• Tidak ada hasil yang ditemukan

URUSAN KETAHANAN PANGAN

Dalam dokumen PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT (Halaman 117-124)

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BABVI PENUTUP

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945. Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan dapat menciptakan

RKPD KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018 II-83 ketidakstabilan ekonomi.

Ketahanan pangan merupakan sistem yang terdiri dari sub sistem ketersediaan pangan, distribusi pangan, keterjangkauan dan konsumsi pangan.

Ketersediaan mengandung arti ketersediaan pangan yang cukup, aman, bergizi, berasal dari pangan lokal, impor dan stok masyarakat. Distribusi pangan mengandung arti pangan tersedia bagi setiap rumah tangga sepanjang waktu dan di mana saja.

Keterjangkauan mengandung arti kemampuan fisik akses terhadap sumber pangan secara sosial dan demografis. Sedangkan konsumsi pangan mengandung arti penganekaragaman konsumsi pangan yang bergizi seimbang, sehat, aman. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah periode tahun 2012-2016, ketahanan pangan merupakan salah satu program yang menjadi prioritas pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat

Ketahanan pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi. Upaya peningkatan ketahanan pangan yang dibangun dari peningkatan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan sangatlah kompleks dan multi disiplin, sehingga menuntut peran serta pemerintah, masyarakat, dan segenap pemangku kepentingan.

Keberhasilan ketahanan pangan di suatu wilayah menjadi tolok ukur dan sumbangan bagi keberhasilan ketahanan pangan dan gizi nasional. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat terus berupaya memacu pembangunan ketahanan pangan melalui program dan kegiatan yang benar-benar mampu memperkokoh perwujudan ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengaturan tentang pangan sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang menyatakan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat. Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan, yaitu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

Bagi Indonesia, pangan sering diidentikan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok utama. Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok paling penting. Industri perberasan memiliki pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi (dalam hal

RKPD KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018 II-84 penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi perdesaan, sebagai wage good), lingkungan (menjaga tata guna air dan kebersihan udara) dan sosial politik. Beras juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak dan vitamin. Dengan pertimbangan pentingnya beras tersebut, Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama yang bersumber dari peningkatan produksi dalam negeri.

Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Program Rastra/beras untuk keluarga sejahtera) adalah Program Nasional lintas sektoral baik horizontal maupun vertikal, untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan beras masyarakat yang berpendapatan rendah. Secara horizontal semua Kementerian/Lembaga (K/L) yang terkait memberikan kontribusi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pemerintah Pusat berperan dalam membuat kebijakan program, sedangkan pelaksanaannya sangat tergantung kepada Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, peran Pemerintah daerah sangat penting dalam peningkatan efektifitas Program Rastra.

Keberhasilan Program Rastra ditentukan mulai dari perencanaan, penganggaran, penyediaan, penyaluran, monitoring dan evaluasi, pengawasan dan penanganan pengaduan oleh K/L terkait yang tergabung dalam Tim Koordinasi Rastra Pusat. Pelaksanaan penyaluran Rastra oleh Perum BULOG sampai Titik Distribusi (TD) di seluruh Indonesia. Pemerintah Daerah memiliki peran yang sangat strategis dalam penyaluran Rastra dari Titik Distribusi (TD) sampai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS). Dukungan yang diperlukan dari pemerintah daerah minimal pengalokasian APBD untuk angkutan beras dari Titik Distribusi (TD) sampai ke RTS.

Di Kabupaten Kotawaringin Barat sasaran program Rastra tersebar di 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Lama, Arut Utara, Pangkalan Lada, Pangkalan Banteng, dan Kumai. Dengan jumlah RTS sebanyak 7.421 RTS, dengan harga Rp. 1.600 per kg netto di TD (titik distribusi).

Produksi padi Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2016 sebesar 22.178,04 ton. Produksi Padi tersebut bila dikonversi dalam bentuk beras dengan asumsi 1 kg padi menghasilkan 0,63 kg beras, maka produksi beras Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2016 sebesar 14.016,54ton. Dibandingkan dengan kebutuhan, maka produksi padi belum mampu memenuhi kebutuhan beras seluruh penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat yang terus meningkat setiap tahunnya.

Dengan asumsi kebutuhan beras per kapita per tahun sebesar 121,76 kg dan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak 286.699 jiwa (naik 3

RKPD KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018 II-85

% dari tahun 2015 sebesar 298.338 jiwa) maka kebutuhan beras masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat mencapai 34.908,47 ton, masih kekurangan sebesar 20.891,93 (59,84 %). Upaya menekan defisit beras tersebut dengan peningkatan produksi tentunya menjadi pilihan utama.

Peningkatan produksi ini diupayakan melalui peningkatan luas areal tanam dan panen, peningkatan indeks pertanaman dan peningkatan produktivitas tanaman. Disamping itu juga perlu ada gerakan, kampanye maupun sosialisasi pentingnya diversifikasi pangan dan subtitusi pangan beras menjadi pangan non-beras seperti jagung, ubi jalar dan ubi kayu.

Ketiga komoditi ini sangat sesuai dikembangkan di Kabupaten Kotawaringin Barat. Capaian luas panen dan produksi jagung Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2016 sebesar 1207 ha dan 4.771,01 ton, luas panen dan produksi ubi jalar sebesar 85 ha dan 780,54 ton, sedangkan luas panen dan produksi ubi kayu mencapai 358 ha dan 5.375,99 ton..

Produksi daging di Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2016 mencapai 2.192,27 ton, yang berasal dari daging sapi sebesar 625,86 ton, daging kambing/domba sebesar 10,04 ton, daging babi sebesar 86,53 ton dan daging unggas sebesar 1.469,84 ton. Berdasarkan angka produksi daging, apabila dikaitkan dengan kebutuhannya sebesar 6.278,71 ton (kebutuhan daging per kapita per tahun sebesar 21,90 kg), maka produksi daerah belum mampu memenuhi kebutuhan penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat.

Apabila kebutuhan daging hanya dipenuhi dari daging sapi maka kekurangan daging tahun 2016 relatif besar yaitu sebesar 5.652,85 ton. Apabila kebutuhan daging tersebut disubstitusi dari ternak lainnya maka kekurangan dagingnya akan lebih kecil. Berbagai upaya terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan daging, salah satunya dengan penggalakan kegiatan pengembangan peternakan sapi yang diintegrasikan dengan kebun kelapa sawit.

Dari kebun kelapa sawit dapat diambil daun dan limbah solidnya sebagai pakan sapi, sedangkan dari sapi bisa dihasilkan tenaga untuk mengangkut hasil sawit serta kotoran sapi bisa digunakan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit.

Beberapa perusahaan perkebunan besar dan kelompok tani telah merintis program integrasi tanaman kelapa sawit dan ternak sapi.

Kebutuhan telur sebagai sumber protein bagi masyarakat dapat dipenuhi dari telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik. Pada 2016 di Kabupaten Kotawaringin Barat telah terdapat tiga pengusaha / investor yang mengembangkan peternakan ayam ras petelur, sehingga terdapat populasi ternak sebesar 50.794 ekor dengan produksi telur mencapai 466,88 ton.

RKPD KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018 II-86 Untuk telur ayam bukan ras dan telur itik dalam skala kecil sudah diusahakan sendiri oleh peternak di daerah. Produksi telur ayam buras dan itik di Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2016 mencapai 491,07 ton. Dengan asumsi kebutuhan telur per kapita per tahun sebesar 7,30 kg, maka kebutuhan produksi telur mencapai 2.092,91 ton. Sehingga produksi telur yang dihasilkan di daerah (957,95 ton) belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Kotawaingin Barat.

Upaya memenuhi kebutuhan telur tersebut, perlu menarik investor agar menanamkan investasi dalam bidang peternakan baik dalam budidaya maupun penyediaan sarana dan prasarananya seperti pembibitan, penyediaan pakan maupun usaha pengolahan dan pemasarannya. Selain daging dan telur, ikan juga merupakan salah satu sumber pangan hewani yang kaya akan protein.

Ikan dapat diperoleh dari penangkapan maupun budidaya. Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki potensi panjang pantai sebesar 156 km sehingga potensi penangkapan ikan di perairan laut cukup besar. Di samping itu juga terdapat sungai besar dan kecil, danau dan rawa yang juga mempunyai potensi baik untuk penangkapan maupun budidaya.

Sumber air cukup melimpah di Kabupaten Kotawaringin Barat sehingga potensial untuk pengembangan budidaya perikanan, meliputi kolam, keramba, jaring apung maupun tambak, yang tersebar di semua Kecamatan. Produksi perikanan pada tahun 2016 di Kabupaten kotawaringin Barat sebesar 14.792,7 ton. Apabila kebutuhan ikan per kapita per tahun sebesar 40,58 kg (Susenas 2012), maka secara total kebutuhan ikan (sebesar 11.634,25 ton) di Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2016 dengan asumsi jumlah penduduk sebesar 286.699 jiwa, sudah terpenuhi, bahkan mengalami surplus sebesar 3.158,45 ton.

Berdasarkan sistem ketersediaan pangan, produksi pangan di daerah berupa beras, daging dan telur, masih terjadi defisit atau tergantung dari luar daerah. Ditinjau dari sistem distribusi pangan, Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan di Provinsi Kalimantan Tengah, dimana terdapat pelabuhan dan bandara yang memperlancar arus keluar masuk barang dan penumpang.

Arus barang dari Pulau Jawa ke Kabupaten Kotawaringin Barat adalah melalui pelabuhan “Panglima Utar” di Kecamatan Kumai, yang selanjutnya didistribusikan secara lancar ke kecamatan sampai tingkat desa. Namun, faktor cuaca buruk seringkali menghambat distribusi pangan dari luar pulau. Arus bongkar muat dari Pelabuhan Pangkalan Bun dan Kumai tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan barang pangan Kabupaten Kotawaringin Barat melainkan

RKPD KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018 II-87 juga untuk kabupaten tetangga seperti Lamandau, Sukamara dan sebagian Seruyan.

Harga barang ditingkat rumah tangga di Kabupaten Kotawaringin Barat relatif terjangkau sampai diseluruh pelosok wilayah kecamatan dan desa-desa.

Terkait dengan stabilitas harga dan pasokan barang, harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25% dari kondisi normal.

Pasokan pangan di suatu wilayah masih dinyatakan dalam kondisi stabil jika terjadi penurunan pasokan pangan kurang dari 40%. Umumnya gejolak harga dan pasokan pangan biasa terjadi pada saat menjelang hari besar keagamaan dan cuaca ekstrim, dimana komoditi pangan yang harganya seringkali meningkat (mendorong inflasi) adalah daging ayam, cabe dan bawang merah.

Kebutuhan masyarakat terhadap bahan pangan dari bulan ke bulan pada tahun 2016 relatif tetap sesuai perkembangan jumlah penduduk. Hanya saja terjadi sedikit peningkatan pada kondisi tertentu yaitu pada saat memasuki bulan Ramadhan atau pada saat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

Untuk mengatur pasokan bahan pangan ke dalam suatu daerah/wilayah dapat berjalan normal, fungsi distribusi, transportasi, dan efisiensi distribusi perlu dikendalikan, sehingga mobilitas pasokan, baik keluar maupun masuk ke suatu daerah/wilayah, dapat berjalan normal dan terjadi keseimbangan antara produksi setempat dan pasokan bahan pangan dari luar.

Kemudian terkait dengan kondisi rawan pangan berdasarkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) di Kabupaten Kotawaringin Barat tidak ada satupun dari desa di wilayah Kotawaringin Barat yang masuk dalam kategori desa rawan pangan. Hal ini menunjukkan keberhasilan upaya kita bersama dalam mewujudkan ketahanan pangan wilayah, rumah tangga dan individu yang berbasiskan kemandirian pangan.

Penentuan desa rawan pangan mendasarkan pada tiga indikator, yaitu Kurang Energi dan Protein, Kemiskinan, dan Produksi Pertanian/Pangan.

Pembangunan ketahanan pangan membutuhkan kelembagaan yang mantap, dengan didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Sumber daya manusia mempunyai peran penting dan menentukan dalam pengelolaan dan dukungan program/kegiatan kelembagaan ketahanan pangan.

Oleh karena itu, upaya pengembangan sumber daya manusia perlu lebih dioptimalkan. Keragaman sumber daya manusia dan aktivitas penyelenggaraan penyuluhan dapat dilihat dari jumlah Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) di Kabupaten Kotawaringin Barat yang berjumlah 102 orang.

RKPD KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018 II-88 14. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Kesetaraan dan keadilan gender merupakan salah satu tujuan pembangunan yang ditetapkan dalam RPJPN 2005 – 2025 dan dijabarkan didalam RPJMN 2015 – 2019 dihadapkan pada tiga isu strategis yaitu : (1) meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; (2) meningkatnya perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan termasuk Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO); dan (3) meningkatnya kapasitas kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan. Oleh sebab itu, isu strategis dalam Pembangunan Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah membangun kualitas manusia yang merupakan sasaran yang dicapai dalam rangka mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Upaya pembangunan tersebut ditujukan untuk kepentingan seluruh penduduk tanpa membedakan jenis kelamin, agar laki-laki dan perempuan memiliki hak untuk mendapatkan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan yang setara disesuaikan dengan aspirasi, pengalaman dan kebutuhan masing-masing sehingga mendapatkan keadilan dan kesetaraan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indek Pembangunan Gender (IPG), Indek Pemberdayaan Gender (IDG). IPM merupakan ukuran hidup berbasis pada kapabilitas dasar penduduk yang diperlukan, sedangkan IPG mengukur hal sama tetapi terfokus pada faktor ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Sementara itu IDG mengukur partisipasi perempuan pada kegiatan ekonomi dan politik dalam pengambilan keputusan.

IPM Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2013-2014 meningkat dari 69,51 menjadi 70,14 sedangkan IPG Kotawaringin Barat Tahun 2013-2014 meningkat dari 86,67 menjadi 90,04, pada tahun 2014 Kalimantan Tengah tercatat sebagai Propinsi dengan IDG tertinggi dengan capaian 77,90 sedangkan Kotawaringin Barat IDG Tahun 2014 mencapai sebesar 64,48. Keberhasilan Kabupaten Kotawaringin Barat didukung oleh peningkatan semua komponen IDG terutama peran perempuan dalam parlemen yang naik dari 15,56 % menjadi 26,67

%.

Tanggung jawab sosial masyarakat terhadap permasalahan perlindungan perempuan dan anak semakin meningkat. Namun demikian, masih perlu ditingkatkan baik akses maupun layanan terhadap Kesejahteraan Anak, Perlindungan Anak, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Perlindungan Saksi dan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

RKPD KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2018 II-89 Meningkatnya partisipasi perempuan dapat dilihat dari peningkatan jumlah anggota legislatif perempuan, jumlah pejabat struktural perempuan, jumlah pengusaha perempuan, pengusaha mikro dan kecil, jumlah pejabat publik dan profesi perempuan di segala bidang.Namun demikian, masih perlu ditingkatkan baik jumlah dan kompetensinya.Berikut ini adalah tabel capaian indikator urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Tabel 2.57. Capaian Indikator Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2015 - 2016

No Indikator Capaian

2015

2016

Target Realisasi % Realisasi terhadap target 1. Indeks Pembangunan

Gender (IPG) - - - -

2. Indeks Pemberdayaan

Gender (IDG) - - - -

3.

Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah (%)

33 53.288 2.398 4,50

4. Partisipasi perempuan di

lembaga swasta (%) 1,30 53.288 9.624 18,06

5. Rasio KDRT 22,22 34 34 100

6.

Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan (%)

86,01 60 34 56,67

Sumber : BPPKB Kabupaten Kotawaringin Barat 2016

Pencapaian kinerja output dan outcome tersebut mendukung pencapaian keberhasilan urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Kegiatan berkaitan dengan pengarusutamaan gender masih pada tahap sosialisasi guna meningkatkan pemahaman bagi stakesholder terkait khususnya bagi aparat perencana pada tingkat SKPD.

Selanjutnya guna memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak khususnya terhadap kasus KDRT dan trafficking telah dibentuk Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Jumlah kasus KDRT yang sudah tertangani baik yang berkaitan dengan perempuan maupun anak sampai saat ini mencapai 31 kasus yang tersebar pada 6 Kecamatan.

15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

Dalam dokumen PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT (Halaman 117-124)