• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWASAN TAMAN NASIONAL

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

4.3. Upaya Balai Besar TNBBS dalam Pengelolaan Kawasan

Berbagai upaya dilakukan oleh Balai Besar TNBBS dalam mengelola dan menjaga keutuhan kawasan taman nasional. Bentuk upaya yang dilakukan disesuaikan dengan arah dan tujuan pengelolaan TNBBS. Sebagai salah satu taman nasional model, berikut ini dipaparkan beberapa upaya yang dilakukan dalam pengelolaan kawasan.

Balai Besar TNBBS dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka menjaga keutuhan kawasan taman nasional dengan tujuan pemantapan kawasan melalui usaha-usaha sebagai berikut:

a. Penunjukan, penataan, pemetaan, penetapan, dan pemeliharaan/rekonstruksi batas kawasan yang dilakukan melalui pelibatan dan partisipasi masyarakat, pemerintah daerah, dan berbagai pihak yang terkait.

b. Penataan zonasi kawasan. Rancang bangun penataan ruang kawasan TN harus sesuai dengan potensi dan fungsi pemanfaatannya dgn memperhatikan hak-hak masyarakat. Pembagian dan pengelompokan zonasi didasarkan pada tipe dan potensi yg terkandung di dalam ekosistem, fungsi dan rencana

58

pemanfaatannya serta daya dukung untuk efektivitas dan efisiensi pengelolaan

c. Perlindungan dan pengamanan kawasan melalui penjagaan, patroli, pencegahan tindak perambahan, kebakaran hutan dan penegakan hukum (law

enforcement)

Kemudian, dalam rangka pengembangan ekowisata, Balai Besar TNBBS melakukan berbagai kegiatan mulai dari inventarisasi dan identifikasi potensi obyek wisata, pengembangan desain ekowisata dan optimalisasi pemanfaatan jasa lingkungan, yang kesemuanya diintegralkan dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar taman nasional. Upaya lainnya yang penting dilakukan adalah pelestarian ekosistem dan jenis-jenis flora dan fauna yang termasuk ke dalam flag species. Langkah pembinaan habitat, restorasi dan rehabilitasi dilakukan dalam rangka mewujudkan pelestarian jenis dan ekosistem yang ada. Kegiatan lainnya adalah program pemberdayaan masyarakat dan pembinaan daerah penyangga.

Dalam pengelolaan kawasan, Balai Besar TNBBS melibatkan berbagai instansi dan lembaga yang berkompeten terhadap TNBBS. Hal ini terutama di latar belakangi oleh letak kawasan TNBBS yang berada di 2 (dua) propinsi yaitu Propinsi Lampung dan Propini Bengkulu. Di Propinsi Lampung kawasan TNBBS mancapai luas 290.800 Ha yang meliputi Kabupaten Tanggamus (10.500 Ha) dan Kabupaten Lampung Barat (280.300 Ha). Sementara di Propinsi Bengkulu kawasan TNBBS berada di Kabupaten Kaur (66.000 Ha).

Balai Besar TNBBS juga telah melakukan berbagai upaya pengelolaan secara kolaboratif. Hal ini merupakan langkah strategis untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan karena jika hanya mengandalkan semata pada kemampuan Balai TNBBS dirasa tidak akan maksimal. Langkah ini juga dimaksudkan agar permasalahan yang dihadapi oleh TNBBS saat ini, yang meliputi perambahan, penebangan liar, pembukaan jalan, perburuan satwa, dan tata batas kawasan, tidak hanya merupakan tanggung jawab Balai TNBBS saja, melainkan juga seluruh pihak, baik pemerintah daerah, kalangan LSM dan masyarakat setempat.

Puncak komitmen koordinasi dan kerjasama Balai TNNBS dengan pemerintah daerah dilakukan di Kabupaten Lampung Barat dengan mendorong

59

Kabupaten Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi. Deklarasi Kabupaten Konservasi Lampung Barat pada dasarnya bertujuan untuk mengintegrasikan rencana pengelolaan TNBBS menjadi bagian rencana pembangunan Lampung Barat dalam jangka panjang. Sayangnya itikad baik ini belum dilakukan dengan tindakan kongkrit di lapangan. Proses perambahan taman nasional menjadi pemukiman bahkan desa definitif, kemudian keberadaan kebun kopi di dalam kawasan, sampai rencana pembuatan jalan yang membelah kawasan tetap saja muncul sebagai konsekuensi dari tuntutan pembangunan daerah.

Selain pemerintah daerah, Balai TNBBS dalam pengelolaannya juga mendapat dukungan dari berbagai badan dan organisasi baik di tingkat lokal maupun internasional yang tergabung ke dalam Forum Mitra TNBBS. Di dukung Mitra TNBBS, Balai Taman Nasional menyusun rencana pengelolaan, mulai dari perencanaan sampai dengan pada tahap aksi, program-program konservasi yang meliputi usaha pelestarian keanekaragaman hayati, pengawetan flora dan fauna, penataan batas, solusi konflik satwa dan manusia, perambahan, dan penebangan liar, sampai ke program pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan daerah penyangga. Berikut ini pada Tabel 8 disajikan beberapa mitra kerja Balai TNBBS yang aktif terlibat dalam pengelolaan taman nasional.

60

Tabel 8. Beberapa Instansi/Lembaga yang Terlibat dalam Pengelolaan TNBBS

No. Instansi/Lembaga Garis Besar Program

1. Departemen Kehutanan Pemberantasan Penebangan Liar, Revitalisasi Sektor Kehutanan,

Rehabilitasi dan Konservasi SDAH, Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Hutan, dan Pemantapan Pengelolaan Kawasan.

2. Balai TNBBS Pengamanan & Perlindungan Hutan, Konservasi Kawasan,

Konservasi Keanekaragaman Jenis, Pengembangan Pariwisata Alam, Pengendalian Kebakaran Hutan, Pembinaan Daerah Penyangga, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sekitar Kawasan, Pengembangan Kerjasama Kemitraan & Jejaring Kerja (networking), dan Peningkatan Profesionalisme SDM.

3. WWF a. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,

dengan tujuan: (1) Memperkuat upaya-upaya konservasi; (2) Membantu mengembangkan dan memperkuat kerangka kebijaksanaan KSDAHE; (3) Membantu upaya pemanfaatan SDA secara berkelanjutan; (4) Memperkuat kegiatan penyuluhan dan kampanye konservasi; dan (5) Melaksanakan kegiatan lain.

b. Bekerjasama dengan counterpart dari PHPA, Bangda,

Komponen lain, Bappeda

c. Bekerjasama dengan organisasi lokal

d. Membentuk proses perencanaan dan pelaksanaan pemberian hibah desa

e. Mengidentifikasi dan menunjuk petugas Village

Conservation Fasilitator

f. Menjalin koordinasi dengan komponen area/village

development. 4. Tiger Protection & Conservation

Unit ( TPCU)

Pelestarian Harimau Sumatera (PHS), dengan tujuan: (1) perlindungan Harimau Sumatera; (2) Survey Lapangan; (3) Mengelola biodiversity dan hutan penyangga; (4) Membangun jejaring kerjasama; dan (5) Peningkatan kapasitas SDM.

5. International Rhino Foundation Pemantapan dan operasional Rhino Protection Units (RPU), dengan tujuan: Perlindungan Badak Sumatera dan habitatnya. 6. Birdlife-Indonesia Programme,

Conservation International- Indonesia Programme (CII), , WCS (World Conservation Society), ICRAF, Watala, Latin, Universitas Lampung (UNILA)

Kegiatan riset, observasi, dan dukungan operasi.

7. Bank Dunia (World Bank) 1994-2002

• Intergrated Conservation and Development Project (ICDP), dengan tujuan: (1) perlindungan dan pelestarian kawasan TNKS; (2) memadukan aspek pembangunan ekonomi; dan (3) pemerintah daerah dan masyarakat sekitar kawasan.

• Kegiatan ICDP meliputi: (1) Park Management (Komponen A); (2) Pembangunan Masyarakat (Komponen B); (3) Keanekaragaman hayati dan HPH (Komponen C); dan (4) Monitoring dan Evaluasi (Komponen D).

8. LSM Lokal (Forum Kaur, Baguay Jejama, Yasadhana, Sanga Buana)

Penguatan kelembagaan lokal, advokasi hak-hak masyarakat lokal, mendapatkan suatu konsep “manajemen kolaboratif” pengelolaan lansekap BBS yang efektif, mediator dan fasilitator dalam upaya penggalian dana berkelanjutan dan strategis untuk pembangunan kawasan lansekap BBS, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha produktif bagi masarakat di sekitar TNBBS.

61

V. STRUKTUR RUANG WILAYAH, PEREKONOMIAN DAN