• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI DI DESA SEMBAHE BARU KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH : MARULI TUMPAL

060304060

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI DI DESA SEMBAHE BARU KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH : MARULI TUMPAL 060304060/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS) (Rulianda P Wibowo, SP, MEc) NIP: 130 365 300 NIP: 198010212005011004

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

MARULI TUMPAL SIHITE : Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS dan Bapak Rulianda Purnomo Wibowo SP, MEc.

Produksi dan penndapatan petani merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Agar pendapatan petani jambu biji dapat meningkat maka diperlukan suatu pengelolaan usahatani agar kegiatan usahatani jambu biji miliknya dapat dilaksanakan seefisien mungkin, sehingga dapat meminimalisir biaya. Pengelolaan usahatani jambu biji harus dilakukan dengan benar agar petani memperoleh keuntungan sehingga usahatani ini layak diusahakan secara finansial.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan analisis finansial (NPV, Net B/C dan IRR). Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29.

2. Rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji Per Petani adalah Rp 19.112.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan petani bersih per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49.

3. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial karena NPV>0, Net B/C > 1 dan IRR > 1.

(4)

RIWAYAT HIDUP

MARULI TUMPAL lahir di Medan pada tanggal 11 Februari 1989. Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Thomson Sihite, MM dan Ibu Jenny Tobing, S.Pd.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah:

1. Sekolah Dasar tahun 1994 – 2000 di SD MARKUS Medan.

2. Sekolah Menengah Pertama tahun 2000 - 2003 di SMP Negeri 7 Medan. 3. Sekolah Menengah Atas tahun 2003 – 2006 di SMA Negeri 4 Medan.

4. Diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006.

5. Melakukan Praktek Kerja Lapangan di Desa Bulu Duri, Kecamatan Lae Parira, Kabupaten Dairi mulai 30 Juni – 29 Juli 2010.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Skripsi ini memuat semua perhitungan biaya produksi usahatani jambu biji, pendapatan petani jambu biji dan tingkat kelayakan usahatani jambu biji di daerah penelitian.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ir Kelin Tarigan, MS dan Bapak Rulianda P Wibowo SP, Mec selaku komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan juga kepada seluruh staff pengajar dan pegawai tata usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(6)

Sembahe Baru, petani jambu biji desa Sembahe Baru dan seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

(7)
(8)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian ... 23 Karakteristik Petani Sampel ... 27 HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji ... 30 Pendapatan Usahatani Jambu Biji ... 37 Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji ... 40 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 40 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 4

2. Luas Tanam, Jumlah Petani Per Desa di Kecamatan Pancur Batu 2010 ... 17

3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya ... 24

4. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di desa Sembahe Baru ... 25

5. Sarana dan Prasarana di desa Sembahe Baru ... 26

6. Umur Tanaman Jambu Biji Petani Sampel ... 27

7. Karakteristik Petani Sampel ... 28

8. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji dalam 1 Ha selama 1 Tahun ... 37

9. Rata-rata Penerimaan Petani jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun ... 38

10. Rata-rata Pendapatan Bersih Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun ... 39

11. Rata-rata Pendapatan Keluarga Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 tahun ... 39

12. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 15 tahun ... 41

13. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 15 tahun ... 42

14. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=18% selama 15 tahun ... 43

15. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 10 tahun ... 44

16. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 10 tahun ... 44

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel 2. Biaya Bibit

3. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan Per Petani

4. a. Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Belum Berproduksi Per Petani Per Ha

b. Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Sudah Berproduksi Per Petani dan Per Ha

5. a. Biaya Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Belum Berproduksi Per Petani Per Ha

10. Penerimaan Usahatani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun 11. Pendapatan Usahatani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun 12. Arus Kas Petani

(12)

m.Arus Kas Petani Sampel 13 dalam 1 Hektar n. Arus Kas Petani Sampel 14 dalam 1 Hektar o. Arus Kas Petani Sampel 15 dalam 1 Hektar 13. Total Penerimaan per Sampel

14. Total Biaya per Sampel 15. Total Pendapatan per Sampel 16. Net B/C

a. Net B/C Selama 15 Tahun dengan discount factor (i=12%) b. Net B/C Selama 15 Tahun dengan discount factor (i=15%) c. Net B/C Selama 15 Tahun dengan discount factor (i=18%) d. Net B/C Selama 10 Tahun dengan discount factor (i=12%) e. Net B/C Selama 10 Tahun dengan discount factor (i=15%) f. Net B/C Selama 10 Tahun dengan discount factor (i=18%) 17. NPV dan IRR

(13)

ABSTRAK

MARULI TUMPAL SIHITE : Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS dan Bapak Rulianda Purnomo Wibowo SP, MEc.

Produksi dan penndapatan petani merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Agar pendapatan petani jambu biji dapat meningkat maka diperlukan suatu pengelolaan usahatani agar kegiatan usahatani jambu biji miliknya dapat dilaksanakan seefisien mungkin, sehingga dapat meminimalisir biaya. Pengelolaan usahatani jambu biji harus dilakukan dengan benar agar petani memperoleh keuntungan sehingga usahatani ini layak diusahakan secara finansial.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan analisis finansial (NPV, Net B/C dan IRR). Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29.

2. Rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji Per Petani adalah Rp 19.112.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan petani bersih per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49.

3. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial karena NPV>0, Net B/C > 1 dan IRR > 1.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia yang terletak di daerah tropis basah, memiliki beragam kondisi arkeologis dan keragaman zona iklim mikro. Kuantitas dan kualitas sumber daya lahan yang besar serta keragaman ekologis seperti disebutkan di atas menggambarkan bermacam jenis komoditas hortikultura yang dihasilkan, terutama buah-buahan tropis. Permintaan dalam negeri akan buah-buahan akan terus meningkat, terutama karena peningkatan kesadaran akan pemenuhan konsumsi kandungan vitamin dari sebagian besar masyarakat, dan karena peningkatan pendapatan dan daya beli konsumen. Peningkatan konsumsi ini juga didorong oleh pembangunan sektor industri pengolahan, industri pariwisata seperti hotel dan restoran (Arifin, 2001).

Banyak ragam jenis buah-buahan yang dapat dibudidayakan di Indonesia, salah satu diantaranya adalah jambu biji. Beberapa kelebihan jambu biji sehingga dapat dijadikan komoditas andalan adalah sebagai berikut:

− Dapat beradaptasi luas di lingkungan tropis sperti di Indonesia, mulai

dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl).

− Mudah dikembangbiakkan (diperbanyak), baik secara generative (biji)

(15)

− Berbunga dan berbuah sepanjang tahun secara terus-menerus sehingga

memungkinkan untuk tersedianya buah setiap saat, terutama bagi keluarga pembudidaya.

− Tanggap (respon) terhadap pemeliharaan sekalipun di tanam pada tempat

(wadah) terbatas, seperti pot, drum atau wadah bekas lainnya.

− Popularitasnya sudah dikenal masyarakat luas, karena hampir semua orang

diperkirakan sudah mengenal jambu biji. (Rukmana, 1996).

(16)

Produksi dan pendapatan petani adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Produksi yang tinggi akan meningkatkan pendapatan petani, dan sebaliknya jika produksi rendah maka tingkat pendapatan juga akan rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian mengenai karakteristik sosial ekonomi petani yang mempengaruhi cara mereka berusahatani, dimulai dari penanaman hingga panen. Selain itu perlu juga dipertimbangkan mengenai input-input yang digunakan petani dalam mengusahakan tanaman. Karena input-input ini merupakan biaya , yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan petani. Dalam menggunakan input petani biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonominya.

Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi tanaman jambu biji. Jika tanaman terkena serangan hama dan penyakit maka produksi tanaman akan rendah yang menyebabkan penerimaan petani akan berkurang dan juga akan menambah biaya dalam perawatan tanaman tersebut. Sehingga perlu diteliti kembali usahatani jambu biji dalam memberikan keuntungan kepada petani dan kelayakannya secara finansial.

(17)

Salah satu wilayah penghasil jambu biji adalah Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan. Pada tabel 1 ditunjukkan produksi (ton) per triwulan tahun 2009 di setiap kecamatan yang terdapat di kabupaten Deli Serdang.

Tabel 1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

Sumber : Dinas Pertanian Tk.II Kabupaten Deli Serdang, 2009.

(18)

Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 25 desa, tetapi sekarang hanya 7 desa yang mengusahakan jambu biji. Yakni desa Tiang Layar, D.Simbelang, Sukakarya, Gunung Tinggi, Sembahe Baru, Tanjung Anom, Durian Jangak.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk meneliti mengenai masalah-masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar biaya produksi usaha tani jambu biji di daerah penelitian? 2. Bagaimana tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha tani jambu biji secara finansial di daerah penelitian?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besar biaya produksi usaha tani jambu biji di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian. 3. Untuk mengidentifikasi tingkat kelayakan usaha tani jambu biji secara finansial

di daerah penelitian.

I.4 Kegunaan Penelitian

(19)
(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan 1.000-2.000 mm/tahun dan pada suhu 23-280C di siang hari. Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH) 4,5-8,2 dan pada ketinggian 5-1.200 m dpl. Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencakokan dan okulasi, dan dapat juga dengan menanam biji secara lansung. Tanaman dari biji biasanya berbuah 2-3 kali setahun. Tanaman dari okulasi dan cangkok dapat berbuah tiap bulan (Anonimus, 2010).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

(21)

Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji secara langsung. Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari: buah yang sudah cukup tua, buahnya tidak jatuh sampai pecah,

Pembukaan lahan tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1m dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan

(22)

Pemupukan untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala dengan aturan: Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campuran tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun. Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali. Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran sama. Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, kalau pertumbuhan tanaman kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan raning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon (Yusticia, 2009).

(23)

Sedangkan pasar ekspor sendiri mengiginkan bobot yang besar seperti yang diproduksi petani Thailand, karena pada umumnya semakin besar buah maka rasanya pun akan semakin manis. (Anonimus, 2003).

II.2 Landasan Teori

Kegiatan analisis finansial dapat dikelompokkan dalam tiga kegiatan utama yaitu: 1) membuat seluruh rekap penerimaan yang dihasilkan dari hasil kajian aspek-aspek usaha, apakah termasuk penerimaan utama maupun penerimaan lain sebagai akibat dari kegiatan usaha; 2) membuat rekap dari semua biaya yang juga sudah dihasilkan atau diputuskan pada saat menganalisis aspek-aspek usaha dalam studi kelayakan usaha; 3) menguji apakah aliran arus kas masuk yang dihasilkan oleh usaha atau proyek ini layak berdasarkan kriteria finansial yang ada (Sofyan, 2004).

Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Barangkali ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil adalah penghasilan bersih usahatani. Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai dalam usahatani (Soekartawi dkk, 1986).

(24)

awal setelah dikurangi nilai akhir oleh waktu pemakaian (expected life) (Prawirokusumo, 1990).

Analsis kriteria investasi adalah mengadakan perhitungan mengenai feasible atau tidaknya usaha yang dikembangkan dilihat dari segi investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi, sekurang-kurangnya dilihat dari segi Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkiraan investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, serta perkiraan pendapatan. (Ibrahim, 1997).

Net Present Value (NPV) atau nilai besih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara kedua PV tersebut yang dikenal dengan Net Present Value (NPV). Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu( Kasmir dan Jakfar, 2003).

(25)

Dengan demikian, sejumlah uang pada saat ini tidak sama nilainya dengan uang pada jumlah yang sama jika dimiliki pada saat yang akan datang (Khotimah, dkk, 2002).

Internal Rate of Return adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang (present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi usaha. Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diambil ( Kasmir dan Jakfar, 2003).

Benefit cost ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti manfaat (benefit) lebih besar dari biaya (cost) yang digunakan untuk memperoleh benefit itu. Bukan hanya sekedar benefit lebih besar dari biaya, tetapi B/C ratio lebih besar dari satu sehingga benefit dapat menutupi selain dari biaya juga dapat mengembalikan (repayment) investasi. Bukan hanya sekedar dapat menutupi biaya dan pengembalian investasi, tetapi benefit juga harus dapat memberikan keuntungan (profit) bagi perusahaan (Radiks, 1997).

(26)

II.3 Kerangka Pemikiran

Perkebunan jambu biji rakyat di Deli Serdang semakin berkurang dewasa ini. Hal ini disebabkan karena adanya serangan hama dan penyakit dan harga komoditas jambu biji yang rendah. Input-input yang digunakan oleh petani jambu biji harus digunakan secara efektif dan efisien, karena input ini merupakan biaya yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan petani. Dalam menggunakan input, petani biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonominya.

Faktor ekonomi petani seperti pendapatan diluar usahatani, curahan tenaga kerja, modal dan luas lahan akan mempengaruhi petani dalam hal membuat keputusan mengenai apakah dia bertani sebagai cara hidup atau untuk memperoleh keuntungan. Jika petani jambu biji mengusahakan usahatani jambu bijinya hanya sebagai cara hidup maka dia tidak akan terlalu memikirkan bagaimana mengembangkan usahataninya sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi yang nantinya akan memberikan keuntungan bagi dirinya. Petani ini hanya mengusahakan usahataninya secara sederhana, asalkan dia dapat menutupi kebutuhan hidupnya maka dia tidak akan berusaha untuk mengembangkan usahataninya. Namun, jika petani ingin memperoleh keuntungan maka dia akan berusaha untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas dari usaha tani jambu bijinya.

(27)

diusahakan. Usahatani jambu biji dikatakan layak apabila usahatani ini dapat mencerminkan kesejahteraan hidup petani jambu biji dan keluarganya.

(28)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Pengaruh Hubungan

II.4 Hipotesis Penelitian

1. Tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian menguntungkan 2. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan dari segi analisis

finansial

Petani Jambu Biji

Usahatani Jambu Biji

Produksi

Penerimaan

Harga Biaya yang dikeluarkan :

• Bibit • Pupuk • Obat-obatan • Tenaga kerja

Pendapatan Biaya Produksi

Analisis Finansial 1. Net B/C

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu teknik penentuan suatu daerah sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pancur Batu, Desa Sembahe Baru. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang memproduksi jambu biji dan Kecamatan ini memiliki tingkat produksi yang paling tinggi, desa Sembahe Baru memiliki jumlah petani yang terbanyak di kecamatan Pancur Batu. III.2 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di daerah penelitian dilakukan secara sensus yaitu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang membudidayakan jambu biji di desa Sembahe Baru.

Tabel 2. Luas Tanam, Jumlah Petani Per Desa di Kecamatan Pancur Batu Tahun 2010.

(30)

memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sebagai daerah penelitian. Petani jambu biji yang menjadi sampel berjumlah 15 orang.

III.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelititan ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku, daan media lain yang sesuai dengan penelitian ini.

III.4 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dengan sederhana, kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan identifikasi masalah.

Identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunnakan analisis secara sederhana dengan menghitung total biaya dari kegiatan usahatani jambu biji, dapat dihitung dengan rumus:

Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan

Keterangan :

TC = Total Cost (Rp) TFC = Total Fix Cost (Rp) TVC = Total Variable Cost (Rp)

Penyusutan merupakan biaya yang dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

D = HAw – HAk WP

(31)

Dimana, D = Depresiasi HAw = Biaya awal HAk = Nilai Akhir WP = Umur Ekonomis

Identifikasi masalah 2 diuji dengan menggunakan analisis secara sederhana dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usahatani jambu biji, dapat dihitung dengan rumus.

Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

Dimana:

TR = Total Penerimaan (Rp) Y = Jumlah Produksi (Kg) Py = Harga Produk (Rp)

Perhitungan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)

Identifikasi masalah 3 kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Adapun kriteria penilaian invastasi adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Y

.

Py

(32)

NPV =

 Bila NPV Positif, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan  Bila NPV Negatif, maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan

Net B/C =

( )

 Bila Net B/C > 1, usaha tersebut layak untuk dikembangkan.  Bila Net B/C < 1, usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.

IRR= i1 +

 Bila IRR > tingkat bunga deposito berlaku maka usaha tersebut layak

untuk dikembangkan

 Bila IRR < tingkat bunga deposito berlaku maka usaha tersebut tidak layak

untuk dikembangkan

(33)

(x - x1) + y1

menentukan titik-titik antara dari 2 titik dengan pendekatan garis lurus. Adapun rumus yang digunakan pada interpolasi linier adalah:

y = y2 - y1 x2 - x1

III.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Petani jambu biji adalah orang yang melakukan usahatani jambu biji sebagai mata pencaharian.

2. Usahatani jambu biji adalah penggunaan berbagai faktor produksi (modal, alam, tenaga kerja dan keahlian) dalam kegiatan produksi jambu biji secara efektif dan efisien.

3. Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan usahatani jambu biji (HKP).

4. Luas lahan adalah areal pertanaman jambu biji yang dimiliki oleh petani (Ha). 5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha selama proses

produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan.

6. Penerimaan usaha adalah jumlah produksi dikali dengan harga jual.

7. Pendapatan bersih usaha adalah penerimaan yang diterima pengusaha dikurangi dengan keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani.

(34)

9. Analisis finansial adalah unit usaha yang dikaji kelayakannya dianggap sebagai unit yang bersifat individual sehingga tidak perlu diperhatikan apakah punya atau efek di dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sembahe Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.

(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Geografi Desa

Desa Sembahe baru meupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, yang memiliki luas wilayah 215,5 ha serta terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Sembahe Baru dan Dusun Kreahen Tani. Secara Administratif Desa Sembahe baru berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Desa Tanjung Anom Sebelah selatan : Desa Tuntungan II

Sebelah Timur : Sungai Belawan dan Desa Durian Jangak Sebelah Barat : Desa Tanjung Anom

Desa Sembahe Baru berjarak 4,5 km dari Ibukota kecamatan Pancur Batu (Pancur Batu), 60 km dari Ibukota kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) dan 19 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan).

Luas Wilayah Menurut jenis Penggunaannya

(36)

Tabel 3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya.

No Penggunaan Wilayah Luas (ha) Persentase (%)

1 Luas Pemukiman 24 11,13

2 Luas Persawahan 21 9,74

3 Luas Perkebunan 166 77,04

4 Luas Kuburan 1 0,46

5 Luas Pekarangan 3 1,39

6 Lain-lain 0,5 0,24

Jumlah 215,5 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Sembahe Baru 2009.

Dari tabel 3 dapat dilihat penggunaan wilayah di Desa Sembahe Baru yang paling luas adalah perkebunan 166 ha (77,04%), pemukiman 24 ha (11,13%), persawahan 21 ha (9,74%), pekarangan 3 ha (1,39%), kuburan 1 ha (0,46%) dan lain-lain 0,5 ha (0,24%).

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

Penduduk desa Sembahe Baru berjumlah 1.788 jiwa, terdiri dari 880 laki-laki dan 908 wanita dengan jumlah KK sebanyak 545 KK. Etnisdominan adalah Batak Karo.

(37)

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di desa Sembahe Baru.

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani 550 45,41

2 Buruh tani 245 20,23

3 Buruh migran perempuan 15 1,23

4 Pegawai Negeri Sipil 45 3,72

5 Pengrajin industri rumah tangga 2 0,16

6 Pedagang keliling 11 0,90

13 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 25 2,08

14 Dukun kampung terlatih 1 0,08

15 Dosen swasta 9 0,74

16 Karyawan perusahaan swasta 59 4,88

17 Karyawan perusahaan pemerintah 8 0,68

18 Buruh 59 4,88

19 Lain-lain / buruh lepas 148 12,22

Jumlah 1.211 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Sembahe Baru 2009.

Tabel 4 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk yang terbanyak di desa Sembahe Baru adalah Petani 550 jiwa (45,41%), buruh tani 245 jiwa (20,23%), lain-lain/buruh lepas 148 jiwa (12,22%).

Sarana dan Prasarana

(38)

pembangunan. Sarana dan prasarana di Desa Sembahe baru dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di desa Sembahe Baru.

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Warung 25 unit

Sumber: Data Potensi Desa Sembahe Baru 2009.

(39)

4.2 Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

Karakter petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi umur tanaman, umur petani sampel, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani dan luas lahan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Umur Tanaman Jambu Biji Petani Sampel.

No Umur Tanaman (tahun) Jumlah Persentase (%)

1 1 1 6.6

2 3 1 6.6

3 4 1 6.6

4 6 1 6.6

5 7 1 6.6

6 8 1 6.6

7 10 1 6.6

8 12 2 15.7

9 13 1 6.6

10 14 2 15.7

11 15 2 15.7

Jumlah 15 100

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 tahun 2011

(40)

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel

No Uraian Range Rataan

1 Umur Petani Sampel (Tahun) 37-60 47,47

2 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 9,80

3 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1-5 3,67

4 Pengalaman Bertani (Tahun) 15-42 24,60

5 Luas Lahan (Ha) 0,2-1 0,51

Sumber: Analisis data Primer Lampiran 1 tahun 2011

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar 47,47 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa para petani sampel berada usia produktif mereka. Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian yaitu sebesar 9,80 tahun atau setara dengan kelas 3 SMP (tamat SMP). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian masih rendah. Tingkat pendidkan turut mempengaruhi keputusan petani dalam mengelola usahatani kopi miliknya.

Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel di daerah penelitian sebanyak 3,67 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan petani sampel tidak terlalu besar. Rata-rata pengalaman bertani petani sampel yaitu 24,6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daearah penelitian memiliki pengalaman berusahatani yang cukup lama, sehingga kegiatan berusahatani mereka lebih didasarkan pada pengalaman mereka daripada pendidikan formala yang mereka terima.

(41)
(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Produksi Usahatani jambu Biji

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, baik biaya tetap (penyusutan alat, PBB) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi (pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja), biaya investasi (Lahan, peralatan, bibit, tenaga kerja awal). Berikut ini diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi per hektar.

• Lahan

Semua lahan yang digunakan dalam usahatani jambu biji di daerah penelitian adalah lahan milik sendiri. Lahan merupakan biaya investasi dengan harga lahan sekarang Rp.155.000.000 per hektar.

• Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam usahatani jambu biji adalah cangkul, cangkul penggaruk, parang, tangki semprot, mesin babat, handsprayer, gunting.

 Cangkul

Cangkul dalam usahatani jambu biji digunakan untuk menggali lubang dan penanaman, membersihkan lahan dari lalang. Umur ekonomis cangkul rata-rata adalah 3.27 tahun. Dengan harga rata-rata cangkul Rp. 48.285,71.  Cangkul penggaruk

(43)

 Parang

Parang merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan tanaman dan pembabatan lalang. Umur ekonomis parang rata-rata adalah 3.67 tahun. Dengan harga rata-rata parang Rp. 25.857,14.

 Tangki Semprot

Tangki semprot merupakan alat yang digunakan untuk menyemprot insektisida pada tanaman. Umur ekonomis tangki semprot rata-rata adalah 8 tahun. Dengan harga rata-rata tangki semprot Rp. 87.500.

 Mesin Babat

Mesin babat merupakan alat yang digunakan untuk membabat lalang. Umur ekonomis mesin babat rata-rata adalah 9.33 tahun. Dengan harga rata-rata mesin babat Rp. 816.666,66.

 Handsprayer

Handsprayer merupakan alat yang digunakan untuk menyemprot insektisida pada tanaman. Umur ekonomis handsprayer rata-rata adalah 3 tahun. Dengan harga rata-rata handsprayer Rp. 28.000.

 Gunting

Gunting merupakan alat yang digunakan dalam pemanenan. Umur ekonomis gunting rata-rata adalah 5.67 tahun. Dengan harga rata-rata gunting Rp. 26.240.

• Bibit

(44)

sebanyak 500 bibit, jarak tanam 4,5 x 5 m dengan kebutuhan bibit sebanyak 444 bibit, jarak tanam 5 x 5 m dengan kebutuhan bibit sebanyak 400 bibit, jarak tanam 5 x 6 m dengan kebutuhan bibit sebanyak 333 bibit. Harga bibit jambu biji adalah Rp 2.000/bibit.

• Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan yang diperhitungkan di sini adalah penyusutan semua alat-alat pertanian yang digunakan petani dalam mengusahakan tanaman jambu bijinya. Penyusutan alat-alat pertanian ini dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method.

• Biaya PBB

Besarnya biaya PBB tergantung pada luas lahan petani. Biaya PBB yang paling rendah adalah Rp. 14.800 dengan luas lahan sebesar 0,2 hektar dan biaya PBB yang paling tinggi adalah Rp. 74.000 dengan luas lahan sebesar 1 hektar. Biaya PBB pada daerah penelitian adalah sama sebesar Rp 74.000 untuk tiap hektar.

• Biaya Saprodi

Yang termasuk dalam biaya saprodi adalah semua biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli, pupuk, insektisida, koran, plastik.

 Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh petani jambu biji adalah pupuk organik yaitu pupuk kandang. Adapun harga pupuk kandang di daerah penelitian adalah Rp 400/kg.

(45)

adalah sebagai tempat untuk menampung ranting-ranting dan daun-daun tanaman jambu biji setelah dipangkas, dimana nantinya daun-daun dan ranting-ranting ini akan membusuk dan dapat dijadikan pupuk kompos. Selain pupuk organik, petani sampel juga menggunakan pupuk anorganik (pupuk kimia), namun dalam jumlah yang sedikit. Adapun pupuk anorganik yang mereka gunakan adalah NPK dengan harga Rp 5.000/kg dan TSP dengan harga Rp 7.000/kg. Pupuk anorganik ini mereka gunakan untuk memancing perkembangan bunga (panen).

 Insektisida

Petani sampel menggunakan insektisida untuk melindungi tanaman dan membasmi hama pada lahan jambu biji mereka. Mereka umunya menggunakan insektisida Perfection dengan harga Rp 29.000/liter dengan kebutuhan rata-rata 8 liter untuk tiap hektarnya. Penyemprotan dilakukan tiap bulan.

 Koran

Koran digunakan untuk menutupi buah yang sedang berkembang. Hal ini digunakan untuk mencegah buah menjadi ‘masak matahari’ dimana buah akan terlalu cepat masak dan rontok. Adapun harga koran adalah 1.500/kg. Pada umumnya kebutuhan koran adalah 9 kg / hektar untuk setiap panen.  Plastik

(46)

plastik. Pada umumnya kebutuhan plastik adalah 17 kg/ hektar untuk setiap panen.

• Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Besarnya upah tenaga kerja luar keluarga yang dibayar petani di daerah penelitian tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing jenis pekerjaan bervariasi.

 Mbesik

Mencabut dan membersihkan lahan dari gulma pada saat pembukaan lahan dengan biaya Rp 1.750.000/Ha,

 Memancang

Merupakan kegiatan mengukur jarak tanam pada lahan dan memberikan tanda yang selanjutnya akan digali Rp 1250/lubang,

 Menggali Lubang

Menggali lubang pada tanah yang sudah diberikan tanda dengan biaya Rp 2500/lubang.

 Penanaman

Menanam tanaman pada lubang yang telah digali dengan biaya Rp. 825.000/ hektar.

 Menyemprot

(47)

dengan upah borongan (TKLK) Rp 80.000/Ha. Rata-rata biaya untuk menyemprot Rp. 372.000/tahun.

 Membabat

Membabat merupakan kegiatan membersihkan lahan dari rumput liar yang dilakukan tiap bulannya dengan menggunakan mesin babat, parang ataupun cangkul, umumnya dengan upah borongan (TKLK) Rp 160.000/Ha. Rata-rata biaya untuk membabat Rp. 554.000/tahun.  Memupuk

Memupuk dilakukan 4 kali dalam 1 tahun dengan jarak waktu pemupukan sekitar tiap 3 bulan. Adapun pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (organik) yang diberikan 2 kali setahun sebanyak 2 ons tiap tanaman. Pupuk kimia yaitu pupuk NPK 1 kali setahun, TSP 1 kali setahun. Tetapi ada juga yang memberikan pupuk NPK 2 kali setahun tanpa memberikan pupuk TSP ataupun memberikan pupuk TSP 2 kali setahun tanpa memberikan pupuk NPK. Pupuk TSP dan NPK diberikan sebanyak 1 ons tiap tanaman. Seluruh kegiatan pemupukan di daerah penelitian dilakukan oleh TKDK dengan rata-rata biaya Rp. 111.000.

 Pemangkasan

(48)

 Membungkus

Membungkus dilakukan tiap bulannya pada saat buah jambu biji masih mengkal (belum siap panen) dengan cara menutup buah dengan koran dan membungkusnya dengan plastik. Hal ini dilakukan untuk mencegah buah menjadi ‘masak matahari’ dimana buah akan terlalu cepat masak lalu rontok dan untuk mencegah buah terserang hama dan penyakit. Dengan biaya rata-rata Rp 1.885.714,28 per tahun,

 Memanen

Memanen dilakukan tiap bulannya dengan cara menggunting tangkai buah. Hal ini dilakukan supaya tangkai buah tersebut tidak rusak dan dapat berbunga lagi. biaya rata-rata memanen Rp 1.285.714,28 per tahun.

(49)

Tabel 8. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji dalam 1 Ha selama 1 Tahun No Jenis Biaya Rp Persentase

1 Biaya Penyusutan 101.527,30 0,62%

2 Biaya Saprodi 6.897.719,56 42,19%

3 Biaya Tenaga Kerja

a. Biaya TKDK Rp. 4.076.500,00 (48,56%) b. Biaya TKLK Rp. 4.318.317,46 (51,44%)

Total Biaya Tenaga Kerja 8.394.817,46 51.35%

4

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 2,3,4,5,6,7 Tahun 2011.

Dari tabel 8. Dapat diketahui bahwa rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29, yang terbesar adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 8.394.817,46 dengan persentase 51,35% yang terdiri dari biaya TKDK Rp 4.076.500 dan biaya TKLK 4.318.317,46 , diikuti biaya Sarana Produksi sebesar Rp 6.897.719,56 dengan persentase sebesar 42,19% , biaya Bibit sebesar Rp 879.053,97 dengan persentase 5,38%, biaya penyusutan Rp. 101.527,30 dengan persentase 0,62% dan biaya PBB sebesar 74.000 dengan persentase 5,38%.

5.2 Pendapatan Usahatani Jambu Biji

Pendapatan Petani jambu biji diperoleh dari usahatani jambu biji saja, dimana yang mempengaruhi pendapatan petani jambu biji adalah besar penerimaan petani jambu biji yang dilihat dari hasil produksi dikali dengan harga jual dikurangi biaya produksi.

(50)

cenderung konstan. Petani tidak memiliki hak untuk menentukan harga. Dalam hal ini petani sampel di daerah penelitian merupakan price taker. Di daerah penelitian, petani memperoleh harga jual jambu biji Rp 1.500/kg.

Tabel 9. Rata-rata Penerimaan Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun

No Uraian Penerimaan (Rp)

1 Per Petani 27.528.000,00

2 Per Hektar 53.156.190,48

Sumber: Analisa Data Primer Lampiran 10 Tahun 2011

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan petani jambu biji per petani adalah Rp 27.528.000 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp 2.294.000 per bulan. Sedangkan untuk penerimaan petani jambu biji per hektar adalah Rp 53.156.190,48 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp 4.429.682,54 per bulan.

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji di derah penelitian.

Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Bersih Usahatani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun

No Uraian Pendapatan Bersih (Rp)

1 Per Petani 19.112.884,51

2 Per Hektar 36.749.940,49

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 11 Tahun 2011

(51)

1.592.740,37 per bulan dan rata-rata pendapatan petani per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun atau setara dengan 3.062.495,04 per bulan.

Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Keluarga Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun

No Uraian Pendapatan

Bersih (Rp) TKDK (Rp)

Pendapatan Keluarga (Rp) 1 Per Petani 19.112.884,51 1.851.000 20.963.884,51 2 Per Hektar 36.749.940,49 4.076.500 40.826.440,49 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 5.b dan 11 Tahun 2011Dari data di atas

Pendapatan keluarga petani merupakan pendapatan bersih ditambah dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga, dimana pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang sebenarnya petani terima. Dari tabel 11. Dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51 dalam 1 tahun setara dengan Rp 1.746.990,37 per bulan dan rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49 setara dengan Rp.3.402.203,37 per bulan.

(52)

5.3 Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji Penyusunan Jumlah Produksi

Dalam Penyusunan jumlah produksi jambu biji digunakan metode interpolasi linier, metode ini digunakan untuk menentukan titik antara 2 buah titik dengan garis lurus. Alasan penggunaan metode ini adalah untuk melengkapi jumlah produksi pada umur-umur tanaman jambu biji yang tidak ada di daerah penelitian, yaitu umur 2, 5, 9 dan 11 tahun. Adapun nilai yang diperoleh setelah dilakukan interpolasi, yaitu pada tahun ke 2 sebesar 16.200 kg; tahun ke 5 sebesar 55.200 kg; tahun ke 9 sebesar 43.560 kg; tahun ke 11 sebesar 28.350 kg.

Umumnya petani hanya dapat mengingat jumlah produksi panennya 2-4 tahun yang lalu. Sehingga untuk mengisi jumlah produksi panen pada umur-umur tanaman yang tidak lagi diketahui petani digunakan data jumlah produksi panen petani lain yang memiliki umur tanaman yang sama. Adapun jumlah produksi panen petani tiap periode panennya selama 1 tahun dianggap sama.

Nilai NPV, IRR, Net B/C

Setelah menghitung semua penerimaan dan biaya produksi petani jambu biji maka diperoleh pendapatan petani jambu biji. Penerimaan dan biaya ini yang kemudian diinterpolasi sehingga menghasilkan nilai PV. Nilai PV inilah yang kemudian digunakan untuk menghitung NPV, IRR dan Net B/C. Adapun besarnya nilai NPV, IRR dan Net B/C dapat dilihat pada tabel berikut:

(53)

pupuk dan koran digunakan inflasi sebesar 6% yang merupakan rata-rara inflasi indeks umum. Perubahan tersebut disajikan dalam bentuk arus kas per sampel selama 15 tahun dalam lampiran 12. Dalam setahun usahatani jambu biji mencapai 12 periode panen . Tiap tahun jumlah inputnya konstan.

Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 %, 15 % dan 18% karena belum ada ketetapan yang pasti dalam tingkat suku bunga bank yang berlaku di Indonesia dan juga sebagai pertimbangan dan alternatif dalam penentuan NPV. Selain itu juga dibuat juga analisis NPV, IRR dan Net B/C selama 10 tahun saja karena pada tanaman yang umurnya diatas 10 tahun sudah tergolong tua dimana produktivitasnya sudah jauh berkurang.

Tabel 12. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 15 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 381.390.993,35

2 IRR 32,05%

3 Net B/C 2,29

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 381.390.993,35.

(54)

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,05% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 32,05%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 13. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 15 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 278.205.984,75

2 IRR 32,06%

3 Net B/C 2,02

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 278.205.984.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 2,02 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 2,02 penerimaan.

(55)

Tabel 14. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=18% selama 15 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 198.968.711,50

2 IRR 32,07%

3 Net B/C 1,78

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 198.968.711,50.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,78 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,78 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,07% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 32,07%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 15. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 10 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 235.857.895.33

2 IRR 29,98%

3 Net B/C 1,97

(56)

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 235.857.895,33.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,97 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,97 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 29,98% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 29,98%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 16. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 10 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 187.669.718,58

2 IRR 29,97%

3 Net B/C 1,76

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

(57)

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,76 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,76 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 29,97% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 29,97%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 17. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=18% selama 10 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 134.040.004,75

2 IRR 29,97%

3 Net B/C 1,57

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 134.040.004,75.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,57 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,57 penerimaan.

(58)
(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Usahatani jambu biji di daerah penelitian memiliki Rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29, yang terbesar adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 8.394.817,46 yang terdiri dari biaya TKDK Rp 4.076.500 dan biaya TKLK 4.318.317,46 , diikuti biaya Sarana Produksi sebesar Rp 6.897.719,56, biaya Bibit sebesar Rp 879.053,97 , biaya penyusutan Rp. 101.527,30 dan biaya PBB sebesar 74.000.

2. Usahatani jambu biji di daerah penelitian memiliki pendapatan yang tinggi karena penerimaan lebih besar dari biaya produksi. Adapun rata-rata pendapatan bersih dan pendapatan keluarga petani jambu biji:

a) Rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji Per Petani adalah Rp 19.112.884,51 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp 1.592.740,37 per bulan dan rata-rata pendapatan petani bersih per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun atau setara dengan 3.062.495,04 per bulan. b) Rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51

dalam 1 tahun setara dengan Rp 1.746.990,37 per bulan dan rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49 setara dengan Rp.3.402.203,37 per bulan.

3. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

(60)

b) Pada i = 15% selama 15 tahun , NPV = 278.205.984,75 , IRR = 32,06% Net B/C = 2,02.

c) Pada i = 18% selama 15 tahun , NPV = 198.968.711,50 , IRR = 32,07% Net B/C = 1,78.

d) Pada i = 12% selama 10 tahun , NPV = 253.857.895,33 , IRR = 29,98% Net B/C = 1,97.

e) Pada i = 15% selama 10 tahun , NPV = 187.669.718,58 , IRR = 29,97% Net B/C = 1,76.

f) Pada i = 18% selama 10 tahun , NPV = 134.040.004,75 , IRR = 29,97% Net B/C = 1,57.

6.2 Saran

1. Dari aspek peningkatan produksi, petani disarankan lebih memperhatikan tanaman jambu bijinya, terutama dalam hal perawatan seperti kebersihan lahan. Pembungkusan jambu biji dengan plastik sebaiknya dilakukan dengan hati-hati jangan sampai membuat buah tersebut rusak ataupun jatuh. Dalam pemanenan sebaiknya petani jambu biji tidak melakukan pemanenan buah yang belum layak panen karena akan merusak kualitas buah secara keseluruhan.

(61)

penyakit tanaman jambu biji tersebut. Dalam hal pemanenan, supaya petani lebih berhati-hati dan mengawasi pekerjanya dalam pengguntingan buah dan diusahakan tidak merusak tangkai buah karena apabila tangkai buah rusak maka tangkai tersebut tidak dapat berbunga sehingga mengurangi jumlah produksi panen yang berdampak pada menurunnya jumlah penerimaan petani.

3. Dari aspek biaya produksi, biaya yang terbesar adalah biaya curahan tenaga kerja, jadi untuk meminimalisir biaya diharapkan keluarga petani ikut serta bekerja dalam usaha jambu biji mereka.

4. Adanya serangan hama penyakit menyebabkan luas lahan jambu biji di daerah penelitian terus menurun. Hal ini menyebabkan petani jambu biji yang masih mengusahakan usahatani jambu bijinya melakukan penambahan penyemprotan menjadi tiap bulan dengan insektisida rata-rata 8 Liter per hektarnya. Sebenarnya penambahan penyemprotan tidak perlu dilakukan bahkan sampai menggunakan dosis 8 Liter per hektarnya karena tidak sesuai anjuran pemakaian dan akan menambah biaya usahatani.

(62)
(63)
(64)

Lampiran 3. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan Per Petani

Sampel Cangkul Cangkul Penggaruk Parang

Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp) Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp) Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp)

1 2 50,000 3 100,000 33,333.33 2 60,000 5 120,000 24,000 2 25,000 4 50,000 12,500

2 2 45,000 3 90,000 30,000 1 65,000 4 65,000 16,250 1 28,000 3 28,000 9,333.33

3 2 50,000 3 100,000 33,333.33 1 65,000 4 65,000 16,250 1 25,000 4 25,000 6,250

4 2 50,000 4 100,000 25,000 2 65,000 4 130,000 32,500 2 25,000 4 50,000 12,500

5 2 45,000 3 90,000 30,000 2 60,000 4 120,000 30,000 2 25,000 4 50,000 12,500

6 2 50,000 4 100,000 25,000 2 60,000 5 120,000 24,000 1 28,000 3 28,000 9,333.33

7 3 50,000 4 150,000 37,500 1 65,000 4 65,000 16,250 2 28,000 3 56,000 18,666.67

8 2 50,000 2 100,000 50,000 0 0 0 0 0 2 25,000 4 50,000 12,500

9 3 50,000 3 150,000 50,000 1 60,000 4 60,000 15,000 1 25,000 4 25,000 6,250

10 2 45,000 4 90,000 22,500 1 60,000 4 60,000 15,000 1 25,000 4 25,000 6,250

Total 7 145,000 9 340,000 122,500.00 2 120,000 8 120,000 30,000 4 75,000 12 100,000 25,000

Rata-rata 2.33 48,333.33 3.00 113,333.33 40,833.33 0.67 40,000 2.67 40,000 10,000 1 25,000 4 33,333 8,333

11 2 50,000 4 100,000 25,000 2 60,000 5 120,000 24,000 1 28,000 3 28,000 9,333.33

12 3 45,000 3 135,000 45,000 2 65,000 4 130,000 32,500 2 25,000 4 50,000 12,500

13 3 45,000 3 135,000 45,000 1 65,000 4 65,000 16,250 1 25,000 4 25,000 6,250

Total 6 90,000 6 270,000 45,000 3 130,000 8 195,000 48,750 3 50,000 8 75,000 18,750

Rata-rata 3 45,000 3 135,000 45,000 1.5 65,000 4 97,500 24,375 1.5 25,000 4 37,500 9,375

14 3 50,000 3 150,000 50,000 1 60,000 5 60,000 12,000 1 28,000 3 28,000 9,333.33

15 2 50,000 3 100,000 33,333 1 65,000 4 65,000 16,250 1 25,000 4 25,000 6,250

Total 5 100,000 6 250,000 83,333 2 125,000 9 125,000 28,250 2 53,000 7 53,000 15,583.33

Rata-rata 2.5 50,000 3 125,000 41,667 1 62,500 4.5 62,500 14,125 1 26,500 3.5 26,500 7,791.67

Over all 35 725,000 49 1,690,000 535,000 20 875,000 60 1,245,000 290,250 21 390,000 55 543,000 149,750

(65)

Lanjutan Lampiran 3

Sampel Tangki Semprot Mesin Babat Handsprayer

Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp) Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp) Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp)

1 1 85,000 8 85,000 10,625.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 28,000 3 28,000 9,333.33

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 30,000 3 30,000 10,000

5 1 85,000 9 85,000 9,444.44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 1 85,000 9 85,000 9,444.44 0 0 0 0 0 1 30,000 3 30,000 10,000

7 1 85,000 9 85,000 9,444.44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 1 90,000 7 90,000 12,857.14 1 800,000 8 800,000 100,000 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25,000 4 25,000 6,250

10 1 90,000 7 90,000 12,857.14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 2 180,000 14 180,000 25,714.29 1 800,000 8 800,000 100,000 1 25,000 4 25,000 6,250

Rata-rata 0.67 60,000 4.67 60,000 8,571.43 0.33 266,666.67 2.67 266,666.67 33,333.33 0.33 8,333.33 1.33 8,333.33 2,083.33

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25,000 3 25,000 8,333.33

12 0 0 0 0 0 1 850,000 10 850,000 85,000 2 28,000 3 56,000 18,666.67

13 1 95,000 7 95,000 13,571.43 1 800,000 10 800,000 80,000 0 0 0 0 0

Total 1 95,000 7 95,000 13,571.43 2 1,650,000 20 1,650,000 165,000 2 28,000 3 56,000 18,666.67

Rata-rata 0.5 47,500 3.5 47,500 6,785.71 1 825,000 10 825,000 82,500 1 14,000 1.5 28,000 9,333.33

14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 30,000 2 30,000 15,000

15 1 85,000 8 85,000 10,625.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 1 85,000 8 85,000 10,625.00 0 0 0 0 0 1 30,000 2 30,000 15,000

Rata-rata 0.5 42,500 4 42,500 5,312.50 0 0 0 0 0 0.5 15,000 1 15,000 7,500

Over all 8 700,000 64 700,000 88,869.05 3 2,450,000 28 2,450,000 265,000 8 196,000 21 224,000 77,583.33

(66)

Lanjutan Lampiran 3

Sampel Gunting Total Biaya Alat (Rp) Total Biaya Penyusutan (Rp)

Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp)

1 1 24,000 5 24,000 4,800 379,000 85,258.33

2 1 28,000 6 28,000 4,666.67 211,000 60,250

3 1 28,000 6 28,000 4,666.67 246,000 69,833.33

4 2 24,000 5 48,000 9,600 358,000 89,600

5 2 28,000 6 56,000 9,333.33 401,000 91,277.78

6 1 24,000 6 24,000 4,000 387,000 81,777.78

7 2 28,000 5 56,000 11,200 412,000 93,061.11

8 2 28,000 6 56,000 9,333.33 1,096,000 184,690.48

9 2 28,000 6 56,000 9,333.33 316,000 86,833.33

10 2 24,000 7 48,000 6,857.14 313,000 63,464.29

Total 6 80,000 19 160,000 25,523.81 1,725,000 334,988.10

Rata-rata 2 26,666.67 6.33 53,333.33 8,507.94 575,000 111,662.70

11 2 24,000 5 48,000 9,600 321,000 76,266.67

12 2 28,000 6 56,000 9,333.33 1,277,000 203,000

13 2 28,000 6 56,000 9,333.33 1,176,000 170,404.76

Total 4 56,000 12 112,000 18,666.67 2,453,000 328,404.76

Rata-rata 2 28,000 6 56,000 9,333.33 1,226,500 186,702.38

14 1 24,000 5 24,000 4,800 292,000 91,133.33

15 2 24,000 5 48,000 9,600 323,000 76,058.33

Total 3 48,000 10 72,000 14,400 615,000 167,191.67

Rata-rata 1.5 24,000 5 36,000 7,200 307,500 83,595.83

Over all 25 392,000 85 656,000 116,457.14 7,508,000 1,522,909.52

(67)

Lampiran 4a. Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Belum Berproduksi Per Petani Per Ha

Sampel

Pembukaan Lahan

Penanaman Pemberantasan HPT Pemupukan

Total Per Petani Total Per Ha Menumbang Mbesik Memancang Gali Lubang Menyemprot Membabat

TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

1 0 0 0 4 0 1.125 0 3.5 2.75 0 0.5 0 0.5 0 0.75 0 13.125 65.625

Lampiran 4b. Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Sudah Berproduksi Per Petani dan Per Ha Sampel

Pemberantasan HPT

Pemupukan Pemangkasan Pembungkusan Pemanenan

(68)

Lanjutan Lampiran 4.b

Sampel TKDK TKLK

TKDK per

Ha TKLK per Ha Total per Ha

1 4.5 8.625 22.5 43.125 65.625

2 22.75 13 113.75 65 178.75

3 27.25 21 90.833 70 160.833

4 28 34.75 56 69.5 125.5

5 38.625 32.5 64.375 54.167 118.542

6 36.25 32 90.625 80 170.625

7 30.875 59.5 30.875 59.5 90.375

8 34.5 40.5 38.333 45 83.333

9 30.5 24 61 48 109

10 30.375 24.5 60.75 49 109.75

11 25.75 22 85.833 73.333 159.167

12 44 21 88 42 130

13 44.25 16 63.214 22.857 86.071

14 31.5 13 105 43.333 148.333

15 33.625 29 48.036 41.429 89.464

Over All 462.75 391.4 1019.125 806.244 1825.369

(69)

Lampiran 5a. Biaya Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Belum Berproduksi Per Petani Per Ha

Sampel

Pembukaan Lahan

Penanaman Pemberantasan HPT Pemupukan

Total Per Petani Total Per Ha Menumbang Mbesik Memancang Gali Lubang Menyemprot Membabat

TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

1 0 0 0 350,000 0 100,000 0 200,000 165,000 0 30,000 0 30,000 0 45,000 0 920,000 4,600,000

Lampiran 5b. Biaya Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Sudah Berproduksi Per Petani dan Per Ha

Sampel

Pemberantasan HPT

Pemupukan Pemangkasan Pembungkusan Pemanenan Total Per

Petani Total Per Ha

Total 270,000 1,440,000 675,000 1,800,000 420,000 0 157,500 0 2,760,000 3,000,000 1,440,000 1,920,000 13,882,500 21,658,333.33 Rata-rata 90,000 480,000 225,000 600,000 140,000 0 52,500 0 920,000 1,000,000 480,000 640,000 4,627,500 7,219,444.44

Over All 2,070,000 3,480,000 2,880,000 5,400,000 1,620,000 0 405,000 0 11,280,000 15,120,000 9,240,000 8,760,000 61,175,000 125,922,261.90

(70)

Lanjutan Lampiran 5.b

Sampel TKDK TKLK TKDK per Ha TKLK per Ha Total per Ha

1 270,000 650,000 1,350,000.00 3,250,000.00 4,600,000.00

2 1,365,000 1,200,000 6,825,000.00 6,000,000.00 12,825,000.00

3 1,635,000 1,320,000 5,450,000.00 4,400,000.00 9,850,000.00

4 1,680,000 2,760,000 3,360,000.00 5,520,000.00 8,880,000.00

5 2,317,500 2,280,000 3,862,500.00 3,800,000.00 7,662,500.00

6 2,175,000 2,040,000 5,437,500.00 5,100,000.00 10,537,500.00

7 1,852,500 6,240,000 1,852,500.00 6,240,000.00 8,092,500.00

8 2,070,000 4,800,000 2,300,000.00 5,333,333.33 7,633,333.33

9 1,830,000 1,560,000 3,660,000.00 3,120,000.00 6,780,000.00

10 1,822,500 1,800,000 3,645,000.00 3,600,000.00 7,245,000.00

11 1,545,000 1,320,000 5,150,000.00 4,400,000.00 9,550,000.00

12 2,640,000 1,920,000 5,280,000.00 3,840,000.00 9,120,000.00

13 2,655,000 1,560,000 3,792,857.14 2,228,571.43 6,021,428.57

14 1,890,000 1,200,000 6,300,000.00 4,000,000.00 10,300,000.00

15 2,017,500 2,760,000 2,882,142.86 3,942,857.14 6,825,000.00

Over All 27,765,000 33,410,000 61,147,500.00 64,774,761.90 125,922,261.90

(71)

Lampiran 6. Biaya Saprodi Per Petani

Sampel Luas lahan (Ha) Insektisida Pupuk Koran Plastik Total Total per Ha

Kandang NPK TSP

1 0.2 52,000 12,800 40,000 56,000 0 0 160,800 804,000

2 0.2 522,000 16,000 100,000 0 36,000 918,000 1,592,000 7,960,000

3 0.3 1,044,000 24,000 75,000 105,000 54,000 1,377,000 2,679,000 8,930,000

4 0.5 1,392,000 35,520 0 310,800 81,000 2,040,000 3,859,320 7,718,640

5 0.6 1,740,000 48,000 300,000 0 108,000 2,754,000 4,950,000 8,250,000

6 0.4 1,044,000 25,600 80,000 112,000 63,000 1,428,000 2,752,600 6,881,500

7 1 2,784,000 61,600 192,500 269,500 162,000 3,468,000 6,937,600 6,937,600

8 0.9 2,784,000 57,600 180,000 252,000 153,000 3,264,000 6,690,600 7,434,000

9 0.5 1,392,000 26,560 83,000 116,200 54,000 1,224,000 2,895,760 5,791,520

10 0.5 1,392,000 32,000 100,000 140,000 72,000 1,530,000 3,266,000 6,532,000

Total 1.9 5,568,000 116,160 363,000 508,200 279,000 6,018,000 12,852,360 19,757,520

Rata-rata 0.63 1,856,000 38,720 121,000 169,400 93,000 2,006,000 4,284,120 6,585,840

11 0.3 1,044,000 21,280 66,500 93,100 45,000 1,020,000 2,289,880 7,632,933

12 0.5 1,392,000 40,000 250,000 0 81,000 1,386,000 3,149,000 6,298,000

13 0.7 2,088,000 49,760 155,000 217,700 99,000 2,346,000 4,955,460 7,079,229

Total 1.2 3,480,000 89,760 405,000 217,700 180,000 3,732,000 8,104,460 13,377,229

Rata-rata 0.6 1,740,000 44,880 202,500 108,850 90,000 1,866,000 4,052,230 6,688,614

14 0.3 1,044,000 24,000 0 210,000 45,000 1,122,000 2,445,000 8,150,000

15 0.7 2,088,000 49,760 155,000 217,700 90,000 2,346,000 4,946,460 7,066,371

Total 1 3,132,000 73,760 155,000 427,700 135,000 3,468,000 7,391,460 15,216,371

Rata-rata 0.5 1,566,000 36,880 77,500 213,850 67,500 1,734,000 3,695,730 7,608,186

Over All 7.6 21,802,000 524,480 1,777,000 2,100,000 1,143,000 26,223,000 53,569,480 103,465,793

(72)

Lampiran 7. Biaya PBB per Petani

Sampel Biaya PBB per Petani Biaya PBB per Petani per Ha

1 14,800 74,000

2 14,800 74,000

3 22,200 74,000

4 37,000 74,000

5 44,500 74,000

6 29,600 74,000

7 74,000 74,000

8 67,200 74,000

9 37,000 74,000

10 37,000 74,000

Total 141,200 222,000

Rata-rata 47,066.67 74,000

11 22,200 74,000

12 37,000 74,000

13 22,200 74,000

Total 59,200 74,000

Rata-rata 29,600 74,000

14 22,200 74,000

15 52,000 74,000

Total 74,200 148,000

Rata-rata 37,100 74,000

Over All 533,700 1,110,000

Gambar

Tabel 1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan                   di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel  2. Luas Tanam, Jumlah Petani Per Desa di Kecamatan Pancur Batu
Tabel 3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya. No Penggunaan Wilayah Luas (ha) Persentase (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun, mereka dilindungi oleh undang-undang dari bentuk pekerjaan terburuk bahaya (Irwanti Melati. Perbedaan Pekerja Anak dan Anak Yang Bekerja, 2012). Dampak anak bekerja juga

Desa Baru adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Di desa terebut dapat dinyatakan sebagai desa dengan masyarakat majemuk yang

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk UREA, pupuk NPK dan pupuk kandang, dengan periode pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman Pengawasan terhadap

Makasi yaa para alumni SMANPHAT (SMA N. 4 Medan) yang selalu memberi dukungan semangat untuk Dina dalam mengerjakan skripsi ini. Buat KESAYANGAN DI DEPARTEMEN Kak Wan Debby Jhora

kebersamaannya dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Buat Junior KesSos stambuk 2012 dek Nando, Kaka, Oscar, Eko dan stambuk 2013 dek Nikmah,

Penentuan lokasi penelitian ini ditetapkan secara purposive (disengaja) karena di daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil belimbing di Sumatera Utara yang

Teknologi yang dikaji untuk budidaya tanaman kakao yakni pemangkasan dan pengelolaan tanaman penaung, pemupukan yang efisien, pengendalian hama dan penyakit, sedangkan

Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb­ Douglas.. Metoda Statistik