Report from the Board of Directors
WILLY A ADIPRADHANA
Direktur Keuangan Finance Director
A BM In ve sta m a A n n u a l R e p or t 2 0 1 3 3
43
Satu langkah penting yang dilakukan Perseroan pada tahun 2013 adalah melakukan perubahan kegiatan usaha dari perusahaan induk non-operasional menjadi perusahaan induk operasional melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 27 Juni 2013. Dengan perubahan bentuk kegiatan usaha, ABM Investama memiliki keleluasaan dalam mencari sumber-sumber pendapatan lain untuk membiayai operasional Perseroan secara mandiri.
Penambahan kegiatan usaha akan dilakukan antara lain melalui usaha penyewaan peralatan utama maupun peralatan pendukung pada industri pertambangan dan dapat dikembangkan lebih lanjut pada industri lainnya. Untuk maksud tersebut, Perseroan akan menambah satu divisi operasional di bawah Direktur Strategi Korporat.
Ikhtisar Kinerja 2013
Tekanan berkepanjangan di sektor batubara berdampak pada melemahnya kinerja beberapa anak perusahaan. Sejumlah pelanggan anak perusahaan bahkan telah berusaha untuk merestrukturisasi kewajibannya. Melihat kebelakang, kondisi ini sudah kami prediksi sejak 2012.
Dalam kondisi yang tidak menguntungkan, sinergi Grup ABM teruji dan mampu menunjukkan kelebihannya sebagai perusahaan yang terintegrasi dengan berbagai bisnis. Meskipun sedikit terhambat pada aspek kinerja, kami berhasil mencapai kemajuan nyata dalam aspek lainnya. Kami berusaha untuk lebih selektif dalam bisnis kami selama tahun 2013. Kami juga memilih pelanggan secara lebih selektif, mengurangi mereka yang rentan terhadap dampak negatif dari kondisi pasar.
Kami bekerja lebih eisien sehingga operasi pertambangan
dapat didorong untuk meningkatkan volume saat margin menjadi lebih ketat. Melalui inisiatif pengelolaan arus kas yang
lebih eisien, proyek tambang batubara Aceh dapat dilanjutkan sesuai komitmen. Eisiensi biaya operasional juga dicapai
melalui divestasi beberapa alat berat menganggur sehingga meniadakan biaya operasionalnya. Sedangkan untuk memacu pendapatan di tahun 2013, kami berkonsentrasi pada bisnis solusi ketenagalistrikan karena ini adalah usaha yang paling menguntungkan.
Pada akhir tahun 2013, berdasarkan hasil keuangan non- audited, ABM Investama membukukan pendapatan konsolidasi sebesar USD 777,02 juta dan EBITDA sebesar USD 149,38 juta. Pendapatan turun 12,4% dibandingkan USD 886,97 juta di tahun 2013 dan EBITDA turun 17,9% dibandingkan USD 181,87 juta pada tahun 2012.
Pertambangan dan Kontraktor Pertambangan Melalui PT Reswara Minergi Hartama (Reswara), ABM Investama memiliki beberapa konsesi tambang batubara di Indonesia yang memproduksi batubara thermal dengan kandungan abu (ash) dan sulfur rendah. Pada tahun 2013, kinerja bisnis Reswara ditunjang oleh PT Tunas Inti Abadi (TIA) sebagai anak perusahaan yang telah beroperasi penuh.
One important step made by the Company in 2013 was to shift
business activities from non-operating holding company to
operating holding company according to Extraordinary General
Meeting of Shareholders on June 27, 2013. With the changing business activities, ABM Investama has more discretions
in inding other revenue sources to inance the Company’s
operations independently.
Additional business activities will be in form of main and supporting equipment rental in mining industry and can be further developed in other industries. For this purpose, the Company will add one operating division under the Corporate Strategy Director.
2013 Performance Summary
The prolonged pressure on coal sector resulted in weakening performance of several subsidiaries. Some subsidiaries’ customers had even attempted to restructure their obligations. Looking back, we had predicted this condition since 2012.
In unfavorable condition, ABM Group’s synergy was proven and able to demonstrate its advantages as integrated companies with various businesses. Though slightly hampered in performance aspect, we managed to achieve real progress in other aspects. We strove to be more selective in our businesses during 2013. We were also more selective in approaching customers, by reducing those who were vulnerable against negative impact of market conditions.
We worked more eiciently so that mining operations could
be encouraged to increase volume when margins became
tighter. With more eicient cash low management initiative,
Aceh coal mining project could be progressed according to the
commitment. Operational cost eiciencies were also achieved
through divestment of some unused heavy equipment hence negating the respective operational costs. While to boost revenue in 2013, we concentrated on electricity solution
business as the most proitable business.
At the end of 2013, based on non-audited inancial results,
ABM Investama recorded consolidated revenue of USD 777.02 million and EBITDA of USD 149.38 million. Revenue fell by 12.4% compared to USD 886.97 in 2013 and EBITDA decreased by 17.9% from USD 181.87 million in 2012.
Mining and Mining Contractors
Through PT Reswara Minergi Hartama (Reswara), ABM Investama has several coal mining concessions in Indonesia which produce thermal coal with low-ash and low-sulfur content. In 2013, Reswara’s business performance was supported by PT Tunas Inti Abadi (TIA) as fully operating subsidiary.
A BM In ve sta m a L a p or a n Ta h u n a n 2 0 1 3 3
44
Setelah beroperasi selama dua tahun, pada tahun 2013 TIA berhasil mencapai target volume produksi. Bahkan dengan tekanan harga batubara termal tahun lalu, TIA terus mencapai rekor volume produksi yang mencapai 4,6 juta ton pada 2013. Dari segi harga, batubara TIA mampu mempertahankan harga premium karena kualitasnya yang telah dikenal sebagai batubara “branded”. Keberadaan TIA sebagai salah satu operasi pertambangan skala menengah cukup diperhitungkan sebagai salah satu yang terbaik di dalam negeri karena kehandalan operasi dan kualitas produknya serta
komitmennya kepada pelanggan. Oleh karena itu, meskipun
harga batubara lainnya masih tertekan pada tahun 2013, harga batubara TIA tetap berada pada tingkat yang menguntungkan. Hal ini menyebabkan tren pendapatan yang tetap lebih baik jika dibandingkan dengan penurunan harga batubara global. Karena sekitar 30% dari pendapatan konsolidasi ABM Investama berasal dari kontribusi pendapatan Reswara, keadaan ini juga berdampak pada struktur pendapatan konsolidasi.
Perkembangan anak perusahaan Reswara lainnya, PT Media Djaya Bersama (MDB) di Aceh belum mencapai target operasional. Kondisi cuaca yang ekstrem menjadi kendala utama terhambatnya pencapaian sasaran operasional di tahun
2013. Namun segera setelah kendala cuaca teratasi, diprediksi
MDB akan segera meraih kemajuan dan dapat memulai produksi komersialnya pada bulan Juli 2014.
Mengingat perkembangan harga pasar batubara yang belum memenuhi harapan, Perseroan melakukan penyesuaian target produksi MDB dengan mencanangkan target gradual hingga situasi membaik. Perseroan akan secara bertahap meningkatkan pencapaian produksi dimulai dari 2 juta ton per tahun dan menunggu waktu yang tepat untuk segera menggandakan produksi. Sementara itu, Perseroan terus mempersiapkan infrastruktur dan kapasitas produksi secara memadai.
Kami tetap optimis untuk melakukan akselerasi proyek Aceh mengingat dampak ekonomi ikutan yang sangat besar bagi pertumbuhan daerah dan masyarakat Aceh. Saat ini kegiatan pertambangan MDB telah menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat. Ke depan, dengan tersedianya sumber energi, akan tumbuh industri-industri lainnya yang akan menyerap tenaga kerja dan membangkitkan perekonomian Aceh.
Fluktuasi harga batubara merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja produksi seluruh perusahaan pertambangan pada tahun 2013. Salah satu komponen biaya terbesar adalah biaya untuk kontraktor pertambangan. Ketika bisnis melambat, kontraktor pertambangan terkena dampak secara langsung. Faktor lain yang dihadapi perusahaan tambang yang menjadi pelanggan CK seperti masalah pembebasan lahan belum tuntas, jalan tambang (hauling road) belum memadai, fasilitas pelabuhan belum siap dan perijinan yang belum lengkap, juga berdampak menghambat kinerja CK sehingga target-target operasional belum tercapai dan
After operating for two years, in 2013 TIA managed to achieve its targeted production volume. Even with pressure of thermal coal prices last year, TIA continued to achieve production volumes record of 4.6 million tons in 2013. In terms of price, TIA’s coal was able to maintain premium price because of its
quality known as “branded” coal. TIA’s existence as one of the
medium-scale mining operations is considered as one of the best in the country because of its operating reliability, quality products and commitment to customers. Therefore, although coal prices were still depressed in 2013, TIA’s coal prices
remained at proitable levels. This led to better revenue trend compared to the declining global coal prices. As approximately
30% of ABM Investama’s consolidated revenue was derived from Reswara’s revenue contribution, this situation also
afected the consolidated revenue structure.
Development of other Reswara’s subsidiary, PT Media Djaya Bersama (MDB) in Aceh had not reached operational targets.
Extreme weather condition was the main constraint that
hampered achievement of operational targets in 2013. However as soon as the weather constraint is resolved, MDB is predicted to progress and start commercial production in July 2014.
Considering trend of coal market price that did not meet
expectations, the Company made adjustments to MDB’s
production targets by setting gradual targets until the situation improves. The Company will gradually increase the production achievement started from 2 million tons per year and wait for the right time to immediately double the production. Meanwhile, the Company continues to prepare adequate infrastructure and production capacity.
We remain optimistic to accelerate the Aceh project
considering the signiicant trickle-down economics impact on
development of Aceh’s region and people. Currently MDB’s mining activities have encouraged the community’s economic activities. Looking ahead, with availability of energy sources, will grow other industries that will provide employment and
revitalize Aceh’s economy.
Fluctuation in coal prices was the main factor afecting
production performance of all mining companies in 2013.
One of the biggest cost components was related to mining
contractors. When business slows, mining contractors are
directly afected. Other factors faced by mining companies which were CK’s customers included uninished land acquisition, insuicient road hauling, unready port facilities
and incomplete licensing, also hindered CK’s performance
so that operational targets were not achieved and afected revenue and cash lows. However, although revenue decreased by approximately 30% compared to 2012, CK still managed
Laporan Direktur Utama
A BM In ve sta m a A n n u a l R e p or t 2 0 1 3 3
45
mempengaruhi pendapatan dan arus kas. Namun demikian,
walaupun pendapatan menurun sekitar 30% dibandingkan tahun 2012, CK tetap berhasil mencatatkan laba bersih sebesar USD 10,214 juta dan memberikan kontribusi bagi ABM Investama.
Sebagai langkah untuk menghadapi isu-isu yang menantang tersebut, CK telah meluncurkan beberapa inisiatif seperti menjual aset alat-alat tidak terpakai (idle) sehingga dapat menambah arus kas, menutup operasi di daerah-daerah yang sedang sulit, dan menerapkan restrukturisasi selektif piutang para pelanggannya. Selain itu, kompetensi inti CK di earthmoving business membuka peluang diversiikasi usaha ke sektor jasa konstruksi. Untuk itu CK mulai mengembangkan
kapabilitas dan organisasi untuk melakukan diversiikasi
usahanya sebagai strategi untuk terus bertumbuh.
Jasa dan Manufaktur
Segmen bisnis jasa dari ABM Investama dijalankan oleh tiga perusahaan, PT Sumberdaya Sewatama (Sewatama), PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistics) dan PT Sanggar Sarana Baja (SSB), dimana masing-masing menyediakan jasa solusi ketenagalistrikan, jasa logistik dan jasa engineering.
Sewatama mengoperasikan tiga lini bisnis, yaitu Daya Sementara (Temporary Power), Operasional dan Pemeliharaan
(O&M) dan pillar (Eisiensi Energi dan Optimasi Daya). Di tahun
2013, ketiga unit bisnis Sewatama berhasil mempertahankan kinerja operasional dan keuangan dengan baik. Pendapatan tumbuh sekitar 16% dengan net income positif. Bisnis Temporary Power masih memberi kontribusi sekitar 90% dari struktur pendapatan Sewatama.
Pencapaian penting Sewatama di 2013 diantaranya adalah divisi Temporary Power memenangkan tender sewa pembangkit 20 MW di Kalimantan Selatan dengan mesin-
mesin yang berbahan bakar MFO (Marine Fuel Oil) yang merupakan pengalaman baru karena selama ini Sewatama menangani mesin berbahan bakar HSD (High Speed Diesel). Sedangkan divisi Operation & Maintenance (O&M) mencatat keberhasilan mendapatkan kontrak dengan PT Meppo-Gen untuk operasional dan pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Gas (PLTGU) 110 MW Gunung Megang, Muara Enim milik PT Meppo-Gen. Mandat ini merupakan sebuah
pencapaian strategis divisi O&M Sewatama yang sebelumnya
kapabilitasnya adalah mengoperasikan mesin diesel genset/ reciprocating engine, telah dipercaya menangani PLTGU 110 MW combined cycle. Hal ini menjadi titik loncatan bagi divisi
O&M di bidang di luar HSD melengkapi kompetensi divisi O&M
yang telah mengoperasikan PLTU Energi Alamraya Semesta (EAS) di Meulaboh, Aceh Barat.
Sewatama terus berupaya memperkuat basis pendapatannya dari semula hanya bersumber pada pelanggan lokal dimana
80% bersumber dari kontrak PLN, untuk mulai menjajaki
peluang jasa penyediaan daya lsitrik/solusi kelistrikan di luar indonesia. Langkah awal sudah dilakukan, seperti melakukan
to record net income of USD 10.214 million and provided contribution to ABM Investama.
As a measure to deal with the challenging issues, CK launched several initiatives such as selling unused (idle) equipment
assets so as to increase cash lows, shut down operations in diicult areas and applying selective restructuring of
receivables from customers. In addition, CK’s core competency
in earthmoving business opened business diversiication
opportunities for construction service sector. Therefore CK
began to develop capability and organization to diversify its
business as a strategy to continue to grow.
Services and Manufacturing
ABM Investama’s services business segment is run by three companies, PT Sumberdaya Sewatama (Sewatama), PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistics) and PT Sarana Baja (SSB), which respectively provide electricity solutions, logistics and engineering services.
Sewatama operates three business lines, namely Temporary
Power, Operational and Maintenance (O&M) and pillar (Energy Eiciency and Power Optimization). In 2013, the three
business units of Sewatama satisfactorily managed to maintain
operational and inancial performances. Revenue grew about
16% with positive net income. Temporary Power business
still contributed approximately 90% of Sewatama’s revenue
structure.
Amongst Sewatama’s key achievements in 2013 was when Temporary Power division won the 20 MW power plant
rental tender in South Kalimantan with MFO (Marine Fuel Oil) fueled machines which was a new experience because
previously Sewatama handled HSD (High Speed Diesel) fueled
machines. While Operation & Maintenance (O&M) division
recorded success of obtaining contract with PT Meppo-Gen for operational and maintenance of Steam and Gas Power Plant (PLTGU) 110 MW Gunung Megang, Muara Enim owned by PT Meppo-Gen. This mandate was a strategic achievement
of Sewatama’s O&M division whose previous capability was
operating diesel generator set/reciprocating engines, was entrusted to handle 110 MW Combined Cycle PLTGU. This has
become a stepping point for O&M division in ields other than HSD to complement O&M division’s competencies which had
operated Energi Alamraya Semesta (EAS) Steam Power Plant in Meulaboh, West Aceh.
Sewatama continues to strengthen its revenue basis from
only counting on local customers where 80% come from PLN contracts, to begin exploring opportunities for provision of
electricity power/solutions outside Indonesia. The initial step has been performed, such as searching potential customers
A BM In ve sta m a L a p or a n Ta h u n a n 2 0 1 3 3
46
pencarian calon pelanggan dan membangun relasi bisnis dengan pihak-pihak di luar Indonesia. Diharapkan Sewatama
dapat melakukan diversiikasi sumber pendapatan dan
menumbuhkan bisnis-bisnis temporary power solution di luar
PLN (non-utility) mengingat permintaan pasar non-utility terus meningkat setiap tahunnya.
Sewatama telah menunjukkan komitmennya mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan untuk solusi kelistrikan jangka panjang. Di tahun 2013, Sewatama
melalui anak perusahaan PT Nagata Bisma Shakti membentuk
perusahaan patungan bersama PT Jaya Dinamika Geohidro
Energy (JDGE) yaitu PT Nagata Dinamika yang fokus pada
pengembangan pembangkit-pembangkit listrik tenaga mini
hidro (PLTM). Pada tahun 2013 Nagata Dinamika telah
melakukan kesepakatan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Gowa untuk mendirikan Pembangkit Tenaga Listrik Mini Hidro (PLTM) berkapasitas 5,2 MW di Kecamatan Bongaya, Kabupaten Gowa, Selatan. Pembangunan PLTM ini direncanakan selesai pada tahun 2016.
Setidaknya, ada 8 proyek PLTM yang telah dan akan digarap
oleh Nagata Dinamika dengan kapasitas total 50 MW. Dengan
semakin terasahnya kompetensi Sewatama di bisnis solusi kelistrikan jangka panjang terutama yang memanfaatkan energi baru terbarukan, kontribusi sumber pendapatan di luar bisnis temporary power akan semakin meningkat.
Kinerja CKB Logistics sebagai penyedia jasa logistik terintegrasi sepanjang tahun 2013 secara keseluruhan cukup baik. CKB Logistics telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi berlanjut dari harga batubara yang tertekan dan melakukan langkah-langkah strategis sejak 2012 untuk menghadapinya.
Salah satu langkah strategis adalah melakukan diversiikasi
pasar, tidak hanya fokus ke pertambangan batubara tetapi juga ke pasar minyak dan gas dan lainnya. Hasil langkah ini sudah terlihat dari turunnya pasar tambang menjadi sekitar 60% dan akan terus berkurang. Sementara, porsi pasar minyak dan gas terus bertumbuh hingga sekitar 120% dibandingkan tahun 2012. CKB Logistics juga sudah mulai masuk ke pasar tenaga listrik (power) dan bersinergi dengan anak perusahaan ABM lainnya untuk bidang ini.
Tantangan utama yang dihadapi CKB Logistics selama 2013 adalah masalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Biaya dari kenaikan BBM ini tidak begitu saja dapat dibebankan pada nilai harga jasa CKB Logistics untuk para pelanggannya. Sebagai akibatnya, meskipun pendapatan masih mampu
tumbuh pada tingkat 12%, proitabilitas sedikit tertahan
oleh tekanan harga pokok produksi serta biaya bunga dan depresiasi yang berjalan.
Pada 2013, CKB Logistics juga fokus pada keunggulan
operasional untuk meningkatkan eisiensi dan merencanakan
ekspansi di masa depan. Prestasi penting CKB Logistics yang dicapai di tengah berbagai tantangan tersebut adalah menjadi salah satu top 5 “Best Employer of Choice” oleh majalah SWA
and building business relationships with parties outside
Indonesia. Sewatama is expected to diversify revenue sources and grow temporary power solution business beyond PLN
(non-utility) considering that non-utility market demand continues to increase every year.
Sewatama has demonstrated its commitment to develop
and utilize renewable energy sources for long-term electricity solution. In 2013 , Sewatama through its subsidiary PT Nagata
Bisma Shakti established a joint venture with PT Jaya Dynamics
Geohidro Energy (JDGE) namely PT Nagata Dinamika which is
focused on development of mini hydro power plant (PLTM). In
2013 Nagata Dinamika entered into cooperation agreement
with the Government of Gowa Regency to build Mini Hydro Power Plant (PLTM) with a capacity of 5.2 MW in Bongaya District, Gowa Regency, South Sulawesi. The PLTM construction is planned to be completed in 2016.
At least, Nagata Dinamika has worked and will work on
8 PLTM projects with a total capacity of 50 MW. With the improving competence of Sewatama in long-term electrical
solution business particularly that utilizes renewable energy,
contribution of revenue sources other than temporary power business will increase.
CKB Logistics overall performance as a provider of integrated logistics services throughout 2013 was satisfactory. CKB Logistics had prepared to face continuing condition of depressed coal prices and performed strategic measures
since 2012 to overcome the condition. One of the strategic
measures was to diversify market, not only focused on coal mining but also oil and gas and other markets. The result of
this measure was relected on declining mining market to
around 60% and will continue to decrease. Meanwhile, portion
of oil and gas market continued to grow by approximately
120% compared to 2012. CKB Logistics also began to enter
electricity (power) market and synergize with other ABM’s subsidiaries for this ield.
The main challenge faced by CKB Logistics during 2013 was increasing prices of fossil fuel (BBM). The cost of increased fossil fuel price could not be simply charged on CKB Logistics service prices to its customers. As a result, although revenue
was able to grow at a rate of 12%, proitability was slightly
restrained by pressure of production, and interest and running depreciation costs.
In 2013, CKB Logistics also focused on operational excellence to improve eiciency and to plan future expansion. CKB
Logistics key accomplishment achieved in the midst of these challenges was to become one of the top 5 “Best Employer of
Choice” by SWA magazine and Hay Group. In addition, Frost
Laporan Direktur Utama
A BM In ve sta m a A n n u a l R e p or t 2 0 1 3 3
47
dan Hay Group. Selain itu, Frost & Sullivan juga menganugerahi CKB Logistics sebagai “Indonesia Domestic Logistics Service
Provider of the Year 2013” yang telah diraih selama dua tahun
berturut-turut.
SSB menjalankan bisnis di bidang jasa dan di bidang
remanufaktur. Selama tahun 2013, menyikapi lesunya industri pertambangan, SSB fokus pada industri minyak dan gas untuk site services dan berhasil membukukan hasil yang baik
pada kuartal pertama tahun 2013. Namun seiring dengan
keputusan Mahkamah Konstitusi membubarkan BP-MIGAS, para pelaku industri mengambil sikap menunggu. Akibatnya, terjadi penundaan sejumlah kontrak untuk SSB yang kemudian mempengaruhi kualitas penagihan piutangnya walaupun pada kuartal ketiga bisnis sudah mulai bangkit kembali dan kontrak- kontrak mulai mengalir lagi.