i
EFEKTIVITAS MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA
SISWA KELAS X SMA N 1 BERGAS KABUPATEN
SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rokhmat Widodo 3201411177
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ii skripsi pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 3 September 2015
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Dr. Tjaturahono B.S, M.Si Sriyanto, S.Pd., M.Pd
iii Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 12 Oktober 2015
Penguji II
iv
v
“Bekerja keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas merupakan bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlas ialah bagian dari hati”. (KH. Abullah Gymnastiar)
“Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin, selagi engkau masih diberi kesempatan oleh-NYA untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat”.
(Penulis)
Persembahan:
Dengan mengucap Puji Syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan ibuku (Bapak Kosim dan Ibu waqingah), Mbak Rokhanah Qudus dan adikku Rokhmat Sucipto, terima kasih atas cinta, kasih sayang, do’a dan
dukungannya.
Seseorang yang selalu memberiku semangat
Teman-teman seperjuangan angkatan’11 Pendidikan Geografi.
vi
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar bahwa usaha dan perjuangan penulis yang maksimal bukanlah merupakan perjuangan penulis sendiri, karena tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak mustahil skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathurrokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melaksanakan studi di Fakultas Ilmu Sosial Universitas negeri Semarang.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan petunjuk, arahan, saran serta bimbingan dalam perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Dr. Tjaturahono B.S, M.Si, pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan dan pembelajaran kepada penulis tentang penelitian dan penyusunan skripsi.
vii
7. Dra. Jadmi Rahayu, M.M, Kepala sekolah SMA Negeri 1 Bergas yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Solidin, S.Pd, Guru Mata pelajaran Geografi kelas X di SMA Negeri 1 Bergas, yang telah membantu dan bekerjasama dalam melaksanakan penelitian skripsi. 9. Siswa dan siswi kelas X-1 dan X-2, yang telah membantu dan bekerjasama
dalam pelaksanaan penelitian skripsi.
viii
2014/2015. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Dr. Tjaturahono B.S, M.Si. dan Sriyanto, S.Pd., M.Pd.
Kata kunci: Cooperative Learning, Numbered Heads Together (NHT), Aktivitas dan Hasil Belajar.
Berdasarkan observasi di SMA Negeri 1 Bergas diketahui rata-rata hasil ulangan harian tertulis siswa kelas X hanya 67,31 berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Selama pembelajaran guru menggunakan metode ceramah diselingi kegiatan diskusi. Pelaksanaan metode pembelajaran ceramah tidak berjalan optimal, karena sewaktu pembelajaran siswa kurang termotivasi mengikuti pelajaran dan siswa ramai sendiri. Ketika melakukan diskusi tidak semua siswa ikut aktif dalam kegiatan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapakan teknik Numbered Heads Together (NHT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaanya serta aktivitas dan hasil belajar siswa dengan teknik NHT lebih efektif dibanding metode pembelajaran ceramah pada materi hidrosfer siswa kelas X SMA N 1 Bergas Tahun Ajaran 2014/2015.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel penelitian adalah kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-1 sebagai kelas kontrol dengan teknik random sampling. Data utama dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar selama pembelajaran, sedangkan data pendukung adalah data tanggapan siswa. Metode analisis data yang digunakan yaitu dokumentasi, tes, observasi dan angket.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan teknik NHT dapat terlaksana dengan baik serta aktivitas dan hasil belajar kelas eksperimen lebih efektif dari pada kelas kontrol. Hal ini ditunjukan dengan persentase aktivitas siswa kelas eksperimen yang termasuk kategori sangat aktif yaitu sebesar 87% dan kategori tidak aktif sebesar 13%. Sedangkan kelas kontrol yang termasuk kategori aktif sebesar 66%, dan kategori tidak aktif sebesar 34%. Nilai rerata kelas eksperimen (85,48) lebih besar dari pada rerata nilai pada kelas kontrol (76,25).
ix
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan ... 5
D. Manfaat ... 6
E. Penegasan Istilah ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Landasan Teori ... 10
1. Efektivitas ... 10
2. Model Pembelajaran ... 11
3. Model Cooperative Learning ... 12
4. Teknik Numbered Heads Together (NHT) ... 15
5. Aktivitas ... 19
6. Hasil Belajar ... 22
7. Materi Hidrosfer ... 23
B. Kajian Penelitan yang Relevan ... 35
C. Kerangka Berpikir ... 37
x
D. Desain Penelitian ... 43
E. Analisis Instrumen Penelitian ... 46
F. Metode Analisis Data ... 51
1. Deskriptif ... 51
2. Statistik ... 53
G. Indikator Keberhasilan ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Hasil Penelitian ... 59
B. Pembahasan ... 82
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89
A. Simpulan ... 89
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
xi
Tabel 1. Rincian Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas ... 40
Tabel 2. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ... 44
Tabel 3. Hasil Uji Validitas ... 47
Tabel 4. Kriteria Tanggapan Siswa ... 53
Tabel 5. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa ... 72
Tabel 6. Hasil Aktivitas Pelaksanaan Pembelajaran ... 73
Tabel 7. Hasil Belajar Pre-test ... 75
Tabel 8. Hasil Belajar Post-test ... 76
Tabel 9. Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran NHT ... 77
Tabel 10. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Pre-test ... 78
Tabel 11. Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Pre-test ... 79
Tabel 12. Hasil Analisis Uji Kesamaan Rata-rata Data Pre-test ... 79
Tabel 13. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Post-test ... 80
Tabel 14. Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Post-test ... 81
Tabel 15. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Post-test ... 82
Tabel 16. Hasil Aktivitas Siswa ... 83
xii
Gambar 1. Siklus Hidrologi ... 24 Gambar 2. Pola Aliran Sungai ... 28 Gambar 3. Kerangka Berpikir ... 38 Gambar 4. Guru Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa Pada Kelas
Eksperimen ... 64 Gambar 5. Guru Menyampaikan Materi Hidrosfer di Kelas Eksperimen ... 65 Gambar 6. Guru Mengelompokan Siswa dalam Kelompok Belajar ... 66 Gambar 7. Guru Memberikan Tugas Kepada Masing-masing Kelompok .... 66 Gambar 8. Guru Menyuruh Semua Kelompok untuk Berdiskusi ... 67 Gambar 9. Guru Menyebutkan salah Satu Nomor untuk Semua Kelompok .. 68 Gambar 10. Guru Memberikan Kesempatan untuk Memeberikan Tanggapan
xiii
2. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 95
3. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 96
4. Silabus Gegrafi Sma Kelas X ... 97
5. RPP Kelas Eksperimen ... 99
6. RPP Kelas Kontrol ... 106
7. Lembar Diskusi Siswa ... 112
8. Kunci Jawaban Lembar Diskusi Siswa ... 113
9. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 115
10. Soal Uji Coba ... 116
11. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 121
12. Hasil Analisis Butir Soal ... 122
13. Kisi-kisi Soal Pretest-Posttest ... 123
14. Soal Pretest-Posttest ... 124
15. Kunci Jawaban Soal Pretest-Posttest ... 128
16. Sampel Lembar Jawab Pre-test dan Post-test ... 129
17. Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 130
18. Hasil Analisis Data Pre-test ... 131
19. Hasil Analisis Data Post-test ... 135
20. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa ... 139
21. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 141
22. Hasil Rekapitulasi Aktivitas Siswa ... 145
23. Lembar Pelaksanaan Pembelajaaran ... 149
24. Angket Tanggapa Siswa ... 153
25. Rekapitulasi Tanggapan Siswa ... 154
26. SK Pembimbing Skripsi ... 155
27. Suat Ijin Penelitian ... 156
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bagian yang penting dalam kehidupan manusia dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuannya. Melalui pendidikan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan manusia akan berkembang. Oleh karena itu pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia agar mampu bersaing dalam menghadapi perkembangan zaman. Karena pentingnya bidang pendidikan tersebut maka komponen yang terkait dalam dunia pendidikan baik keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (Hasil Seminar dan Lokakarya Geografi di Semarang Tahun 1988 oleh IGI). Pelaksanaan pembelajaran geografi diharapkan lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada concept transfer, artinya bahwa pelaksanaan dalam pembelajaran geografi bukan bagaimana siswa mampu menghafalkan konsep, data dan kata-kata semata, melainkan bagaimana memahami secara komprehensif mengenai materi yang di ajarkan, mengembangkan dan melatih sikap, nilai, moral, dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dimiliki secara optimal.
siswa kelas X hanya 67,31 yang masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Bergas adalah 75.
Salah satu usaha yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar siswa adalah penerapan model Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dengan membentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif (Slavin 2010:15). Pembelajaran kooperatif menciptakan kondisi lingkungan di dalam kelas untuk saling mendukung melalui belajar dengan kelompok kecil dan diskusi kelompok dalam kelas.
Prinsipnya teknik ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, dan setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan nomor, nomor inilah yang digunakan sebagai patokan guru dalam menunjuk siswa untuk mengerjakan tugasnya. Akan tetapi model pembelajaran NHT juga memiliki kelemahan antara lain kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Pembagian kelompok bertujuan agar setiap siswa dapat bertukar pikiran dalam menyelesaikan semua permasalahan yang ditugaskan oleh guru secara bersama-sama sehingga diharapkan setiap siswa akan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Teknik pembelajaran ini berupaya meningkatkan aktivitas siswa untuk berperan aktif dalam belajar sehingga akan menimbulkan hasil belajar yang tinggi baik secara individu maupun kelompok.
Hal ini terbukti dengan adanya hasil penelitian yang menunjukan bahwa model cooperative learning teknik numbered heads together dapat memberikan pengaruh dan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yaitu Atmoko (2013) dalam judul skripsinya “Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Menggunakan Media Buklet Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup”. Hasil penelitian juga diungkapkan oleh Akbarleni (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Kompetensi Dasar Membukukan Jurnal Penyesuaian”.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Model Cooperative Learning Teknik
Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar
Geografi pada Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas Kabupaten Semarang
Tahun Ajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diteliti adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran geografi menggunakan model
Cooperative learning teknik Numbered Heads Together (NHT) pada materi pokok Hidrosfer Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015?
2. Apakah aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model Cooperative learning teknik Numbered Heads Together (NHT) pada materi pokok Hidrosfer Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas lebih efektif dibandingkan dengan yang menggunakan metode ceramah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :
Together (NHT) pada materi pokok Hidrosfer Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015.
2. Untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model Cooperative learning teknik Numbered Heads Together (NHT) pada materi pokok Hidrosfer Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas lebih efektif dibandingkan dengan yang menggunakan metode ceramah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan dan memberikan sumbangan untuk mengembangkan teori-teori yang bersangkutan dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar pertimbangan instansi yang terkait dalam pembuatan kebijakan serta bahan evaluasi untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
E. Penegasan Istilah
1. Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2008:284) kata efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya dapat membawa hasil atau hasil guna. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tercapainya hasil dan tujuan pembelajaran dengan model cooperative learning teknik Numbered Heads Together (NHT) terhadap siswa kelas X SMA N 1 Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015.
2. Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2009:46) Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis.
3. Pengertian model Cooperative Learning
heterogen.. Sehingga dalam hal ini, anggota dalam kelompok mengerjakan tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok untuk mencapai keberhasilan baik secara individual maupun kelompok.
4. Teknik Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk lebih melibatkan siswa dari awal sampai akhir materi pelajaran dan untuk mengetahui kepahaman siswa terhadap isi materi pelajaran. Dalam memberikan pertanyaan atau soal pada siswa, guru menggunakan empat tahap.
Teknik NHT dalam penelitian ini, lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya di presentasikan di depan kelas sehingga dapat melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
5. Aktivitas
kaitan pembelajaran, seperti bertanya, menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memperhatikan penjelasan, membawa sumber belajar, membaca sumber belajar, interaksi siswa dan membuat rangkuman/ catatan.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Anni (2007:5) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Hasil belajar yang di maksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dilihat dari segi kognitif atau tingkat pengetahuan siswa yang diukur dengan soal pre-test dan post-test.
7. Materi Hidrosfer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Efektivitas
Menurut Mulyasa (2002:82) efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.
Keefektivan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai keberhasilan dalam suatu tindakan atau usaha, dalam hal ini efektivitas yang dimaksud adalah efektivitas model pembelajaran yang merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Keefektivan yang dimaksud penelitian ini adalah keberhasilan dalam penerapan model cooperative learning teknik Numbered Heads Together (NHT), dikatakan efektif jika hasil belajar siswa memiliki kriteria yang mengacu pada: a) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sekurang-kurangnya ≥ 85% siswa memperoleh kriteria aktif, b) meningkatnya ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu sekurang-kurangnya ≥ 85% dari seluruh siswa memperoleh nilai hasil belajar ≥ 75.
2. Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bagian dari proses dalam pembelajaran sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Menurut Suprijono, (2009:46) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memeberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis sehingga guru memiliki pedoman dalam melaksanakan pembelajaran dan dapat di kembangkan dalam kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan berpikir, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
3. Model Cooperative Learning
a. Pengertian Model Cooperative Learning
diharapkan saling membantu satu sama lainya sehingga permasalahan setiap anggota dalam kelompok dapat diatasi.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2012:15) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok heterogen. Sehingga dalam hal ini, anggota dalam kelompok mengerjakan tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok untuk mencapai keberhasilan baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Suprijono (2009:54), pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
penilaian terhadap tugas yang diberikan di akhir pembelajaran, karena siswa dalam belajar kelompok memerlukan bimbingan dan arahan agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
b. Unsur-unsur Dasar Model Cooperative Learning
Menurut Roger dan david Johnson (dalam Suprijono 2009:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa diangap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.
Lima unsur tersebut adalah :
1) Positive interdeoendence ( Saling ketergantungan positif). 2) Personal responsibility ( Tanggung jawab perseorangan). 3) Face to face promotive Interaction ( Interaksi promotif). 4) Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota).
5) Group processing ( Pemrosesan kelompok).
merupakan keterampilan anggota kelompok dalam berkomunikasi secara akurat serta menyelesaikan konflik secara konstruktif. Yang terakhir pemrosesan kelompok merupakan penilaian terhadap kelompok dalam proses pembelajaran.
c. Tujuan Model Cooperative Learning
Menurut Ibrahim (dalam Isjoni, 2012:39) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial.
1) Hasil belajar akademik
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh siswa, karena kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah- masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global.
4. Teknik Numbered Heads Toghether (NHT)
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007:62).
Menurut Slavin, (2010:4) Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman mereka.
Menurut Trianto, (2007:62) dijelaskan bahwa numbered heads together terdiri dari empat langkah, yaitu sebagai berikut:
Fase 1 : penomoran (numbering)
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Fase 2 : Mengajuakan pertanyaan (questioning)
Fase 3 : berpikir bersama (heads together)
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Fase 4 : pemberian jawaban (answering)
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Nur (2005:78) menjelaskan bahwa Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok: ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggungjawab individual dalam diskusi kelompok.
Sintaks model Cooperative Learning teknik NHT adalah sebagai berikut :
1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 5) Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru
menunjuk nomor lain.
6) Kesimpulan. (Hamdani, 2011 : 90) Kelebihan teknik ini adalah :
1) Setiap siswa menjadi siap semua.
2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai.
Kelemahan teknik ini adalah :
1) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. (Hamdani, 2010:90)
memberikan tanggapan terhadap kelompok lain. Dengan cara guru memanggil secara acak dan spontan, sehingga setiap siswa dituntut untuk menguasai tugas kelompoknya dan harus siap untuk mempresentasikan maupun memberikan tanggapan terhadap hasil dari kelompok lain.
5. Aktivitas
Menurut Sanjaya, (2006:134) menjelaskan bahwa aktivitas diperlukan dalam pembelajaran karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
dan konkrit secara sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas. (8) pengajaran disekolah menjadi hidup sebagaiman aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat (Hamalik, 2011:177).
Guru sebagai fasilitator dapat merancang aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat selama pembelajaran (Slameto, 2003:36). Penggunaan media dan metode yang tepat dapat menjadi pilihan guru dalam mendorong timbulnya aktivitas siswa selama pembelajaran. Penggunaan model yang menarik dapat memunculkan respon siswa. Dengan aktivitas siswa sendiri, kesan dalam mempelajari materi pembelajaran tidak akan berlalu begitu saja., tetapi dipikirkan, di olah kemudian dapat dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Penggunaan model yang bervariasi juga dapat merangsang aktivitas siswa. Siswa akan bertanya, menyampaikan pendapat dan berdiskusi dengan siswa yang lain. Dalam berbuat siswa dapat mengerjakan tugas, mencatat, menggambar maupun merangkum inti sari dari materi yang sedang dipelajari. Bila siswa berpartisipasi aktif nantinya ia akan menguasai materi itu dengan baik.
1. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prisip, menghubungkn suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan dan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan test, dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik
7. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, menari, tenang dan lain-lain.
Whipple dalam Hamalik (2011:174) menggolongkan aktivitas siswa berupa kegiatan dalam mempelajari masalah seperti berikut : (1) mencari informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting; (2) mempelajari ensiklopedi dan referensi; (3) membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan; (4) membuat catatan pembelajran; (5) menafsirkan peta, menentukan lokasi-lokasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran; (6) menilai informasi dari berbagai sumber, menganalisis pernyataan yang bertentangan; (7) mempersiapkan daftar bacaan yang digunakan dalam pembelajaran. Aktivitas-aktivitas tersebut sangat mungkin untuk dilakukan dalam pembelajaran geografi yang materinya cukup luas.
6. Hasil Belajar
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes atau evaluasi. Dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi dan kelajuan siswa sehingga dapat bertindak yang tepat apabila siswa mengalami kesulitan belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran geografi pada materi hidrosfer yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa berupa pengetahuan, pemahaman, kecakapan baru yang ditunjukkan dengan nilai.
7. Materi Hidrosfer
a. Siklus Hidrologi
Air di bumi memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu rangkaian proses yang disebut siklus hidrologi atau siklus air.
Gambar 1. Siklus Hidrologi
(Sumber: Suripin, , Pelestarian Sumberdaya Tanah, 2002, halaman 134)
Energi panas matahari memanasi wilayah perairan dipermukaan bumi, terutama samudra dan laut, sehingga terjadilah proses penguapan. Uap air kemudian bergerak naik dan mengalami penurunan suhu. Pada ketinggian tertentu, uap air mengalami kondensasi dan berubah menjadi awan hujan. Selanjutnya, awan hujan berubah menjadi hujan atau salju. Siklus air dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut : 1. Siklus kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi
awan, lalu turun sebagai hujan dilaut.
3. Siklus besar, yaitu air laut menguap kemudian membentuk kristal-kristal es di atas laut, terbawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh menjadi salju, membentuk gletser (lapisan es yang bergerak menuruni lereng di pegunungan), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.
Terjadinya siklus air disebabkan oleh adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologis dan klimatologis, antara lain sebagai berikut :
1. Evaporasi, yaitu proses perubahan air menjadi gas pada lingkungan abiotik. Sekitar 80% penguapan di bumi berasal dari penguapan air. 2. Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan
melalui stomata dan lentisel.
3. Evapotranspirasi, yaitu gabungan proses evaporasi dan transpirasi. 4. Kondensasi, yaitu proses perubahan uap air menjadi air akibat
pendinginan.
5. Adveksi, yaitu transportasi panas dan uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
6. Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan dari atmosfer ke permukaan bumi yang meliputi hujan air, es, dan salju.
7. Run off, yaitu pergerakan aliran air pada permukaan tanah melalui sungai dan saluran air.
9. Perkolasi, yaitu perembesan atau masuknya air ke dalam tanah melalui pori-pori tanah secara horizontal.
b. Perairan Darat
1) Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di dataran tinggi dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari tiga jenis limpasan, yaitu limpasan yang berasal dari hujan, limpasan anak sungai, dan limpasan air tanah.
Ada beberapa bentuk atau tipe sungai, yaitu sebagai berikut : a) Tipe Pola aliran sungai
Terdapat beberapa pola aliran sungai, yaitu sebagai berikut: 1. Paralel adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah
yang luas dan sangat miring, sehingga gradien sungai besar dan dapat mengalir ke tempat terendah dengan arah yang hampir lurus. Pola ini dapat terbentuk pada suatu daratan pantai yang masih muda dengan lereng asli yang sangat miring ke arah laut.
3. Angular, pola aliran yang membentuk susut lebih kecil atau lebih besar dari 900. Pada pola ini masih terlihat bahwa sungai-sungai masih mengikuti garis-garis patahan.
4. Radial Sentrifugal adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai stadium muda dan arah alirannya menuruni lereng.
5. Radial sentripetal, pola aliran pada suatu kawah atau kaldera gunung atau depresi lainnya. Arah alirannya menuju ke pusat depresi.
6. Trelis adalah pola aliran yang terbentuk seperti terali atau teruji. Pada pola ini, sungai mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin paralel.
7. Anular adalah variasi dari pola aliran radial. Pola ini terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa serta terdapat sungai konsekuen, subsekuen, resekuen dan obsekuen.
Gambar 2. Pola Aliran Sungai
(Sumber:Akub Tisna Somantri, 1999, Geomorfologi Umum)
b) Tipe Sungai berdasarkan asal airnya
(1) Sungai Hujan, sungai yang airnya berasal dari air hujan. Contoh: Bengawan Solo dan Sungai Brantas
(2) Sungai Salju, sungai yang airnya berasal dari salju dan gletser yang mencair. Contoh: Sungai Lagen di Norwegia (3) Sungai Campuran, sungai yang airnya berasal dari air hujan,
salju, gletser yang mencair. Contoh: Sungai Digul dan Sungai Membrano di Papua.
c) Tipe Sungai berdasarkan besar dan kecilnya aliran air sungainya.
(1) Sungai Tetap, aliran airnya tetap sepanjang tahun. Contoh : Sungai Membrano di Papua.
(3) Sungai Episodik, sungai yang aliran airnya banyak dimusim penghujan, namun tidak ada air dimusim kemarau. Contoh: Sungai Melolo di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. d) Tipe Sungai berdasarkan arah aliranya.
(1) Sungai Konsekuen, arah alirannya sejajar dengan kemiringan lereng daratan.
(2) Sungai Subsekuen, arah aliranya tegak lurus dengan sungai konsekuen.
(3) Sungai Obsekuen, arah aliranya berlawanan dengan sungai konsekuen dan resekuen.
(4) Sungai Resekuen, arah aliranya sejajar dengan sungai konsekuen.
Bagian-bagian Sungai (1) Bagian Hulu
Bagian sungai yang terletak di daerah yang relative tinggi dengan kemiringan lereng agak terjal, sehingga sering terjadi erosi vertikal.
(2) Bagian Tengah
(3) Bagian Hilir
Bagian hilir sungai memiliki arus air yang relatif tenang, sering menjadi pengendapan lumpur dan material lain yang terbawa dari daerah hulu.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Adalah suatu sistem sungai yang berfungsi menerima, menyimpan, mengalirkan kembali air hujan yang jatuh diatasnya melalui satu sungai.
2) Danau
Adalah cekungan yang ada di daratan yang cukup luas dan terisi oleh air. Dilihat dari proses terbentuknya, danau terbagi menjadi lima macam sebagai berikut:
(a) Danau Tektonik
Danau yang terjadi karena penurunan permukaan bui sebagai akibat pergeseran atau patahan oleh tenaga endogen. Penurunan tersebut membentuk suatu cekungan yang kemudin terisi oleh air. Contoh: Danau Maninjau, Kerinci, Ranau, Singkarak (di Pulau Sumatra).
(b) Danau Vulkanik
(c) Danau Tektovulkanik
Danau yang terjadi karena percampuran aktivitas vulkanisme dan pergerakan batuan beku kebawah saat proses letusan gunung. Contoh: Danau Toba di Sumatra Utara.
(d) Danau Dolina (karst)
Terjadi karena pelarutan tanah kapur secara vertikal sampai pada lapisan yang resisten (kedap air), sehingga terbentuk cekungan yang terisi air. Contoh: Danau di Daerah Gunung Kidul, Wonosari dan Jogjakarta.
3) Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar muara sungai yang dangkal dan melebar. Rawa di Indonesia banyak dijumpai di sepanjang Pantai Kalimantan Selatan, Pantai Selatan dan Barat Papua (Irian Jaya), Serta Pantai Timur Sumatera.
4) Air tanah
Adalah air yang terdapat pada lapisan tanah, yakni berasal dari mata air dan air hujan yang meresap kedalam tanah hingga lapisan batuan kedap air.
Jenis-jenis air tanah: - Air tanah freatik (dangkal)
Air tanah yang terdapat di atas lapisan kedap air. - Air tanah artesis (dalam)
- Air tanah vados
Air tanah yang tersimpan di batuan sedimen - Air tanah juvenil
Air tanah yang berasal dari air yang naik dari magma.
c. Perairan Laut
1) Laut berdasarkan letaknya (a) Laut tepi
Laut yang letaknya disepanjang tepi benua (Laut China Selatan, Laut Jepang)
(b) Laut pertengahan
Laut yang terletak diantara dua benua dan dua daratan (laut yang berada di Indonesia)
(c) Laut pedalaman
Laut yang terletak di tengah-tengah benua (Laut kaspia, Laut mati) 2) Laut berdasarkan proses terjadinya
(a) Laut ingresi
Terjadi karena adanya penurunan dasar laut (Laut banda, laut Sulawesi, laut flores, laut seram)
(b) Laut transgresi
Karena genangan air pada daratan yang lebih rendah (Laut jawa, Laut Arafuru)
(c) Laut regresi
3) Laut berdasarkan kedalamanya (a) Lithoral : Zona pasang-surut (b) Neritik : Kedalamanya 0-200 m (c) Bathial : Kedalamanya 200-2000 m (d) Abisal : Kedalamanya >2000 m 4) Laut berdasarkan reliefnya
(a) Paparan benua (continental shelf)
Dasar laut dangkal dengan kedalaman rata-rata 200 m da terletak di sepanjang pantai.
(b) Palung laut (trench)
Dasar laut yang dalam dan sempit dengan dinding yang curam membentuk corong dan memanjang kedalaman > 5000 meter. (c) Lubuk laut (Basin)
Dasar laut yang berbentuk cekung. (d) Gunung laut
Gunung yang dasarnya terdapat di dasar laut. (e) Punggung laut
Punggung pegunungan di dasar laut. (f) Atol
Karang di laut yang bentuknya seperti cincin besar (g) Laguna
5) Warna air laut
- Laut merah : dipengaruhi oleh ganggang laut
- Laut kuning : dipengaruhi oleh lumpur loss bewarna kuning - Laut biru : dipengaruhi oleh pantulan warna langit - Laut hijau : dipengaruhi oleh plankton
6) Wilayah laut Indonesia - Landasan kontinen
Wilayah laut dengan kedalaman sampai 200 meter di bawah permukaan air laut.
- Landasan teritorial
Wilayah laut yang diukur sejauh 12 mill dari garis dasar - Zona Ekonomi Eksklusif
Wilayah laut yang diukur sejauh 200 mill dari garis dasar pulau-pulau terluar.
7) Manfaat laut
Berikut manfaat air laut untuk kehidupan manusia dan lainya. - Prasarana lalu lintas antar pulau dan antar benua.
- Sumber mineral, (garam dapur dan kalium karbonat) - Tempat rekreasi karena keindahan laut
- Pengatur iklim (hujan) akibat penguapan air laut
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memilili keterkaitan dengan model pembelajaran cooperative learning teknik numberd heads together. Diantarnya yaitu, Atmoko (2013) dalam judul skripsinya “Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Menggunakan Media Buklet Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup di SMP Negeri 1 Gembong
Kabupaten Pati”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan uji t hasil belajar siswa menunjukkan bahwa t hitung 3,51 sedangkan t tabel untuk dk 62 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,67. Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti kelompok eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih baik dari pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa teknik NHT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitian juga diungkapkan oleh Akbarleni (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Media
memperoleh skor 13,6 pada pertemuan 1 dengan kriteria cukup dan skor 19,4 pada pertemuan 2 dengan kriteria baik. Siklus II meningkat dengan skor 24 pada pertemuan 1 dan skor 26 pada pertemuan 2 dengan kriteria sangat baik. Ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 67%, siklus II meningkat menjadi 87%.
Hasil penelitian lain juga diungkapkan oleh Sukhesti (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Kompetensi Dasar Membukukan Jurnal Penyesuaian Pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK YAPEK Gombong Tahun Ajaran 2012/
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran geografi yang dilakukan di sekolah-sekolah masih menggunakan paradigma lama yaitu memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan kepada siswa hanya melalui dimensi pendengaran, sehingga dalam proses pemindahan pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang tidak dapat diajarkan hanya dengan model pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah, dan pembelajaran berpusat pada guru sehingga para siswa menjadi tidak antusias dan kurang interaktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini berakibat terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa yang cenderung sedang dan rendah.
siswa, khususnya pada materi pokok Hidrosfer. Dari kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka berpikir
Materi pembelajaran yang cukup luas
Model pembelajaran konvensional (ceramah)
Pembelajaran kurang inovatif dan optimal
Siswa pasif dalam pembelajaran
Hasil belajar siswa rendah
Penerapan teknik NHT Aktivitas Hasil belajar
Pembelajaran Geografi
Materi Hidrosfer
Peningkatan Kualitas Pembelajaran 1. Aktivitas siswa dalam mengikuti
pelajaran meningkat
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ho : Aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model Cooperative learning teknik Numbered Heads Together (NHT) materi pokok Hidrosfer pada Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas tidak lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan administrasi kesiswaan SMA N 1 Bergas, siswa kelas X terdiri dari 311 siswa dan terbagi dalam sembilan kelas.
Tabel 1. Rincian Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas.
Kelas Jumlah Siswa
X 1 32
X 2 31
X 3 31
X 4 31
X 5 40
X 6 39
X 7 40
X 8 40
X 9 27
Jumlah Total 311
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi (Arikunto, 2006:131). Sampel diambil dengan menggunakan metode random sampling. Dengan teknik random sampling dari sembilan kelas akan diambil dua kelas sebagai sampel. Satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperimen.
Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini dikondisikan dengan pertimbangan bahwa populasi bersifat homogen karena siswa diampu oleh guru yang sama, berada pada tingkat kelas yang sama, tidak ada pembagian kelas berdasarkan rangking, dan kurikulum yang diajarkan sama.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel bebas : Model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together (NHT) dan metode ceramah pada materi hidrosfer.
2. Variabel terikat : Aktivitas siswa dan hasil belajar geografi kelas X SMA N 1 Bergas pada materi hidrosfer.
C. Teknik Pengumpulan Data
1). Dokumentasi
Metode dokumentasi (documentary study) adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Sukmadinata, 2010: 221-222). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama siswa anggota sampel, nomor induk siswa dan nilai ulangan harian mata pelajaran geografi diambil dari daftar nilai SMA N 1 Bergas. Data nilai digunakan untuk analisis tahap awal.
2). Tes
Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Sukmadinata, 2010: 223). Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa dikaitkan dengan Penerapan Model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi.
Tes dilakukan dua kali yaitu pretest dan posttest. Pretest digunakan untuk mengetahui keadaan awal kedua kelompok, sedangkan posttest dilaksanakan setelah kedua kelompok dikenai perlakuan.
3). Observasi
digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan Model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together dan model pembelajaran konvensional (ceramah). Data diperoleh dari lembar observasi siswa yang berisi pernyataan mengenai kegiatan belajar mengajar. Lembar observasi aktivitas siswa diisi oleh observer pada saat pembelajaran.
4). Angket
Angket (questionnaire) berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadinata, 2010: 219). Metode angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai Model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together dalam pembelajaran geografi. Hasil angket dianalisis secara deskriptif dan Penilaian tanggapan siswa secara klasikal dengan menghitung siswa yang memberikan tanggapan dengan kriteria baik.
D. Desain Penelitian
Jenis-jenis penelitian kuantitatif dapat dibedakan dari keberadaan data yang diteliti, sudah tersedia atau baru akan ditimbulkan. Jika data sudah ada (dalam arti tidak sengaja ditimbulkan), dan peneliti tinggal merekam, maka penelitiannya bukan eksperimen. Sebaliknya jika peneliti ingin mengetahui gambaran tentang data yang secara sengaja ditimbulkan, maka penelitiannya berbentuk eksperimen (Arikunto, 2006:13).
Penelitian ini berupa penelitian eksperimen jenis True Experimental Design dengan bentuk desain Pretest-Posttest Control Group Design.
Tabel 2. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Pelaksana Posttest
Kelompok Eksperimen
T1 X P T2
Kelompok Kontrol T1 Y P T2
Keterangan :
X = Model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together (NHT)
Y = Model Pembelajaran Konvensional (Ceramah) P = Peneliti
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini adalah dengan melakukan observasi awal untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai dasar menentukan populasi dan sampel, wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran geografi mengenai proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Bergas, serta mengamati kondisi lingkungan kelas ketika pembelajaran geografi berlangsung. Kegiatan selanjutnya adalah penyusunan instrumen dan perangkat pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah lembar angket berkaitan tanggapan siswa mengenai model pembelajaran teknik NHT, dan perangkat pembelajaran yang berupa silabus, RPP, soal evaluasi, dan lembar kerja siswa.
Kegiatan berikutnya adalah penyusunan soal uji coba, dengan cara membatasi materi yang akan diteskan, menentukan kisi-kisi soal, menentukan tipe soal, menentukan batas waktu dan jumlah soal yang akan diujicobakan. Setelah itu, soal diujicobakan pada kelas uji coba yaitu kelas XI IPS 2. Uji coba soal dilakukan untuk mengetahui kelayakan soal dalam pengambilan data.
2) Tahap Pelaksanaan Peneltian
atau mengukur kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan. Kegiatan selanjutnya adalah menerapkan metode NHT pada pembelajaran geografi dengan materi hidrosfer, pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data seperti data observasi dan angket untuk mengetahui aktivitas belajar dan tanggapan siswa. Kegiatan berikutnya adalah melakukan post-test pada kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah penerapan metode ceramah dan NHT berlangsung.
3) Tahap Akhir
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah mengolah atau menganilisis data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan dan menyusun hasil olahan data tersebut serta Menyusun dan melaporkan hasil penelitian.
E. Analisis Instrumen Penelitian
1) Validitas
Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearason, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
=
√{ }{ } (Arikunto,
2006:72)
Keterangan :
: Koefisien korelasi antara X dan Y
N : Banyaknya subjek/peserta didik yang diteliti
: Jumlah skor tiap butir soal
: Jumlah skor total
: Jumlah kuadrat skor butir soal
: Jumlah kuadrat skor total
Setelah diperoleh harga kemudian dibandingkan dengan dengan taraf signifikan . Jika maka soal dikatakan valid. Hasil analisis validitas butir soal disajikan pada Tabel 3. berikut ini : Tabel 3. Hasil Uji Validitas
Kriteria Valid Tidak Valid
Butir Soal
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 15, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26,
27, 28, 29, 30.
5, 9, 13, 14, 17, 22, 25.
Jumlah 23 butir 7 butir
Sumber: Data Penelitian 2015
2) Reliabilitas
Reabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg. Suatu instrumen dikatakan ajeg apabila instrumen tes tersebut mempunyai keajegan hasil artinya jika instrumen tersebut dikenakan jumlah objek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap.
Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes tipe soal objektif dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(Arikunto, 2006:100) Keterangan:
n = banyaknya butir soal
= reliabilitas tes secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= proposi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p)
pq= jumlah dari pq S2 = varians total
Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh 0,848. Dari tabel r product moment diperoleh untuk N = 30 dan taraf signifikan
adalah 0,361. Karena sehingga soal reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.
3) Daya pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membeda-bedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi. (Arikunto, 2006:218).
D =
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya jawaban benar dari kelompok atas BB = banyaknya jawaban benar dari kelompok bawah PA = proporsi jawaban benar dari kelompok atas PB = proporsi jawaban benar dari kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda :
D : 0,41 – 0,70 dikategorikan soal baik D : 0,71 – 1,00 dikategorikan soal baik sekali
Berdasarkan analisis daya beda soal pada soal uji coba dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Yang termasuk kriteria jelek yaitu soal nomor 9, 13, 14 dan 25.
b. Yang termasuk kriteria cukup yaitu soal nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27 dan 29.
c. Yang termasuk kriteria baik yaitu soal nomor 1, 3, 8, 11, 18, 24, 28 dan 30. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.
4) Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
(Arikunto, 2006:210).
Keterangan :
P = indeks kesukaran
Indeks klasifikasikan tingkat kesukaran :
o Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar. o Soal dengan P 0,70 sampai 0,70 adalah soal sedang. o Soal dengan P 0,71 sampai 0,100 adalah soal mudah.
Berdasakan analisis taraf kesukaran pada soal uji coba pada penelitian ini diperoleh hal sebagai berikut:
a. Yang termasuk kriteria sukar yaitu soal nomor 9 dan 27.
b. Yang termasuk kriteria sedang yaitu soal nomor 1, 4, 14, 21, 22, 23, 24, 26, 29 dan 30.
c. Yang termasuk kriteria mudah yaitu soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 25 dan 28.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.
F. Metode Analisis Data
1. Deskriptif
a. Aktivitas Siswa
Data hasil observasi disajikan untuk melihat apakah siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran geografi materi hidrosfer di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Nilai = Jumlah skor total X 100 Jumlah skor maksimal yang dapat diperoleh siswa
Keaktifan klasikal = Jumlah siswa yang aktif X 100 % Jumlah keseluruhan siswa
Kriteria penilaian yang digunakan adalah : Sangat aktif : 87%-100%
Aktif : 75%-86% Cukup Aktif : 63%-74% Kurang Aktif : 51%-62% Tidak aktif : ≤ 50%
Dalam penelitian ini siswa dikatakan aktif jika secara klasikal sebanyak ≥ 80% siswa mencapai kriteria aktif (Arikunto, 2010).
b. Hasil Pre Test dan Post Test
Mendeskripsikan hasil analisis nilai rata-rata Pre-Test dan Post-Test dalam proses pembelajaran geografi pada materi hidrosfer di kelas eksperimen maupun kelas kontrol secara keseluruhan.
c. Tanggapan Siswa
digunkan skala likert variabel yang akan di ukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kriteria tabel yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 4. berikut ini: Tabel 4. Kriteria Tanggapan Siswa
No Interval Skor Kriteria Jumlah
F %
1. 34-41 Sangat setuju
2. 26-33 Setuju
3. 18-25 Tidak Setuju
4. 10-17 Sangat tidak setuju Jumlah
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase frekuensi adalah sebagai berikut: (Ali, 1998:186)
% = Keterangan: n :Frekuensi
N : Jumlah responden
2. Statistik
a. Analisis Data Pre-Test
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Statistika yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat, yakni sebagai berikut:
a) Menentukan data terbesar dan data terkecil untuk mencari rentan.
Rentan = data terbesar – data terkecil.
b) Menentukan banyaknya kelas interval (k) dengan menggunakan aturan Sturges, yaitu k =1-3,3 log n dengan n= banyaknya objek penelitian.
c) Menentukan panjang kelas interval Interval =
(2) Menghitung rata-rata ( ̅̅̅ dan simpangan baku (s)
̅ = dan s =√ ( )
(3) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas
(4) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus ̅
(5) Menghitung frekuensi yang diharapkan ( dengan cara mengalihkan besarnya ukuran sampel dengan peluang atau luas daerah di bawah kurva normal untuk interval yang bersangkutan. (6) Menghitung statistik Chi-Kuadrat dengan rumus :
∑
= frekuensi hasil pengamatan = frekuensi yang diharapkan
(7) Membandingkan harga Chi Kuadrat data dengan tabel Chi Kuadrat dengan dk = k-3 dan taraf signifikan 5%.
(8) Menarik kesimpulan, Ho ditolak jika dalam hal lainnya Ho diterima. (Sudjana, 2005: 273)
2) Uji Homogenitas
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak.
Hipotesis yang digunakan dalam uji kesamaan dua varians adalah sebagai berikut :
Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan uji Bartlett dengan rumus sebagai berikut :
{ }
diterima jika (Sudjana, 2005:263)
dengan derajat (dk) banyaknya kelas dikurangi 1. Jika hitung < tabel maka diterima. Yang berarti kedua kelas tersebut mempunyai varian sama atau dikatakan homogen.
3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji Kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok sampel memiliki rata–rata yang sama atau tidak secara statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji kesamaan dua varians adalah sebagai berikut.
Untuk menguji homogenitas digunakan rumus sebagai berikut. Var terbesar
F =
Var terkecil
Jika F < F α , dengan α = 5%, -1 dk pembilang -1 dk penyebut, maka kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok tersebut homogen. (Sugiyono 2011).
b. Analisis Data Post-Test
1) Uji Normalitas
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka dikatakan kedua kelompok homogen. Perhitungannya sama dengan perhitungan homogenitas sebelum perlakuan.
3) Uji perbedaan dua rata-rata ( Uji Hipotesis )
Analisis data ini digunakan untuk menjelaskan perbedaan hasil belajar (aspek kognitif) geografi materi hidrosfer antara kelas yang menggunakan model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together dengan kelas yang menggunakan teknik pembelajaran ceramah.
Analisis data dengan t-tes digunakan untuk menguji hipotesis : Ho : 1 ≤ 2
Ha : 1 > 2
Keterangan :
= rata-rata data kelompok eksperimen = rata-rata data kelompok kontrol Maka untuk menguji hipotes digunakan rumus :
t = ̅ ̅
√ atau s =√
Keterangan :
̅ = mean sampel kelompok eksperimen ̅ = mean sampel kelompok kontrol simpangan baku
= varians kelompol eksperimen = varians kelompok kontrol
= banyaknya sampel kelompok eksperimen = banyaknya sampel kelompok kontrol
Dengan dk = ( + − 2) kriteria pengujian ditolak jika t ≥ t dengan taraf signifikasi α = 5% kriteria penolakan Ho adalah t ≥ t (1- α ), (
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian eksperimen ini adalah: a. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sekurang-kurangnya ≥ 85%
siswa memperoleh kriteria aktif.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together (NHT) dapat terlaksana dengan baik hal itu dibuktikan dengan observasi kinerja guru yang menunjukan kriteria baik dan aktivitas siswa termasuk dalam kriteria sangat aktif.
2. Aktivitas dan hasil belajar kelas eksperimen lebih efektif dari pada kelas kontrol, hal tersebut ditunjukkan dengan aktivitas siswa pada kelas eksperimen mencapai kriteria sangat aktif yaitu sebesar 87% sedangkan kelas kontrol hanya mencapai kriteria cukup aktif yaitu sebesar 66%. Hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai rata-rata post-test kelas eksperimen yaitu 85,48 dengan persentase ketuntasan 96,7% lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 76,25 dengan persentase ketuntasan 75%.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian penulis memberikan beberapa saran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
1. Guru diharapkan mampu melaksanakan model Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together (NHT) sebagai alternatif metode pembelajaran yang inovatif/ bervariasi, agar pembelajaran tidak monoton dan tidak
membosankan, sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan dan dapat memotivasi siswa agar aktif dalam mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dalam menerapkan teknik Numbered Heads Together (NHT) sebaiknya guru memberikan arahan dan membimbing peserta didik agar percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi dengan kemampuan yang dimiliki. 3. Siswa diharapkan agar lebih meningkatkan kerjasama, kekompakan, dan
keaktifannya pada saat pembelajaran.