• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN GENDANG SARUNE PADA UPACARA SIMATE-MATE DALAM MASYARAKAT KARO SINGALOR LAU (PERBESI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN GENDANG SARUNE PADA UPACARA SIMATE-MATE DALAM MASYARAKAT KARO SINGALOR LAU (PERBESI."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN GENDANG SARUNE PADA UPACARA

SIMATE-MATE DALAM MASYARAKAT KARO

SINGALOR LAU (PERBESI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DIAN PRAMANA BANGUN NIM. 081222510043

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

DIAN PRAMANA BANGUN. NIM. 081222510043. BENTUK PENYAJIAN GENDANG SARUNE PADA UPACARA SIMATE – MATE DALAM MASYARAKAT KARO SINGALOR LAU (PERBESI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan bentuk penyajian ensambel Gendang Sarune pada upacara Simate – mate pada masyarakata Karo Singalor Lau.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel pada penelitian ini adalah 5 orang pemusik Gendang Sarunei, 1 orang Moderator, 2 orang Kalimbubu, 2 orang Anak Beru, 4 orang Sukut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, visual dan studi kepustakaan yang dilakukan langsung terhadap pemusik ensambel Gendang Sarune.

Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa ensambel Gendang Sarune merupakan ensambel musik yang senantiasa berperan dalam setiap acara adat istiadat dan ritual yang ada di tanah Karo. Ensambel Gendang Sarune terdiri dari lima instrument yang dimainkan sejalan dan tidak bisa dipisahkan. Tangga nada pada ensambel Gendang Sarune didominasi oleh tangga nada minor ditambah rengget (melisma) baik dalam bernyanyi maupun dalam instrument musik. Ensambel Gendang Sarune memiliki tiga tempo dasar yaitu tempo simalungun rayat, odak – odak, dan patam – patam. Pada saat ini penggunaan ensambel Gendang Sarune semakin menurun karena pengaruh instrument Keyboard.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan Kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul “Bentuk Penyajian Gendang Sarune Pada Upacara Simate – mate Dalam

Masyarakat Karo Singalor Lau (Perbesi)”.

Tujuan dari Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Musik

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Sebagai manusia yang

memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih

jauh dari sempurna baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun dari

penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai

kesulitan. Namun berkat doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati

mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. Selaku Rektor Universitas Negeri

Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Uyuni Widyastuti, M.Pd selaku ketua Jurusan Sendratasik

4. Panji Suroso M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Musik

5. Tuti Rahayu, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Adina Sastra

(8)

6. Bapak / ibu Dosen Pendidikan Prodi Musik Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses

pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.

7. Kepala Desa Perbesi ibu E.F Deborah Sembiring yang banyak memberi

pengarahan dalam penelitian ini.

8. Teristimewa buat kedua orang tua penulis tercinta S. Bangun dan R. Tarigan

terimakasih buat Doa, kasih sayang dan dukungannya selama ini sehingga

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai kepada Skripsi.

9. Buat adik penulis Simon Thambar Malem Bangoen terimakasih buat bantuan

dan sarannya selama ini.

10. Buat kedua kakak sekaligus impal penulis Liana Tarigan Sibero dan Astuti

Kencana Tarigan Sibero terimakasih buat doa,semangat dan dukungannya

selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai

kepada Skripsi.

11. Kepada Teman – teman stambuk 08, Teger Bangoen, Yobi Black,

Haholongan Marsonti silalahi, Fenty Amelia, Ade Uci Nainggolan dan teman

tongkrongan Rikson Mataniari, Ujong Lapendos, Franstono, Nando, Agus

show room terimakasih atas doa, saran, ide, dan dukungan kalian.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak

yang turut membantu dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

b. Gendang Singanaki dan Gendang Singindungi ... 11

c. Penganak dan Gung ... 12

6. Pengertian Upacara Kematian ... 13

7. Masyarakat Singalor Lau ( Perbesi) ... 14

B.Kerangka Konseptual ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 17

A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

(10)

1. Populasi ... 17

4. Bentuk Umum Tempo dalam Ensambel Gendang Sarune ... 38

5. Perkembangan Gendang Sarune ... 39

C.Proses Bentuk Penyajian Gendang ... 44

D.Fungsi Gendang Sarune ... 44

1. Simelungen Rayat ... 46

2. Mari – Mari ... 48

(11)

4. Patam – patam ... 50

5. Keselukken ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A.Kesimpulan ... 52

B.Saran ... 53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau,

dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta

budayanya.Keberagaman budaya yang ada di Indonesia melahirkan suatu

adat-istiadat yang menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku disetiap

daerah.Sebagai bangsa yang besar Indonesia juga dikenal dengan adat dan

kesenian yang beragam.Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi yang ada di

Indonesia dan juga mempunyai banyak Etnis, salah satunya adalah etnis Batak.

Etnis Batak terbagi atas 6 kelompok suku, yaitu Batak Toba, Batak Simalungun,

Batak Karo, Batak Pak Pak, Batak Mandailing, Batak Angkola. diantara keenam

Suku Batak tersebut mempunyai kebudayaan dan kesenian yang berbeda-beda,

seperti halnya yang ada pada Suku Batak Karo. Suku Karo mendiami beberapa

daerah yang meliputi Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli

Serdang, Kabupaten Dairi.Semuanya berada di Provinsi Sumatera Utara. Nama

Suku ini dijadikan sebagai nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka

diami yaitu Kabupaten Karo yang terletak di dataran tinggi Tanah Karo.

Berdasarkan wilayah Geografis, sebagian besar masyarakat Karo mendiami

daerah Kabupaten Karo (meliputi Kabupaten Karo dan sekitarnya).

Karo adalah salah satu suku dari etnis Batak yang juga memiliki ciri khas

tersendiri. Ibu kota dari Kabupaten Karo adalah Kabanjahe terdiri dari 13

Kecamatan yakni : Kecamatan Barusjahe, Kecamatan Tiga Panah, Kecamatan

(14)

Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Kuta Buluh, Kecamatan

Payung, Kecamatan Munte, Kecamatan Juhar, Kecamatan Berastagi, Kecamatan

Simpang Empat, Kecamatan Naman Teran, Kecamatan Merdeka, dan Kecamatan

Merek. Di dalam masyarakat Karo ada istilah sebutan/panggilan, Karo Gugung(

yaitu yang menetap disekitar gunung, Karo Singalor Lau yaitu yang menetap di

daerah aliran sungai dan Karo Jahe yaitu yang menetap jauh dari dataran tinggi

pegunungan.

Kesenian merupakan satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat,

hal itu terlihat dari ornamen-ornamen yang ada pada rumah adat Karo, bahkan

peralatan masak yang terbuat dari bambu biasanya diukir dengan

ornamen-ornamen Karo yang semuanya mempunyai arti.Masyarakat Karo mempunyai

kesenian yang sangat kaya yang mereka peroleh dari leluhurnya secara turun

temurun.Warisan budaya tersebut antara lain seperti seni musik, sastra (cerita

rakyat, pantun), tari, ukir (pahat).Dalam kesenian tradisional Karo khususnya Seni

Musik ada dua ansambel yang begitu populer di kalangan masyarakat yaitu

ansambel Gendang Sarune dan Ansambel Gendang Kulcapi. Selain kedua

ansambel tersebut dikenal juga beberapa seni suara yang sampai saat ini masih

sering dipakai pada pesta ritual pada masayarakat Karo diantaranya :Doah-doah

(ungkapan kasih sayang), Didong Doah (ungkapan seorang bibi/saudara

perempuan dari ayah kepada permen nya/anak dari ayah), Io-io (ungkapan

dukanya hidup).

Kehidupan masyarakat Karo sangat melekat dengan kebudayaannya yang

(15)

diantaranya yaitu ; Seni Musik,Tari,Ukir,Tenun,Sastra. Seni Musik adalah salah

satu kesenian yang sangat melekat pada kehidupan masyarakat suku Karo.Ruang

lingkup musik mencakup beberapa aspek yaitu kemampuan untuk menguasai olah

vokal, kemampuan memainkan alat musik, dan kemampuan untuk

mengapresiasikan karya musik yang dibuat. Musik merupakan media untuk

pengungkapan ide atau gagasan melalui bunyi yang berbentuk unsur dasarnya

berupa irama, melodi dan harmoni.Bagi masyarakat Karo musik digunakan dalam

setiap kegiatan yang berkaitan dengan segala aktivitas yang mereka lakukan

misalnya ; dalam acara adat, hiburan dan pertunjukan. Bagi mereka musik

menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan-kegiatan yang mereka

lakukan.Bentuk-bentuk musik yang dimainkan sesuai dengan tujuan dan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

Gendang Saruneadalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari

dataran tinggi Karo.Seni tradisional ini merupakan gendang yang paling populer

dikalangan masyarakat Karo, hal ini bisa dilihat dari upacara-upacara adat seperti

pesta orang meninggal, memasuki rumah baru, pesta tahunan.Dan sampai saat ini

keberadaan gendang sarune di daerah singalor lau masih ada.

(16)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan hal-hal yang menjadi pertanyaan bagi para

peneliti untuk dicari jawabannya.Identifikasi diperlukan untuk melihat apa-apa

saja yang ada dalam latar belakang.Munculnya identifikasi masalah berarti upaya

untuk mendekatkan permasalahan sehingga masalah yang dibahas tidak meluas

dan melebar. A.Aziz Alimun (2007:30) menyatakan bahwa :“Masalah adalah

bagian penting dari suatu penelitian karna masalah membutuhkan suatu proses

pemecahan yang sistematis, logis dan ilmiah dengan menerapakan sientific

method, proses ilmiah tersebut akan selalu dikembangkan sejak identifikasi masalah”.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat M. Hariwijaya (2008:38) yang mengatakan bahwa : “Berikutnya adalah mencari titik masalah yang akan dikaji

dalam penelitian skripsi anda, sikap kritis dalam menemukan masalah merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap peneliti, dan suatu penelitian selalu diawali dengan langkah mengindentifikasikan masalah”.

Kedua pendapat yang dikemukakan diatas sejalan untuk memunculkan identifikasi masalah. Dari latar belakang yang penulis kemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan menjadi beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Bagaimana bentuk penyajian Gendang Sarune pada Upacara Simate-mate di Desa Perbesi?

2. Bagaimana fungsi Gendang Sarune pada Upacara Simate-mate di Desa Perbesi?

3. Bagaimana Keberadaan Gendang Sarune pada Upacara Simate-mate di

(17)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan masalah dari

penelitian yangakan diteliti.Batasan masalah ini berguna untuk

mengindentifikasikan faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup

masalah penelitian dan faktor mana yang tidak termasuk dalam ruang lingkup

penelitian.

Menurut pendapat Sukardi (2003:30) mengatakan bahwa :“Dalam

merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah

bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati

dan jeli mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian dan dirangkum kedalam pertanyaan yang jelas”.

Maka untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus dan tidak

melebar, maka peneliti menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Keberadaan Gendang Sarune pada Upacara Simate-mate di

Desa Perbesi?

2. Bagaimana bentuk penyajian Gendang Sarune pada Upacara Simate-mate

di Desa Perbesi?

3. Bagaimana fungsi upacara Gendang Sarune pada Upacara Simate-mate di Desa Perbesi?

D. Perumusan Masalah

Menurut pendapat Sumadi (2005:17) setelah masalah diindentifikasi dan

dipilih maka perlu dirumuskan. Perumusan ini penting karena hasilnya akan

(18)

masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan

masalah dapar dirumuskan bagaimana bentuk penyajian Gendang Sarune pada

upacara Simate-mate di desa Perbesi.

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian tentu berorientasi pada tujuan, karena dengan

mengetahui tujuan arah dari penelitian itu akan jelas. Adapun yang menjadi tujuan

ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan keberadaan Gendang Sarune di Desa Perbesi Kabupaten

Karo.

2. Mendeskripsikan bentuk penyajian Gendang Sarune pada Upacara

Simate-mate di Desa Perbesi Kabupaten Karo.

3. Mendeskripsikan fungsiupacara Gendang Sarune pada upacara

Simate-mate di desa Perbesi Kabupaten Karo.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan nantinya memiliki manfaat

sebagai berikut :

1. Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan nantinya memiliki manfaat sebagai berikut :

2. Sebagai informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi

dan misi kebudayaan khususnya didalam bidang musik tradisonal.

3. Sebagai sumber informasi semua pihak tentang suatu potensi kesenian

(19)

4. Sebagai motivasi bagi setiap pembaca khususnya generasi muda

masyarakat Suku Karo untuk melestarikan keberadaan alat musik

tradisionalnya yang sudah mulai diabaikan.

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan dan saran – saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Hubungan kekerabatan yang paling mendasar pada masyarakat Karo

dikenal dengan Rakut si telu (ikatan yang tiga) yaitu Sukut, Kalimbubu dan

Anak Beru yang menjadi dasar dalam Tutur pada masyarakat Karo.

Upacara kematian dengan menggunakan Gendang Sarune masih sering

dilaksanakan oleh masyarakat Karo khususnya di daerah Singalor Lau.

2. Adanya perbedaan tempo dalam bentuk penyajian Gendang Sarune di

daerah Singalor Lau dengan daerah lainnya seperti di daerah Berastagi,

Kabanjahe dan Medan yaitu untuk di daerah Singalor Lau lebih cepat.

3. Gendang Sarune mempunyai reportoar khusus serta memiliki peran dalam

upacara Simate – mate, adapun reportoar tersebut adalah Simelungen Rayat

Mari – mari, Odak – odak, Patam - patam dan Peselukken.Pemberian

(21)

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

diajukan saran – saran sebagai berikut:

1. Gendang Sarune merupakan salah satu ensambel yang sudah di wariskan

oleh nenek moyang kita yang harus dijaga dan tetap dipertahankan

kedudukannya dalam kesenian musik tradisional Karo.

2. Upacara Simate – mate sebagai salah satu tradisi budaya Karo perlu

mendapat perhatian dari dinas kebudayaan dan pariwisata, karena hal ini

bisa saja membuat wisatawan lokal maupun mancanegara merasa tertarik

untuk berkunjung dan meneliti budaya Karo.

3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya jangan

menghilangkan peranan alat musik tradisional Karo dengan instrument

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 :Protokol Mengatur Proses Jalannya Upacara Simate – Mate Sambil Diiringi Musik

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian,Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Bangun,Pranata,Teger.(2014).”Pembelajaran Ensambel Gendang Telu

Sendalanen Dalam Ekstrakurikuler SMP Masehi Brastagi”.Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Djelantik,(1999).Estetika : Sejarah Pengantar,Bandung :Penerbit Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Ginting,Joosten.Leo.(2014) Tanah Karo Selayang Pandang, Medan, Penerbit Bina Media Perintis.

Hadelli.(2006).Metode Penelitian Kependidikan,Padang:Penerbit Quantum.

Havilland.A.William.(1999).Function and Form of Presentation of Monical Traditions.

Kartono,dkk.2004. Berkreasi Seni. Jakarta : Ganeca Exact.

Siagian,L.Siagian.(2004) Gong, Jakarta, Penerbit Lembaga Pendidikan Nusantara(LPSN).

Sugiyono. (2008) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, jakarta, Penerbit ALFABETA.

Supranto.(2004).Prosedur Penelitian,Jakarta:Penerbit PT.Rineka Cipta.

Silangit,Tarigan,Brevin.(2011).”Ansambel Gendang Sarune Pada Masyarakat Karo

:Studi Kasus Pembawa Trance Pada Ritual Ritual Erpangir Ku Lau Sosio

Budaya di Lau Debuk-Debuk ”.Medan:Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Sebayang,Alexsander.(1999).”Keberadaan Gendang Sarune Pada Pesta Guro-Guro Aron di Desa Kuala”. Medan:Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Sembiring,Saberina,Nova,Nia.(2013).”Peranan Nyanyian Katonag-Katonang Dalam Upacara Kematian Adat Karo Pada Masyarakat Karo”.:Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Sitepu,Cynthia.(2013).”Peranann Gendang Sarune Dalam Tari Topeng

Gundala-Gundala Seberaya di Desa Tiga Panah Kabupaten Karo”.Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Gambar

Gambar 1 ................................................................................................
Gambar 1 :Protokol Mengatur Proses Jalannya Upacara Simate – Mate Sambil Diiringi Musik

Referensi

Dokumen terkait

Herlina : Makna Antarpersona Dalam Teks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Karo, 2007 USU Repository © 2008... Herlina : Makna Antarpersona Dalam Teks Upacara Perkawinan

1. Upacara Pajonjong Baringin adalah salah satu kegiatan dalam upacara adat untuk kematian bagi masyarakat Batak Toba. Upacara ini dilakukan apabila kematian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diuraikan bahwa pada dasarnya upacara adat ngeletarken berdasarkan tujuan dan waktu pelaksanaan dari upacara adat ngeletarken

Skripsi ini berjudul ―Analisis Fungsi dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat pakpak di Desa Natam Jehe, Kecamatan

Gendang Mengkerboi dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat pakpak di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.‖ Tujuan utama skripsi ini

Skripsi ini berjudul ―Analisis Fungsi dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat pakpak di Desa Natam Jehe, Kecamatan

Namun dalam upacara perkawinan yang menjadi korpus dalam penelitian ini perkolong-kolong disajikan juga pada awal acara adu pengantin (kedua pengantin menari dan

Fungsi gandha dalam prosesi upacara adat posuo salah satunya adalah sebagai pengiring tarian, dimana tabuhan gandha linda sebagai tabuhan pembuka dalam prosesi