuan.

(116) Alo dalo - pulu wungkut

‘ Delapan ruas bambu- sepuluh buku tangan’

Ungkapan alo dalo - pulu wungkut merupakan idiom untuk menyatakan

hubungan kekerabatan yang sudah turun temurun antara keluarga anak rona (pihak

pemberi istri / keluarga istri) dan anak wina (pihak penerima istri / keluarga suami).

(117) Eme wakak betong - asa manga waken nipu tae

‘ Jika induk rumpun bambu tumbang - akarnya akan tumbuh dan

melanjutkan kehidupan yang sama’

(118) Bete wase biring wae - tungku kole ndawir wali

‘ Putus tali di pinggir kali - bila bertunas akan sambung lagi’

Ungkapan (117) dan (118) merupakan idiom untuk menyatakan makna bila

orang tua meninggal, maka anak atau cucu keturunannya akan menggantikannya.

(119) Nio loda do - waen oke sale

  77

Ungkapan nio loda do - waen oke sale merupakan idiom untuk menyatakan

makna keturunan dari suatu klan sudah banyak menyebar ke mana-mana.

(120) Na’a waen pake - na’a uten kuse

‘ Katak ikut air dan udang ikut sayurnya’

Ungkapan na’a waen pake - na’a uten kuse merupakan idiom untuk menyatakan

makna bahwa segala perilaku orang tua diwariskan kepada anak-anaknya. Ungkapan

na’a waen pake - na’a uten kuse dalam bahasa Manggarai memiliki makna yang

sama dengan peribahasa air ditulang bubungan, turunnya ke cucuran atap.

(121) Bom tombo le run rukus - bom tura le run kula

‘ Kepiting tidak bicara - musang pun tidak memberitahukan warna kulitnya

sendiri’

Ungkapan bom tombo le run rukus - bom tura le run kula merupakan idiom

untuk menyatakan makna walaupun orang tidak menceritakan asal-usulnya, tetapi

dapat diketahui dari tutur kata dan tingkah lakunya.

(122) Muku ca pu’u - neka woleng curup

‘ Pisang serumpun - jangan berbeda kata’

(123) Teu ca ambu - neka woleng wintuk

‘ Tebu serumpun jangan berbeda jalan’

(124) Ipung ca tiwu - neka woleng wintuk

‘ Ipun (sejenis ikan) sekolam jangan berbeda tindakan’

(125) Nakeng ca wae - neka woleng tae

(126) Neka bike ata ca lide - neka behas ata ca cewak

‘ Jangan terrpecah saudara / saudari sebakul- jangan terbelah saudara/

saudari semangkuk’

Ungkapan (122), (123), (124), (125) dan (126) merupakan idiom untuk

menyatakan makna bahwa dalam satu keturunan harus seia-sekata dalam setiap

perkataan dan perbuatan, serta hidup rukun dan damai. Kalimat muku ca pu’u pada

ungkapan (122) , teu ca ambu (123), ipung catiwu (124), nakeng ca wae (125), dan

lide ( 126) merupakan kiasan untuk sebuah garis keturunan / keluarga dari sebuah

klan. Muku (pisang) tumbuh dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari tunas-

tunas yang baru. Teu (tebu) merupakan tanaman berumpun dan tumbuh saling

berdekatan. Ipung (ipun) sama seperti ikan laut lainnya selalu bergerombol kemana

pun mereka pergi. Lide adalah keranjang kecil berbentuk bulat, yang terbuat dari

pandan, biasa digunakan untuk berbagai keperluan. Kehidupan kekeluargaan dari

sebuah keturunan suku / klan diumpamakan sebagai tanaman pisang, tebu, ipun, dan

bakul.

(127) Weki toe pecing - ranga toe tanda

‘ Wajah yang tak dikenal’

Ungkapan Weki toe pecing - ranga toe tanda merupakan idiom untuk tamu

atau orang baru yang belum dikenal warga masyarakat setempat atau tamu yang tak

diundang dalam suatu pesta.

(128) Toe manga ata bengkar one mai belang

  79

(129) Toe manga ata bok ane betong

‘ Tidak ada anak yang dilahirkan dari rumpun bambu’

Ungkapan (128) dan (129) merupakan idiom untuk menyatakan makna

bahwa tak ada anak yang lahir tanpa orang tua.

(130) Neka hemong kuni agu kalo

‘ Jangan lupa tali pusat bayi dan pohon dadap’

Ungkapan neka hemong kuni agu kalo merupakan idiom untuk menyatakan

rasa cinta terhadap tanah tumpah darah (tanah kelahiran) serta tidak melupakan

kebiasaan di kampung halaman.

3.3 Fungsi Go’ét (Ungkapan Ttradisional) dalam Bahasa Manggarai

Dalam lingkungan masyarakat Manggarai, go’ét memiliki fungsi atau

peran dalam mengatur tata kehidupan sosial dalam masyarakat karena mengandung

norma serta nilai-nilai kehidupan yang harus diketahui, dipahami serta dipatuhi oleh

setiap anggota masyarakat. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai pendidikan, nilai

religi, nilai sosial, dan nilai etis dan estetis. Go’ét yang mengandung nilai pendidikan

berjumlah tiga puluh satu buah yang berfungsi untuk mendidik moral para generasi

muda agar tumbuh menjadi seorang pribadi yang bertanggung jawab, baik dalam

lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat. Go’ét yang

mengandung nilai religi berjumlah enam belas buah yang berfungsi untuk

menggambarkan keyakinan orang Manggarai akan adanya Wujud Tertinggi yang

menguasai alam semesta. Go’ét yang berfungsi untuk tujuan sosial berjumlah

masyarakat Manggarai. Go’ét yang berfungsi untuk menyindir orang berjumlah dua

puluh empat buah, yang digunakan untuk menyindir perbuatan seseorang yang

melanggar tata krama dan norma adat yang berlaku di lingkungan masyarakat. Go’ét

yang digunakan dalam istilah perkawinan adat berjumlah enam belas buah yang

berfungsi untuk menjelaskan macam-macam istilah yang digunakan dalam

perkawinan adat Manggarai.

Go’ét yang digunakan dalam pergantian keturunan berjumlah sebelas buah

yang berfungsi untuk mengungkapkan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan

dalam suatu garis keturunan. Go’ét yang mengandung nilai etis dan estetis

berjumlah sebelas buah yang berfungsi untuk memperindah sebuah kata atau ucapan

seseorang agar enak didengar serta untuk menjaga perasaan orang yang dibicarakan.

Go’ét yang mengandung pujian berjumlah tiga buah yang berfungsi untuk

menyatakan kekaguman seseorang terhadap orang lain / mengungkapkan rasa

ketertarikan. Go’ét yang digunakan untuk mengutuk berjumlah satu buah, yang

berfungsi untuk mengutuk seseorang yang melalakukan tindakan kejahatan (mencuri,

membunuh, memperkosa, dan lain-lain).

Berikut ini akan diuraikan mengenai fungsi go’ét dalam kehidupan sosial

masyarakat Manggarai.

3.3.1 Go’et yang Berfungsi untuk Mendidik

Go’ét yang berfungsi untuk mendidik digunakan oleh para orang tua,

berupa nasihat serta teguran yang bertujuan untuk mendidik budi pekerti anak agar

  81

di lingkungan masyarakat, serta untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan. Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat sebelum masuk ke bangku pendidikan. Pendidikan anak dalam

lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap sikap anak ketika masuk dalam

lingkungan pergaulan di masyarakat dan lingkungan sekolah. Go’ét yang berfungsi

untuk mendidik merupakan tindak tutur ilokusi, karena selain mengandung informasi

(pesan), tuturan tersebut dimaksudkan agar pesan tersebut diwujudkan dalam bentuk

tindakan (melakukan sesuatu berdasarkan pesan atau informasi). Para orang tua

berharap pesan atau informasi yang disampaikan kepada para generasi muda dalam

bentuk nasihat dapat diwujudnyatakan dalam keseharian di lingkungan masyarakat.

Berikut ini akan diuraikan mengenai go’ét Manggarai yang berfungsi untuk

mendidik.

(1) Duat gula - we’e mane - dempul wuku - tela toni

Ungkapan duat gula -we’e mane - dempul wuku - tela toni berfungsi sebagai

nasihat dari orang tua kepada sepasang suami-istri yang baru memulai kehidupan

rumah tangganya. Dengan bekerja keras, mereka dapat menghidupi keluarganya dan

diharapkan dapat memperoleh hasil yang berlimpah sehingga dapat mendukung

kesejahteraan dan kedamaian dalam keluarga.

(2) Hiang ata ko hae etam - nggoes wale oe - inggos wale io

Ungkapan hiang koe hae etam - nggoes wale oe - inggos wale io berfungsi

sebagai nasihat dari orang tua kepada anaknya dalam lingkungan keluarga, yang

berfungsi untuk mendidik budi pekerti anak agar tumbuh menjadi pribadi yang

bermasyarakat dengan cara menghormati serta menghargai sesamanya yaitu

berbicara dengan sopan terlebih kepada orang yang lebih tua.

(3) Duat nggerpe’ang uma sama rangka lama - wé’é nggerone mbaru sama

régé ruék

Ungkapan duat nggerpe’ang uma sama rangka lama - wé’é nggerone mbaru

samarégé ruék berfungsi sebagai nasihat dari orang tua kepada sepasang pengantin

baru. Dalam kehidupan rumah tangga, keduanya harus hidup berdampingan dan

saling membantu dalam mengerjakan segala sesuatu yang menyangkut urusan rumah

tangga. Segala urusan serta pekerjaan yang menyangkut urusan rumah tangga

merupakan tanggung jawab bersama bukan tanggung jawab individu.

(4) Kantis ati - racang rak - cengka lemas / kantis nai rai ati

Ungkapan Kantis ati - racang rak - cengka lemas / kantis nai rai ati

merupakan nasihat orang tua kepada anaknya yang berfungsi untuk mendidik anak

agar terbiasa :

(a) melakukan segala pekerjaan, mencintai bidang usaha yang digelutinya;

(b) mampu meniru pekerjaan orang tua;

(c) mengembangkan kemampuan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup;

(d) dapat memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki;

(e) bekerja sendiri dan mandiri;

(f) berinisiatif dan kreatif;

  83

Ungkapan tersebut diharapkan dapat diteladani dalam kehidupan nyata karena

sebuah keberhasilan atau kesuksesan diperoleh dengan sebuah usaha serta kerja

keras.

(5) Na’a ngger wa rak - na’a nggger eta lemas

Ungkapan na’a ngger wa rak - na’a nggger eta lemas merupakan sebuah

nasihat dari orang tua kepada anggota keluarga, khususnya kepada anak yang

berfungsi untuk mendidik sang anak agar bersikap sabar ketika menghadapi suatu

permasalahan.

(6) Asam ndusuk tana ru-konem lalen tana sale

Ungkapan asam ndusuk tana ru - konem lalen tana sale merupakan nasihat

dari orang tua kepada para generasi muda yang berfungsi untuk mendidik para

generasi muda untuk memiliki rasa cinta tanah air (cinta akan kampung halaman).

(7) Néka ngondé holés - néka mejéng hesé

Ungkapan néka ngondé holés - néka mejéng hesé merupakan nasihat dari

orang tua kepada para generasi muda agar tidak melupakan tugas serta tanggung

jawab dalam keluarga atau pun di lingkungan masyarakat.

(8) Toing le toming - taé le pandé

Ungkapan toing le toming - taé le pandé merupakan nasihat dari orang tua

kepada para generasi muda atau kepada orang yang memegang status sebagai

pemimpin dalam masyarakat, atau orang yang akan menerima jabatan dalam

masyarakat.

Ungkapan toé ngoéng te karukak ka’éng tana merupakan nasihat dari orang

tua kepada anaknya agar tidak membuat keributan atau keonaran dalam kehidupan

sosial masyarakat. Sebaliknya, orang tua sangat berharap sang anak ikut

berpartisipasi dalam menjaga keamanan serta ketertiban lingkungan.

(10) Toe mbasa saék - toé woro waés tipek

Ungkapan toe mbasa saék - toé woro waés tipek merupakan nasihat dari

orang tua kepada anaknya agar hidup sederhana dan tidak boros.

(11) Neka inung toe nipu - neka hang toe tanda - neka lage loce data

(12) Neka ngoeng ata - neka jurak - neka lage loce toko data

Ungkapan (11) dan (12) merupakan nasihat dari orang tua kepada para

generasi muda agar para generasi muda mengetahui ketentuan serta adat-istiadat

yang berlaku di lingkungan masyarakat, khususnya hal-hal yang tidak boleh

dilakukan. Para generasi muda diharapkan dapat mengikuti norma yang berlaku

dalam lingkungan masyarakat menurut tradisi dan adat-istiadat untuk mencegah

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

(13)Eme inung toe nipu - hang toe tanda-anggom le anggom lau - ro’e ngoel

rekok lebo cemoln de mosem

Ungkapan eme inung toe nipu - hang toe tanda - anggom le anggom lau -

ro’e ngoel rekok lebo cemoln de mosem merupakan nasihat dari orang tua kepada

para generasi muda agar menghormati serta menghargai harkat dan martabat sesama

manusia dengan cara tidak mengambil atau merampas hak milik orang lain secara

paksa. Bila hal tersebut terjadi, maka orang tersebut akan mati pada usia muda

  85

sebagai sebuah nasihat, ungkapan tersebut mengandung sebuah norma yang harus

ditaati oleh setiap anggota masyarakat.

(14) Néka toko - takak ného lema de nggalang

Ungkapan néka toko - takak ného lema de nggalang merupakan nasihat serta

teguran dari orang tua kepada anaknya yang berfungsi untuk mendidik budi pekerti

anak agar selalu bersikap sopan dalam bertutur kata dan selalu bersikap jujur.

(15) Neka beti nai agu mas mata

Ungkapan neka beti nai agu mas mata merupakan nasihat dari orang tua kepada anaknya agar selalu bersikap rendah hati dan tidak merasa iri dengan

kesukssesan orang lain melainkan turut merasa bahagia.

(16) Néka wa’ek lewing naré

Ungkapan néka wa’ek lewing naré merupakan nasihat dari orang tua kepada

anaknya dalam hal menjari jodoh / pasangan hidup agar tidak mengawini wanita dari

sesama klan. Selain sebagai sebuah nasihat, ungkapan tersebut mengandung norma

susila yang harus diikuti serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat.

(17) Neka conga bail boto poka bokak-neka tengguk bail boto kepu tengu

Ungkapan neka conga bail boto poka bokak - neka tengguk bail boto kepu

tengu merupakan sebuah nasihat atau petuah dalam kehidupan bermasyarakat.

(18) Mejok déko-ngguing wuli-lélak médak-momang nggotak

Ungkapan mejok déko-ngguing wuli-lélak médak-momang nggotak

merupakan sebuah pesan yang ditujukan bagi kaum wanita agar tidak terbuai oleh

harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan sehingga tidak disia-siakan oleh

lelaki.

(19)Mohas’n na’a ronag-kali rona agu koka-jurak’n tu’ung na’a tu’ag-kali

tu’a agu kula

Ungkapan mohas’n na’a ronag-kali rona agu koka-jurak’n tu’ung na’a

tu’ag-kali tu’a agukula merupakan nasihat dari orang tua kepada anak gadisnya agar

berhati-hati, lebih cernat dan mempertimbangkan dengan matang sebelum menerima

lamaran seorang pemuda (calon suami) agar tidak salah dalam memilih pasangan

hidup. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah mengenai sifat serta watak calon

suami sehingga sang gadis dapat mendapatkan gambaran bagaimana cara

menghadapinya setelah hidup berumah tangga.

(20) Oke rona ngoeng - di’an lelo ilang

Ungkapan oke rona ngoeng - di’an lelo ilang mengandung nllai moral yang

mendidik manusia agar menghindari perbuatan yang menodai kehidupan berumah

tangga serta tidak mudah tergoda oleh rayuan atau godaan yang dapat menyebabkan

seseorang jatuh ke dalam lembah nista. Selain mengandung nasihat, ungkapan

tersebut juga digunakan untuk menyindir seorang wanita yang berselingkuh dengan

lelaki lain.

(21) Bahi gici arit - cingke gici irat

Ungkapan bahi gici arit - cingke gici irat merupakan nasihat orang tua

kepada para generasi muda yang berfungsi untuk mendidik para generasi muda agar

selalu bersikap adil dan jujur terhadap sesama, terutama menyangkut kepentingan

  87

(22) Pase sapu kole mbaru - pake panggal kole tana

Ungkapan pase sapu kole mbaru - pake panggal kole tana merupakan

nasihat dari orang tua kepada para generasi muda, khususnya yang pergi merantau

agar dapat menjaga sikap di tanah rantauan, sukses dalam usaha sehingga dapat

menjadi orang yang sukses.

(23) Kole le mai - selendang laing tarik

Ungkapan kole le mai - selendang laing tarik merupakan nasihat serta

harapan orang tua kepada anaknya yang pergi merantau (mengenyam pendidikan

atau yang merantau untuk mengadu nasib) agar apa yang dicita-citakan atau yang

diharapkan dapat tercapai.

(24)Neka bea betan - ngampang be wan

Ungkapan neka bea betan - ngampang be wan digunakan sebagai nasihat dari orang tua kepada anaknya agar selalu bersikap jujur dan konsisten terhadap segala

perkataan serta perbuatan.

(25)Toe manga ata bengkar one mai belang

(26)Toe manga ata bok one betong

Ungkapan (25) dan (26) digunakan para orang tua untuk menasehati anaknya

bahwa tak ada anak yang dilahirkan tanpa orang tua.

(27) Lalong pandong du ngo - lalong rombeng du kole

(28) Lalong bakok du lako - lalong rombeng du kole

Ungkapan (27) dan (28) digunakan oleh para orang tua untuk menasehati

dari orang tua kepada sang anak agar sang anak sukses sehingga kelak dapat menjadi

orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.

(29) Uwa haeng wulang - langkas haeng ntala

Ungkapan uwa haeng wulang - langkas haeng ntala merupakan nasihat dari para orang tua kepada para generasi muda agar menggantungkan cita-cita setinggi

langit dan berusaha untuk meraihnya, agar kelak dapat menjadi orang yang berguna

bagi nusa dan bangsa. Ungkapan tersebut merupakan sebuah nasihat yang berfungsi

untuk member motivasi kepada sang anak. Selain sebagai nasihat, ungkapan tersebut

juga mengandung sebuah doa serta harapan dari para orang tua kepada anaknya.

(30) Peci pase sapu - selek kope

Ungkapan peci pase sapu - selek kope digunakan para orang tua dalam

lingkungan keluarga untuk menasehati anak laki-lakinya agar tidak terburu-buru

untuk hidup berumah tangga. Sebelum menikah, anak lelaki harus sudah mempunyai

pekerjaan yang tetap agar dapat menghidupi anak dan istrinya.

(31) Neka bike ata ca lide - neka behas at ace cewak

Ungkapan neka bike ata ca lide - neka behas ata ce cewak digunakan sebagai nasihat oleh para orang tua kepada para generasi muda dalam lingkungan keluarga

agar selalu seia-sekata dan tidak saling bermusuhan. Segala persoalan yang terjadi

dalam lingkungan keluarga (khususnya dalam satu klan) diselesaikan dengan cara

  89

3.3.2 Go’ét yang Berfungsi untuk Religi

Ungkapan yang mengandung nilai religi merupakan tindak tutur lokusi

karena hanya berupa informasi yang berfungsi untuk menggambarkan hubungan

masyarakat Manggarai dengan wujud tertinggi yang disebut Mori (Tuhan) yang

menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Sebagai pencipta, Tuhan

mempunyai kuasa untuk mengatur segala sesuatu yang ada di muka bumi.

Masyarakat Manggarai percaya bahwa Tuhan itu adalah roh dan Ia tinggal di suatu

tempat tertentu, manusia dan alam tidak berdaya terhadap kuasa-Nya. Berikut ini

akan diuraikan mengenai go’et Manggrai untuk tujuan religi. (32) Mori agu Ngara’n ata Jari Dedek tana wa awang’n eta

Ungkapan Mori agu Ngara’n ata Jari Dedek tana wa awang eta merupakan gambaran kepercayaan masyarakat Manggarai yang meyakini adanya kekuasaan

tertinggi, melebihi daya jangkauannya, yang mempunyai kuasa untuk menciptakan

langit dan bumi beserta segala isinya.

(33) Imbi Mori’n ai Hia ata Dedek ite - Mori Jari agu Dedek

Ungkapan imbi Mori’n ai Hia ata dedek ite - Mori Jari agu Dedek

merupakan sebuah ungkapan gambaran kepercayaan masyarakat Manggarai yang

mengakui bahwa hanya Tuhan-lah yang mempunyai kekuasaan tertinggi, yang

menciptakan manusia beserta alam semesta dan segala isinya.

(34) Mori ata pukul par agu kolep

Ungkapan Mori ata pukul par agu kolep merupakan gambaran kepercayaan

masyarakat Manggarai yang mengakui kekuasaan Tuhan sebagai Pencipta tak

(35) Mori nipu riwu ongko do

Ungkapan Mori nipu riwu ongko do merupakan gambaran kepercayaan orang

Manggarai yang menyakini bahwa Tuhan Allah-lah yang mengatur segala sesuatu

yang ada di muka bumi. Segala sesuatu yang terjadi pada manusia adalah atas

kehendak Tuhan sebagai seorang penguasa dan pencipta. Manusia hanya bisa pasrah

dan tunduk pada kekuasaan-Nya.

(36) Toe nganceng pangga’n kuasa de Ngara’n - toe nganceng kepe’n

ngoeng de Dedek

Ungkapan toe nganceng pangga’n kuasa de Ngara’n - toe nganceng kepe’n

ngoeng de dedek merupakan gambaran keyakinan orang Manggarai yang meyakini bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Apa pun itu

jika sudah menjadi kehendak Tuhan pasti akan terjadi.

(37) Suju neka tumpus - ngaji neka caling - ngaji bilang bari kamping jari

Ungkapan suju neka tumpus - ngaji neka caling - ngaji bilang bari kamping

Jari merupakan gambaran kepercayaan serta keyakinan orang Manggarai yang selalu

mengucap syukur atas segala karunia yang diberikan Tuhan.

(38) Io agu naring Mori’n agu Ngara’n bate Jari agu Dedek

Ungkapan io agu naring Mori’n agu Ngara’n bate Jari agu dedek merupakan gambaran keyakinan orang Manggarai, bahwa sebagai Sang Pencipta, Tuhan harus

disembah dan dipuji karena telah memberikan kehidupan bagi mausia.

(39) Hiang Hia ata pukul par’n awo - kolep’n sale - ulun le - wa’in lau -

  91

Ungkapan hiangHia ata pukul par’n awo - kolep’n sale - ulun le -wa’in lau -