• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH TOMAT RASA KURMA PADA

TORAKUR BANDUNGAN, KABUPATEN SEMARANG, JAWA

TENGAH

BINTANG ANDHERTA MUHAMAD

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Bintang Andherta Muhamad

(4)

ABSTRAK

BINTANG ANDHERTA MUHAMAD. Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Torakur merupakan manisan tomat memiliki rasa seperti kurma sehingga termasuk dalam produk turunan pertanian yang bernilai tambah.Penelitian ini menganalisis nilai tambah beserta uraian rantai nilai dari Torakur Bandungan yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguraikan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada sistem rantai dari Torakur Bandungan serta menganalisis besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui usaha pengolahan tomat menjadi torakur. Penelitian ini menggunakan alat analisis dari Porter untuk rantai nilai dan metode Hayami untuk alat analisis nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha memiliki berbagai aktivitas utama maupun aktivitas pendukung dan nilai tambah yang dihasilkan oleh torakur relatif besar.

Kata kunci: Nilai Tambah, Rantai Nilai, Tomat Rasa Kurma

ABSTRACT

BINTANG ANDHERTA MUHAMAD Added Value Analysis of Torakur Candy On Torakur Bandungan, Semarang District, Central Java. Supervised by ANNA FARIYANTI

Torakur are tomato candy that have flavor like date fruit.that belong to one of agricultural derivative product. The research study analyzes the value-added along with value chain descriptions of Torakur Bandungan in the Semarang district, Central Java. The objection of research study are to outline the major activities and support activities in the system chain of Torakur Bandungan and analyze the value-added and distribution of added value to the owners of the production factors that generated through the processing of tomatoes into torakur effort. This research study using Porter's analysis for the value chain and Hayami method for value-added analysis tools. The results showed that businesses have major activities and support activities and the added value produced by torakur are relatively high.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS NILAI TAMBAH TOMAT RASA KURMA PADA

TORAKUR BANDUNGAN, KABUPATEN SEMARANG, JAWA

TENGAH

BINTANG ANDHERTA MUHAMAD

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Nama : Bintang Andherta Muhamad NIM : H34100104

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Disetujui oleh

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan November 2014 ini adalah analisis nilai tambah, dengan judul Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi; Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama dan Anita Primaswari Widhiani, SP, M.Si sebagai penguji komisi pendidikan atas segala masukan, perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat lebih baik lagi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh civitas Departemen Agribisnis dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Sri Ngestiwati dan Pak Hadiarso atas informasi yang telah diberikan terkait penelitian penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga atas segala kesabaran, doa dan kasih sayang sehingga skripsi dapat selesai. Terakhir penulis sampaikan salam semangat kepada teman-teman seperjuangan di Agribisnis IPB Angkatan 47.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua elemen yang ada di dunia pendidikan dan riset yang ada di Indonesia..

Bogor, Juni 2015

(9)

DAFTAR ISI

Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Jenis dan Sumber Data 16

Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha 19

Lokasi Perusahaan 20

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 20

Sarana dan Prasarana Produksi 21

Penyediaan Bahan Baku 21

Mesin dan Peralatan 21

Proses Produksi Tomat Rasa Kurma 22

(10)

Pembelian 28

Analisis Nilai Tambah 29

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 36

(11)

DAFTAR TABEL

1. Proporsi Kontribusi UMKM dan Usaha Besar (UB) terhadap PDBNasional tahun 2010-2011 Menurut Harga Berlaku 1 2. Produksi Tomat di Indonesia Tahun 2009 - 2013 (dalam ton) 2 3. Produksi Tomat di 5 Besar Provinsi Produsen Tomat di Indonesia

Tahun 2009 – 2013 (dalam ton) 3

4. Perkembangan Produksi Tomat Rasa Kurma Pada Torakur

Bandungan Tahun 2008-2014 5

5. Cara Perhitungan Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Berdasarkan

Metode Hayami 17

6. Perhitungan Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Tahun 2014 30 7. Sumbangan Input Lain Per Kilogram Tomat Rasa Kurma 31

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram Rantai Nilai 10

2. Kerangka Pemikiran Operasional 13

3. Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Tomat Rasa Kurma Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan Perusahaan 31 4. Besarnya Distribusi Marjin Tomat rasa Kurma Terhadap Imbalan

Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan 32

DAFTAR LAMPIRAN

1. Produksi Tomat di Indonesia Menurut Provinsi, 2009 – 2013a 36

2. Perhitungan Hari Orang Kerja 37

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar.1

Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Menurut Statistik Depkop tahun 2011, kontribusi UMKM terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Rp 3 466,4 triliun atau 57,12 persen meningkat menjadi Rp 4 303,6 triliun atau 57,94 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terus meningkat terhadap kinerja perekonomian. Kontribusi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha tahun 2010-2011 atas harga dasar berlaku dapat dilihat pada Tabel 1

Agroindustri merupakan kegiatan yang meningkatkan nilai tambah, menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, meningkatkan daya simpan dan menambah pendapatan dan keuntungan produsen (Hicks 1995). Pembangunan agroindustri di Indonesia merupakan salah satu agenda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pengembangan UMKM diharapkan dapat menyerap kesempatan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku UMKM.

1

[DEPKOP]. Departemen Koperasi. 2013. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2010 2011. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada : http//:www.depkop.go.id//. Jakarta (ID) : Departemen Koperasi.

Tabel 1 Proporsi Kontribusi UMKM dan Usaha Besar (UB) terhadap PDB Nasional tahun 2010-2011 Menurut Harga Berlaku (dalam triliun)

No. Skala Usaha Tahun 2010 Tahun 2011 Kenaikan

(14)

2

Pengertian Agroindustri menurut Soekartawi (2005) adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Konteks pada pengertian agroindustri adalah berupa penekanan pada manajemen pemrosesan makanan dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utama berupa produk pertanian. Salah satu peran agroindustri dalam perekonomian nasional suatu negara adalah mampu menciptakan industri yang baru atau yang bersifat kreatif. Keadaan krisis atau kendala yang sering dihadapi di suatu daerah dapat menjadi jalan menuju terciptanya produk agroindustri. Melalui ide dan usaha seseorang dapat mengkonversi masalah menjadi peluang bisnis produk hasil turunan pertanian yang berdaya saing, bahkan dapat menjadi salah satu ikon daerah. Sebagai bagian dari agroindustri, industri kecil merupakan salah satu bagian yang sangat berperan penting.

Tingkat konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih jauh dari angka ideal yang ditetapkan badan pangan dunia (FAO). FAO mensyaratkan konsumsi buah dan sayur idealnya 65,75 kilogram per kapita per tahun. Orang Indonesia baru 40 kilogram per kapita per tahun sehingga tingkat konsumsi sayur di Indonesia masih di bawah standar yang ditetapkan oleh FAO2

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Secara umum tomat dikenal berdasarkan dari manfaat untuk dimasak atau orang-orang lebih mengenalnya sebagai tomat sayur, dan juga jenis-jenis lain yaitu tomat buah dan tomat lalapan. Produksi tomat di Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa produksi tomat di Indonesia berfluktuasi karena mengalami naik dan turun dalam hal produksi. Diawali dari produksi tomat pada tahun 2009 sebesar 853 061 ton dan pada tahun 2010 naik sebesar 38 555 ton atau 4,52 persen menjadi 891 616 ton. Pada tahun 2011 produksi tomat meningkat lagi sebesar 7,00 persen menjadi 954 046 ton. Tahun 2012 menurun sebesar 6,35 persen menjadi 893.463 ton dan pada tahun 2013 produksi tomat mengalami kenaikan sebesar 11,16 persen menjadi 992 780 ton. Selama lima tahun terakhir perkembangan produksi tomat di Indonesia naik sebesar 3,23 persen. Produksi Tomat di Indonesia pada tahun 2009-2013 dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tomat bisa juga dijadikan sebagai cemilan segar yaitu dengan mengolahnya menjadi manisan sehingga dapat dikonsumsi oleh orang-orang yang

2

Lukihardiyati, Ari. 2014. Konsumsi Buah dan Sayur Masyarakat Masih Rendah [Internet] tersedia pada http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/14/06/15/n772fe-konsumsi-buah-dan-sayur-masyarakat-masih-rendah

Tabel 2 Produksi Tomat di Indonesia Tahun 2009 – 2013 (dalam ton)

No. Tahun Produksi (ton) Kenaikan (%)

(15)

3 tidak begitu suka mengkonsumsi buah tomat secara langsung. Selain itu pengolahan tomat menjadi manisan dapat meningkatkan nilai tambah dari tomat tersebut. Sebagai salah satu jenis buah sudah pasti tomat yang sudah diolah juga memiliki banyak manfaat diantaranya dapat mengatasi gusi berdarah dan sariawan, sembelit, melawan stroke dan penyakit jantung, mencegah kanker, memulihkan fungsi lever, dan sebagai sumber antioksidan alami.3

Tren fluktuasi pada produksi tomat juga terjadi di tingkat provinsi yang ada di Indonesia. Berdasarkan data produksi tomat yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, terdapat lima provinsi yang memiliki produksi tomat tertinggi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 2009 - 2013, tingkat produksi di dua provinsi sentra produksi yang berada di wilayah Sumatera, yaitu Sumatera Utara dan Sumatra Barat terus naik, sedangkan provinsi sentra produksi yang berada di wilayah Jawa mengalami tren serupa dengan yang dialami oleh Indonesia. Hal demikian terjadi karena produksi tomat terbanyak lebih didominasi oleh provinsi yang ada di wilayah Jawa. Mengenai penjalasan yang lebih detail dapat dilihat di Tabel 3. Untuk data lengkap mengenai produksi tomat di semua provinsi di Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1.

Pada tahun 2013 meski masih diasumsikan sebagai angka produksi sementara di tiap provinsi sentra produksi tomat terjadi kenaikan hasil produksi pada komoditas tomat. Agar produk tomat yang melimpah tidak cepat busuk, maka upaya untuk membuat produk turunan tomat yang lebih tahan lama dan bernilai tambah dapat diupayakan sehingga harga tomat yang semula turun karena efek surplus produksi dapat naik kembali. Di wilayah Jawa Tengah jumlah produksi tomat juga mengalami kenaikan. Jawa Tengah memiliki beberapa daerah sentra penanaman tomat. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian sentra pertanian di Jawa Tengah terdapat di banyak wilayah, yaitu Magelang, Temanggung, Wonosobo, Blora, Semarang, Boyolali, Rembang, dan

3

Zulvia, Viona. 2011. Manisan Tomat [Internet] [diunduh 2015 Feb 05] tersedia pada http://riau.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/article/88-info-teknologi/535-manisan-tomat

Tabel 3 Produksi Tomat di 5 Besar Provinsi Produsen Tomat di Indonesia Tahun 2009 – 2013 (dalam ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013);

a

(16)

4

Tegal4. Daerah sentra produksi tomat sering mengalami permasalahan berupa surplus produksi pada saat terjadi panen raya sehingga mengakibatkan harga tomat menjadi turun.

Salah satu sentra produksi tomat yang menghadapi permasalahan mengenai surplus produksi pada saat panen raya adalah daerah Kabupaten Semarang. Daerah yang menghasilkan 115 144 kuintal tomat dari total produksi di Jawa Tengah yang sebesar 651 698 kuintal. Wilayah Kabupaten Semarang secara persentase berkontribusi sebanyak 17 persen pada produksi tomat di Jawa Tengah dan hanya dapat diungguli oleh Kabupaten Magelang yang menyumbang sebesar 136 757 kuintal atau sebesar 20 persen. Kabupaten Semarang, khususnya di wilayah Kecamatan Bandungan, memiliki cara untuk menanggulangi surplus produksi tomat yang terjadi pada saat panen raya. Cara yang dilaksanakan di daerah Bandungan adalah dengan cara membuat harga tomat yang semula rendah menjadi bertambah akibat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah dengan cara diolah menjadi manisan tomat yang biasa disebut dengan tomat rasa kurma (Torakur). Harga tomat dapat naik kembali dan juga menjadi lebih awet akibat proses pengolahan serta pengepakan yang juga berpengaruh pada kondisi tomat. Selain itu, dalam proses pengolahan tomat menjadi tomat rasa kurma melalui aktivitas-aktivitas yang membentuk rantai nilai dan perlu diuraikan agar dapat diketahui lebih dalam proses pembentukan rantai nilainya. Maka dari itu, penelitian mengenai analisis nilai tambah pada usaha tomat rasa kurma sebagai produk turunan dari tomat penting untuk diteliti.

Perumusan Masalah

Torakur Bandungan merupakan usaha kecil yang memproduksi oleh-oleh khas obyek wisata Bandungan, Kabupaten Semarang berupa manisan tomat yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki rasa seperti buah kurma atau yang lebih dikenal dengan nama Torakur. Kabupaten Semarang yang merupakan salah satu sentra produksi tomat di Jawa Tengah yang merupakan bahan baku pembuatan Torakur. Asal mula torakur berawal dari terjadinya surplus produksi tomat di daerah Bandungan. Tomat yang menjadi bahan baku pembuatan Torakur memiliki harga jual rendah, dengan bekal keuletan, ketelitian dan pengetahuan dasar dalam mengolah manisan, Torakur berhasil diciptakan sebagai produk turunan tomat bernilai tambah dan berdaya saing yang berupa manisan tomat. Melalui merk Torakur Bandungan sekarang telah menjadi oleh-oleh khas dan salah satu identitas di kawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang.

Torakur Bandungan sebagai sebuah usaha dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana pemrosesan produk pertanian berjalan melalui aktivitas-aktivitas yang terjadi baik pada aktivitas utama maupun pada aktivitas pendukung. Hal ini didasarkan dengan fakta bahwa Torakur Bandungan merupakan usaha yang bergerak di bidang pembuatan Torakur di wilayah Bandungan. Sistem pengolahan Torakur Bandungan yang sudah tertata sedemikian hingga telah membuat Torakur

4

(17)

5 Bandungan dapat berproduksi sesuai dengan kapasitas maksimal selama tiga tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.

Kapasitas produksi pada data diatas dapat terus stabil mencapai produksi maksimal dikarenakan sistem rantai nilai telah berjalan dengan baik sehingga pantas apabila dijadikan sebagai acuan untuk digali lebih dalam lagi, khususnya bagi petani yang berada di sentra produksi tomat sehingga dapat menangani masalah yang sering terjadi akibat panen raya yaitu berupa penurunan harga karena jumlah tomat yang berlimpah. Proses-proses produksi torakur dari Torakur Bandungan yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas utama serta aktivitas-aktivitas pendukung yang berperan dalam setiap aktivitas-aktivitas utama agar tetap optimal. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa Torakur Bandungan merupakan pioner dalam hal pembuatan tomat rasa kurma atau torakur sehingga berbagai dinamika dalam memproduksi torakur telah dialami secara langsung sehingga telah mengalami berbagai perubahan yang bersifat positif.

Tujuan dari pemrosesan produk primer berupa tomat menjadi produk turunan berupa torakur dalam kegiatan pengolahan torakur adalah untuk mendapatkan nilai tambah. Nilai tambah yang dihasilkan melalui proses perubahan dari produk primer menjadi produk turunan harus sesuai dengan kuantitas yang diharapkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, kegiatan yang berorientasi pada nilai tambah pada Torakur Bandungan harus memperhatikan aspek efisiensi dan efektifitas agar mampu memberikan keuntungan maksimal. Penciptaan nilai tambah sering diasosiakan dengan keberhasilan produk turunan di pasar. Dalam pencarian nilai tambah juga dapat ditemui nilai marjin produk. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disusun menjadi perumusan masalah antara lain::

1. Bagaimana deskripsi pada setiap aktivitas atama maupun aktivitas pendukung dalam rantai nilai pada Torakur Bandungan berlangsung? Tabel 4 Perkembangan Produksi Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan

Tahun 2008-2014

No. Tahun Produksi (kg) Harga /kg (Rp) Omzet (Rp)

1 2008 9 750 30 000 292 500 000

2 2009 10 000 35 000 350 000 000

3 2010 11 500 38 000 437 000 000

4 2011 12 000 40 000 480 000 000

5 2012 14 400 45 000 648 000 000

6 2013 14 400 47 500 684 000 000

(18)

6

2. Bagaimana menaikkan nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui usaha pengolahan tomat menjadi torakur?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian adalah:

1. Menguraikan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada sistem rantai dari Torakur Bandungan.

2. Menganalisis besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui usaha pengolahan tomat menjadi torakur.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dan membangun bagi:

1. Peneliti, sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar sarjana dan sebagai sarana latihan untuk mempertajam sistematika berpikir.

2. Petani, untuk mempertimbangkan dan menentukan apakah akan melakukan produksi torakur apabila terjadi panen raya yang mengakibatkan harga tomat turun

3. Pembaca, sebagai referensi, pedoman, literatur, dan inspirasi mengenai analisis nilai tambah dan pemasaran produk turunan tomat dan sebagai masukan bagi penelitian yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tomat

Tomat yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah tomato memiliki nama ilmiah (Lycopersicum esculentum). Tomat merupakan tanaman asli Benua Amerika yang tersebar dari Amerika Tengah hingga Amerika Selatan. Beberapa negara di belahan dunia menamai tomat dengan beberapa istilah unik. Perancis menamai tomat dengan apel cinta sedangkan Jerman menamainya dengan apel surga. Penyebaran tomat di Indonesia dimulai dari Filipina dan negara-negara Asia lainnya pada abad ke-18. Beberapa varietas tomat dikembangkan di Indonesia dalam upaya pengembangan komoditas sayuran unggulan. Salah satu varietas unggul tomat adalah tomat hibrida yang merupakan hasil persilangan 2 induk tomat galur murni dengan sifat unggulan mampu beradaptasi pada berbagai kondisi agroklimat mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi (Cahyono 2008).

Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) menyebutkan bahwa tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan Indonesia yang dilihat dari nilai ekonomis dan strategisnya. Tomat menghasilkan nilai ekonomis terutama dalam menyumbang kontribusi produk domestik bruto (PDB) sebagai upaya pembangunan pertanian nasional. Tomat tidak hanya diperdagangkan di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Tomat dengan varietas unggul didukung oleh kondisi agroklimat Indonesia yang cocok untuk pengembangan komoditas tomat membuat tomat memiliki nilai strategis. Hal ini menjadikan tomat sebagai komoditas yang dibudidayakan oleh petani untuk dijadikan mata pencaharian yang mendatangkan nilai ekonomi berupa pendapatan

.

Studi Empiris Rantai Nilai

Kajian mengenai analisis rantai nilai merupakan salah satu topik penelitian yang sering dilakukan. Latar belakang dilakukan penelitian bereaneka ragam, dapat dikarenakan peningkatan nilai produk maupun penurunan biaya produksi. Ngabalin (2013) pada penelitiannya membahas mengenai analisis value chain system dan strategi pemasaran rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengolahan data menggunakan value chain system dari proses hulu ke hilir. Hal ini dilakukan karena dalam setiap proses pada aktivitas utama maupun aktivitas pendukung pada pasar rumput laut di Maluku Tenggara karena dalam tiap proses memiliki kemungkinan untuk menghasilkan nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas utama adalah proses pembibitan, operasional, logistik keluar, serta tahap pemasaran dan penjualan serta aktivitas pendukung berupa infrastruktur, manajemen sumberdaya manusia, serta pengembangan teknologi rumput laut.

(20)

8

daya dana manajemen, hubungan antara atribut sehingga memungkinkan untuk dapat memahami satu sama lain secara jelas. Hasil penelitian menunjukkan Rantai nilai yang dilakukan di lima kecamatan tidak semuanya memiliki sistem yang sama dan permasalahan pemasaran yang berbeda.

Perbandingan dengan penelitian terdahulu, penelitian rantai nilai pada Torakur Bandungan memiliki tujuan untuk menguraikan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada sistem rantai dari Torakur Bandungan agar dapat lebih detail. Hal ini dikarenakan sistem rantai nilai pada usaha yang dapat dijadikan sebagai contoh tentang bagaimana proses pengolahan produk turunan pertanian dilakukan. Responden dalam penelitian hanya berfokus pada satu usaha karena pada daerah Bandungan hanya terdapat satu produsen torakur sehingga penelitian dapat lebih fokus untuk meneliti sistem usaha yang berjalan pada Torakur Bandungan..

Studi Empiris Nilai Tambah

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai nilai tambah. Pertiwi (2013) melakukan penelitian mengenai analisis nilai tambah dan pemasaran minyak gaharu dengan studi kasus di CV Aromindo. Alat analisis yang digunakan berupa nilai tambah dengan metode yang dipopulerkan oleh Hayami. Alasan menggunakan metode Hayami karena pada metode Hayami merupakan metode nilai tambah yang paling cocok untuk digunakan dalam menghitung karena banyak penelitian tentang nilai tambah yang menggunakan metode ini. Kelebihan analisis nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah: (1) lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja), (3) dapat diketahui balas jasa bagi pemilik faktor produksinya, dan (4) dapat dimodifikasi untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan. Hasil penelitian dari Pertiwi (2013) adalah pada subyek penelitian memiliki nilai tambah yang relatif besar sehingga dalam menjalankan aktivitas usaha, perusahaan cenderung lebih padat modal karena balas jasa terhadap keuntungan perusahaan memberikan kontribusi lebih banyak dalam pembentukan marjin.

Penelitian mengenai nilai tambah juga dilakukan oleh Aulia (2012) dengan penelitian berupa analisis nilai tambah dan strategi pemasaran usaha industri tahu di Kota Medan. Metode yang digunakan dalam meneliti nilai tambah juga menggunakan metode Hayami. Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai segar menjadi tahu. Hasil analisis nilai tambah juga dapat menunjukkan marjin dari bahan baku kacang kedelai menjadi tahu cina, tahu sumedang mentah, atau tahu sumedang goring yang didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan perusahaan.

(21)

9

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Aktivitas nilai merupakan balok pembangunan pada keunggulan bersaing, rantai nilai merupakan aktivitas dalam usaha yang pada setiap proses memiliki saling keterkaitan. Aktivitas nilai dihubungkan dengan keterkaitan di dalam rantai nilai. Keterkaitan adalah hubungan antara cara satu aktivitas nilai dilaksanakan dan biaya atau kinerja aktifitas lain.

Sebagai usaha yang memiliki berbagai aktivitas usaha beserta dinamika yang dapat terjadi maka sangat dibutuhkan kajian maupun analisis terhadap setiap kegiatan yang ada dalam proses pengolahan tomat menjadi manisan tomat. Rantai nilai korporasi torakur sangat perlu untuk di pelajari tiap-tiap unsur yang terdapat dalam aktivitas utama maupun aktivitas pendukung karena dalam setiap proses memiliki kemungkinan untuk menghasilkan nilai tambah yang dapat dijadikan sebagai kelebihan maupun proses yang tidak menghasilkan nilai tambah dapat dilihat sebagai kekurangan maka analisis rantai nilai ini pun dapat menjawab permasalahan yang ada dalam proses pengolahan tomat yang ada.

Uraian lebih lanjut akan dijelaskan melalui konsep kerangka pemikiran teoritis yang mencakup teori mengenai rantai nilai dan konsep nilai tambah. Konsep Rantai Nilai

Menurut Pietrobelli dan Rabelloti (2006), rantai nilai mencakup semua kegiatan yang diperlukan untuk membuat produk, mulai dari konsepsi hingga produk tersebut dipasarkan. Kegiatan tersebut meliputi pengembangan produk, tahap produksi yang berbeda-beda antar produk, ekstraksi bahan mentah, bahan setengah jadi, produksi komponen dan perakitan, distribusi, pemasaran, bahkan hingga daur ulang produk. Sedangkan Shank dan Govindarajan (1992), mendefinisikan analisis rantai nilai, merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan, mulai dari bahan baku sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.

Porter (1990) menjelaskan, analisis rantai nilai merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi dimana nilai pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan dan perusahaan lain dalam industri. Sifat rantai nilai tergantung pada sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba.

(22)

10

tehadap pembentukan marjin perusahaan ke dua kelompok kegiatan, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Dengan meneliti tiap cakupan pada aktivitas utama antara lain logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan. Aktivitas pendukung perusahaan meliputi infrastruktur perusahaan, manajemen sumber daya manusia, pengembangan teknologi, dan pembelian alat dan mesin produksi. Dengan menganalisis ke semua aktivitas maka dapat ditemukan faktor-faktor yang dapat meningkatkan marjin perusahaan (Solihin 2012).

Perusahaan harus mampu mengenali posisi pada rantai nilai yang membentuk produk atau jasa tersebut. Hal ini sangat penting untuk mengidentifikasi kesempatan dari persaingan. Setelah mengidentifikasi posisi, maka unit usaha dapat mengenali aktivitas-aktivitas yang membentuk nilai. Aktivitas-aktivitas dikaji untuk mengidentifikasi apakah memberikan nilai bagi produk atau tidak. Jika aktivitas tersebut memberikan nilai, maka akan terus digunakan dan diperbaiki untuk memaksimalkan nilai. Sebaliknya, jika aktivitas tersebut tidak memberikan nilai tambah maka harus dihapus.

Schmitz (2005) menyampaikan alasan dilakukan analisis rantai nilai:

1. Kegiatan dalam rantai nilai sering dilakukan dalam bagian atau divisi yang berbeda sehingga bersifat global.

2. Beberapa kegiatan penambahan nilai dalam rantai nilai bersifat menguntungkan. 3. Beberapa pelaku (aktor) dalam rantai nilai memiliki kekuasaan atas pelaku

yang lain (lead firm).

Sementara itu, parameter kunci dalam analisis rantai nilai ialah sebagai berikut: 1. Produk jasa atau apa saja yang akan dihasilkan, termasuk desain produk dan

spesifikasinya.

2. Bagaimana barang atau jasa tersebut dihasilkan. Hal ini melibatkan definisi proses produksi yang mencakup unsur-unsur seperti teknologi yang akan digunakan, sistem kualitas, standar tenaga kerja serta standar lingkungan. 3. Berapa banyak jumlah yang harus diproduksi serta kapan produk tersebut di

produksi. Hal ini mengacu kepada penjadwalan produksi dan logistik.

Porter (1990) menyatakan bahwa rantai nilai merupakan cara sistematik untuk menganalisis sumber keunggulan bersaing dengan memeriksa semua aktifitas yang dilakukan dan bagaimana semua aktivitas itu berinteraksi satu sama lainnya. Rantai nilai terdiri atas sembilan kategori generik aktivitas yang dikaitan menjadi satu dengan cara yang khas.

Aktivitas nilai dibagi menjadi dua yaitu aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas pendukung (supporting activities). Porter menjelaskan bahwa aktivitas primer adalah aktivitas yang terlibat dalam penciptaan fisik produk dan penjualan ke pembeli. Dibagi menjadi kategori generik yang diperlukan dalam bersaing di berbagai industri, yaitu : input, operasi, output, pemasaran dan penjualan, dan jasa. Kemudian Porter menjelaskan yang dimaksud dengan aktivitas pendukung adalah aktivitas yang mendukung aktivitas primer dan mendukung satu sama lainnya. Dibagi menjadi empat kategori generik, yaitu pembelian, pengembangan teknologi, manajemen sumber daya manusia, dan infrastruktur perusahaan.

(23)

11 1. Profil usaha dai Torakur Bandungan mencakup sejarah dan perkembangan usaha, lokasi perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, sarana dan prasarana produksi, penyediaan bahan baku, mesin dan peralatan, serta proses produksi.

2. Aktvitas utama dari komoditi unggulan yang terdiri dari : hal-hal logistik ke dalam dan keluar, operasional, pemasaran, penjualan dan pelayanan yang telah disarikan sesuai poin-poin yang telah ditentukan melalui asumsi pada prapenelitian hingga penelitian berlangsung.

3. Kegiatan-kegiatan pendukung secara tidak langsung berkontribusi pada kegiatan operasional di kegiatan hulu-hilir komoditi tersebut. Hal-hal yang tercakup di dalamnya adalah infrastruktur di dalam organisasi, manajemen sumber daya manusia, serta pembangunan dan penerapan teknologi.

Seluruh kegiatan-kegiatan ini saling berkaitan dan bekerja sama dalam suatu proses yang dapat digambarkan dalam sebuah diagram rantai nilai seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram Rantai Nilai (Porter 1990)

Rekomendasi strategi dan setiap tahapan kegiatan dalam rantai nilai komoditi: logistik ke dalam, operasional (produksi), logistik ke luar, pemasaran dan penjualan, pelayanan purna jual.

Konsep Nilai Tambah

(24)

12

Hayami menerapkan analisis nilai tambah pada subsistem pengolahan (produksi sekunder). Produksi sekunder merupakan kegiatan produksi yang mengubah bentuk produk primer menjadi produk turunan. Menurut Hayami et al. (1987) nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen

Menurut Hayami et al (1987) nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komiditi yang bersangkutan Input fungsional tersebut dapat berupa proses perubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), perubahan waktu (time utility) dan

kepemilikkan (possession utility) Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran

Menurut Sudiyono (2002) pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah analisis nilai tambah. Analisis nilai tambah yang paling sering digunakan merupakan analisis metode nilai tambah Hayami. Kelebihan dari analisis metode nilai tambah Hayami adalah:

1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian 2. Dapat diketahui produktivitas produksi (rendemen dan efisiensi tenaga

kerja)

3. Dapat mengetahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi 4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan Kelemahan dari Metode Hayami yaitu :

1. Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku

2. Tidak dapat menjelaskan nilai output atau produk sampingan

3. Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk mengatakan apakan balas jasa terhadap pemilik faktor produksi tersebut sudah layak Selain itu, analisis nilai tambah dengan metode Hayami juga menghasilkan beberapa informasi penting yaitu :

1. Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah)

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi (dalam persen) 3. Imbalan jasa tenaga kerja (dalam rupiah)

4. Bagian tenaga kerja (dalam persen)

5. Keuntungan yang diterima perusahaan (dalam rupiah) 6. Tingkat keuntungan perusahaan (dalam persen)

(25)

13 (3) Nilai produk, menunjukkan nilai output per satuan input. Kelebihan analisis nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah: (1) lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui produktivitas dari produksi (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja), (3) dapat diketahui balas jasa bagi pemilik faktor produksi, dan (4) dapat dimodifikasi untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan.

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya, maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besar proporsi bagian manajemen lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja.

Kerangka Pemikiran Operasional

Torakur Bandungan merupakan usaha yang mengolah tomat menjadi torakur. Tomat merupakan komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan di daerah Bandungan, Jawa Tengah. Tomat di daerah Bandungan sering mengalami surplus produksi pada saat panen raya sehingga harga jual tomat menjadi menurun.

Torakur Bandungan merupakan unit usaha yang menangkap fenomena panen raya tomat sebagai peluang usaha karena tomat yang diproduksi memiliki nilai tambah akibat proses pengolahan yang dilakukan. Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menghasilkan produk yang memiliki bentuk yang lebih baik diantaranya produk yang layak digunakan, kemudahan dalam distribusi dan pemasaran serta peningkatan pendapatan melalui nilai tambah.

Torakur Bandungan merupakan pemain tunggal dalam produksi torakur di daerah Bandungan. Sebagai pemain tunggal dalam usaha torakur di daerah Bandungan. Torakur Bandungan tentu memiliki sistem usaha beserta sistem rantai nilai yang telah dijalankan selama ini sehingga layak untuk dievaluasi secara mendalam. Kedalaman evaluasi sistem rantai nilai Torakur Bandungan dapat dianalisa dalam setiap aktivitas utama maupun aktivitas pendukung. Aktivitas utama meliputi logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, pemasaran dan penjualan, serta pelayanan. Aktivitas pendukung meliputi infrastruktur, manajemen sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pembelian. Di dalam setiap aktivitas baik aktivitas utama maupun aktivitas pendukung. Dapat diteliti mengenai adanya kendala dan cara penanggulangannya.

(26)

14

metode Hayami, sedangkan analisis sistem rantai nilai menggunakan analisis aktivitas utama dan aktivitas penunjang pada kegiatan yang berlangsung di Torakur Bandungan yang dilangsungkan dalam tahap uraian setiap kegiatan yang berlangsung pada Torakur Bandungan.

(27)

15

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan pada penelitian ini adalah Torakur Bandungan yang berlokasi di Jalan Sukorini KM 1,7 Bandungan-Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah Bandungan merupakan salah satu sentra tomat di Jawa Tengah dan Torakur Bandungan merupakan satu-satunya industri rumah tangga yang bergerak pada pembuatan torakur di daerah Bandungan yang sudah berdiri sejak tahun 2002. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan mulai bulan April 2014 sampai pertengahan Desember 2014

(28)

16

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara, sekaligus pengisian kuisioner dengan pemilik usaha. Data primer yang diperoleh dari perusahaan adalah mengenai aktivitas primer dan aktivitas pendukung yang ada pada Torakur Bandungan..

Data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah penelitian, letak geografis dan informasi lain yang berhubungan dengan usaha tomat rasa kurma. Data sekunder diperoleh dari laporan yang telah dilakukan oleh usaha. Sebagai data penunjang, dikumpulkan informasi dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, literatur pendukung atau beberapa model penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dalam waktu satu bulan, terhitung dari awal Desember 2014 sampai akhir Desember 2014. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah berupa observasi, wawancara dan pengisian kuesioner. Penentuan responden dilakukan secara purposive. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua orang pemilik usaha. Pemilihan responden tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa para pemilik usaha mengetahui kegiatan usaha dengan baik pada bagian aktivitas primer dan aktivitas pendukung.

Metode Pengolahan Data

Penelitian rantai nilai dalam penelitian ini menggunakan analisis rantai nilai yang dipopulerkan oleh Porter serta penelitian nilai tambah menggunakan metode Hayami. Analisis rantai nilai korporasi digunakan untuk meneliti kemampuan sumber daya internal organisasi untuk menghasilkan margin yang diperoleh dan nilai tambah dilakukan untuk menghitung nilai tambah pengolahan tomat rasa kurma, nilai output, keuntungan dan imbalan tenaga kerja.

Analisis Rantai Nilai

Analisis rantai nilai digunakan untuk mengetahui berbagai macam aktivitas dan kondisi rantai nilai produk torakur. Rantai nilai produk torakur yang ada pada Torakur Bandungan dapat di bagi menjadi aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Dalam aktivitas utama dapat dikaji dari penyimpanan bahan baku, jadwal transportasi, dan perencanaan produksi yang masuk pada logistik kedalam.

(29)

17 pengepakan dan pelabelan produk, serta distribusi ke pedagang kecil dan konsumen masuk pada bagian logistik ke luar untuk menjamin bahwa tomat rasa kurma dari Torakur Bandungan mampu berpindah ke pihak lain secara aman. Pada pemasaran dan penjualan terdapat penetapan harga, promosi, iklan, dan bentuk kemitraan serta Evaluasi layanan konsumen pada aktivitas servis yang menunjukkan layanan purna jual Torakur Bandungan untuk senantiasa meningkatkan performa perusahaan sehingga mampu memuaskan konsumen.

Pada aktivitas pendukung yang ada pada Torakur Bandungan meliputi infrastruktur yang terdiri atas pabrik, sarana transportasi, akses jalan dan modal. Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi manajemen perusahaan bagi para pemilik dan pengelola usaha dan kualitas tenaga kerja bagi para tenaga kerja sehingga perusahaan mampu meraih tujuan perusahaan secara jangka panjang ataupun jangka pendek. Pengembangan Teknologi meliputi alat dan mesin produksi sebagai tingkat teknologi yang dikuasai perusahaan dan riset pasar sebagai bentuk usaha dalam penguasaan terhadap riset. Pembelian meliputi pembelian bahan baku dan alat produksi.

Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah dilakukan pada subsistem produksi sampai pengemasan yang bertujuan untuk menentukan besaran nilai tambah akibat pengolahan tomat menjadi torakur. Kegiatan pengolahan tomat menjadi torakur mengakibatkan pertambahan nilai komoditas. Peningkatan nilai tambah pengolahan tomat dapat diketahui dengan metode nilai tambah Hayami. Data yang akan digunakan adalah data perusahaan terbaru. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis nilai tambah, yaitu: (1) membuat arus komoditas, (2) mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi, (3) memilih dasar perhitungan. Perhitungan nilai tambah torakur dapat dilihat pada Tabel 4.

Analisis nilai tambah, pada proses pengolahan akan menghasilkan informasi atau keluaran antara lain:

1. Nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah (%) yang menunjukkan persentase nilai tambah dari produk.

3. Balas jasa tenaga kerja (Rp) menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja langsung untuk memperoleh satu satuan bahan baku.

4. Bagian tenaga kerja (%) menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah.

5. Keuntungan (Rp) menunjukkan bagian yang diterima pemilik faktor produksi karena menanggung resiko usaha.

6. Tingkat keuntungan (%) menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah.

7. Marjin menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

8. Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) 9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)

(30)

18

Tabel 5 Cara Perhitungan Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Berdasarkan Metode Hayami

Sumber: Hayami et al (1987)

Dalam perhitungan nilai tambah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu produk yang dihasilkan, bahan baku, harga produk, harga bahan baku, harga input lain, hari orang kerja dan upah tenaga kerja. Produk yang dihasilkan berupa torakur. Harga produk didasarkan pada harga rata-rata produk di tahun yang sama dan ditetapkan oleh perusahaan. Harga bahan baku ditetapkan berdasarkan kesepakatan usaha dengan pengumpul tomat karena tomat didapatkan dari pengumpul tomat yang juga berada di daerah Bandungan. Tenaga kerja dalam analisis nilai tambah ini adalah total tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi tomat rasa kurma..

Hari orang kerja (HOK) yang digunakan adalah total hari orang kerja pada proses pengolahan tomat. Upah rata-rata dihitung dengan membagi upah total tenaga kerja langsung dengan jumlah total hari kerja selama tahun 2014. Sumbangan input lain terdiri atas biaya pengemasan, biaya penyusutan, biaya tanah dan bangunan. Harga yang digunakan berdasarkan harga bahan dan alat tersebut pada pengolahan tomat. Nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing proses dalam perhitungannya didasarkan pada satu satuan bahan baku yang digunakan yaitu satu kilogram tomat yang diolah. Selain itu, keuntungan perusahaan yang diperoleh pun bukan keuntungan bersih karena biaya investasi tidak diperhitungkan. Keuntungan perusahaan tersebut merupakan pengembalian terhadap modal yang dikeluarkan.

10. Nilai tomat rasa kurma (Rp/kg) J=D×F

11. a. Nilai tambah (Rp/kg) K=J-H-I

b. Rasio nilai tambah (%) L%=K/J×100%

12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) M=E×G

b. Bagian tenaga kerja (%) N%=M/K×100%

13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K-M

b. Tingkat keuntungan (%) P%=O/J×100%

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/kg) Q=J-H

a. Pendapatan tenaga kerja (%) R%=M/Q×100%

b. Sumbangan input lain (%) S%=I/Q×100%

(31)

19

GAMBARAN UMUM USAHA

Sejarah dan Perkembangan Usaha

Torakur Bandungan merupakan usaha yang memproduksi jajanan khas Bandungan berupa tomat rasa kurma atau biasa disebut torakur. Perusahaan ini didirikan pada Juli 2002 oleh sepasang suami istri, Bapak Hadiarso dan Ibu Sri Ngestiwati sebagai pemilik dan pengelola usaha dengan bentuk Industri Rumah Tangga (IRT). Torakur Bandungan terbentuk karena Bapak Hadiarso dan Ibu Ngestiwati yang asli Kabupaten Bandungan mengamati bahwa harga tomat yang selalu turun drastis saat panen raya akibat surplus produksi sehingga banyak tomat yang tak terjual. Peluang tersebut dijadikan sebagai dasar untuk mendirikan unit usaha produk turunan tomat yang tahan lama dan dapat menjadi buah tangan dari Kabupaten Bandungan.

Torakur Bandungan merupakan satu-satunya unit usaha yang memproduksi tomat rasa kurma di wilayah Bandungan. Hal ini dikarenakan Torakur Bandungan merupakan pionir dari usaha tomat rasa kurma di daerah Indonesia dan karena prosesnya yang perlu ketelitian serta keuletan membuat banyak pengusaha di daerah Bandungan yang awalnya tertarik untuk ikut membuat torakur perlahan mundur dan menutup usahanya karena tidak mampu mengikuti alur proses produksi dari torakur. Produk yang dihasilkan Torakur Bandungan ada beragam yaitu tomat rasa kurma, jenang tomat, dan papaya candy. Produk andalan dari Torakur Bandungan adalah tomat rasa kurma karena merupakan produk khas dan sudah menjadi salah satu identitas di obyek wisata selain Tahu Serasi.

Bahan baku dari Torakur Bandungan didatangkan dari para pemasok tomat. Torakur Bandungan pernah mencoba mengadakan kerjasama dengan para petani tomat lokal akan tetapi terkendala oleh penetapan harga. Tomat yang digunakan sebagai bahan baku produksi berasal dari daerah Bandungan. Dahulu Torakur Bandungan memiliki kebun tomat sendiri, karena akan melakukan perluasan tempat produksi maka kebun tomat pun dikonversi sebagai perluasan tempat produksi dan pengadaan bahan baku seluruhnya melalui para pengepul tomat di Bandungan

.Perkembangan usaha terkini pada Torakur Bandungan adalah mulai tahun 2012 Torakur Bandungan tidak hanya memiliki rumah produksi untuk melakukan produksi tomat. Outlet pemasaran sudah dapat didirikan pada tahun 2012 sebagai tempat penjualan resmi Torakur Bandungan. Torakur Bandungan juga tidak hanya memproduksi tomat rasa kurma saja, varian produk bertambah dengan diproduksinya jenang tomat dan papaya candy dengan brand “Bu Ngesti”.Torakur

(32)

20

Lokasi Perusahaan

Torakur Bandungan memiliki dua alamat kantor. Rumah produksi berlokasi di Jalan Cempaka No. 25 Rt 5 Rw VI Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kebupaten Semarang dan alamat outlet pemasaran berada di Jalan Sukorini KM 1,7 Bandungan-Sumowono. Akses jalan untuk kedua lokasi tersebut dapat dikategorikan baik karena sudah di aspal dan mampu dilewati kendaraan roda empat. Pada rumah produksi dekat dengan pemukiman penduduk sehingga keamanan lebih terjamin dan pada outlet pemasaran terletak pada jalan Kabupaten yang sering dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang keluar-masuk dari dan ke wilayah obyek wisata Bandungan, Kabupaten Semarang dan kurang dari satu kilometer dari obyek wisata Candi Gedongsongo.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Torakur Bandungan memiliki struktur organisasi yang sederhana karena perusahaan masih berbentuk usaha kecil dan menengah (UKM), total tenaga kerja berjumlah 10 orang tenaga kerja wanita yang memiliki tugas dan fungsi yang sama dimana terdapat satu pegawai kepercayaan yang bertugas sebagai perantara komunikasi antara pemilik usaha dan para pegawai. Latar belakang tingkat pendidikan karyawan Torakur Bandungan cukup beragam mulai dari SD, SMP, dan SMA. Pada pemilihan tenaga kerja yang bertugas sebagai perantara komunikasi antara pemilik dan para pegawai adalah berdasarkan tingkat pendidikan dan lama bakti pegawai kepada Torakur Bandungan. Berdasarkan kualifikasi tersebut diharapkan supervisor mampu menjalankan peran dengan baik demi kestabilan sistem dari unit usaha.

Sistem kerja di Torakur Bandungan berdasarkan jam kerja dan tambahan kerja lembur di luar jadwal kerja. Jadwal kerja utama adalah setiap hari senin-sabtu untuk melakukan kegiatan produksi. Pada hari minggu atau hari libur apabila masuk kerja maka dihitung sebagai lembur kerja bagi pegawai. Jam kerja bagi pegawai di Torakur Bandungan adalah dihitung per jam dengan jam kerja inti dari pukul 07.00-14.00 WIB atau selama tujuh jam per hari. Di luar jadwal jam kerja inti dihitung sebagai lembur yang akan diakumulasi tiap akhir bulan.

Struktur organisasi pada Torakur Bandungan terdiri atas pemilik, pengelola dan pegawai dengan rincian tugas dan peran sebagai berikut:

1) Pemilik unit usaha merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan mengatur segala kegiatan di perusahaan. 2) Pengelola pemasaran. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pemasaran

produk-produk dari Torakur Bandungan. Pemasaran melalui anak dari Ibu Ngesti sebagai penanggung jawab outlet pemasaran.

3) Supervisor. Bertanggung jawab sebagai pemantau kinerja para pegawai Torakur Bandungan. Dipilih oleh pemilik usaha berdasarkan tingkat pendidikan dan lama bakti ke unit usaha.

(33)

21

Sarana dan Prasarana Produksi

Torakur Bandungan memiliki lahan seluas 600 m2 yang dipergunakan untuk produksi torakur. Pada lahan tersebut dibagi ke dalam dua bangunan yang berfungsi sebagai rumah produksi dan kantor yang merangkap sebagai rumah tinggal pemilik yang di bagian belakang rumah digunakan sebagai tempat pengepakan tomat. Pada rumah produksi dibagi ke dalam ruangan-ruangan yang dipergunakan sebagai proses pembuatan tomat rasa kurma yaitu:

1) Ruang untuk melakukan kegiatan sortasi tomat 2) Ruang untuk penyimpanan tomat.

3) Ruang untuk pemasakan tomat. 4) Ruang untuk penjemuran tomat

Fasilitas lain yang dimiliki oleh Torakur Bandungan adalah alat transportasi milik perusahaan yang digunakan sebagai alat transportasi untuk kegiatan operasional yaitu berupa 1 buah motor untuk pengangkutan tomat rasa kurma untuk dikirim ke outlet ataupun ke pelanggan. Dokumentasi mengenai tempat untuk melakukan produksi beserta outlet pemasaran terdapat pada gambar pada Lampiran.

Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan tomat rasa kurma pada awalnya adalah tomat jenis valentin karena merupakan varian tomat yang paling mudah diolah dijadikan sebagai tomat rasa kurma, akan tetapi sekarang Torakur Bandungan dapat menggunakan varian tomat apa saja untuk memproduksi tomat rasa kurma.

Bahan baku tomat diperoleh melalui pemasok pedagang sayur di daerah Bandungan. Menurut informasi dari pemilik, tomat sebagai bahan baku diperoleh dari daerah penghasil tomat di Jawa Tengah. Torakur Bandungan selalu membeli bahan baku setiap akan melakukan produksi dengan rentang waktu yang tidak tentu. Torakur Bandungan biasanya memesan tomat lewat telepon kemudian pihak pengumpul langsung mengirimkan tomat dengan menggunakan kendaraan. Bahan baku tomat yang digunakan Torakur Bandungan masih dibeli dari pemasok karena Torakur Bandungan memerlukan kontinuitas dalam produksi tomat dan pemasok dipilih karena dapat memenuhi faktor tersebut.

.

Mesin dan Peralatan

(34)

22

yaitu pisau, garpu, tungku, ember, tampah, rumah kaca, sealer, timbangan, alat

press, gunting, dan cutter.

Proses Produksi Tomat Rasa Kurma

Torakur merupakan produk berasal dari tomat yang sudah diolah sedemikian hingga menjadi produk pangan yang tahan lama. Produk ini memiliki nilai tambah akibat dari perubahan bentuk yang terjadi. Oleh karena itu, pada penelitian ini dianalisis mengenai nilai tambah agar unit usaha dapat mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari adanya kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan perubahan bentuk produk. Selain itu, unit usaha juga akan dapat mengetahui besarnya balas jasa untuk setiap pemilik faktor produksi. Besarnya balas jasa tersebut dapat menunjukkan persentase pengeluaran terbesar pada kegiatan unit usaha, sehingga dapat memberikan informasi bahwa perusahaan tersebut padat karya atau padat modal. Proses produksi torakur pada Torakur Bandungan adalah sebagai berikut:

1. Buah tomat yang di telah disortasi kemudian dicuci bersih buah ujung tungkai atasnya dan bawahnya lubangi dengan garpu dan buang biji dan isi tomatnya. 2. Lubangi permukaan tomat dengan garpu sampai membentuk pori

3. Rendam dalam air kapur selama setengah hari atau sampai meresap ke kulit 4. Masukkan gula pasir ke dalam rebusan tomat

5. Aduk hingga merata (seluruh gula pasir mencair) dan tomat menjadi layu. 6. Tiriskan rebusan tomat dan gula

7. Jemur rebusan tomat yang sudah ditiriskan sampai kering dalam kondisi steril 8. Jika sudah kering, bentuk tomat menyerupai kurma (gunakan sarung tangan) 9. Setelah terbentuk menyerupai kurma, kemudian dilakukan penjemuran kedua. 10. Torakur telah jadi dan siap untuk dilakukan pengemasan.

Torakur dikemas dalam kardus yang dilapisi plastik dan di dalam kardus. Torakur juga dibungkus dalam plastik agar kedap udara sehingga lebih tahan lama. Berat kemasan sebesar 250 gram. Setelah pengepakan Torakur siap dikirim ke outlet pemasaran resmi Torakur Bandungan ataupun para pedagang kecil yang tersebar di daerah Bandungan dan juga pusat oleh-oleh mitra usaha Torakur yang ada di dalam ataupun di luar kota Semarang sesuai permintaan pesanan dari pembeli. Pengiriman torakur dilakukan dengan menggunakan sepeda motor untuk di wilayah Bandungan, sedangkan untuk wilayah luar Bandungan biasanya diambil oleh pembeli ataupun dikirim dengan menggunakan jasa kurir dengan biaya ditanggung oleh pembeli.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rantai Nilai

(35)

23 Logistik Ke Dalam

Penyimpanan Bahan Baku

Torakur Bandungan melakukan aktivitas berupa penyimpanan bahan baku. Alasan dilakukan kegiatan penyimpanan bahan baku agar bahan baku berupa tomat tetap dapat terjaga kesegarannya selama sebelum diproduksi. Penyimpanan bahan baku menggunakan keranjang yang diletakkan di bagian depan rumah produksi. Penyimpanan bahan baku dilakukan sampai menunggu tomat benar-benar matang untuk siap diolah menjadi tomat rasa kurma. Tomat langsung disimpan ke dalam keranjang begitu sampai ke dalam rumah produksi. Kerugian menyimpan bahan baku adalah terkadang tomat saat disimpan ada yang mengalami pembusukan saat akan diproduksi.sehingga dapat mempengaruhi jumlah produksi torakur yang menjadi berkurang.

Perencanaan Produksi

Torakur Bandungan melaksanakan kegiatan berupa perencanaan produksi. Dilakukan perencanaan produksi hanya dilakukan saat Torakur Bandungan telah menerima permintaan pesanan dari para konsumen, terutama para pedagang kecil dan mitra yang berada di luar kota. Penanggung jawab dalam perencanaan produksi diserahkan kepada Bu Khomtin, salah satu karyawan kepercayaan dari Bu Ngesti selaku pemilik Torakur Bandungan. Jumlah produksi yang direncanakan dalam setiap melakukan produksi adalah empat hingga lima kuintal pada musim kemarau dan menurun menjadi satu hingga dua kuintal pada musim hujan

Operasi

Pengolahan Bahan Baku

Torakur Bandungan melakukan aktivitas berupa pengolahan bahan baku. Sebelum melakukan pengolahan bahan baku Torakur Bandungan melakukan perencanaan produksi agar dapat mengetahui jumlah bahan baku yang dapat diproduksi dan kepada siapa hasil produksi akan dipasarkan. Torakur diproduksi di rumah produksi dan dipacking di belakang kantor Torakur Bandungan. Selama proses pengolahan bahan baku melibatkan sepuluh karyawan dari Torakur Bandungan yang terlibat dalam semua proses produksi hingga mendistribusikan produk ke pedagang kecil ataupun ke outlet pemasaran Torakur Bandungan.

(36)

24

Pengawasan Proses Produksi

Torakur Bandungan melakukan aktivitas berupa pengawasan proses produksi. Alasan dilakukan kegiatan ini adalah agar pekerjaan yang berkaitan dengan produksi tomat rasa kurma ada yang bertanggung jawab dan tetap berpegang pada ketentuan yang ada. Pengawasan proses produksi dilakukan oleh satu orang pegawai yang bertindak sebagai supervisor yang ditunjuk berdasarkan lama bekerja dan tingkat pendidikan pegawai. Supervisor digunakan karena pemilik usaha yang dalam kesehariannya juga bekerja di instansi pendidikan. Semua proses produksi diawasi dan dipantau agar tetap berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Proses melakukan pengawasan produksi dilakukan oleh supervisor dengan cara ikut terlibat dalam setiap proses produksi sekaligus memberi contoh kepada para pegawai. Pemilik memberi tahu tentang tugas dan kegiatan dari supervisor

dengan cara menulis pesan di papan untuk nanti disampaikan kepada pegawai lain. Kendala dalam menjalankan perintah dari pemilik oleh supervisor adalah miskomunikasi, tetapi dapat diminimalisir dengan cara pemilik menelpon pegawai atau supervisor untuk mengulangi perintah yang telah dituliskan agar dapat lebih dimengerti oleh para pegawai. Manfaat dengan melakukan pengawasan proses produksi adalah membantu pemilik usaha dalam mengawasi usaha agar tetap dalam keadaan kondusif.

Logistik Ke Luar .

Penyimpanan Hasil Produksi

Torakur Bandungan tidak melakukan kegiatan berupa penyimpanan hasil produksi. Alasan tidak adanya kegiatan penyimpanan hasil produksi karena unit usaha berproduksi hanya saat ada permintaan dari konsumen.

Pengepakan Produk

Torakur Bandungan melakukan aktivitas berupa pengepakan hasil produksi. Alasan dilakukan pengepakan produk adalah sebagai identitas dari merk Torakur Bandungan. Pengepakan produk juga penting untuk kepentingan pemasaran dan penjualan produk. Jumlah pak yang disediakan oleh Torakur Bandungan pada setiap pengepakan produk disesuaikan dengan permintaan. Kegiatan pengepakan berlangsung di belakang rumah pemilik Torakur Bandungan. Bahan yang digunakan dalam melakukan pengepakan berupa kertas kardus . Alasan menggunakan kertas kardus karena lebih praktis dan lebih digemari oleh konsumen dibanding bahan lain. Torakur Bandungan pernah mengganti beberapa kali bahan kemasan untuk pengepakan produk. Pertama Torakur Bandungan menggunakan mika dan berubah menjadi bentuk mangkok berbahan mika, kemudian sempat menggunakan berwujud toples dan sampai sekarang tetap konsisten menggunakan kardus.

(37)

25 dijemur lagi hingga cukup kering untuk dikemas. Proses pengepakan produk setelah disortasi produk dimasukkan ke dalam plastik untuk kemudian disegel dengan menggunakan sealer. Kemudian torakur yang sudah dimasukkan ke dalam kemasan plastik dimasukkan ke dalam kardus bersama kertas tisu dan tusuk gigi. Setelah itu kardus disegel dengan plastik menggunakan sealer lagi. Hal ini dilakukan untuk menjaga produk tetap kedap udara sehingga dapat tahan lama.

Distribusi Produk

Torakur Bandungan melakukan kegiatan distribusi produk yang dilakukan sesuai dengan permintaan dari pelanggan ataupun untuk mengisi stock di outlet pemasaran. Selain di kedua tempat tersebut Torakur Bandungan juga mendistribusikan produknya ke pasar lokal di Bandungan lewat para pedagang kecil yang tersebar di wilayah obyek wisata yang ada di Bandungan. Torakur Bandungan juga memasarkan produknya sampai ke luar kota. Produk dipasarkan di pusat oleh-oleh di kota-kota besar di Indonesia, seperti di Semarang, Surabaya hingga Bali. Kendala yang dialami oleh Torakur Bandungan dalam melakukan distribusi produk adalah keterlambatan dalam distribusi produk dikarenakan karyawan yang dapat menunggang motor tidak berangkat. Distribusi di dalam wilayah Bandungan menggunakan kendaraan roda dua.

Pemasaran dan Penjualan

Penetapan Harga

Torakur Bandungan melakukan aktivitas berupa penetapan harga. Penetapan harga dilakukan karena menurut pemilik harga makanan di Indonesia sulit mengalami kenaikan secara langsung. Perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap input produksi lain. Harga yang ditetapkan untuk tomat rasa kurma dari Torakur Bandungan sebesar Rp 15.000,00 per pak dengan berat 250 gram. Harga tersebut dipatok dari analisis usaha yang dilakukan oleh Pak Hadiarso selaku salah satu pemilik.

Analisis usaha dilakukan dengan menghitung biaya produksi produk dan disesuaikan dengan fluktuasi harga. Analisis usaha dilakukan tiap tahun atau apabila terdapat kejadian luar biasa seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengalami kenaikan sehingga berpengaruh besar pada biaya produksi. Manfaat dilakukan penetapan harga bagi usaha adalah usaha dapat menjual produk tanpa harus merugikan pihak usaha sebagai produsen ataupun para konsumen karena harga yang telah ditetapkan berada di kisaran yang masuk akal.

Promosi

(38)

26

semuanya gratis apabila melauli jalur peliputan televisi. Penanggungjawab untuk kegiatan promosi adalah pemilik usaha.

Target promosi ditujukan kepada masyarakat umum tanpa adanya segmentasi. Promosi sering dilakukan pada saat ada event / acara yang diselenggarakan oleh dinas ataupun pihak lain yang terkait dengan kegiatan UMKM. Perbedaan penjualan antara melakukan kegiatan promosi dengan tidak melakukan kegiatan promosi adalah masyarakat menjadi lebih tertarik dan dapat meningkat brand awareness yang berdampak pada penjualan dan apabila puas dapat meningkat menjadi loyal. Keuntungan melakukan kegiatan promosi bagi unit usaha adalah dapat lebih dikenal oleh masyarakat. Kerugian melakukan kegiatan promosi bagi unit usaha adalah biaya pameran yang mahal dan ditambah dengan pengunjung pameran yang relatif sedikit dan tidak membeli.

Kemitraan

Torakur Bandungan melakukan aktivitas berupa kemitraan. Kemitraan dilakukan oleh Torakur Bandungan agar dapat memeprluas jaringan pemasaran hingga ke luar wilayah Kabupaten Semarang. Kemitraan yang dijalin oleh Torakur Bandungan adalah dengan pemilik gerai oleh-oleh yang ada di kota besar Indonesia seperti Semarang, Surabaya dan Bali.Pemilihan mitra bisnis dikarenakan pihak terkait dapat mengakomodir kepentingan pemasaran dari Torakur Bandungan.

Poin kemitraan yang disepakati oleh Torakur Bandungan dan mitra bisnis adalah mengenai sistem pemesanan dan pembayaran produk.Peluang kemitraan di luar kota dibuka oleh Torakur Bandungan sejak tahun 2005 dan berhenti sejak tahun 2012 lalu. Pada akhir 2014 Torakur Bandungan sudah ada pembicaraan dengan mitra bisnis baru dan akan tercapai dalam waktu dekat. Mitra usaha tersebar di wilayah Bandungan dan ada satu dari luar kota yaitu dari Bali. Keuntungan melakukan kemitraan bagi Torakur Bandungan adalah mendapat pemasaran gratis dan brand produk dapat lebih dikenal masyarakat luas.

Pelayanan

Umpan Balik

Torakur Bandungan melakukan kegiatan berupa membuka layanan kritik dan saran. Alasan unit usaha membuka layanan kritik dan saran adalah Torakur Bandungan ingin selalu berimprovisasi dalam menjalankan usaha. Contoh kasus pada dahulu Torakur Bandungan menggunakan timbangan manual untuk mengukur berat produk. Kemudian ada pelanggan yang mengusulkan untuk menggunakan timbangan digital agar lebih presisi dalam mengukur berat produk. Pemilik menerima usul tersebut dan memakainya hingga sekarang.

(39)

27 adalah memperbaiki mutu dari produk dan dapat sebagai bahan instropeksi agar lebih berhati-hati di masa depan. Bagi pelanggan kritik dan saran berguna sebagai media agar lebih dekat dengan Torakur Bandungan dan membantu Torakur Bandungan berkembang lebih baik lagi.

Aktivitas Pendukung

Infrastruktur

Tempat Produksi

Torakur Bandungan memiliki tempat produksi sendiri. Alamat tempat produksi berada di Jalan Cempaka Nomor 25 Rt 5 Rw VI Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Luas bangunan dan luas tanah tempat produksi seluas 600 m2. Tempat produksi berdiri tahun 2007. Tempat produksi terdiri atas ruangan untuk melakukan kegiatan sortasi tomat, ruangan untuk penyimpanan tomat, ruangan untuk pemasakan tomat dan ruangan untuk penjemuran tomat.

Sarana Transportasi

Torakur Bandungan memiliki sarana transportasi.untuk menunjang usaha. Kendaraan yang digunakan adalah motor dan mobil untuk keperluan transportasi. Alat transportasi yang digunakan sesuai dengan jumlah pak yang akan dikirim. Apabila akan mengangkut kurang dari 100 pak maka motor yang akan digunakan. Apabila akan mengangkut lebih dari 100 pak maka mobil yang akan digunakan. Biaya angkut yang dikenakan oleh Torakur Bandungan gratis untuk wilayah lokal di kawasan Bandungan. Untuk biaya angkut di luar kota dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 500,00 per pak.

Modal Usaha

Modal usaha yang dimiliki oleh Torakur Bandungan memiliki komposisi 50/50. 50 persen modal awal berawal dari modal pemilik sendiri dan 50 persen modal sisa berasal dari pinjaman dari bank. Bank yang dipilih sebagai mitra usaha adalah dari bank BRI dan Bank BPD Jateng. Modal awal sebesar 100 juta disuntikkan untuk menunjang usaha Torakur dapat berkembang hingga sekarang.

Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Perusahaan

Gambar

Gambar 2  Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 5  Cara Perhitungan Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Berdasarkan Metode
Tabel 6  Perhitungan Nilai Tambah Torakur

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi aktual dari hutan rakyat, mengestimasi nilai ekonominya, menganalisis kelembagaan pengelolaan dan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat disparitas pembangunan daerah dan besarnya pengaruh Belanja Daerah, Tingkat Pengangguran terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pembuatan gelatin dari tulang ikan tuna menggunakan asam klorida serta menganalisis sifat fisika kimia gelatin yang

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pembuatan gelatin dari tulang ikan tuna menggunakan asam klorida serta menganalisis sifat fisika kimia gelatin yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari

Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk menganalisis biaya yang dikeluarkan petani dalam mengolah kelapa menjadi kopra dan untuk mengetahui nilai tambah

Transportasi pada rantai pasokan daging rajungan studi kasus PT Windika Utama, Semarang Jawa Tengah adalah transportasi pengiriman daging rajungan yang berasal dari

Tujuan dari tulisan ini adalah melakukan analisis nilai tambah dan pengukuran kinerja rantai pasok agroindustri minyak kelapa di Kabupaten padang pariaman..