• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur Di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur Di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODAL BERGULIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SAYUR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)

SKRIPSI

Oleh : YENNY LELY

030304010 SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2007

Yenny Lely : Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur Di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan), 2007

(2)

PENGARUH MODAL BERGULIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SAYUR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)

SKRIPSI

Oleh : YENNY LELY

030304010 SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan

(Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)

Nama : Yenny Lely

NIM : 030304010

Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh: Komisis Pembimbing

(H.M. Mozart B Darus, M.Sc) (Emalisa, SP., M.Si) Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(Ir. Lily Fauziah., M.Si) Ketua Departemen

(4)

RINGKASAN

YENNY LELY (030304010/sep/Agribisnis), judul skripsi “Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M Mozart B Darus, M.Sc, sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP., M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga November 2007. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dan pengambilan sampel dengan metode acak sederhana. Petani sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis uji beda rata-rata.

Dari hasil penelitian diperoleh :

1.a. Petani memperoleh informasi modal bergulir dari Dinas Pertanian Kota Medan melalui PPL. Pengajuan untuk mendapatkan modal bergulir cukup diwakilkan kepada ketua kelompok tani dan tidak memerlukan persyaratan yang sulit, sehingga untuk mendapatkan modal bergulir dapat dikatakan mudah.

1.b. Petani di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan), sehingga diperoleh produksi yang meningkat dari sebelum menggunakan modal bergulir dan perawatan tanaman lebih intensif.

1.c. Tingkat pengembalian modal bergulir di dua daerah penelitian berbeda. Tingkat pengembalian modal bergulir Kelompok Tani Sedar Kelurahan Terjun lebih lancar dari tingkat pengembalian Kelompok Tani Serba Jadi Kelurahan Tanah Enam Ratus.

2. Tidak ada pembinaan khusus dari PPL kepada petani penerima modal bergulir tentang penggunaan modal bergulir dalam pengelolaan usahanya dan kelancaran administrasi pengembalian modal bergulir.

3. Dari hasil analisis uji beda terdapat perbedaan nyata biaya sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan) sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Hasil yang diperoleh biaya sarana produksi petani meningkat setelah menggunakan modal bergulir, yaitu diperoleh hasil untuk Kelompok Tani Serba Jadi Kelurahan Tanah Enam Ratus thitung sebesar -11,274 lebih

kecil dari ttabel sebesar -2,178, dan hasil yang diperoleh Kelompok Tani

Sedar Kelurahan Terjun thitung sebesar -10,020 lebih kecil dari ttabel sebesar

-2,776

4 Dari hasil analisis uji beda terdapat perbedaan nyata pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Hasil yang diperoleh pendapatan petani meningkat setelah menggunakan modal bergulir, yaitu diperoleh hasil untuk Kelompok Tani Serba Jadi Kelurahan Tanah Enam Ratus thitung sebesar -2,318 lebih kecil dari ttabel sebesar -2,178, dan hasil

yang diperoleh Kelompok Tani Sedar Kelurahan Terjun thitung sebesar

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Juli 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Alfian dan Ibu Asnah Saragih.

Pendidikan yang ditempuh penulis sebagai berikut :

1. Tahun 1991 – 1997 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Dr.Wahidin Sudirohusodo.

2. Tahun 1997 – 2000 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Dr. Wahidin Sudirohusodo.

3. Tahun 2000 - 2003 menyelasaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Medan.

4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jalur SPMB.

5. Bulan Juli - Agustus 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sempung Polling Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Modal Bergulir Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Lily Fauziah selaku ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan terima kasih juga

kepada Bapak H.M. Mozart B Darus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP., M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada seluruh pihak yang memberikan data dan informasi di Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga serta teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat diterima oleh kita semua.

Medan, Februari 2008

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Landasa Teori... 12

2.3. Kerangka Pemikiran... 15

2.4. Hipotesis Penelitian ... 18

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penetuan Daerah Penelitian ... 19

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.3. Metode Pengumpulan Data... 20

3.4. Metode Analisis Data... 21

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... 24

Luas dan Letak Geografis ... 24

Keadaan Penduduk... 25

Penggunaan Tanah ... 29

Sarana dan Prasarana ... 30

(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Kegiatan Modal Bergulir di Daerah Penelitian ... 36

Cara Mendapatkan Modal Bergulir... 36

Penggunaan Modal Bergulir ... 38

Tingkat Pengembalian Modal Bergulir... 39

5.2. Program Pembinaan Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Bagi Petani Penerima Modal Bergulir... 41

5.3. Analisis Perbedaan Biaya Sarana Produksi (benih, pupuk dan obat-obatan) Usahatani Sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir ... 42

5.4. Analisis Perbedaan Pendapatan Petani Sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir ... 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

1. Luas Areal Pertanian dan Luas Panenan Menurut Kecamatan di Kota

Medan Tahun 2005... 4

2. Potensi Pertanahan Pertanian Sayuran DI Kecamatan Medan Marelan... 5

3. Distribusi Populasi dan Sampel... 20

4. Matriks Metode Pengumpulan Data... 21

5. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 25

6. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 26

7. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Terjun ... 27

8. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Terjun ... 28

9 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 29

10. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Terjun... 29

11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanah Enam Ratus... 30

12. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Terjun ... 31

13. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007 ... 32

14.Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007 ... 34

15.Tingkat Pengembalian Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004 ... 39

16.Tingkat Pengembalian Modal Bergulir di Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2005... 40

17.Analisis Uji Beda Biaya Sarana Produksi Usahatani Sayur Sebelum (Musim Tanam Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2005)di Kelurahan Tanah Enam Ratus... 43

(10)

19.Analisis Uji Beda Pendapatan Petani Sayur Sebelum (Musim Tanam Maret-Mei 2004) dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir (Musim Tanam Juni-Agustus 2005) di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 48 20.Analisis Uji Beda Pendapatan Petani Sayur Sebelum (Musim Tanam

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Petani Sampel Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi dan Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2007

2. Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

3. Penerimaan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Penerimaan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

4. Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

5. Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

6. Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

7. Biaya Pupuk Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

8. Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

9. Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 10. Biaya Obat-obatan Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus

(13)

11. Biaya Obat-obatan Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

12. Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 13. Total Biaya Sarana Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Sarana Produksi Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 14. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 15. Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok

Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

16. Biaya Penyusutan Alat-alat Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Penyusutan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

17. Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

18. Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Sebelum Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

19. Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Produktivitas Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

(14)

21. Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Benih Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

22. Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

23. Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Pupuk Usahatani Sawi Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

24. Biaya Pupuk Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

25. Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Pupuk Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

26. Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Obat-obatan Usahatani Bayam Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 27. Biaya Obat-obatan Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Obat-obatan Usahatani Sawi Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

28. Biaya Obat-obatan Usahatani Kangkung Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004

29. Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Obat-obatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 30. Total Biaya Sarana Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus

(15)

31. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Curahan Tenaga Kerja Usahatani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005 32. Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok

Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Tenaga Kerja Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

33. Biaya Penyusutan Alat-alat Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Biaya Penyusutan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

34. Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Total Biaya Produksi Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

35. Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2004 dan Pendapatan Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Setelah Menggunakan Modal Bergulir Tahun 2005

36. Peminjaman dan Pengembalian Modal Bergulir Petani Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004/2005 dan Peminjaman dan Pengembalian Modal Bergulir Petani Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2005/2006

37. Penggunaan Modal Bergulir Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004 dan Penggunaan Modal Bergulir Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Tahun 2005

38. Hasil Kuisioner Pertanyaan Tentang Cara Petani Sayur Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Memperoleh Modal Bergulir

39. Hasil Kuisioner Pertanyaan Tentang Cara Petani Sayur Kelurahan Terjun Kelompok Tani Sedar Memperoleh Modal Bergulir

40. Analisis Uji Beda Biaya Sarana Produksi (benih,pupuk dan obat-obatan) Usahatani sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus

(16)

42. Analisis Uji Beda Pendapatan Petani sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus

43. Analisis Uji Beda Pendapatan Petani sayur Sebelum dan Setelah Menggunakan Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

Pembangunan pertanian akan memperkuat dan menyumbang ekonomi secara

menyeluruh. Oleh karena itu, sektor pertanian perlu mendapat perhatian karena

sebagian besar penduduk Indonesia hidup pada sektor ini, dan kontribusinya yang

sangat tinggi dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, penyediaan

pangan, penurunan kemiskinan, dan penyediaan bahan baku dalam sektor–sektor

industri.

Untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

atau untuk mencapai masyarakat yang memiliki industri yang kuat harus didasari

dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh sehingga perekonomian

nasional akan menjadi tangguh, dengan memperkuat sektor pertanian ini

menunjukkan bahwa perekonomian nasional berupaya untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat banyak dan ini watak ekonomi kerakyatan yang harus

tercermin dalam keseluruhan kegiatan dan pelaksanaan pembangunan.

Dalam PJP I sektor pertanian dikatakan sektor yang tangguh karena sektor

pertanian telah mampu menjadi :

1. Penghasil bahan pangan.

2. Penyediaan lapangan kerja, bahkan kini sektor pertanian masih

(18)

3. Pendorong munculnya kesempatan berusaha dan bahkan pesatnya

industripun sebagian besar berasal dari industri yang berbahan baku hasil

pertanian.

4. Penyedian faktor produksi dan bahkan industri bahan baku seperti industri

peralatan pertanian dan pupuk kini berkembang pesat karena

berkembangnya sektor pertanian ini.

5. Penghasil devisa yang cukup besar dan bahkan sejak tahun 1986/1987

ekspor nonmigas lebih besar dari ekspor migas.

(Soekartawi, 1999).

Pada masa sekarang sebagian besar dari petani berada dalam posisi yang

lemah di mana tingkat pendidikan, keterampilan yang dikuasai dan terutama

modal yang ada sangat terbatas. Keterbatasan ketiga hal tersebut menyebabkan

kecilnya hasil usaha pertanian. Untuk mengatasi kekurangan modal, maka petani

akan mencari pinjaman melalui lembaga perkreditan.

Peranan lembaga perkreditan bukan saja sebagai lembaga ikatan antara

golongan yang punya dan yang tidak punya, tetapi ada kalanya merupakan suatu

bentuk tenggang rasa yang dimanfaatkan dalam bentuk modal.

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal, usaha

sudah pasti tidak bisa dilakukan. Modal dibutuhkan untuk proses produksi.

Kecukupan modal mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan

Kekurangan modal akan menyebabkan timbulnya risiko kegagalan atau rendahnya

produksi.

Pada dasarnya pemberian kredit diarahkan untuk meningkatkan produksi

(19)

meningkatnya produksi diharapkan dapat terjadi peningkatan pendapatan petani.

Untuk itu, pemerintah berperan dalam penciptaan program kredit bagi petani. Hal

ini juga yang mendorong pemerintah Kota Medan memberikan bantuan modal

bagi petani dalam bentuk kredit, yaitu modal bergulir.

Modal bergulir adalah modal pinjaman yang merupakan kebijakan dari

Pemerintah Kota Medan yang dananya bersumber dari APBD Medan yang

disalurkan melalui Dinas Pertanian Kota Medan untuk disalurkan kepada daerah

yang memiliki potensi di bidang pertanian (petani, peternak dan nelayan) dan

industri rumah tangga yang mengelola hasil pertanian.

Program ini telah berjalan dari tahun 2003 sampai sekarang. Kredit ini

sampai sekarang masih digunakan oleh petani karena bunganya yang rendah

(10 %), prosedurnya tidak terlalu rumit dan jaminannya atas nama kelompok,

ketua kelompok yang bertanggung jawab atas anggotanya. Hal ini berbeda jika

petani meminjam kepada bank, di mana prosedur peminjaman rumit dan petani

harus mempunyai agunan sebagai jaminan. Hasil penjualan/pendapatan yang tidak

tetap dan luas lahan yang tidak terlalu besar membuat masyarakat petani di Kota

Medan, khususnya di Kecamatan Medan Marelan sulit untuk meminjam kepada

bank.

Modal bergulir merupakan kredit yang disalurkan melalui kelompok.

Menurut Elfindri dan Zein (2001) pemberian kredit secara kelompok akan

menghasilkan beban bagi penerima kredit lebih ringan, sekaligus resiko

pengembaliannya juga semakin kecil. Dengan arti kata besarnya pengembalian,

beban bunga dan cicilan pokok dapat dikembalikan lebih tepat bilamana

(20)

Di dalam pemberian kredit secara kelompok terdapat pembinaan dari

petugas lapangan (PPL) dalam menciptakan kelompok yang mandiri dalam

usahanya serta memonitor kelompok peminjam dalam kelancaran pengembalian

kredit.

Kecamatan Medan Marelan merupakan daerah yang memiliki lahan

pertanian terluas di Kota Medan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal Pertanian dan Luas Panenan Menurut Kecamatan Di Kota Medan Tahun 2005

Luas Areal (Ha) No Kecamatan

Pertanian Persentase (%) Panenan Persentase(%)

1 Medan Tuntungan 970 11,71 1.372 17,67

Sumber : BPS Sumatera Utara 2006

Pada tabel di atas dapat dilihat Kecamatan Medan Marelan memiliki luas

areal pertanian dan panenan yang terluas di Kota Medan, dengan luas areal

pertanian sebesar 1.990 Ha dengan persentase sebesar 24,03 % dan luas panenan

sebesar 2.102 Ha dengan persentase 27,07 % dari seluruh luas areal pertanian dan

(21)

Kecamatan Medan Marelan memiliki potensi pertanian sayuran, yang

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi Pertanahan Pertanian Sayuran di Kecamatan Medan Marelan

Luas Pertanahan Pertanian Sayuran (Ha)

No Kelurahan

Sawi Kangkung Bayam Timun Terong Kacang

panjang

Sumber : Kantor Camat Medan Marelan 2006

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah seluruh luas pertanian sayuran di

Kecamatan Medan Marelan adalah 463 Ha, dengan luas terbesar di Kelurahan

Tanah Enam Ratus dengan luas 196 Ha dan luas terkecil di Kelurahan Labuhan

Deli yaitu 6 ha. Petani di Kecamatan Medan Marelan menanam lebih dari satu

jenis sayuran di areal pertaniannya, dengan potensi yang ada petani dapat

memanfaatkan fasilitas bantuan modal tersebut untuk membantu usahataninya dan

meningkatkan produksinya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan dalam

kesediannya melayani para ekonomi lemah seperti sektor pertanian yang harus

mendapat perhatian dalam memenuhi kekurangan modal yang dihadapi oleh

petani, telah mendorong penulis untuk mengetahui pengaruh modal bergulir

dalam peningkatan pendapatan petani yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang

(22)

1.2Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

masalah-masalah yang akan diteliti, antara lain :

1. Bagaimana gambaran kegiatan modal bergulir di daerah penelitian ?

2. Bagaimana program pembinaan dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

bagi petani sayur penerima modal bergulir ?

3. Adakah perbedaan biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan)

usahatani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di

daerah penelitian ?

4. Adakah perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah

menggunakan modal bergulir di daerah penelitian ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui gambaran kegiatan modal bergulir di daerah penelitian,

yaitu :

a. Untuk mengetahui cara mendapatkan modal bergulir.

b. Untuk mengetahui cara petani menggunakan modal bergulir.

c. Untuk mengetahui tingkat pengembalian modal bergulir.

2 Untuk mengetahui bagaimana program pembinaan dari PPL (Penyuluh

Pertanian Lapangan) bagi petani sayur penerima modal bergulir.

3 Untuk mengetahui perbedaan biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan

obat-obatan) usahatani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal

(23)

4 Untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan

setelah menggunakan modal bergulir di daerah penelitian

1.4 Kegunaan Penelitan

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan dalam usaha

peningkatan pendapatan petani sayur khususnya di Kecamatan Medan

Marelan.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan dapat digunakan sebagai

pengembangan ilmu.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Uang diterima oleh masyarakat luas sebagai alat bayar dalam transaksi jual

beli, sewa-menyewa, hutang-piutang, bahkan dalam setiap perjanjian yang

mengandung kewajiban pembayaran (Muhammad dan Murniati, 2000).

Kebutuhan akan uang tunai menjadi bagian penting dalam kehidupan

masyarakat, berapapun tingkat subsistensi dan tradisionalitas kehidupan ekonomi

produksi rumah tangga. Pada saat sumberdaya yang dikuasai tidak lagi dianggap

memadai untuk menanggulangi kebutuhan hidup, melakukan pertukaran atau

memperoleh sejumlah uang tunai, maka hubungan pinjam-meminjam merupakan

alternatif utama dalam masyarakat (Gunardi, 1994).

Setiap orang mempunyai kebutuhan dengan ukuran masing-masing.

Kebutuhan akan kesejahteraan hidup tidak terbatas. Oleh karena itu, setiap

pemerintahan negara mengatur politik ekonominya untuk menjunjung warganya

ke derajat hidup yang layak. Segala daya dan upaya dikerahkan dan diciptakan

oleh pemerintah demi kepentingan bangsanya untuk mencapai cita-cita yang

setinggi-tingginya, yaitu dengan pengerahan aparatur-aparaturnya untuk mencapai

tujuan tersebut. Salah satunya adalah bidang perkreditan yang dapat digunakan

sebagai faktor pendorong bagi masyarakat mencapai kemajuan

(Tjiptoadinugroho, 1994).

Dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang,

(25)

menjadi prioritas dalam melakukan program apapun

(Hanani, Ibrahim, dan Purnomo, 2003).

Perekonomian Indonesia sejak dahulu berdasarkan pada satuan-satuan

usaha kecil baik di daerah kota maupun di daerah pedesaan. Mereka adalah para

petani kecil, pengusaha kecil, pedagang kecil dan semua kegiatan produktif

berskala kecil. Setiap perekonomian merupakan susunan piramidal dengan dasar

yang kuat, melebar dan luas, dan merupakan landasan yang luas bagi

pembangunan ini adalah pengembangan golongan usaha kecil dengan pemberian

kredit untuk usaha-usaha produktif (Widjaya, 1999).

Masyarakat petani memiliki dua kebutuhan, yakni kebutuhan ekonomis

dan kebutuhan sosial. Agar dapat hidup layak, seorang petani harus memenuhi

tiga macam kebutuhan, yaitu (1) replacement funds, yaitu dana yang yang

dibutuhkan petani untuk mengganti sarana produksi dan peralatan produksi dan

konsumsi. (2) ceremonial funds, yaitu dana yang dibutuhkan petani untuk

membiayai kegiatan-kegiatan sosial. (3) funds of rent, yaitu petani yang tidak

memiliki tanah sendiri, dana tersebut digunakan untuk menyewa tanah

(Gunardi, 1994).

Pola penerimaan dan pengeluaran petani tidak seirama. Penerimaan

petani diperoleh setelah panen, sedangkan pengeluaran dilakukan setiap hari

untuk perawatan/pemeliharaan tanaman dan memenuhi kebutuhan untuk

mempertahankan kehidupan. Masalah ini sering menimbulkan risiko yang sangat

besar pada petani, kalau biaya tidak dapat dipenuhi secara tepat jumlah maka

akibatnya adalah produksi atau hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan

(26)

Nirschl dan Sticker (2005) mengatakan bahwa kredit merupakan suatu alat

atau cara untuk menciptakan modal. Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa

modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri (equity capital) atau pinjaman

dari pihak lainnya. Modal yang berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut

sebagai utang atau kredit.

Bentuk-bentuk kredit yang lazim diberikan adalah pinjaman musiman dan

pinjaman angsuran. Pinjaman musiman adalah pinjaman yang dibayar kembali

sesudah satu kali atau beberapa kali panen. Sebaliknya, pinjaman angsuran

pelunasannya dilakukan dalam 10 sampai 20 cicilan bulanan.

(Djojohadikusumo, 1989).

Hortikultura sebagai sub sektor pertanian rakyat yang kian lama kian

terbukti urgensinya. Produksi hortikultura akan terus meningkat di tahun-tahun

yang akan datang, yang dengan sendirinya memerlukan penanganan dan produksi

yang lebih besar lagi. Sebab, bukan saja hasil pertanian hortikultura ini

dibutuhkan sebagai bahan makanan oleh masyarakat, namun dalam aspek

produksinya pun melibatkan banyak kehidupan petani dan keluarganya

(Sastraatmadja, 1991).

Budidaya hortikultura tergolong padat modal di dalam penyediaan sarana

produksi, pemeliharaan tanaman dan tenaga kerja. Tanaman sayuran,

bunga-bungaan atau tanaman hias dengan siklus pengolahan yang relatif pendek

membutuhkan modal yang besar. Hal ini menjadi kendala bagi petani hortikultura

yang umumnya lemah di dalam permodalan. Kemudahan fasilitas dana kredit

(27)

banyak menolong petani hortikultura untuk benar-benar berperan sebagai subyek

dalam agribisnis hortikultura (Soekartawi, 1994).

Kredit dapat disalurkan melalui kelompok-kelompok peminjam yang

biasanya tergabung dalam kelompok-kelompok sektor, seperti kelompok tani,

nelayan, pedagang dan sebagainya (Gunardi, 1994).

Pemberian kredit secara kelompok akan menghasilkan beban bagi

penerima kredit lebih ringan karena beban pembiayaan dipikul secara

bersama-sama, sekaligus risiko kemacetan pengembalian kredit kecil. Selain itu proses

pengajuan dan pencicilan kredit dapat diwakili oleh seorang anggota. Sehingga

keterbatasan dari SDM dalam pengurusan dapat dipecahkan melalui mekanisme

ini. Dan dalam kredit melalui kelompok terdapat pembinaan dari petugas lapangan

untuk mengembangkan kelompok dalam menjalankan usahanya. Jadi penyaluran

kredit dengan melibatkan kelompok lebih baik baik dibandingkan penyaluran

kredit secara individu (Elfindri dan Zein, 2001).

Sebagaimana paket-paket kredit bagi usaha kecil lainnya, kredit tidak lagi

disalurkan hanya sebagai kredit. Akan tetapi, disalurkan dalam kerangka

pembinaan nasabah kecil dengan menyertakan sejumlah paket pelatihan,

penyuluhan, maupun bentuk-bentuk penerangan lain yang cukup memberi arti

bagi peningkatan usaha dan diri individu kelompok sasaran itu sendiri. Di dalam

konteks ini, kelompok sasaran secara individual cukup mendapat manfaat sosial

dan secara ekonomis mendapatkan perbaikan tingkat usaha. (Gunardi, 1994).

Bantuan permodalan berupa kredit pada dasarnya harus merupakan daya

rangsang. Pihak yang mendapat bantuan kredit harus dapat menunjukkan prestasi

(28)

Tujuan kredit adalah untuk memperbaiki standar hidup, dengan cara

menyediakan akses kredit bagi peningkatan pendapatan, dengan harapan bisa

membantu usaha pertanian dengan cara menggulirkan dana pinjaman

(Zulkarnain, 2003).

Program kredit yang proses kerjanya dilakukan dengan cara menggulirkan

dana. Itu berarti bahwa modal yang tersedia diberikan dalam bentuk kredit, dan

uang yang dikembalikan dalam bentuk bunga dan pelunasannya dimasukkan lagi

sebagai dana, dan dengan demikian dapat digunakan lagi untuk memberi kredit

berikutnya. Sehingga dana tersebut selalu bisa bergulir di antara program itu

sendiri dan para petani secara berkelanjutan (Nirschl dan Sticker, 2005).

Program pinjaman modal usaha dengan pola dana bergulir yang bunga

pinjamannya cukup rendah ini dapat memberikan bantuan keuangan bagi usaha

produktif dan merangsang kegiatan tersebut di masyarakat sekaligus memupuk

jiwa kewirausahaan. Pinjaman modal ini akan digulirkan dari suatu usaha ke

usaha yang lain sehingga dapat merata dirasakan oleh masayarakat. Dalam jangka

panjang, secara makro meningkatnya ekonomi masyarakat berarti juga akan

meningkatnya perekonomian suatu daerah secara keseluruhan

(Anonimus, 2005).

2.2 Landasan Teori

Sebagai faktor produksi tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha

pertanian. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan. Kecukupan modal

mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan

masukan. Dengan kata lain, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau

(29)

masukan yang diberikan sehingga menimbulkan risiko kegagalan atau rendahnya

hasil yang akan diterima. Tidak dipungkiri bahwa modal suatu saat dan bahkan

sering menjadi masalah dalam pengembangan usaha pertanian. (Daniel, 2002b).

Masalah produksi pertanian di negara-negara yang sedang berkembang

selalu didekati melalui pendekatan ekonomi. Berbagai program seperti program

kredit bagi petani telah diciptakan oleh pemerintah negara-negara yang sedang

berkembang untuk mendorong petani mau meningkatkan produksi mereka

(Soetrisno, 1998).

Kebijakan pemerintah di bidang kredit pertanian bertujuan agar

penggunaan kredit yang tersedia bagi sektor pertanian dapat dipergunakan

seefisien mungkin, artinya kredit bagi pertanian mampu membantu meningkatkan

produksi pertanian setinggi-tingginya. Tujuan ini merupakan tujuan yang bersifat

teknis ekonomis. Tetapi kredit pertanian tidak saja mempunyai tujuan teknis

ekonomi tetapi pada akhirnya mempunyai tujuan lain, yaitu peningkatan

kesejahteraan petani dan masyarakat petani (Mubyarto, 1997).

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Tjiptoadinugroho (1994) yang

mengatakan tujuan pokok dari kredit produksi pertanian dapat dibagi tiga, yaitu :

a. Menambah luasnya tanah yang dapat digarap.

b. Meningkatkan hasil produksi.

c. Meningkatkan pendapatan petani.

Kredit yang terorganisasi dengan baik merupakan suatu persyaratan untuk

menimbulkan dinamisasi kegiatan ekonomi. Kredit mempunyai fungsi pemerata.

Setidak-tidaknya ini berlaku bagi sektor pertanian, yang hingga kini mencakup

(30)

mengatasi masa paceklik dan kekurangan uang, melakukan

pengeluaran-pengeluaran untuk tujuan-tujuan tertentu (menggarap tanah, penanaman serta

pemeliharaan), yang kemudian dapat dibayar kembali (Djojohadikusumo, 1989).

Investasi yang ditanamkan pemerintah pada usaha pembangunan pertanian

diharapkan oleh pemerintah dapat dibayar kembali oleh petani melalui kenaikan

produksi mereka (Soetrisno, 1992).

Pengalaman menunjukkan bahwa rasionalisasi penyaluran kredit melalui

kelompok didasarkan oleh empat alasan, yakni simplifikasi manajemen

penyaluran, minimalisasi biaya penyaluran, minimalisasi risiko tunggakan, dan

multlipikasi manfaat kelompok. Alasan terakhir terutama ditujukan bila

penyaluran kredit dihubungkan dengan aksi pengembangan masyarakat, seperti

penyuluhan, pertukaran pengalaman dan informasi, dan lain-lain. (Gunardi, 1994).

Program-program kredit biasanya mempunyai unsur pendidikan yang

jelas, yang salah satu targetnya adalah mengadakan pembinaan bagi para anggota

peminjam dalam kaitannya dengan pengelolaan uang (Nirschl dan Sticker, 2005).

Pembinaan yang dilakukan terhadap kelompok-kelompok peminjam yaitu

berupa kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dalam pertemuan

nonformal. Pembinaan terhadap kelompok dapat berupa :

1. Pemantapan organisasi, dengan melakukan pengarahan agar kelompok

peminjam menjadi kelompok mandiri.

2. Pemantapan administrasi, dengan jalan melakukan pemeriksaan

pembukuan, membantu pelancaran distribusi kredit, dan memberikan

(31)

3. Pemantapan modal usaha yang dilakukan dengan memberikan motivasi

hidup hemat, mengarahkan penggunaan modal dan kredit, membantu

kelancaran kredit dan penagihan.

4. Pemantapan usaha produktif yang dilakukan dengan jalan memberikan

alternatif pengembangan usaha dan informasi untuk mendapatkan sarana

produksi, membantu memecahkan masalah praktis dalam kegiatan usaha

kelompok, serta monitoring bimbingan pengelolaan usaha anggota

kelompok.

(Gunardi, 1994).

2.3 Kerangka Pemikiran

Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian disamping

tanah, tenaga kerja dan manajemen. Modal bergulir merupakan bantuan modal

bagi petani untuk menjalankan usahataninya.

Modal bergulir ini merupakan bantuan modal dari Pemerintah Kota Medan

yang disalurkan melalui Dinas Pertanian Kota Medan yang sumber dananya

berasal dari APBD Medan kepada daerah atau kecamatan yang memiliki potensi

pertanian. Dana ini digunakan oleh petani untuk melakukan kegiatan produksi

dalam usahataninya dengan tujuan untuk peningkatan produksinya.

Kredit ini hanya dapat diberikan kepada petani sayur yang tergabung

dalam kelompok tani, karena modal bergulir merupakan kredit yang diberikan

melalui kelompok. Pemberian kredit secara kelompok dapat membantu

keterbatasan SDM anggotanya dalam kepengurusan administrasi pengajuan dan

pencicilan, yaitu dengan diwakilkan oleh seorang atau dua orang anggota dari

(32)

sebelumnya digulirkan kepada kelompok lain yang memerlukannya. Hal ini akan

membuat kelompok peminjam lama termotivasi untuk mengembalikan kredit

dengan tepat waktu karena adanya desakan dari kelompok peminjam yang baru

yang ingin menggunakan modal itu, sehingga dalam sistem ini terdapat rasa

toleransi satu dengan yang lain. Selain itu juga dapat memperkecil terjadinya

kredit macet.

Selain bantuan modal, peranan petugas lapangan (PPL) juga diperlukan

untuk melakukan pembinaan kepada petani penerima modal bergulir agar modal

yang diterima dapat dipergunakan secara tepat untuk pengelolaan usahatani, dan

petani dapat mandiri dalam mengelola usahanya, sehingga dalam menjalankan

usahatani berikutnya petani dapat terlepas dari ketergantungan akan penggunaan

kredit. Petugas lapangan yaitu PPL juga berperan memonitor kelancaran

pengembalian modal bergulir.

Modal bergulir tersebut digunakan petani untuk menambah biaya sarana

produksi yang sangat menentukan hasil produksi yang diperoleh. Nilai output

(hasil produksi) adalah penerimaan serta pendapatan usahatani. Peranan modal

bergulir bertujuan meningkatkan output baik kuantitas maupun kualitasnya.

Modal bergulir diberikan untuk membantu permodalan usahatani,

sehingga dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Perolehan

pendapatan yang diterima oleh petani sebagiannya dapat digunakan untuk

membayar pinjaman modal bergulir secara mencicil. Dengan pendapatan yang

meningkat, pengembalian modal bergulir dapat dilakukan dengan lancar yaitu

tepat waktu dan tepat jumlah, sehingga modal tersebut dapat digulirkan pada

(33)

Berdasarkan uraian di atas maka untuk lebih memahami hal tersebut pada

gambar kita dapat melihat kerangka pemikiran untuk penelitian ini.

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Garis Hubungan

Pendapatan

Pembinaan dari PPL

Pengembalian Modal Bergulir Biaya Saprodi

Usahatani Petani Sayur

Produksi Modal Bergulir

(34)

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang sudah dibuat, maka disajikan hipotesis

yang akan diteliti yaitu :

5. Ada perbedaan biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan obat-obatan)

usahatani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir di

daerah penelitian.

6. Ada perbedaan pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan

(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode yang digunakakan dalam penentuan daerah penelitian adalah

secara purposive (secara sengaja) yaitu di Kelurahan Tanah Enam Ratus dan

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Penentuan daerah

penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut mendapatkan modal

bergulir sebagai sebagai bantuan modal untuk usaha pertaniannya dan memiliki

potensi pertanian yang dapat dikembangkan, terutama pertanian sayur.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi petani sayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan

Medan Marelan yang menerima modal bergulir yaitu Kelompok Tani Serba Jadi

sebanyak 25 KK, kemudian diambil sampel 13 KK dan petani Kelurahan Terjun,

Kecamatan Medan Marelan yang menerima modal bergulir adalah Kelompok

Tani Sedar sebanyak 10 KK, kemudian diambil sampel sebanyak 5 KK.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling.

Menurut Sevilla, dkk (1993) simple random sampling adalah suatu metode

pemilihan sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai

peluang yang sama umtuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk lebih jelasnya

populasi dan sampel kelompok tani yang menerima modal bergulir dapat dilihat

(36)

Tabel 3. Distribusi Populasi dan Sampel No Kelurahan Nama Kelompok

Tani

Sumber : PPL Kecamatan Medan Marelan

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terdiri dari data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani yang mengambil

modal bergulir dengan metode wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Metode pengumpulan data untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4

(37)

Tabel 4. Matriks Metode Pengumpulan Data

No Tujuan Penelitian Rincian

Metodpe Pengumpulan

Data

Sumber

1 Untuk mengetahui gambaran

kegiatan modal bergulir di daerah

penelitian

d. Untuk mengetahui cara

mendapatkan modal bergulir.

e. Untuk mengetahui cara petani

menggunakan modal bergulir.

f. Untuk mengetahui tingkat

pengembalianmodal bergulir.

Wawancara Petani dan PPL

2 Untuk mengetahui bagaimana

program pembinaan dari PPL

(Penyuluh Pertanian Lapangan) bagi

petani sayur penerima modal

bergulir.

Wawancara Petani dan PPL

3 Untuk mengetahui perbedaan biaya

sarana produksi (benih, pupuk, dan

obat-obatan) usahatani sayur sebelum

dan setelah menggunakan modal

bergulir di dua daerah penelitian.

Wawancara Petani

4 Untuk mengetahui perbedaan

pendapatan petani sayur sebelum dan

setelah menggunakan modal bergulir

di dua daerah penelitian

Wawancara Petani

3.4 Metode Analisis Data

Tujuan penelitian 1a, 1b, 1c dan 2 dianalisis dengan analisis deskriptif

berdasarkan survei di daerah penelitian.

Metode analisis untuk tujuan penelitian 3 dan 4 yaitu dengan

menggunakan analisis uji beda (analisis komparatif) dengan menggunakan uji

(38)

Prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kriteria pengujian

Dimana : Ho = Tidak ada perbedaan antara I dan II

H1 = Ada perbedaan antara I dan II

Ho ditolak (H1 diterima) apabila ( )

db

2. Menentukan nilai uji statistik (nilai t0)

3. Membuat kesimpulan

Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak.

(Hasan, 2004).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini

maka dibuat definisi dan batasan operasional.

Definisi :

1. Modal bergulir adalah bantuan modal yang diberikan oleh Pemerintah

Kota Medan yang dananya bersumber dari APBD Medan. Modal ini

disalurkan melalui Dinas Pertanian Kota Medan yang kemudian diberikan

kepada kelompok yang mengusahakan usaha pertanian sebagai pinjaman.

Petani berkewajiban melunasi kredit ditambah dengan bunganya dan

pengembaliannya kemudian digulirkan kepada anggota kelompok lainnya.

2. Kelompok tani adalah kumpulan dari petani yang melakukan usahatani

yang dipimpin oleh seorang kontak tani dan menggunakan modal bergulir

(39)

3. Petani Sayur adalah petani yang mengusahakan produksi sayur dalam

usahataninya dan menggunakan modal bergulir dalam mengusahakan

usahataninya.

4. Pembinaan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) adalah petugas yang

memberikan pembinaan agar petani penerima modal bergulir berhasil

mengelola usaha dan pengembalian dana lancar.

5. Biaya sarana produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk

membeli benih, pupuk, dan obat-obatan yang digunakan petani dalam

proses produksi usahatani sayur.

6. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani sayur yang

dihitung dengan satuan kilogram.

7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan oleh petani dari suatu usahatani.

8. Pengembalian modal bergulir adalah pengembalian modal yang dilakukan

petani penerima modal bergulir kepada Dinas Pertanian Kota Medan

dalam bentuk pencicilan, dengan jangka waktu 10 bulan. Pengembalian

dilakukan beserta dengan bunganya sebesar 10 %.

Batasan operasional :

1. Tempat penelitian adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan

Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September-November tahun 2007.

(40)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan berada pada

ketinggian 3 m diatas permukaan laut, keadaan suhu rata-rata 31° C, curah hujan

rata-rata 600 mm/tahun dan memiliki luas 524,9 Ha. Ditinjau dari letak

geografisnya, Kelurahan Tanah Enam Ratus mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Rengas Pulau Medan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Manunggal Deli Serdang

• Sebelah Barat berbatasan dengan Klumpang/Terjun Medan

• Sebelah Timur berbatasan dengan Titi Papan Medan

Kelurahan Tanah Enam Ratus terletak ± 5 Km dari Ibukota Kecamatan

Marelan, ± 14 Km dari Ibukota Medan dan ± 14 Km dari pusat fasilitas ekonomi,

kesehatan, pemerintahan Ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu Medan.

Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki 11 lingkungan.

b. Kelurahan Terjun

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berada pada ketinggian 3 m

diatas permukaan laut, keadaan suhu rata-rata 31° C, curah hujan rata-rata 600

mm/tahun dan memiliki luas 1.605 Ha. Ditinjau dari letak geografisnya,

(41)

• Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Sicanang Medan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanah Enam Ratus Medan

• Sebelah Barat berbatasan dengan Hamparan Perak Deli Serdang

• Sebelah Timur berbatasan dengan Paya Pasir/Rengas Pulau Medan

Kelurahan Tanah Enam Ratus terletak ± 0,5 Km dari Ibukota Kecamatan

Marelan, ± 22 Km dari Ibukota Medan dan ± 22 Km dari pusat fasilitas ekonomi,

kesehatan, pemerintahan Ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu Medan.

Kelurahan Terjun memiliki 22 lingkungan.

Keadaan Penduduk

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus sebanyak 20.199 jiwa,

terdiri dari 10.503 orang laki-laki dan 9.696 orang perempuan dengan total kepala

keluarga 4.721 KK. Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 4 2.799 13,86

(42)

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada

kelompok umur 45 – 49 tahun yakni sebesar 3.185 jiwa dengan persentase 15,77

% dan yang terendah adalah kelompok umur ≥ 55 tahun yakni 691 jiwa dengan

persentase 3,42 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa penduduk di

Kelurahan Tanah Enam Ratus yang tergolong usia produktif (15 – 55 tahun)

berjumlah 12.727 jiwa (63,01 %) dan usia tidak produktif sebanyak 7.472 jiwa

(36,99 %).

Mayoritas penduduk di Kelurahan Tanah Enam Ratus merupakan suku

Jawa. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya.

Hubungan kekeluargaan dapat dilihat dari adanya gotong royong, acara-acara

adat, baik dalam acara perkawinan maupun dalam acara-acara lainnya.

Mata pencaharian utama penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah

bertani. Selain bertani, penduduk juga ada yang bekerja sebagai pegawai,

pedagang, tukang dan lain-lain.

Sebagai gambaran tentang keadaan penduduk menurut mata

pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 538 13,06

(43)

Pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk

Kelurahan Tanah Enam Ratus sebagian besar bersumber dari sektor pertanian

yaitu sebagai petani (44,48 %) yang pada umumnya mengusahakan sayur mayur

terutama sayur bayam, sawi, kangkung, mentimun, kacang panjang dan lain-lain.

Dan ada juga yang mengusahakan tanaman padi dan beternak.

b. Kelurahan Terjun

Jumlah penduduk Kelurahan Terjun sebanyak 19.468 jiwa, terdiri dari

9.344 orang laki-laki dan 10.124 orang perempuan dengan total kepala keluarga

4.114 KK. Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Terjun No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 4 1.711 8,79

Sumber : Kantor Kelurahan Terjun 2006

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada

kelompok umur 40 – 44 tahun yakni sebesar 1.873 jiwa dengan persentase 9,62 %

dan yang terendah adalah kelompok umur ≥ 55 tahun yakni 1217 jiwa dengan

(44)

Kelurahan Terjun yang tergolong usia produktif (15 – 55 tahun) berjumlah 7.138

jiwa (36,66 %) dan usia tidak produktif sebanyak 12.330 jiwa (63,33 %).

Mayoritas penduduk di Kelurahan Terjun merupakan suku Jawa. Pada

umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Hubungan

kekeluargaan dapat dilihat dari adanya gotong royong dan acara-acara adat,

seperti dalam acara perkawinan maupun dalam acara-acara lainnya.

Mata pencaharian utama penduduk Kelurahan Terjun adalah bertani.

Selain bertani, penduduk juga ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang,

tukang dan lain-lain.

Sebagai gambaran tentang keadaan penduduk menurut mata

pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Terjun

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 568 16,42

Sumber : Kantor Kelurahan Terjun 2006

Pada Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk

Kelurahan Terjun sebagian besar bersumber dari sektor pertanian yaitu sebagai

petani (30,81 %) yang pada umumnya mengusahakan sayur mayur terutama sayur

bayam, sawi, kangkung, mentimun, kacang panjang dan lain-lain. Dan ada juga

(45)

Penggunaan Tanah

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Luas lahan Kelurahan Tanah Enam Ratus menurut penggunaannya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Luas lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah dan Ladang 400 76,20

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus 2007

Pada Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang paling

luas adalah untuk sawah yakni seluas 400 Ha (76,20 %), pemukiman seluas 112

Ha (21,34 %), bangunan umum 10,9 Ha (2.08 %), lapangan sepakbola seluas 1,5

Ha (0,29 %) dan kolam seluas 0,5 Ha (0,10 %).

b. Kelurahan Terjun

Luas lahan Kelurahan Terjun menurut penggunaannya dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 10. Luas lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Terjun

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah dan Ladang 400 24,92

Sumber : Kantor Kelurahan Terjun 2007

Pada Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang paling

(46)

(24,92 %), bangunan umum 32,5 Ha (2,02 %), kolam seluas 2,5 Ha (0,16 %) dan

lapangan sepakbola seluas 1,5 Ha (0,09 %).

Sarana dan Prasarana

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat memperlancar

jalannya laju pembangunan sehingga dapat mempengaruhi perkembangan

masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Sarana dan prasarana yang ada di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanah Enam Ratus No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan

- SD 7

- SMP 1

- SMU 1

- Madrasah 2

2 Sarana Komunikasi

- Pesawat Telepon 701

- Pesawat TV 3.151

3 Sarana Transportasi

- Sepeda 300

9 Penyuluh Pertanian Lapangan 1 orang

10 Kelompok Tani 4

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2007

Sarana dan prasarana di Kelurahan Tanah Enam Ratus dinilai sudah baik.

(47)

pendidikan. Sarana transportasi cukup tersedia di daerah ini sehingga petani tidak

memperoleh kesulitan dalam meperoleh sarana produksi dan pemasaran hasil.

Pada tabel diatas tidak terdapat KUD, karena KUD di Kelurahan Tanah

Enam Ratus sekarang sudah tidak aktif lagi. Sehingga petani tidak bisa

memperoleh sarana produksi dengan harga yang lebih murah. Dengan tidak

aktifnya lagi KUD, maka tidak ada lembaga yang dapat membantu petani dalam

memperoleh bantuan modal untuk usahataninya.

b. Kelurahan Terjun

Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 12. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Terjun

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan

- SD 9

- SMP 2

- SMU 1

- Madrasah 3

2 Sarana Komunikasi

- Pesawat Telepon 400

- Pesawat TV 3.790

3. Sarana Transportasi

- Sepeda 300

9 Penyuluh Pertanian Lapangan 1 orang

10 Kelompok Tani 3

Sumber: Kantor Kelurahan Terjun 2007

Sarana dan prasarana di Kelurahan Terjun dinilai sudah baik. Hal ini dapat

(48)

transportasi cukup tersedia di daerah ini sehingga petani tidak memperoleh

kesulitan dalam meperoleh sarana produksi dan pemasaran hasil.

Pada tabel di atas tidak terdapat KUD, karena KUD di Kelurahan Terjun

sama seperti di Kelurahan Tanah Enam Ratus sudah tidak aktif lagi. Sehingga

petani tidak bisa memperoleh sarana produksi dengan harga yang lebih murah.

Dengan tidak aktifnya lagi KUD, maka tidak ada lembaga yang dapat membantu

petani dalam memperoleh bantuan modal untuk usahataninya.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani,

luas lahan, jenis sayuran yang ditanam, pendidikan formal petani, jumlah

tanggungan keluarga dan pengalaman bertani.

a. Kelurahan Tanah Enam Ratus

Karakteristik petani sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan

Medan Marelan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :

Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007

No Uraian Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 32 - 60 43,69

2 Luas lahan Ha 0,08 – 0,2 0,14

3 Jenis sayur yang ditanam

- Sawi, bayam,

Kangkung -

4 Pendidikan Tahun 6 - 12 9,23

5 Jumlah tanggungan Jiwa 3 - 7 5

6 Pengalaman bertani Tahun 8 - 48 21,77

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Tabel 13 memperlihatkan bahwa umur petani sampel berkisar antara

(49)

petani masih berada dalam kategori umur produktif yang masih cukup berpotensi

dalam mengoptimalkan usahataninya.

Luas lahan petani sampel usahatani sayur di daerah penelitian berkisar

antara 0,08 – 0,2 Ha dengan rataan sebesar 0,14 Ha. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan tergolong kecil.

Petani sampel mengusahakan dua jenis sayur yaitu bayam dan sawi,

bayam dan kangkung, atau sawi dan kangkung. Kedua jenis sayuran ini

diusahakan pada saat petani sebelum mendapatkan modal bergulir dan sesudah

mendapatkan modal bergulir.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola

usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan

usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Tingkat pendidikan petani

petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 6 – 12 tahun dengan rataan

9,23 tahun dapat dikatakan rendah.

Jumlah tanggungan keluarga petani berkisar antara 3 – 7 jiwa dengan

rata-rata 5 jiwa. Dari rata-rataan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga

petani sampel termasuk sedang. Sebagian dari tanggungan tersebut ikut serta

dalam kegiatan usahatani.

Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula

pengelolaan usahataninya. Pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian

berkisar antara 8 – 48 tahun dengan rataan 21,77 tahun. Dari rataan tersebut dapat

dilihat bahwa petani telah memiliki pengalaman yang cukup untuk menjalankan

(50)

b. Kelurahan Terjun

Keadaan umur petani sampel di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 14. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2007

No Uraian Satuan Range Rataan

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa umur petani sampel di daerah penelitian

berkisar antara antara 29 – 56 tahun dengan rataan 40,2 tahun. Dari data tersebut

terlihat bahwa petani masih berada dalam kategori umur produktif yang masih

cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Luas lahan petani sampel usahatani sayur di daerah penelitian berkisar

antara 0,08 – 0,2 Ha dengan rataan sebesar 0,13 Ha. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan masih tergolong kecil. Luas lahan

petani sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun tidak begitu

bervariasi perbedaannya.

Petani sampel mengusahakan dua jenis sayur yaitu bayam dan sawi. Kedua

jenis sayuran ini diusahakan pada saat petani sebelum mendapatkan modal

bergulir dan setelah mendapatkan modal bergulir.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola

usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan

(51)

petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 6 – 12 tahun dengan rataan

10,2 tahun dapat dikatakan rendah.

Jumlah tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian berkisar

antara 2 – 5 jiwa dengan rataan 3 jiwa. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel

termasuk kecil. Hal ini dikarenakan sebagian anak-anaknya telah menikah.

Sebagian dari tanggungan keluarga tersebut ikut serta dalam kegiatan usahatani.

Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula

pengelolaan usahataninya. Pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian

berkisar antara 10 – 40 tahun dengan rataan 25,4 tahun. Dari rataan tersebut dapat

dilihat bahwa petani telah memiliki pengalaman yang cukup untuk menjalankan

(52)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Kegiatan Modal Bergulir di Daerah Penelitian

Modal bergulir adalah bantuan modal yang diberikan oleh Dinas Pertanian

Kota Medan kepada daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian atau

pengolahan hasil pertanian. Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun,

Kecamatan Medan Marelan adalah daerah sentra produksi sayur-mayur di Kota

Medan. Modal bergulir telah dijalankan sejak tahun 2003, diharapkan bantuan

modal ini dapat membantu petani agar berhasil mengelola usaha pertaniannya

sehingga dapat meningkatkan produksi dan akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan.

Modal bergulir merupakan fasilitas kredit dari pemerintah bagi petani

setelah KUD di Kecamatan Medan Marelan pada saat ini sudah nonaktif. Modal

bergulir ini merupakan kredit lunak, dimana besar bunga pinjamannya sebesar 10

% selama 10 bulan. Gambaran mengenai modal bergulir dapat dilihat dengan jelas

dari bagaimana petani mendapatkan modal bergulir, kegunaan dari modal bergulir

oleh petani dan bagaimana tingkat pengembalian modal bergulir di daerah

penelitian.

Cara Mendapatkan Modal Bergulir

Petani di daerah penelitian memperoleh informasi tentang adanya modal

bergulir dari petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang merupakan

petugas Dari Dinas Pertanian, kemudian informasi tersebut disampaikan kepada

(53)

Ketua kelompok tani mendiskusikan kepada anggota kelompok tani berapa

jumlah pinjaman yang mereka butuhkan dan berapa petani yang ingin meminjam

modal bergulir. Petani yang ingin meminjam modal bergulir harus merupakan

anggota kelompok tani, yang merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan modal

bergulir.

Mekanisme pengajuan modal bergulir oleh petani, yaitu sebagai berikut :

1. Petani membuat surat pengajuan modal bergulir dari kelurahan yang disertai

materai

2. Melampirkan photo copy KTP

3. Pengajuan petani tersebut cukup diwakilkan oleh ketua kelompok tani untuk

diajukan ke petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

4. Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kemudian mengajukan

permohonan petani tersebut ke Dinas Pertanian Kota Medan

Cara petani mendapatkan modal bergulir dapat dibilang mudah jika dilihat

dari mekanisme diatas. Hal ini juga yang dinyatakan oleh petani sampel di daerah

penelitian. Tiga belas (13) orang petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi,

Kelurahan Tanah Enam Ratus menyatakan mudah mendapatkan modal bergulir,

begitu juga dengan lima (5) petani sampel Kelompok Tani Sedar, Kelurahan

Terjun menyatakan mudah mendapatkan modal bergulir.

Petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi, Kelurahan Tanah Enam Ratus

mendapatkan modal bergulir pada bulan Juni tahun 2004 dan petani sampel

Kelompok Tani Sedar, Kelurahan Terjun mendapatkan modal bergulir pada bulan

(54)

Modal bergulir merupakan kredit yang diberikan secara bergantian antar

kelompok tani, jadi tidak semua kelompok tani di Kecamatan Medan Marelan

mendapatkan modal bergulir pada periode yang sama.

Penggunaan Modal Bergulir

Petani sampel di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk

membeli benih, pupuk dan obat-obatan sehingga perawatan/pemeliharaan

tanaman dapat dilakukan secara intensif. Petani sampel menggunakan modal

bergulir untuk membiayai usaha pertaniannya sebesar 75 % - 100 % dari jumlah

modal bergulir yang didapatkannya.

Petani sampel kelompok Tani Serba jadi, delapan (8) orang menggunakan

modal bergulir untuk usahatani sebesar 100 %, dan lima (5) orang menggunakan

modal bergulir sebesar 75 % - 100 %, sebagian dari modal bergulir tersebut

digunakan untuk non usahatani. Petani menggunakan modal bergulir tersebut

sebagian untuk membayar uang sekolah anaknya dan untuk membiayai hidup

keluarganya sehari-hari.

Sebagian besar petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi menggunakan

kredit yang diterimanya sebesar 100 % untuk usahatani, karena rata-rata modal

bergulir yang diterima petani jumlahnya tidak terlalu besar, yaitu dengan rataan

Rp 580.769,00 dan jumlah pinjaman berkisar antara Rp 300.000,00 -

Rp 1.000.000,00.

Penggunaan modal bergulir oleh petani sampel Kelompok Tani Sedar

diketahui 4 orang menggunakan modal bergulir sebesar 100 % dan 1 orang

menggunakan sebesar 75 % - 100 %. Modal bergulir yang diterimanya sebagian

(55)

Kelompok Tani Sedar sama untuk semua anggota kelompok tani yang ingin

menggunakan modal bergulir yaitu masing-masing petani mendapatkan

Rp 500.000,00.

Petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi, Kelurahan Tanah Enam Ratus

menggunakan modal bergulir untuk membiayai usahataninya pada bulan Juni

tahun 2004. Sedangkan petani sampel Kelompok Tani Sedar, Kelurahan Terjun

menggunakan modal bergulir pada bulan Juni tahun 2005.

Tingkat Pengembalian Modal Bergulir

Modal bergulir dapat dikembalikan oleh petani dalam waktu 10 bulan dan

diberikan tenggang waktu 2 bulan. Jadi petani dapat mengembalikan modal

bergulir paling cepat dalam waktu 10 bulan dan paling lama dalam waktu 12

bulan.

Petani sampel Kelompok Tani Serba Jadi, Kelurahan Tanah Enam Ratus

seharusnya mengembalikan modal bergulir paling cepat bulan April tahun 2005

dan paling lama bulan Juni tahun 2005. Sedangkan petani sampel Kelompok Tani

Sedar, Kelurahan Terjun mengembalikan modal bergulir pada bulan April tahun

2006 dan paling lama bulan Juni tahun 2006.

Untuk mengetahui tingkat pengembalian modal bergulir oleh petani

sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Tingkat Pengembalian Modal Bergulir di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kelompok Tani Serba Jadi Tahun 2004

Kelompok Tani Serba Jadi

Bulan Jumlah Petani

(orang)

Gambar

Tabel 1. Luas Areal Pertanian dan Luas Panenan Menurut Kecamatan Di Kota Medan Tahun 2005
Tabel 2. Potensi Pertanahan Pertanian Sayuran di Kecamatan Medan Marelan
gambar kita dapat melihat kerangka pemikiran untuk penelitian ini.
Tabel 3. Distribusi Populasi dan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis dekriptif untuk harga jual petani dan beli konsumen, analisis elastisitas transmisi harga, analisis margin pemasaran dan

Sebagai bahan informasi bagi petani sawi dalam upaya meningkatkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peningkatan pendapatan petani karetrakyat di Kabupaten LabuhanBatu Selatan adalah memanfaatkan kondisi iklim danlahan serta

Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Perempuan Pada Keluarga Miskin Di Kelurahan Kapal Kecamatan Mengun Kabupaten Bandung .Universitas

1.Ketersediaan lahan usahatani 2Jumlah produksi usahatani 3.Tingkat pendidikan petani 4.Jumlah tanggungan keluarga 5.Kemitraan usahatani.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) (Studi Kasus di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Kotamadya

Guru-guru, Staff dan siswa/i SDN 064994 Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan yang telah meluangkan waktunya dan ikut berpartisipasi untuk

Dari hasil perhitungan dimensi saluran eksisting drainase Primer dan Sekunder pada Kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan pada periode 2, 5 dan 10 tahun tidak dapat