• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.4 Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang

5.4.4 Simulasi Model

5.4.5.2 Validasi Kinerja atau Output Model

Validasi kinerja atau output model adalah aspek pelengkap dalam metode berpikir sistem yang bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta. Caranya adalah membandingkan validasi kinerja model dengan data empiris untuk melihat sejauh mana perilaku kinerja model sesuai dengan data empiris. Sebelum melakukan uji konsistensi antara kinerja model dengan data, ada beberapa aspek penting diperhatikan, yaitu konsistensi unit analisis dan dimensi serta tentang data simulasi yang dihasilkan model. Unit analisis dalam sebuah sistem adalah unsur. Keseluruhan interaksi unsur-unsur menyusun dan memfungsikan sistem mencapai tujuan. Kinerja masing-masing unsur pada suatu keadaan tertentu dinyatakan dengan level. Dengan demikian uji ini sulit dilakukan pada kegiatan penelitian akademik yang memiliki keterbatasan waktu dan dana, karena memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuktikan hasil kinerja model dengan data empirik di lapangan. Untuk itu usaha yang dapat dilakukan ialah validasi kinerja model berdasarkan teori dari bentuk model yang dibangun disesuaikan pola model dasar (Muhammadi et al. 2001).

Berdasarkan hasil analisis sistem dinamis dapat dilihat bahwa perilaku model kebijakan pengembangan USP dapat terpenuhi syarat kecukupan struktur dari suatu modelnya dengan melakukan validasi atas perilaku yang dihasilkan oleh suatu struktur model; data validasi dapat dilihat dalam Lampiran 1. Validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan antara besar dan sifat kesalahan dapat digunakan: (1) Absolute mean error (AME) adalah penyimpangan (selisih)

antara nilai rata-rata (mean) hasil simulasi terhadap nilai aktual, (2) Absolute variation error (AVE) adalah penyimpangan nilai variasi (variance) simulasi terhadap aktual. Hasil uji menunjukkan bahwa keluaran model kebijakan pengembangan USP, untuk AME menyimpang dari data aktual 0,00 % untuk jumlah sapi, 0,62% untuk jumlah peternak sapi perah, 0,0004% untuk jumlah penduduk dan AVE menyimpang dari data aktual 6,86577E-06% untuk jumlah sapi, 1,50% untuk jumlah peternak, 0,001%,. Dengan batas penyimpangan sekitar < 10%, disimpulkan bahwa model kebijakan pengembangan USPSMWL yang dibangun mampu mensimulasikan perubahan-perubahan di lokasi penelitian.

5.4.6 Skenario Model Kebijakan Pengembangan Usaha Sapi Perah

Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang 5.4.6.1 Penyusunan Skenario

Untuk keperluan penyusunan skenario model yang dibangun, maka lima faktor penting yang masuk dalam kuadran IV (Gambar 12) hasil ISM dijadikan prediktor yang perlu dikelola dalam rangka pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang pada masa yang akan datang, yaitu (a) Pembinaan kerjasama yang harmonis antara para peternak dengan pihak perbankan dan Pemerintah dalam rangka pengembangan USPSMWL; (b) Penyediaan tenaga pembimbing teknis USPSMWL sesuai jumlah kebutuhan; (c) Peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa dalam rangka pengembangan USPSMWL; (d) Penyediaan dana dan sarana bimbingan teknis pengelolaan USPSMWL sesuai jumlah dan jenis kebutuhan; dan (e) Peningkatan frekuensi dan mutu bimbingan teknis kepada peternak dalam hal pemeliharaan kesehatan peternak, kesehatan sapi perah, penyehatan kandang sapi perah dan lingkungannya. Adapun pokok-pokok pengertian dan indikator keberhasilan kelima prediktor tersebut diuraikan berikut ini.

1. Pembinaan kerjasama yang harmonis antara para peternak dengan pihak perbankan dan pemerintah dalam rangka pengembangan USPSMWL, yaitu pembinaan yang mengarah pada kerjasama yang didasari dengan motivasi, tujuan yang serasi dan jelas, saling menguntungkan, semangat musyawarah dan mufakat, tanpa saling intervensi terhadap fungsi sektoral, tanpa ada salah satu pihak yang merasa terpaksa atau dipaksa pada sejak tahap perencanaan,

pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Indikator keberhasilan upaya ini ialah mencakup aspek: (1) ada tidaknya pedoman atau petunjuk pelaksanaan kerja sama; (2) ada tidaknya pembagian tugas; (3) ada tidaknya program kerja serta dana dan sarana; (4) ada tidaknya jadwal pertemuan berkala; (5) ada tidaknya sistem penilaian dan pengembangan program. Berdasarkan expert judgement, adapun nilai “pembinaan kerjasama yang harmonis antara para peternak dengan pihak perbankan dan pemerintah dalam rangka pengembangan

USPSMWL” pada kondisi saat ini (eksisting) baru mencapai 5%. Pada masa depan angka ini diperkirakan menaik atau menurun; tergantung pada situasi, kondisi, dan intensitas atau efektivitas pengelolaannya.

2. Penyediaan tenaga pembimbing teknis USPSMWL sesuai jumlah kebutuhan, yaitu tenaga yang dipersiapkan oleh Pemerintah didukung pihak swasta (KPSBU dan lainnya) secara rutin. Indikator keberhasilan upaya ini tersedia tidaknya tenaga sesuai dengan kebutuhan. Pada saat ini (eksisting) ratio jumlah tenaga pembimbing dengan jumlah USP adalah 1 : 100 (artinya setiap 100 USP dibimbing rutin oleh satu orang). Berdasarkan expert judgement, adapun nilai “penyediaan tenaga pembimbing teknis USPSMWL” pada kondisi saat

ini adalah 25%. Pada masa depan angka ini diperkirakan menaik atau menurun; tergantung pada situasi, kondisi, dan intensitas serta efektivitas pengelolaannya.

3. Peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral di tingkat kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan USPSMWL, yaitu kerjasama yang didasarkan pada pendekatan kesisteman dalam arti bahwa usaha sapi perah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional adalah tugas seluruh aparatur pemerintah di semua tingkat. Indikator keberhasilan upaya ini ialah mencakup aspek: (1) ada tidaknya pedoman atau petunjuk pelaksanaan kerja sama; (2) ada tidaknya pembagian tugas; (3) ada tidaknya program kerja serta dana dan sarana; (4) ada tidaknya jadwal pertemuan berkala; (5) ada tidaknya sistem penilaian dan pengembangan program. Berdasarkan expert judgement, adapun nilai “peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral di tingkat

kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan USPSMWL” pada kondisi saat ini baru mencapai 35%. Pada masa depan angka ini diperkirakan menaik

atau menurun; tergantung pada situasi, kondisi, dan intensitas serta efektivitas pengelolaannya.

4. Penyediaan dana dan sarana bimbingan teknis pengelolaan USPSMWL sesuai jumlah dan jenis kebutuhan, yaitu dana dan sarana yang berasal dari Pemerintah, swasta, LSM, dan lainnya secara rutin. Indikator keberhasilan upaya ini tersedia tidaknya dana dan sarana bimbingan teknis sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan expert judgement, adapun nilai “penyediaan dana dan sarana bimbingan teknis pengelolaan USPSMWL” pada kondisi saat ini adalah 35%. Pada masa depan angka ini diperkirakan menaik atau menurun; tergantung pada situasi, kondisi, dan intensitas serta efektivitas pengelolaannya.

5. Peningkatan frekuensi dan mutu bimbingan teknis kepada peternak dalam hal pemeliharaan kesehatan peternak, kesehatan sapi perah, penyehatan kandang sapi perah dan lingkungannya, yaitu program yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan kecamatan. Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan upaya ini ialah: (a) ada tidaknya pedoman kerja khusus penyuluhan dan bimbingan teknis untuk peternak sapi perah; (b) ada tidaknya pembagian tugas pelaksana; (c) ada tidaknya agenda kerja; (d) tercapai tidaknya target penyuluhan dan bimbingan teknis sebanyak 4 kali per tahun; (e) memadai tidaknya dana dan sarana penyuluhan dan bimbingan teknis. Berdasarkan expert judgement, adapun nilai “peningkatan frekuensi dan mutu

bimbingan teknis kepada peternak” pada saat ini (eksisting) baru mencapai 35%. Pada masa depan angka ini diperkirakan menaik atau menurun; tergantung pada situasi, kondisi, dan intensitas serta efektivitas pengelolaannya.

Dari sejumlah kemungkinan dinamika kelima faktor pada masa depan, kemudian disusun atau dirumuskan empat skenario yaitu: pertama, skenario yang merupakan gambaran kondisi dan hasil pengelolaan faktor pada masa depan relatif

sama dibandingkan dengan kondisi pada saat ini, selanjutnya disebut “skenario eksisting”; kedua, skenario yang merupakan gambaran kondisi dan hasil pengelolaan faktor pada masa depan lebih baik atau menaik tapi kurang optimal

moderat”; ketiga, skenario yang merupakan gambaran kondisi dan hasil pengelolaan faktor pada masa depan lebih baik atau menaik dibandingkan dengan

“skenario moderat”, selanjutnya disebut “skenario optimistik”; dan keempat,

skenario yang merupakan gambaran kondisi dan hasil pengelolaan faktor pada masa depan lebih buruk atau menurun dibandingkan dengan “skenario eksisting”, selanjutnya disebut “skenario pesimistik”. Perkiraan kondisi kelima faktor pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang tersebut tertera dalam Tabel 28. Tabel 28 Perkiraan kondisi faktor-faktor pengembangan USPSMWL pada masa

depan

No. Faktor Kondisi

Pesimistik Kondisi Moderat Kondisi Optimistik 1.

Pembinaan kerjasama yang harmonis antara para pe-ternak dengan pihak per-bankan dan pemerintah da-lam rangka pengembangan USPSMWL

Berjalan tidak teratur atau tidak memadai kurang dari satu kali per dua tahun

Berjalan dengan cukup teratur dan relatif memadai sebanyak dua kali per tahun

Berjalan teratur dan memadai satu kali per bu-lan dengan par-tisipasi aktif stakeholder 2.

Penyediaan tenaga pem-bimbing teknis USPSMWL sesuai jumlah kebutuhan

Tidak memadai atau tidak sesuai dengan kebutuh-an

Kurang memadai atau kurang sesuai dengan kebutuhan

Cukup sesuai dengan kebu-tuhan

3.

Peningkatan kerjasama lin-tas program dan sektoral di tingkat kecamatan dan de-sa dalam pengembangan USPSMWL

Berjalan tidak teratur atau tidak memadai kurang dari satu kali per dua tahun

Berjalan dengan cukup teratur dan relatif memadai sebanyak dua kali per tahun

Berjalan teratur dan memadai satu kali per bulan dengan partisipasi stakeholder

4.

Penyediaan dana dan sa-rana bimbingan teknis

pengelolaan USPSMWL

sesuai jumlah dan jenis kebutuhan

Tidak memadai atau tidak sesuai dengan

kebutuhan

Kurang memadai atau kurang sesuai de-ngan kebutuhan

Cukup sesuai dengan kebu-tuhan

5.

Peningkatan frekuensi dan mutu bimbingan teknis kepada peternak dalam hal pemeliharaan kesehatan peternak, kesehatan sapi perah, penyehatan kandang sapi perah dan lingkung-annya

Keadaan kurang (paling banyak satu kali per tahun)

Keadaan sedang (sekitar tiga kali per tahun)

Keadaan cukup. (paling sedikit tiga bulan seka-li per peternak)

Selanjutnya agar kelima faktor yang telah dirumuskan secara kualitatif dapat dijadikan sebagai prediktor dalam model yang telah dibangun maka nilai kualitatif kelima faktor ini terlebih dahulu ditransformasi menjadi nilai kuantitatif (dalam bentuk persen) berdasarkan expert judgement dengan perincian berikut ini.

1. Untuk faktor “pembinaan kerjasama yang harmonis antara para peternak dengan pihak perbankan dan pemerintah dalam rangka pengembangan USPSMWL”, adapun nilai kondisi eksisting adalah 5%; nilai kondisi pesimistik 2,5% (atau ½*hasil eksisting); nilai kondisi moderat adalah sebesar 36,67% atau 1/3*100% - 5% + 5% (hasil eksisting); nilai kondisi optimistik adalah 68,34% atau 2/3*100% - 5% + 5% (hasil eksisting). 2. Untuk faktor “penyediaan tenaga pembimbing teknis USPSMWL”, adapun

nilai kondisi eksisting adalah 25%; nilai kondisi pesimistik adalah 12,5% (atau ½*hasil eksisting); nilai kondisi moderat adalah sebesar 50% atau 1/3*100% - 25% + 25% (hasil eksisting); dan nilai kondisi optimistik adalah 75% atau 2/3*100% - 25% + 5% (hasil eksisting).

3. Untuk faktor “peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral di tingkat kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan USPSMWL”, adapun nilai kondisi eksisting adalah 35%; nilai kondisi pesimistik adalah 17,5% (atau ½*hasil eksisting); nilai kondisi moderat adalah sebesar 56,67% atau 1/3*100% - 35% +35% (hasil eksisting); dan nilai kondisi optimistik adalah 78,34% atau 2/3*100% - 35% + 35% (hasil eksisting).

4. Untuk faktor “penyediaan dana dan sarana bimbingan teknis pengelolaan USPSMWL”, adapun nilai kondisi eksisting adalah 35%; nilai kondisi pesimistik adalah 17,5% (atau ½*hasil eksisting); nilai kondisi moderat adalah 56,67% atau 1/3*100% - 35% +35% (hasil eksisting); dan nilai kondisi optimistik adalah 78,34% atau 2/3*100% - 35% + 35% (hasil eksisting). 5. Untuk faktor “peningkatan frekuensi dan mutu bimbingan teknis kepada

peternak”, adapun nilai kondisi eksisting adalah 35%; nilai kondisi pesimistik adalah 17,5% (atau ½*hasil eksisting); nilai kondisi moderat adalah sebesar 56,67% atau 1/3*100% - 35% +35% (hasil eksisting); dan nilai kondisi optimistik adalah 78,34% atau 2/3*100% - 35% + 35% (hasil eksisting). Perincian nilai faktor-faktor pengembangan USPSMWL menurut skenario eksisting, optimistik, moderat, dan pesimistik selengkapnya tertera dalam Tabel 29. Kelima prediktor tersebut kemudian digunakan sebagai input untuk simulasi model yang dibangun melalui variabel-variabel terkait seperti tertera dalam Tabel 30.

Tabel 29 Nilai faktor-faktor pengembangan USPSMWL menurut skenario eksisting, optimistik, moderat, dan pesimistik

No. Faktor Nilai Skenario

1

Pembinaan kerjasama yang harmonis antara para peternak dengan pihak perbankan dan Pemerintah dalam rangka pengembangan USPSMWL

Eksisting Optimistik Moderat Pesimistik

5% 68,34% 36,67% 2,5%

2 Penyediaan tenaga pembimbing teknis USPSMWL sesuai jumlah kebutuhan

Eksisting Optimistik Moderat Pesimistik

25% 75% 50% 12,5%

3

Peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral di tingkat kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan USPSMWL

Eksisting Optimistik Moderat Pesimistik

35% 78,34% 56,67% 17,5%

4 Penyediaan dana dan sarana bimbingan teknis pengelolaan USPSMWL sesuai jumlah dan jenis kebutuhan

Eksisting Optimistik Moderat Pesimistik

35% 78,34% 56,67% 17,5%

5

Peningkatan frekuensi dan mutu bimbingan teknis kepada peternak dalam hal pemeliharaan kesehatan peternak, kesehatan sapi perah, penyehatan kandang sapi perah dan lingkungannya

Eksisting Optimistik Moderat Pesimistik

35% 78,34% 56,67% 17,5%

Tabel 30 Keterkaitan faktor-faktor penentu dengan variabel-variabel sub sistem ekonomi, sosial, dan ekologi dalam model yang dibangun

No. Faktor Sub sistem

Ekonomi Sub sistem Sosial Sub sistem Ekologis 1.

Pembinaan kerjasama yang harmonis antara para peter- nak dengan pihak perbankan dan pemerintah dalam rangka pengembangan USPSMWL

- Kesejahteraan peternak

- Praktek atau peri- laku peternak

- Sapi perah - Sapi non perah

2.

Penyediaan tenaga pembimbing teknis USPSMWL sesuai jum-lah kebutuhan

- Kesejahteraan peternak

- Praktek atau peri- laku peternak

- Limbah sapi perah

3.

Peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral di ting-kat kecamatan dan desa dalam pengembangan USPSMWL - Kesejahteraan peternak - Kesehatan Peternak - Pendidikan peternak - Sapi perah - Sapi non perah

4.

Penyediaan dana dan sarana bimbingan teknis pengelolaan USPSMWL sesuai jumlah dan jenis kebutuhan

- Kesejahteraan peternak

- Praktek atau peri- laku peternak

- Limbah sapi perah

5.

Peningkatan frekuensi dan mu-tu bimbingan teknis kepada peternak dalam hal pemeliha-raan kesehatan peternak, kese-hatan sapi perah, penyekese-hatan kandang sapi perah dan ling-kungannya

- Pengolahan biogas - Kesejahteraan peternak

- Praktek atau peri- laku peternak - Jumlah peternak

- Limbah sapi perah

Dapat diringkaskan bahwa faktor ”pembinaan kerjasama yang harmonis antara para peternak dengan pihak perbankan dan Pemerintah dalam rangka

pengembangan USPSMWL” secara langsung mempengaruhi dan menentukan jumlah pendapatan peternak sebagai salah satu unsur kesejahteraan peternak, mutu praktek atau perilaku peternak dalam mengelola USP, dan perkembangan jumlah

populasi sapi perah dan sapi non perah. Faktor “jumlah dan jenis tenaga pembimbing teknis USPSMWL sesuai jumlah kebutuhan” secara langsung mempengaruhi jumlah pendapatan peternak sebagai salah satu unsur kesejahteraan peternak, mutu praktek atau perilaku peternak dalam mengelola USP, dan

pengelolaan limbah sapi perah secara bermutu. Faktor “peningkatan kerjasama

lintas program dan sektoral di tingkat kecamatan dan desa dalam pengembangan

USPSMWL” secara langsung mempengaruhi dan menentukan jumlah pendapatan peternak sebagai salah satu unsur kesejahteraan peternak, kesehatan dan pendidikan peternak dan keluarganya, serta perkembangan jumlah populasi sapi

perah dan sapi non perah. Faktor “penyediaan dana dan sarana bimbingan teknis

pengelolaan USPSMWL sesuai jumlah dan jenis kebutuhan” secara langsung

mempengaruhi dan menentukan tingkat pendapatan peternak sebagai salah satu unsur kesejahteraan peternak, mutu praktek atau perilaku peternak dalam mengelola USP, dan pengelolaan limbah sapi perah secara bermutu. Faktor

“peningkatan frekuensi dan mutu bimbingan teknis kepada peternak dalam hal

pemeliharaan kesehatan peternak, kesehatan sapi perah, penyehatan kandang sapi

perah dan lingkungannya” secara langsung mempengaruhi atau menentukan tingkat pendapatan peternak sebagai salah satu unsur kesejahteraan peternak, perkembangan pengolahan biogas oleh peternak, mutu praktek atau perilaku peternak dalam mengelola USP, perkembangan jumlah pelaku USP, dan pengelolaan limbah sapi perah secara bermutu.

5.4.6.2 Simulasi Skenario Sub-Model Ekonomi

Pada sub-model ekonomi selain dilihat dari jumlah terbukanya lapangan kerja dari USP juga dilihat dari kontribusi pendapatan USP terhadap konsumsi rumah tangga dan pertambahan jumlah peternak sapi perah.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 jumlah pelaku USP menurut hasil simulasi skenario kondisi optimistik adalah 685 orang; hasil

simulasi skenario kondisi moderat 480 orang; hasil simulasi skenario kondisi pesimistik 292 orang; dan hasil simulasi kondisi eksisting adalah 348 orang. Pertambahan jumlah pelaku USP menurut hasil simulasi skenario kondisi pesimistik lebih lambat atau lebih kecil dibandingkan dengan hasil simulasi skenario kondisi eksisting. Demikian pula hasil simulasi skenario kondisi eksisting lebih lambat dibandingkan dengan hasil simulasi skenario kondisi moderat dan kondisi optimistik. Perkembangan dan perbedaan jumlah peternak sapi perah keempat skenario tersebut dalam periode tahun 2005 sampai 2030 secara grafis tampak pada Gambar 33; dan perincian per tahun dalam Lampiran 2.

Gambar 33 Simulasi jumlah peternak sapi perah.

Keterangan Gambar 33:

Jml_Pet_SP = Jumlah peternak sapi perah Garis nomor 1 = skenario eksisting Garis nomor 2 = skenario optimistik Garis nomor 3 = skenario moderat Garis nomor 4 = skenario pesimistik

Jumlah pengelola limbah sapi menjadi biogas pada tahun 2030 menurut hasil simulasi skenario kondisi optimistik adalah 330 orang; menurut hasil simulasi skenario kondisi moderat 255 orang; menurut hasil simulasi skenario kondisi pesimistik 131 orang; dan menurut hasil simulasi skenario kondisi eksisting adalah 161 orang. Keempatnya menunjukkan adanya pertambahan pengelola limbah sapi menjadi biogas setiap tahun dengan jumlah yang berbeda. Pertambahan jumlah pengelola limbah sapi menjadi biogas menurut hasil simulasi skenario kondisi pesimistik lebih lambat atau lebih kecil dibandingkan dengan hasil simulasi skenario kondisi eksisting. Perkembangan dan perbedaan jumlah pengelola limbah sapi menjadi biogas keempat skenario dalam periode tahun 2005 sampai 2030 secara grafis tampak pada Gambar 34; dan perincian per tahun dalam Lampiran 2.

Gambar 34 Simulasi jumlah peternak pengolah biogas.

Keterangan Gambar 34:

PB = Produksi biogas olahan limbah sapi perah Garis nomor 1 = skenario eksisting

Garis nomor 2 = skenario optimistik Garis nomor 3 = skenario moderat Garis nomor 4 = skenario pesimistik

Jumlah pengelola limbah sapi menjadi pupuk organik pada tahun 2030 menurut hasil simulasi skenario kondisi optimistik adalah 240 orang; hasil simulasi skenario kondisi moderat 168 orang; hasil simulasi skenario kondisi pesimistik 103 orang; dan hasil simulasi skenario kondisi eksisting adalah 122 orang. Keempatnya menunjukkan adanya pertambahan pengelola limbah sapi menjadi pupuk organik setiap tahun dengan jumlah yang berbeda. Pertambahan jumlah pengelola limbah sapi menjadi pupuk organik menurut hasil simulasi skenario kondisi pesimistik lebih lambat atau lebih kecil dibandingkan dengan hasil simulasi skenario kondisi eksisting. Perkembangan jumlah pengelola limbah sapi menjadi pupuk organik hasil simulasi per skenario kondisi dalam periode tahun 2005 sampai 2030 secara grafis tampak pada Gambar 35; dan perincian per tahun dalam Lampiran 2.

Keterangan Gambar 35:

PP = Produksi pupuk organik olahan limbah sapi perah Garis nomor 1 = skenario eksisting

Garis nomor 2 = skenario optimistik Garis nomor 3 = skenario moderat Garis nomor 4 = skenario pesimistik

Kontribusi pendapatan USP terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga peternak pada tahun 2030 menurut hasil simulasi skenario kondisi optimistik adalah 333%; hasil simulasi skenario kondisi moderat 288%; hasil simulasi skenario kondisi pesimistik 246%.; dan hasil simulasi skenario kondisi eksisting adalah 262%. Keempatnya menunjukkan adanya pertambahan kontribusi pendapatan USP terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga peternak setiap tahun dengan tingkat yang berbeda. Pertambahan kontribusi menurut hasil simulasi skenario kondisi pesimistik lebih lambat atau lebih kecil dibandingkan dengan hasil simulasi skenario kondisi kondisi eksisting. Perkembangan kontribusi pendapatan USP terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga peternak menurut hasil simulasi per skenario dalam periode tahun 2005 sampai 2030 secara grafis tampak pada Gambar 36; dan perincian per tahun dalam Lampiran 2.

Gambar 36 Simulasi kontribusi pendapatan USP terhadap kebutuhan konsumsi keluarga.

Keterangan Gambar 36:

Kont_Kons = Kontribusi pendapatan USP terhadap kebutuhan konsumsi rumah tangga peternak

Garis nomor 1 = skenario eksisting Garis nomor 2 = skenario optimistik Garis nomor 3 = skenario moderat Garis nomor 4 = skenario pesimistik