• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi headline Majalah Al-Wa'ie Edisi Januari-Desember 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi headline Majalah Al-Wa'ie Edisi Januari-Desember 2006"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

10

ANALISIS ISI HEADLINE MAJALAH

AL-WA'IE

EDISI JANUARI – DESEMBER 2006

Disusun Oleh : ABDILLAH MUTTAQIEN

(2)

11

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2008 Nomor : Istimewa

Lampiran : 1 (satu) Berkas

Perihal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi Kepada Yth.

Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Di

Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam teriring do’a semoga Bapak senantiasa dalam lindungan serta maghfirah Allah swt. Amien.

Guna mendapatkan gelar sarjana (S-1), dengan salah satu syarat adalah menyelesaikan tugas akhir yaitu penulisan skripsi. Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Abdillah Muttaqien NIM : 103051028481

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Bermaksud mengajukan proposal skripsi dengan judul “ANALISIS ISI

HEADLINE MAJALAH AL-WA’IE EDISI JANUARI – DESEMBER 2006.

Sebagai bahan pertimbangan, berikut saya lampirkan: 1. Abstraksi Outline

2. Bab 1

3. Daftar pustaka sementara

Demikian kiranya permohonan ini saya sampaikan. Atas segala perhatian Bapak saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Dosen Pembimbing Akademik Hormat saya

(3)

12

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam tulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarit HIdayatullah Jakarta 3. jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil karya jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 16 September 2008

(4)

13

ANALISIS ISI HEADLINE MAJALAH AL-WA'IE

EDISI JANUARI – DESEMBER 2006

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos I)

Oleh:

ABDILLAH MUTAQIEN NIM : 103051028481

Pembimbing

Drs. Jumroni, M.Si NIP. 150 254 959

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISALAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2008

(5)

14

Skripsi yang berjudul ANALISIS ISI HEADLINE MAJALAH AL-WA’IE EDISI JANUARI – DESEMBER 2006 telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas slam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta pada tanggal 23 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Jakarta, 3 Desember 2008 M 5 DJulhizah 1429 H

Panitia Sidang Munaqasah

Ketua Sekretaris

Dr. Murodi, MA Umi Musyarrofah, MA NIP. 150 254 102 NIP. 150 281 980

Penguji I Penguji II

Gun Gun Heryanto, M.Si Rubiyanah, MA NIP. 150 371 094 NIP. 150 286 373

Pembimbing

(6)

15 ABSTRAK

Dakwah adalah salah satu kewajiban dalam Islam, dalam melaksanaka dakwah banyak metode yang dapat digunakan. Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan media massa sebagai sarana untuk berdakwah, karena media massa merupakan alat yang paling efektif dalam penyebaran opini ke tengah-tengah masyarakat. Media massa adalah agen perubah masyarakat yang dapat merubah nilai-nilai dan kepercayaan suatu masyarakat secara masif. Dan unsur terpenting dari media massa adalah isu yang diangkat, semakin baik isu yang diangkat maka akan semakain menrik perhatian masyarakat. Salah satu media massa yang bergerak dalam bidang dakwah adalah majalah Al-Wa’ie.

Dari uraian diatas yang menjadi pertanyaan adalah pesan apa saja yang terdapat di Al-Wa’ie? Pesan apa saja yang paling sering muncul pada Al-Wa’ie?

Dalam penelitian ini mencoba untuk mengetahui isu apa yang paling sering diangkat oleh majalah Al-Wa'ie, untuk menarik perhatian masyarakat untuk membaca dan merubah masyarakat menuju arah yang lebih baik. Karena perubahan masyarakat berawal dari perubahan paradigmanya. Semakin islami paradigmanya maka akan semakin islami pula masyarakatnya.

Isu apa yang diangkat oleh suatu media massa dapat dilihat dari headline apa yang sering muncul, maka penelitian ini memfokuskan pada penelitian headline. Majalah Al-Wa'ie sebagai objek penelitian maka yang dilakukan adalah meneliti headlinenya untuk mengetahui tema apa yang paling sering muncul sehingga dapat diketahui arah paradigma yang dibangun majalah ini. Sehingga metode yang digunakan adalah metode analisis isi dengan cara pengkategorisasian atas objek penelitian dan membandingkan kategori apa yang paling sering muncul pada headline majalah Al-Wa'ie.

Headline adalah tema utama dalam suatu media massa maka headline manjadi ujung tombak dari kesuksesan media massa itu. Semakin baik isu headline yang diangkat maka akan semakin banyak masyarakat yang mengkonsumsi media massa itu. Dan akhirnya visi dari media massa itu akan terwujud.

(7)

16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil 'alamin…. Puji dan syukur ke pada Allah SWT, atas semua nikmat yang telah diberikan, atas semua kasih saying-Nya, atas agama Islam yang telah diturunkan, dan atas keimanan yang diberikan pada hamba yang dhoif ini dapat menyelsaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Muhammad SAW, seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya, para tabi'in, tabi'ut-tabi'in, dan seluruh umat yang merindukan kemuliaan Islam hingga akhir zaman.

Ucapan terimakasih tak terhingga kepada Alm. Ayahanda (Dudih Salahudin) yang telah mendidik anakmu dengan sangat baik, semoga ayahanda diberikan tempat yang luas dan terang benderang bagaikan siang yang tak pernah malam.

Terimakasih setinggi langit penulis berikan pada ibunda (fatimah) tercinta yang selalu membimbing menuju jalan kebenaran, atas semua kebaikan kasih sayang dan cinta yang tak pernah padam untuk anak mu ini.

Terima kasih juga penulis berikan kepada kedua kaka-kaka ku Andri dan hedi serta adik ku Isti di Bogor, yang selalu memberikan dukungan dan kasih saying. Semoga Allah membalasnya.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Murodi, M.A., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

(8)

17

3. Umi Masyarofah, M.A., sebagai Sekretaris Jurusan KPI

4. Drs. Jumroni, M,Si., selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbng dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Dr. Ilyas Ismail, M.A., sebagai Dosen Penasehat Akademik.

6. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah yang telah mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Ust. Anwar Iman (Pemimpin Perusahaan dan Keuangan Majalah Al-Wa'ie) yang dengan baik hati 'melayani' sehngga memudahkan penelitian ini, dan Ust. Hafidz (Redaksi Majalah Al-Wa'ie) yang telah baik membantu penulis dalam penelitian ini.

8. Semua teman-teman Khilafah Centre, bip El-Mughni, di pondok mahasiswa muslim al-haris dan al-amin serta di gema pembebasan. terimakasih atas semua kerjasamanya selama ini

9. Seluruh teman-temanku di KPI B angkatan 2003, "semoga kalian semua sukses".

Semoga penelitian ini bermanfaat untuk penulis dan para pembaca, kritik serta saran sangat diharapkan demi pekembangan penelitian-penelitian berikutnya.

Jakarta, 15 September 2008

(9)

18 DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ………. vi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah

………... 1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

……… 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

………. 5 D. Metodologi Penelitian

………... 6 1. Metode Penelitian

(10)

19 2. Populasi dan Sampel

……….. 6 3. Teknik Pengumpulan Data

(11)

20 DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategorisasi Headline Edisi Januari – desember 2006 ... 42 Tabel 2 Headline Majalah Al-Wa'ie Edisi Januari – Desember 2006 ... 43 Tabel 3 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie

[image:11.612.126.509.249.548.2]

Januari 2006 dengan Judul " Pejuang Khilafah dan Syariah, Bukan Teroris" ... 44 Tabel 4 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Januari 2006 ... 44 Tabel 5 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie

Februari 2006 dengan Judul" Kekerasan Dalam Rumah Tangga " ... 44 Tabel 6 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Februari 2006 ... 45 Tabel 7 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wai'e

(12)

21

Tabel 15 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie Juli 2006 dengan Judul "Keagungan Hukum dan Peradilan Islam"... 48 Tabel 16 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Juli 2006... 48 Tabel 17 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie Juli 2006 dengan Judul "Keagungan Hukum dan Peradilan Islam"... 48 Tabel 18 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Juli 2006 ... 49 Tabel 19 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie

Agustus 2006 dengan Judul "Syariah Islam Mewujudkan Cita-cita

Kemerdekaan" ... 49 Tabel 20 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Agustus 2006 ... 49 Tabel 211Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie September 2006 dengan Judul "Amerika Membendung Gerakan Syariah dan Khilafah" ... 50 Tabel 22 Nilai Kesepakatan Juri Edisi September 2006 ... 50 Tabel 23 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie

Oktober 2006 dengan Judul "Membumikan Al-Quran dengan Formalisasi Syariah"... 50 Tabel 24 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Oktober 2006 ... 51 Tabel 25 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wa'ie

November 2006 dengan Judul "Isu Gender Perlu Diwaspadai" ... 51 Tabel 26 Nilai Kesepakatan Juri Edisi November 2006 ... 51 Tabel 27 Nilai Kesepakatan Antara Juri Pada Headline Majalah Al Wai'e

(13)
[image:13.612.122.510.187.590.2]

22

(14)

23 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas yang telah dilakukan manusia sejak manusia ada. Dengan komunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, bahkan hingga mampu membangun peradaban besar yang tak mampu dibangun oleh makhluk lain, dengan mengkomunikasikan pemikiran dengan orang lain, sehingga mampu diwujudkan dalam realitas kehidupan manusia.

Era pertama dalam komunikasi adalah era komunikasi tulisan yang dimulai ketika bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis pada lembaran tanah liat sekitar 4000 tahun SM. Era kedua adalah era komunikasi cetakan yang dimulai sejak mesin cetak hand-press ditemukan oleh Gutenberg (1456). Era ketiga adalah era telekomunikasi yang diawali dengan penemuan alat telegraph oleh Samuel Morse (1844). Era keempat adalah era komunikasi interaktif yang mulai terjadi pada pertengahan abad 19 yakni sejak ditemukan Manframe Computer.1

Mentransfer pemikiran dengan menggunakan simbol-simbol kepada orang lain merupakan aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi membutuhkan media dalam prosesnya. Media dalam berkomunikasi dapat berupa benda padat seperti media cetak, dapat pula melalui udara yaitu komunikasi verbal.

1

(15)

24

Media massa sebagai perantara dalam proses komunikasi, sangat dibutuhkan oleh manusia yang selalu membutuhkan informasi agar tetap eksis didalam kehidupannya. Sehingga tak dapat dipungkiri akan posisi strategis yang dimiliki media massa dalam menentukan arah kehidupan manusia, karena media massa adalah pembentuk masyarakat.

Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

Jenis media yang secara tradisional termasuk di dalam media massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan tabloid.

Salah satu media massa yang banyak beredar di masyarakat adalah majalah, walaupun telah banyak bermunculan berbagai media massa lain, namun posisi majalah sebagai salah satu wujud media massa cetak tidak dapat disingkirkan. Kelebihan dari majalah walaupun terbit berkala dalam jangka waktu yang cukup lama namun, majalah biasanya memberikan suguhan lain dari yang biasa diberikan oleh media massa lain yang terbit setiap hari.

(16)

25

london) yang berkembang sempai akhir abad ke-19 adn didomonasi oleh surat kabar.2

Majalah biasanya melaporkan hal-hal yang tersembunyi, karena memiliki jenjang waktu untuk investigasi dan pengkajian yang relatif lebih lama dari pada media lain, sehingga dapat memberikan data dan fakta yang belum terungkap. Sehingga, walaupun terbit lebih lama, majalah bisa memposisikan dirinya agar tetap bisa memberikan sesuatu yang baru, yang menjadikan majalah tetap menjadi media massa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Indonesia mengalami beberapa periode sistem pers yang dianut. Dimulai dari 1945 – 1966 menganut sistem pers bebas bertanggung jawab dimana dalam sistem pers ini seseorang bebas untuk menerbitkan media tetapi dengan pengawasan pemerintah, lalu dari 1966 – 1999 menganut sistem pers otoriter dimana tidak semua orang bebas untuk menerbitkan media dan media yang ada pun merupakan kepanjangan lidah dari penguasa, sejak 1999 - Sekarang menganut sitem pers liberal dimana setiap orang berhak untuk menerbitkan apa pun termasuk menerbitkan majalah.3

Pasca reformasi, mulai diberlakukan sistem pers yang liberal, dimana setiap orang mampu menggunakan hak untuk berbicara dan berpendapat secara bebas dengan media apapun. Hal ini ditandai dengan bermunculannya berbagai media massa-media massa baru, dengan ciri khasnya masing-masing. Di Indonesia sejak reformasi menjadi keniscayaan, terdapat 1500 media cetak (data

2

Ibid, Henny S, Widyaningsih, Manajemen Media Massa, h. 3.18 3

(17)

26

Juli 1999). Baik itu surat kabar maupun majalah. Sekitar 70% dari media cetak terbit di Jakarta, dan sisanya tersebar di seluruh daerah dari sabang sampai merauke.4

Jumlah media cetak saat ini menjadi tiga kali lipat dibanding sebelumnya. Jumlah insan pers menjadi berlipat ganda. Mereka yang berprofesi sebagai wartawan menjadi tidak eksklusif lagi

Begitu pula untuk majalah Islam yang mulai menemukan udara segar, karena setelah reformasi majalah yang menyerukan nilai-nilai Islam dapat terbit lebih bebas, seperti majalah Sabili, Hidayatullah, Hidayah, dan al-Wa’ie. Refomasi memang merupakan memontum yang digunakan secara maksimal oleh insan pers untuk menyuarakan ide-idenya.

Salah satu bagian yang sangat penting dari sebuah majalah adalah headline. Headline merupakan tulisan yang berada pada halaman muka pada sebuah majalah, biasanya ditulis dengan huruf tebal.5

Headline merupakan judul utama dari sebuah majalah yang terbit pada edisi itu. Sehingga headline merupakan deskripsi dari isi sebuah majalah, dan inilah yang menjadikan headline memiliki posisi strategis dalam sebuah majalah, karena dengan melihat headline kita bisa menilai bagus atau tidaknya sebuah majalah.

Al-Wa’ie adalah majalah yang mencoba untuk mengungkapkan berbagai macam tema aktual pada setiap bulannya. Tema yang sedang menjadi opini

4

Aceng Abdullah, Pers Relation Kiat Berhubungan dengan Media Massa. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 200), h. 10

5

(18)

27

publik. Majalah ini mencoba memberikan sisi lain dalam sebuah wacana yang berkembang, sisi yang tersembunyi dengan suara yang lemah di balik kuatnya suara opini dari Barat. Majalah ini mencoba untuk melawan arus utama informasi media massa dari barat, memberikan alternatif informasi yaitu informasi berdasarkan suara Islam, pandangan Islam, dan pemikiran Islam.

Oleh karena itu penelitian terhadapat headline majalah al-Wa’ie penting untuk dilakukan sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Isi Headline Majalah al-Wa’ie Edisi Januari – Desember 2006”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagaimana berikut:

1. Apa saja isi pesan headline Majalah al-Wa’ie edisi Januari - Desember 2006?

Pembatasan Masalahnya sebagai adalah:

1. Apa isi pesan yang paling sering muncul pada headline pada majalah al-Wa’ie edisi Januari – Desember 2006?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tema-tema apa saja yang diangkat oleh majalah al-Wa’ie.

(19)

28 Manfaat Penelitian :

1. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi yaitu penggunaan headline yang tepat bagi media massa Islam.

2. Penelitian ini juga diharapkan akan menjadi masukan pada para peneliti media, para aktivis, dan para da’i untuk mendapatkan informasi penting dalam hal penggunaan headline.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dengan metode unit tematik, lalu dilakukan kategorisasi. pada headline majalah al-Wa’ie. Kategosasi yang digunakan mengadaptasi kategorisasi dari Deuttscmann (Flournoy, 1989). dan tabel frekuensi.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah Headline majalah al-Wa’ie, dan sample yang digunakan adalah sempel purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah headline majalah al-Wa’ie edisi Januari hingga Desember 2006 (12 Edisi). 3. Teknik Pengumpulan data

(20)

29

Majalah al-Wa’ie selama 2006, buku-buku dan artikel-artikel yang terkait dengan media massa, majalah, dan headline.

b. Observasi

Obsevasi yang digunakan adalah observasi analisis dokumen, dimana dalam penelitiannya dilakukan dengan meneliti teks headline pada majalah al-Wa’ie dengan sampel hanya pada edisi Januari - Desember 2006. Penggunaan koder sangat dibutuhkan dalam observasi ini untuk memberikan kategorisasi pada objek peneltian. diharapkan dengan langkah ini dapat menemukan kesimpulan.

c. Wawancara

Wawancara akan dilakukan kepada pimpinan redaksi majalah al-Wa’ie, untuk mendapatkan informasi yang dapat membatu dalam penyelesaian penelitian ini. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara yang terstruktur.

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang digunakan penulis adalah dari bulan Januari hingga Maret 2008. Dengan waktu penelitian selama 3 bulan ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah penelitian yang sebaik mungkin.

5. Teknik Analisa Data

(21)

30

Adapun kategorisasi yang dilakukan pada headline majalah al-Wa’ie adalah sebagai berikut:

1. Ekonomi 2. Politik 3. Agama 4. Budaya

Diharapkan dengan pengkategorisasian ini kesimpulan yang didapatkan bisa memenjadi lebih spesifik dan objektif.

Setelah instrument kategori telah ditetapkan, maka koder (juri) akan menilai berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, tema apakah yang diangkat oleh majalah al-Wa’ie setiap bulannya.

Penelitian ini akan mengunakan 3 orang juri dengan asumsi untuk meminimalisir kesalahan dalam pemberian kategori pada objek.

Data yang dihaslikan oleh juri akan dihitung dengan rumus holsti, yaitu: Komposit Reliabilitas : N (X antara Juri)

1+(n1) (X antara Juri)

Keterangan:

N : Jumlah Juri

(22)

31 E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

Terdiri dari: media massa: pengertian, teori, jenis-jenis, dan bagian-bagian, headline: teori dan jenis-jenis, majalah sebagai media dakwah

BAB III : GAMBARAN UMUM MAJALAH AL-WA’IE

Terdiri dari: latar belakang berdirinya majalah al-wa’ie, visi dan misi, profil pembaca, sirkulasi pembaca, rubrikasi, kebijakan redaksional, struktur redaksi, jenis headline yang diadopsi oleh majalah al-wa’ie.

BAB IV : ANALISIS ISI PESAN DALAM MAJALAH AL- WA’IE

Terdiri dari : Isi pesan majalah al-Wa’ie, pesan dengan tema politik, pesan dengan tema budaya, pesan dengan tema ekonomi, pesan dengan tema agama.

BAB V : PENUTUP

(23)

32 BAB II

TINJAUAN TEORI MEDIA MASSA SEBAGAI MEDIA DAKWAH

A. Media Massa

1. Pengertian dan Sifat Media Massa

Secara etimologi media adalah jamak dari bahasa latin yaitu “Median” yang berarti alat perantara. Sedangkan secara terminologi media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu. media massa dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.6

Dalam kamus istilah Telekomunikasi BC. TT. Ghazali menyatakan bahwa media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila komunikan jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasidisebut media komunikasi, sedangkan bentuknya beragam.7

Definisi lain media massa adalah berasal dari istilah “medium” yang artinya sarana apa saja yang membawa atau memuat pesan-pesan diantara manusia. Medium ini meliputi telepon, telegram, dan papan bulletin. Namun medium yang kita artikan medium massa adalah media yang membawa pesan-pesan yang bukan saja dari satu orang ke orang lain tetapi dari satu orang kepada ribuan atau jutaan

6

Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104-105

7

(24)

33

lainnya.8 Sebagai contoh presiden Amerika Serikat dalam pidatonya mampu menyampaikan pada seluruh bangsa yang dibawa oleh televisi tanpa mengadakan perjalanan keliling dari kota ke kota. Berarti juga membebaskan masyarakat dari hambatan waktu dan tempat tinggal yang saling berjauhan.

Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahk1920-an jenis media y1920-ang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.9

Ada juga yang mendefinisikan media massa dengan benda yang menjadi alat perantara seperti Koran, Majalah, TV, Radio, dan film. Acuan definisi ini dirangkum dari pengertian dasar komunikasi massa yakni komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Pengertian media massa yang dilakukan melalui media massa. Pengertian media massa disini secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok: Media massa cetak dan media massa elektronika.

a. Media massa cetak antara lain meliputi surat kabar, majalah, dan bulletin.

b. Media massa elektronika mencakup media “audio” (suara) seperti radio dan media “audio visual” (suara dan gambar) yaitu televisi dan film.

8

Henny S Widyaningsih. Manajemen Media Massa, (Jakarta: Universitas Tebuka, 2004)

h. 3.3

9

(25)

34

Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa “mass communications” (pakai “s”) sama dengan mass media yang dalam bahasa Indonesianya media massa. Sedangkan dapat dijumpai lagi istilah mass communication (tanpa “s”) yang berarti proses komunikasi melalui media massa.

Komunikasi melalui media massa modern meliputi surat kabar dengan sirkulasinya yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukan kepada umum dan film yang dipertunjukan di gedung-gedung bioskop.10

Hubungan melalui media berbeda dengan hubungan pribadi. Selain itu, pesan ditunjukan untuk sejumlah besar individu, bukan untuk segelintir kecil individu.11

Pada prinsipnya media massa berfungsi sebagai pemberi informasi, pendidikan, dan hiburan bagi khalayak. Semua media massa cetak dan elektronik tersebut dalam bahasan ini dikategorikan sebagai media massa modern. Karena media massa dapat meliputi juga media massa tradisional seperti cerita dongeng “kancil mencuri ketimun misalnya, yang menampilkan kancil sebagai tokoh legendaris yang cerdik dan memikat namun kadang-kadang nakal dan licik”. Juga cerita-cerita pewayangan, pertunjukkan atau kesenian rakyat yang bersifat hiburan bagi khalayak.

. Penegasan ini penting karena kata pakar seperti Everett M. Rogers menyatakan bahwa, “Selain media massa modern terdapat media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun.

10

Ibid, Henny S Widyaningsih. Manajemen Media Massa h. 3.4 11

(26)

35

Sebenarnya juru dongeng keliling dan juru pantun tidak termasuk media massa tradisional, akan tetapi tergolong komunikator dengan medianya yang primer adalah bahasa.”

Definisi lain menyatakan bahwa media massa adalah sebuah kata yang menunjukan sebuah kelas, yang berupa bagian dari spesifikasi memimpin and membentuk khalayak luas seperti populasi disebuah negara. Hal ini dimulai pada tahun 1920-an dengan adanya sirkulasi koran dan majalah. Kata ‘media publik’ adalah kata yang memiliki makna sama yaitu sejumlah distribusi media massa dalam bentuk berita dan hiburan yang disajikan dalam koran, televisi, radio, tulisan yang dipublikasikan.12

Selanjutnya menurut Werner I Severin dan James W. Tankard dalam bukunya Communication Teories, Origins, Methods, Uses, sebagaimana yang dikutip Onong Uchjana, 1990. menyatakan bahwa:

“Definisi media massa dapat mengacu juga dari pemahaman komunikasi massa sebagai keterampilan, seni, dan sebagai ilmu.

a. Keterampilan di sini meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika mewawancarai. b. Sebagai seni dalam pengertian tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita.

c. Sebagai ilmu meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.” Definisi lain (sebagaimana yang dikutip Onong Uchjana, 1990 dari Joseph A Devito “Communicology: An introduction, To The Study off Communication”) menyatakan bahwa:

12

(27)

36

a. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa khalayak yang luar biasa banyaknya tapi tidak berarti meliputi seluruh penduduk atau semua orang pembaca, penonton televisi.

b. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita, yang umumnya menunjukan seluruh sistem di mana pesan-pesan diproduksi, dipilih, disiarkan, diterima dan ditanggapi. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

(28)

37

Definisi ini lebih luas dibandingkan dengan definisi sebelumnya dari Bittner, 1980. yakni menonjolkan bagaimana sumber informasi (media massa) mengemas dan menyajikan isi pesan, menciptakan makna pada peristiwa-peristiwa tertentu sehingga mempengaruhi khalayak. Untuk memudahkan pemahaman definisi media massa didekati secara deskriptif yang meliputi dua kelompok terdiri dari: kelompok media cetak yang meliputi berbagai jenis koran, majalah, bulettin, jurnal, dan kelompok media elektronik yang meliputi radio, televisi, dan film.13

Sehingga dari berbagai pendapat mengenai definisi media massa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media massa adalah alat perantara untuk menyampaian pesan kepada khalayak ramai dengan berbagai cara.

Salah satu media adalah media cetak, media ini merupakan media massa tertua, konon sampai akhir abad ke 19 kegiatan komunikasi dilakukan oleh surat kabar dan majalah. Pertama kali hadir, media cetak tampil dengan pola atau bentuk yang sederhana yang dicetak hanya dengan tinta hitam. Tetapi media cetak sekarang ini telah mengalami kemajuan pesat sehingga tidak aneh jika media media telah lahir dengan full colour.14

Perkembangan media sekarang ini semakin canggih karena media ini merupakan media yang bisa diperoleh oleh siapa saja yang membutuhkannya. Dan

13

Ibid, Henny S Widyaningsih. Manajemen Media Massa h. 3.3 14

(29)

38

perkembangan masyarakat sekarang ini pada umumnya sudah mampu membaca dan menulis, selain itu juga media cetak mudah diperoleh dimana saja.15

Hal ini didukung oleh sifat media massa ialah serempak cepat. Yang dimaksud dengan keserempakan (simultaneity) di sini ialah keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan yang demikian besar jumlahnya. Pada saat yang sama media massa dapat membuat khalayak secara serempak menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan seorang komunikator.

Contoh yang jelas untuk sifat keserempakan ini ialah kontak antara penyiar radio dengan para pendengarnya, atau penyiar televisi dengan para penontonnya. Sebuah acara dapat diikuti oleh khalayak yang ribuan, bahkan jutaan jumlahnya secara serempak.

Lain daripada itu, sifat media massa adalah cepat (rapid), dalam arti kata memungkinkan pesan yang disampaikan pada begitu banyak orang dalam waktu yang cepat. Dapat dibayangkan betapa lamanya andaikata sebuah pesan disampaikan kepada ratusan ribu atau jutaan orang tanpa melalui media massa.

Contoh yang jelas untuk sifat ini ialah media radio. Radio tidak mengenal jarak dan rintangan, dapat mengarungi daratan dan melintasi lautan. Karena itulah, maka dalam kegiatan politik, apabila terjadi suatu pemberontakan, maka yang pertama-tama menjadi incaran pihak pemberontak adalah radio. Pada Zaman Revolusi Fisik di Indonesia, karena media radiolah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dapat diketahui cepat oleh rakyat Indonesia, bahkan rakyat di

15

(30)

39

luar negeri. Disebabkan oleh media radiolah, Bung Tomo dengan Radio Pemberontaknya di Jawa Timur dapat membakar semangat berjuang pamuda.16

2. Fungsi dan Model-model Arus Pesan Media Massa

Fungsi dari media massa tidak berbeda dengan fungsi pers. Media massa sering juga disebut dengan pers. Bahkan pers sering juga dipakaikan kepada wartawan. Padahal wartawan adalah satu dari sekian jumlah dan unsur pekerja pers itu sendiri. Secara garis besar fungsi adalah:

a. Menyiarkan informasi (to inform).

Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers pertama dan utama. “Disini pers bertindak sebagai mata dan telingan publik, melaporkan peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan masyarakat dangan netral dan tanpa perasangka.”17 Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal dibumi ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan oleh orang lain, apa yang dikatakan oranglain, dan sebagainya.

b. Mendidik (to edicate).

Fungsi kedua dari fungsi pers ialah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah

16

Ibid, Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi,6th h. 52-53 17

(31)

40

pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau cerita berita bergambar juga mengadung aspek pendidikan.

d. Menghibur (to entertain).

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga mengandung minat insani (human interest), dan kadang-kadang tajuk rencana. Meskipun pemuatan isi mengandung hiburan, itu semata-mata untuk melepaskan ketegangan pikiran setelah pembaca dihidangi berita and artikel yang berat. 18

Ada fungsi lain selain dari tiga fungsi tersebut seperti fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi membimbing (to guide), fungsi mengkritik (to criticise). Tetapi itu hanya merupakan tambahan saja terhadap ketiga fungsi di awal. Seperti biasanya fungsi pers terbagi kepada 4 bagian. Selain yang tiga itu juga ada yang keempat yaitu fungsi mempengaruhi.19.

Orang mau membaca dan berlangganan media massa, karena pada dasarnya sifat manusia ingin mengetahui sesuatu yang telah,sedang dan akan terjadi. Selain berbentuk peristiwa, informasi juga disajikan dalam bentuk artikel

18

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek ,19th (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),h. 149-150

19

(32)

41

atau tulisan lainnya seperti komentar dan tajuk rencana. Semuanya itu dimaksudkan untuk mendidik dan mempeng ruhi orang lain. Bentuk lain dari fungsi mempengaruhi adalah dengan menyajikan berita atau tulisan yang bersifat kritik dalam rangka melakukan sosial kontrol. Artinya dengan mengkritik tersebut diharapkan para pelaku penyelewengan merubah perilaku ke arah yang baik. Lebih jauh dari itu, si pelaku penyelewengan diberikan sanksi dan hukum yang setimpal agar merasa jera dan pada waktu yang akan datang tidak mengulangi kesalahannya. “Konsep yang suadah disebutkan diatas adalah peran jaga (watchdog).”20

Tugas mulia media (komunikasi massa) adalah menyampaikan kebenaran.21 Sehingga yang menjadi ciri utama dari komunikasi massa adalah karena fungsinya melakukan sosial kontrol. Hal itu dilakukan dalam rangka menegakan kebenaran dan keadilan. Bukan untuk membeber-beberkan kejelekan dan aib orang lain. Mengelola pers atau media massa sesuai fungsi yang empat tersebut merupakan suatu dilema. Bila tidak melakukan sosial kontrol, maka dianggap fungsinya sebagai lembaga pers tidak berjalan dengan baik. Sebaliknya apabila melakukan sosial kontrol sebagai idealnya suatu lembaga pers, maka rintangan dan tantangan sekaligus ancaman banyak dialami. Bagi wartawan, mati dan berhenti bekerja merupakan konsekuensi logis, bahkan dinilai terhormat, kalau penyebabnya adalah menegakan kebenaran dalam bentuk melakukan sosial

20

Ibid, Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, h. 8

21

(33)

42

kontrol. Karena aspek komersial adalah penting dan aspek sosial kontrol juga perlu, maka pengelola pers dan wartawan harus mempertimbangkan keduanya.

Fungsi sosial kontrol dari media massa, khususnya pers, semasa Orde Baru sama sekali tidak jalan, karena hantu pembrendelan pers. Akibatnya, pemerintah selama 32 tahun nyaris tanpa kontrol dan media massa.

Saat ini kondisi sudah terbalik, pemerintah telah memberi jaminan tidak akan ada lagi hantu pembrendelan pers. Pers dipersilahkan untuk melakukan fungsi sosial kontronya sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.22

Karena pesatnya teknologi di bidang komunikasi massa, komunikasi dengan menggunakan media massa mengalami perkembangan dari para pakar yang menghasilkan empat teori/model komunikasi massa sebagai berikut:

a. Model jarum hipodermik (hypodermic needle model), hipodermik artinya dibawah kulit yang diperluas pemahamannya dengan menganggap bahwa media massa menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung. Pemahaman ini sejalan dengan pengertian “perangsang tanggapan stimulus-respon”, sebagaimana yang dikenal di bidang ilmu jiwa sekitar tahun 1930-an. Jarum hipodermik yang besar laksana menusuk dan menerobos komunikan/khalayak yang pasif. Model tersebut mencakup dua faktor: sebagai media yang sangat ampuh yang mampu memasukan ide pada pikiran dan jiwa yang tidak berdaya; dan faktor kedua adalah massa

22

(34)

43

komunikan khalayak luas yang terpecah-pecah, yang terhubung dengan media massa, sedangkan komunikan itu tidak terhubung satu sama lain.

b. Model komunikasi satu tahap (One Step Flow Model) yang menyatakan bahwa saluran media massa berkomunikasi langsung dengan massa komunikan tanpa melalui orang lain, tetapi pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada semua komunikan. Model ini adalah juga model jarum hipodermik tetapi dimurnikan. Di sini diakui tiga ciri: pertama media tidak memiliki kekuatan yang hebat, kedua aspek pilihan dan penampilan, penerimaan, dan pemahaman dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan dan ketiga untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.

(35)

44

kegiatan terhadap kepemimpinan opini dalam komunikasi massa, dan kedua terdapat beberapa perbaikan dari komunikasi dua tahap seperti komunikasi satu tahap dan komunikasi tahap ganda.

d. Model komunikasi tahap ganda (Multy Step Flow Model) yang menggabungkan semua model terlebih dahulu yang didasarkan kepada fungsi penyebaran yang berurutan yang terjadi pada kebanyakan situasi komunikasi. Dinyatakan juga bahwa laju komunikasi dari komunikator kepada komunikan dipengaruhi jumlah “relai” yang berganti-ganti di mana komunikan menerima pesan langsung melalui saluran dari komuikator apa yang lainnya terpindahkan dari sumbernya beberapa kali.23

Teori tentang fungsi dan model komunikasi di atas adalah pandangan dari aliran positivisme, yang memiliki kesimpulan bahwa media massa adalah sesuatu yang netral, dan tidak lebih dari “alat komunikasi” serta kosong dalam dirinya sendiri. Ia hanya berisi apabila diisi dengan pesan oleh komunikator kepada pihak tertentu.

Namun dalam pandangan aliran kritis berpendapat lain, seperti apa yang dikatakan Stuart Hall dalam tulisannya yang sudah menjadi klasik, The Rediscovery of Ideology: The Return of the Repressed in Media Studies, hal mengkritik kecendrungan studi media yang tidak menempatkan ideologi sebagai bagian penting. Penelitian terhadap media sebagai kekuatan besar yang berperan

23

(36)

45

dalam memanipulasi kesadaran dan kenyataan. Media hanya dimiliki dan didominasi oleh kelompok dominan (berkuasa) dalam masyarakat, dan menjadi sarana untuk meneguhkan kelompok dominan sekaligus memarjinalkan kelompok minoritas (dikuasai). Karena media dikuasai oleh kelompok dominan, realitas yang sebenarnya telah terdistorsi dan palsu.24

Pada dasarnya bias berita terjadi karena media massa tidak berada di ruang vakum. Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser (1971, dalam Al-Azstrouw) menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuan sebagai sarana legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (ideogical states apparatus).25

Hal ini karena sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menajdi kolompok penekan atau suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakan dalam konteks kehidupan yang empiris.

Kritikus dan editor, Sam Lipski, mengatakan

24

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media,4th (Yogyakarta: LKIS, 2005), h. 25-26

25

(37)

46

“Media telah menjadi elite kekuasaan baru. Dia mengatakan wartawan tidak lagi menjadi Kelas Empat. Mereka merupakan Kelas Baru. Media ingin melihat diri mereka sebagai anjing penjaga. Tetapi sekarang ini mereka telah tumbuh menjadi anjing yang sangat besar dan menakutkan. Mereka juga semuanya sangat mudah menyebar, sangat kuat, dan meskipun demikian, di mana pengawas dan keseimbangan berada? Mereka sangat tidak berkembang, sangat embrio dan dalam banyak kasus, dan dalam banyak kasus sangat tidak berguna sehingga ada perasaan kegelisah yang berkembang ini” (Kelly, 1995 dalam Macnamara, 1999, h. 5)

Peristiwa-peristiwa yang dilaporkan oleh media massa, jelas bukan peristiwa sebenarnya. Proses persepsi selektif yang dilakukan wartawan dan editor, disadari atau tidak, berperan dalam menghasilkan judul berita;ukuran huruf untuk judul; penempatan berita disurat kabar (apakah di halaman depan, dalam atau belakang) yang menandaka penting atau tidaknya berita; panjang atau pendeknya laporan; komentar mana yang akan ditampilkan dan akan dibuang, yang sedikit banyak akan menunjukan keberpihakan surat kabar itu sendiri; dan julukan apa yang dipilih surat kabar untuk mempromosikan pihak yang mereka bela atau menyudutkan pihak lain yang mereka benci.26

Dengan kata-kata Van Dijk (1991: 113-114),

“Banyak informasi dalam suatu teks tidak dinyatakan secara eksplisit, tetapi implisit. Kata, klausa, dan ekspresi tekstual lainnyaboleh jadi

26

(38)

47

mengisyaratkan konsep atau proposisi yang dapat diduga berdasarkan pengetahuan yang menjadi latar belakangnya. Ciri wacana dan komunikasi ini memiliki dimensi ideologi yang penting. Analisis atas apa yang tidak dikatakan terkadang lebih jelas daripada studi atas apa yang sebenarnya dikatakan teks.”

Sehingga, berita surat kabar merupakan suatu cara untuk menciptakan realitas yang diinginkan mengenai peristiwa atau (kelompok) orang yang dilaporkan. Oleh kerena telah melewati proses seleksi dan produksi, berita surat kabar sebenarnya merupakan laporan peristiwa yang artifisial, tetapi dapat diklaim sebagai objektif oleh surat kabar itu untuk mencapai tujuan-tujuan ideologis (dan bisnis) surat kabar tersebut. Dengan kata lain, berita surat kabar bukan sekedar menyampaikan, melainkan juga menciptakan makna.

Namun media sebenarnya membentuk kesadaran (manufactured consent). Akan tetapi Hall melanjutkan bahwa pandangan kritis yang melihat media seolah berperan secara langsung, media sebagai alat kelompok dominan (berkuasa) untuk menguasai kelompok yang tidak dominan (diberkuasai).Disini media seharusnya dilihat bukan sebagai “kekuatan jahat” yang memang didesain untuk memburukan kelompok lain. Media menjalankan perannya seperti itu, melakukan representasi kelompok lain melalui proses yang kompleks, melalui proses pendefinisian dan penandaan, sehingga ketika ada kelompok yang buruk dalam pemberitaan, itu direpresentasikan sebagai sesuatu yang wajar, terlihat alami, memang demikian kenyataannya.27

27

(39)

48

Cara penyajian berita yang alami oleh media massa ini merupakan cara yang dikenal dengan Konstruksionisme. Konsep konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif , Peter L. Berger. Bersama Thomas Luckman, ia banyak menulis karya dan menghasilkan dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas. Tesis utama dari berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Sebaliknya, manusia adalah hasil dari produk dari masyarakat. Seseorang baru menjadi seorang pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap tinggal didalam masyarakat.28

Teori konstruksi sosial biasa disebut berada di antara teori fakta sosial dan definisi sosial. Dalam teori fakta sosial, struktur sosial yang eksis-lah yang penting. Manusia adalah produk masyarakat. Tindakan dan persepsi manusia ditentukan oleh struktur yang ada dalam masyarakat. Institusionalisasi, norma, struktrur dn lembaga sosial menentukan individu manusia. Sebaliknya adalah teori definisi sosial, manusialah yang membentuk masyarakat. Manusia digambarkan sebagai entitas yang otonom, melakukan pemaknaan dan membentuk masyarakat. Manusia yang membentuk realitas, menyusun institusi dan norma yang ada.

Teori konstruksi sosial berada di antara keduanya. Seperti dikatakan Margaret M. Poloma: “ Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrumen

28

(40)

49

dalam menciptakan realitas sosial yang objektif melalui proses ekternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhi melalui proses internalisasi (yang mencerminkan realitas subjektif). Dalam mode yang dialektis, di mana terdapat tesa, antitesa, dan sintesa, Berger melihat masyarakat sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk produk masyarakat. Baik manusia dan masyarakat saling berdelektika di antara keduanya. Masyarakat tidak pernah sebagai produk akhir, tetapi tetap sebagai proses yang sedang terbentuk.29

Bagaimana kita menerapkan gagasan Berger mengenai konstruksi realitas ini dalam konteks berita? Sebuah teks berupa berita tidak bisa kita samakan seperti sebuah copy dari realitas, ia haruslah dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda.

Fakta atau realitas bukanlah sesuatu yang tinggal ambil, ada dan menjadi bahan dari berita. Fakta/realitas pada dasarnya dikonstruksi. Manusia membentuk dunia mereka sendiri. Dalam kata-kata tekenal dari carey, realitas bukan sesuatu yang terberi, seakan-akan ada, realitas sebaliknya diproduksi.30

Pandangan kritis terhadap media, melihat bahwa media bukanlah sesuatu yang netral, akan tetapi media adalah sesuatu yang memiliki ideologi serta mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Pandangan ini sangat bertentangan dari pandangan positivis.

29

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 308. 30

(41)

50

Dari sini kita dapat melihat sisi startegis dari posisi media yang mampu mengkostruk masyarakat sesuai dengan yang kita inginkan. Maka secara otomatis, media pun dapat digunakan sebagai alat yang sangat efektif untuk mendakwahkan Islam ketengah-tengah masyarakat untuk mengkonstruk masyarakat menjadi masyarakat yang Islami.

B. Majalah Sebagai Media Dakwah

1. Definisi Majalah

Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tertentu, topik aktual yang patut diketahui konsumen pembaca, artikel, sastra dan sebagainya. Menurut kala penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, mingguan, dsb. Menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra dan ilmu pengetahuan tertentu.31

Definisi lain menyatakan bahwa majalah adalah surat kabar berkala yang terbit tiap minggu, tiap bulan, dsb; isinya bermacam-macam: berita, laporan, cerpen, cerbung, puisi, mode, petunjuk memasak dan membuat macam-macam keterampilan; ada yang bergambar, ada yang khusus untuk wanita, khusus untuk anak-anak, khusus karangan ilmiah, khusus agama, khusus cerita bersifat menghibur, khusus berisi berita dagang, khusus tentang olah raga, khusus berisi bacaan untuk remaja.32

31

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1969), h. 545

32

(42)

51

Ada juga yang meyatakan majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan, bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang.33

Sedangkan dalam pengertian ensiklopedia umum Hasan Shadily memberikan batasan pengertian majalah sebagai berikut: “Bentuk penerbitan berkala, memuat karangan-karangan yang berupa pembahasan yang ditulis oleh berbagai pengarang yang bertanggung jawab penuh atas karyanya itu. Jarak waktu penerbitan majalah lebih panjang daripada surat kabar (misalnya: majalah mingguan, dwi mingguan, bulanan, tri wulan, dll)34.

Saat ini jenis-jenis media massa cetak sangat banyak jumlahnya antara lain surat kabar, majalah, tabloid, bulletin, dan lain-lain. Ini merupakan kemajuan yang luar biasa, adapun majalah sebagai media komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Komunikator dapat berupa perorangan atau melalui organisasi yang mempunyai institusi yang jelas.

b. Pesan (message) diproduksi secara besar-besaran dan disebarluaskan pada pembaca

c. Komunikan pada umumnya merupakan publik yang besifat anonim (tidak saling mengenal).

33

http://wikipedia-indonesia/majalah.html. 15 Mei 2007

34

(43)

52

Umpan balik (feed back) umumnya bersifat tidak langsung atau tertunda karena kontak langsung antara komunikator dengan komunikan terhalang oleh medium.

2. Sejarah Perkembangan Majalah

Meskipun pada masa Cina kuno pernah diterbitkan sesuatu yang menyerupai majalah, tetapi majalah yang kita kenal saat ini baru ada setelah ditemukannya mesin cetak di Barat.

Majalah yang paling awal Erbauliche Monaths – Unterredunge (1663 – 1668) diterbitkan oleh johan Rist, seorang teolog dan penyair dari Hamburg, Jerman.35

Lalu muncul majalah yang isinya lebih ringan, atau berkala hiburan, pertama kali terbit pada tahun 1672, yaitu Mercure Galant (berubah nama pada 1714, menjadi Mercure de France), didirikan oleh seorang penulis, Jean Donneau de Vice. Isinya: Kisah-kisah kehidupan, anekdot, dan mutiara hikmah (resep yang terbukti populer dan ditiru secara luas).

Perkembangan berikutnya di Inggris yang ditulis oleh Daniel Defoe’s The Review 1704)-13; terbit seminggu tiga kali); Sir Richard Steele’s The Tatler (1709-11; juga terbit tiga kali dalam seminggu), yang dilajutkan oleh Joseph

Addison; dan Addison dan Steele’s dalam The Spectator (1711-12; diterbitkan kembali pada tahun 1714, sebagai harian).

Di awal terbitnya, berbagai majalah didesain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut pengelola “quality” magazines. Sejak

35

(44)

53

tahun 1830-an, bermunculan majalah-majalah berharga murah, yang ditunjukan kepada publik yang lebih luas.

Awalnya berbagai majalah ini menyajikan materi-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga, tapi pada akhir abad 18, berkembang majalah-majalah populer yang semata-mata menyajikan hiburan. Di Inggris, Charles Knight, menjadi pelopor jenis baru ini, ia menerbitkan mingguan Penny Magazine (1832 – 1846), dan Penny Cyclopaedia (1833 – 1858).

Di AS, sampai tahun 1850, perkembangan itu tidak ditemukan. Yang tercatat mengembangkan penerbitan berskala nasional, jangkauan oplahnya ialah Saturday Evening Post (1821 – 1869), terbit lagi tahun 1971) dan Youth Companion (1827 – 1929).36

Pada seperempat akhir abad ke-19, penerbitan majalah mengalami peningkatan pasar. Masyarakat mendapati limpahan informasi dan hiburan. George Newnes (Inggris), berawal dari kesukaannya menggunting paragraf-paragraf, pada tahun 1881 menyalurkan hobinya kedalam penerbitan majalah “murah” (penny), Tit-Bits – pada tahun 1968 merubah Titbits – yang terbit seara periodik, dan menyebar secara meluas melintasi batas negara. Ia mengawali keberhasilan sebuah imperium penerbitan, yang diikuti oleh Country Life (berdiri tahun 1897), Wide Word Magazine (1898), juga The Strand Magazine (1891-1950) salah satu majalah hiburan bulanan pertama dengan banyak ilustrasi. The

36

(45)

54

Strand menjadi populer dan terkenal karena memuat kisah-kisah Sherlock Holmes karya Arthur Conan Dolye.

Di AS, booming penerbitan majalah setelah ekspansi besar-besaran pasca perang sipil, juga berkat meningkatnya kecepatan pengiriman majalah lewat pos (1879). Terjadi jarak cukup senjang antara majalah “mahal” dan bergengsi (seperti Haper’s and Scribner’s dengan mingguan murah dan seronok). Samuel Sydney McClure ialah sosok yang memulai jarak itu, melalui industri penerbitan bulanan populer McClure’s Magazine pada tahun 1893. Ia berani mematok harga 15 cents dari harga jual umum 25 sampai 35 cents. Cara McClure ini kemudian diikuti. Tujuan: mengejar peningkatan sirkulasi.

Di India, penerbitan majalah awal diterbitkan oleh orang-orang Inggris (kalangan kolonial). Oriental Magazine, ialah majalah awalnya, atau Calcuta Amusement (1785 – 1786); lalu, dikuti sejumlah penerbit misionaris yang umumnya berumur pendek. Majalah pertama yang didirikan dan diedit oleh orang India ialah Hindustan Review, terbit sejak tahun 1900.37

Para misionaris ialah kalangan yang merintis penerbitan di Cina. Dengan mengambil tempat percetakan di Malaka, Chinese Montly Magazin, terbit sejak tahun 1815 sampai 1822. diikuti East-West Montly Magazine, yang dicetak di Canton sejak tahun 1833 sampai tahun 1837 dan di Singapura dari tahun 1837 sampai tahun 1847.

37

(46)

55

Perkembangan kehidupan yang memola waktu masyarakat semakin cepat, di abad 20, serta teknologi cetak yang telah mengirimkan limpahan informasi demikian rupa, telah mendorong tumbuhnya penerbitan majalah yang ringkas, padat, dan pendek sajian-sajiannya.

Yang pertama melihat hal itu, dan sekaligus memunculkan kelas baru bagi dunia penerbitan, ialah majalah berita Amerika Time, yang diterbitkan tahun 1923 oleh Briton Hadden dan Henry Luce.

Perkembangan abad 20 juga melahirkan bentuk majalah-majalah ulasan ilmiah, berkala politik-budaya, serta majalah kesusastraan. 38

Majalah memiliki keunggulan yang lain dibandingkan dengan media massa lainnya, keunggulan antara lain mudah dijangkau oleh masyarakat, karena harganya relatif murah. Meski tidak seaktual surat kabar yang terbit tiap hari, majalah yang terbit tiap mingguan, dwi mingguan atau bulanan memiliki efek edukasi yang cukup tinggi. Para pengelola majalah juga mempunyai strategi dan gaya penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik untuk dibaca kapanpun dimanapun.

Selain itu majalah juga memiliki kelebihan lain diantaranya adalah: a. Analisis beritanya lebih panjang lebar (jurnalisme interpretative) b. Dibandingkan koran, majalah lebih kuat mengikat emosi pembaca c. Memiliki persektif (pandangan) nasional sehingga terbebas dari

entimen kedaerahan

38

(47)

56

d. Ia merupakan sumber rujukan sehari-hari yang murah. Majalah membahas segala macam masalah dari yang kecil sampai yang penting.

e. Interpretasi berita oleh majalah bisa menjadi sumber pendidikan umum. Artikel tentang sejarah, biografi, dsb, bisa menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat.

Selain itu majalah juga dapat dijadikan alat publikasi yang beraneka ragam. Ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami atau dihapal sampai mendetail.39

Dari keunggulan-keunggulan ini maka majalah adalah alat yang cukup baik untuk berdakwah. Selanjutkan akan dibahas tentang dakwah itu sendiri, agar dapat lebih dipahami sisi pentingnya dakwah melalui media massa.

3. Definisi Dakwah

Dakwah secara terminologi syar’i adalah “usaha untuk merubah keadaan yang rusak (yang tidak Islami), menjadi baik sesuai dengan Islam”40.

Dakwah adalah aktifitas wajib bagi setiap muslim. Imam Ibnu Taimiyah saat membahas ‘amar makruf nahi mungkar (dakwah) menyatakan bahwa “hukum perbuatan tersebut ’amar ma’ruf nahi al munkar) adalah wajib atas setiap muslim yang memiliki kemampuan, dan statusya adalah fardhu kifayah.

39

Mafri Amir, EtikaKomunikasi Massa Dalam Pandangan Islam,2th h, 26-30 40

(48)

57

Namun fardhu tersebut, bisa berubah menjadi fardhu ‘ain atas orang-orang yang mampu apabila kewajiban tersebut belum dilaksanakan oleh orang lain”41.

Juga seorang Hujjah al Islam Imam al-Ghazali berkata:

Sesungguhnya aktivitas amar makruf nahi mungkar adalah poros yang paling agung dalam agama. Karena aktivitas inilah Allah mengutus para Nabi seluruhnya. Seandainya umat Islam mengkerdilkan amar makruf nahi mungkar, tidak mau memahami dan mengamalkannya, tentu akan berhenti nubuwwah ini, kesesatan akan tersebar luas, kebodohan akan menjadi hal yang lumrah, kerusakan akan merajalela, pelanggaran akan semakin meluas, negeri-negeri akan hancur, dan manusia akan binasa42.

Karena dakwah adalah sebuah kewajiban, dan wajib pula menjadi poros dalam kehidupan maka setiap aktifitas kehidupan kita tidak boleh terlepas dari tujuan berdakwah, termasuk dalam hal melakukan komunikasi massa.

Keungggulan dari dakwah melalui tulisan dibandingkan dengan format dakwah bentuk lain adalah sifat objeknya yang pasif dan cakupannya yang luas. Pesan dakwah yang disampaikan melalui tulisan dapat diterima oleh ratusan, ribuan, bahkan jutaan pembaca dalam waktu yang hampir sama.43

Maka penggunaan media massa khususnya majalah sebagai alat pengkonstruk masyarakat untuk digunakan sebagai media berdakwah adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan.

C. Definisi dan Tipe Headline

41

Imam Ibnu al Taimiyah, Majmu al Fatawa, (Beirut: Dar al Fikr), jilid XXVIII, h. 65. 42

Al Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, ihya al’ulum al din,

(Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Thoha Putra, tt), jilid 2, h. 302.

43

(49)

58

Headline berasal dari bahasa Inggris yang secara etimologi berarti "Garis Kepala", sedangkan secara terminologi adalah teks yang berada di atas sebuah koran, majalah, artikel yang menunjukan isi dari tulisan.

Headline biasanya ditulis tebal dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan tulisan bagian isinya. Dalam buku panduan praktis menjadi wartawan, Nanang Syaikhu menjelaskan, "Headline ditulis singkat, padat, dan jelas. Biasanya menngunakan huruf kapital pada seluruh kata".44

Headline merupakan salah satu bagian terpenting dari media cetak. Karena headline berfungsi sebagai pemberi gambara umum tentang tema apa yang diangkat oleh sebuah media. Headline juga menjadi ujung tombak daya tarik sebuah media masa. Karena biasanya hal pertama yang dilirik oleh pembaca adalah headlinenya karena memiliki ukuran terbesar yang ditempatkan di atas halaman terdepan.

Sehingga headline harus dibuat semenarik mungkin. Cara penulisan headline tidak jauh berbeda dengan penulisan lead:

1. Menonjok, yaitu dengan cara mengguncang pembaca diawal.

2. Kutipan, yaitu dengan cara penggunaan ucapan-ucapan orang secara tepat, jika dipilih secara selektif dan dipertahankan dalam tubuh berita, dapat membuat awal kalimat yang hidup.

44

Nanang Syaikhu, Panduan Praktis Menjadi Wartawan, (Jakarta: Berita UIN, 2006), h.

(50)

59

3. Parodi, yaitu dengan cara penulisan judul lagu, kata-kata mutiara, pribahasa, judul buku laris, judul film terkenal, frasa-frasa atau ungkapan yang sedang nge-trend dapat dipakai selagi masih hangat. 4. Epigram, menurut kamus, epigram adalah sejenis sajak atau ungkapan

pendek yang berisi sesuatu pikiran yang luhur atau yang menyenangkan, yang merupakan sindiran tajam. Nada atau moral berita bisa diberi tekanan dengan epigram, tetapi hindari kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang terlalu sering digunakan.45

45

(51)

60

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJALAH AL-WA'IE

A.

Latar Belakang Lahirnya Majalah Al-Wa'ie

Sejak kehadirannya di Indonesia pada 1983 hingga 2000 Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI) belum memiliki majalah resmi yang menjadi representasi dari suara

HTI. Namun pada 1 September 2000 lahirlah majalah Al-Wa'ie.

46

Lahirnya Majalah Al-Wa'ie sesuai dengan metode dakwah HTI yang tidak

menggunakan kekerasan, tapi dengan cara

Gazwul Fikri

(Perang Pemikiran). Majalah

ini diberi nama Al-Wa'ie yang artinya

Kesadaran,

sehingga majalah ini mempunyai

motto, yaitu

"Membangun Kesadaran Umat"

itu lah motto yang selalu disebarluaskan

dan disampaikan oleh majalah Al-Wa'ie kepada seluruh pembaca.

47

Segmentasi pasar majalah Al-Wa'ie secara umum adalah semua masyarakat,

akan tetapi apabila dicermati dari materi dan bahasa yang digunakan dalam penulisan

tampaknya lebih tertuju kepada intelektual atau kalangan terpelajar, akan tetapi

aktivis HTI tidak memarjinalkan kalangan bawah, sehinga seringkali mengadakan

bedah majalah Al-Wa'ie serta mendiskusikan isi majalah Al-Wa'ie kepada masarakat

46

Anwar Iman, Pimpinan Perusahaan Al-Wa'ie, Wawancara Pribadi, Cimanggu, Bogor 25 Januari 2008.

47

(52)

61

umum, sehinga semua kalangan masyarakat dapat memahami apa yang disampaikan

oleh majalah Al-Wa'ie

48

Desain dan logo Al-Wa'ie berubah saat menginjak tahun kedua, dengan

tampilan yang lebih menarik, Al-Wa'ie tetap mengangkat tema-tema yang menarik

dan aktual setiap bulannya, selain menjelaskan fakta yang terjadi, majalah ini pun

memberikan solusi

syar'i

atas setiap fakta yang terjadi.

49

Pada penerbitan perdananya, Al-Wa'ie telah menerbitkan 15000 eks dan terus

meningkat setiap tahunnya hingga saat ini Al-Wa'ie telah menerbitkan 25000 eks

setiap bulannya. Majalah Al-Wa'ie didistribusikan kesetiap propinsi yang di

Indonesia, hanya beberapa propinsi yang belum ada yaitu di Propinsi Irian Jaya Barat,

dan NTT. Bukan hanya didalam negeri, Al-Wa'ie dengan edisi berbahasa Indonesia

juga didistribuskan hingga ke Australia.

50

B.

Visi dan Misi Majalah al-Wa'ie

Visi

: Menjadi majalah yang terkemuka di Indonesia dan dapat memangun

kesadaran umat.

Misi

: Memberadayakan umat untuk tegaknya syariah dan Khilafah.

48

Ibid

49

Ibid

50

(53)

62

Dengan visi dan misi ini redaktur majalah Al-Wa'ie dan anggota-anggota HTI

melaksanakan aktivitasnya di kota-kota atau di daerah-daerah di Indonesia secara

konsekuen.

C. RUBRIKASI

Pengantar

: rubrik pembuka materi yang akan di bahas secara garis

besar oleh redaksi.

Dari Redaksi

:

rubrik ini di dalamnya berisi tentang adanya

perkara-perkara aktual yang dilihat penting oleh redaksi.

Opini Pembaca : suatu rubrik yang diperuntukan dan diberikan kesempatan

kepada para pembaca untuk menyampaikan ide melalui

tulisan.

Muhasabah

: rubrik ini diisi oleh salah seorang DPP HTI, M. Al Khatat,

dan membahas tema-tema aktual setiap bulannya.

Fokus

: berisi tentang tema utama yang dibahas oleh al-wa'ie setiap

bulannya.

Analisis

: sama dengan rubrik fokus akan tetapi dititik beratkan pada

promlem dan solusi-solusinya.

Hiwar

: rubrik yang memuat hasil wawancara pada tokoh-tokoh

(54)

63

Iqtishadiyah

: membahas seputar masalah perekonomian

Nisa

: rubrik ini khusus membahas tentang masalah wanita

Soal Jawab

: pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pembaca dan

dijawab oleh redaksi

Ibrah

: rubrik yang berisi untuk penguatan nafsiyah

Akhbar

: berisi tentang informasi kegiatan-kegiatan Hizbut-Tahrir

Indonesia dan internasional.

Liputan khusus : rubrik ini berisi tema-tema khusus yang berbeda dengan

tema headline.

Siyasah Dakwah : rubrik yang membahas masalah politik dan dakwah

Afkar

: berisi tentang pemikiran-pemikiran Islam yang diangap

redaksi penting atau suatu terjemahan dari al-wa'ie edisi arab.

Tafsir

: suatu kajian tafsir dengan menggunakan methode

perfokusan dan bersifat ideologis

Hadits Pilihan

: kajian hadits yang terfokus pada masalah-masalah idelogis

Takrifat

: rubrik yang menjelaskan tentang berbagai istilah urgent

dalam hazanah Islam dengan menggunakan pendekatan

bahasa dan syar'i

Telaah Kitab

: berisi tentang penelaahan kitab dengan mengkaji adn

membahas atau menelaah secara mendalam

Lintas Dunia

: informasi-informasi atas kejadian yang terjadi di negara lain

(55)

64

Dunia Islam

: rubrik yang didalamnya mengangkat problem, penyebaran

Islam dan lainnya di negeri-negeri muslim.

Jejak Syariah

: membahas bukti-bukti kejayaan Islam masa silam

D.

STRUKTUR REDAKSI

Pemimpin Umum

: Muhammad Al Khaththath.

Pemimpin Perusahaan dan Keuangan : M. Anwar Iman.

Pemimpin Redaksi

: Farid Wadjdi

Redaktur Pelaksana

: Arief B. Iskandar

Redaktur

: Dwi Hendri, Yahya Abdurrahman

Redaktur Bahasa

: M. Arif Billah

(56)

65

BAB IV

ANALISIS ISI HEADLINE MAJALAH AL-WA'IE

Headline adalah ujung tombak suatu media massa cetak, karena yang menjadi

pertimbangan pertama konsumen dalam mengkonsumsi suatu media massa. Sehingga

penelitian terhadap headline sangatlah penting. Disini akan dianalisa headline

majalah Al-Wa'ie, tema-tema apa saja yang diangkat, serta apakah pilihan tema-tema

yang diangkat itu, dapat memberikan kontribusi positif terhadap dakwah Islam dan

[image:56.612.112.520.309.555.2]

perbaikan kehidupan masyarakat.

Tabel 1

Kategorisasi Headline Majalah Al-Wa'ie

Edisi Januari – desember 2006

No

Kategori

Persentase

1

Ekonomi

1,3%

2

Politik

50%

3

Agama

33,3%

4

Budaya

1,3%

A. Temuan Data

Sebagaimana dijelaskan pada bab 1, bahwa temuan data yang ditemukan yaitu

dengan mangambil data pada headline majalah al-wa'ie dari edisi Januari 2006 -

Gambar

Tabel 4 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Januari 2006..........................................44
Tabel 28 Nilai Kesepakatan Juri Edisi Desember 2006 ...................................52
Tabel 1 Kategorisasi Headline Majalah Al-Wa'ie
Tabel 2 Headline Majalah Al-Wa'ie
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dijelaskan di dalam buku yang ditulis oleh Prapunoto dkk (2019) bahwa setiap nilai-nilai hidup yang ditanamkan sejak usia dini menjadi pegangan

Penelitian Firnando dan Astuti (2015), mengenai pengaruh suhu pada proses sonikasi terhadap morfologi partikel dan kristalinitas nanopartikel Fe3O4 disintesis dengan

Dalam ratoh tersebut, banyak kisah dan cerita yang terkandung di dalamnya dari kisah bahagia yang tercermin dari gerakannya yang dinamis atau kadang begitu

[r]

Ada 3 indikator yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu bagaimana implementasi kebijakan pengembangan KPBPB di Kabupaten Karimun, faktorfaktor yang mempengaruhi

Semua biaya di atas dibebankan ke dalam biaya ICU meskipun apabila pasien masih dirawat di ICU dan berdasarkan print out rincian pengeluaran biaya perawatan pasien di manajemen

KABUPATEN BENGKULU UTARA SUMBER DANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH (DPPID) APBN-P TA 2011. Alamat : Jl.Ir, $ggk*rno N9,67 Telp

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pertama bahwa langkah-langkah implementasi kebijakan secara parsial belum menyeluruh dilaksanakan oleh pegawai UPTD Parkir