• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA

BETON TAHUN 2015.

Responden yang terhormat,

Bersama ini saya mohon kesedian Bapak untuk mengisi daftar kuesioner yang diberikan. Informasi yang Bapak berikan hanya semata-mata untuk data penelitian dalam rangka

penyusunan tugas akhir dengan judul “Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas

Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Medan

Tahun 2015”. Pada program sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Informasi yang Bapak berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam penyelesaian penelitian ini. Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terimakasih.

Ttd. Persetujuan Menjadi Responden

KUESIONER KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PERAKITAN PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015

PETUNJUK : Berikan Tanda Centang () pada jawaban yang paling sesuai menurut yang Anda rasakan.

I. Identitas Responden

Nama :

(2)

kuesioner berikut, sesuai dengan keadaan, pendapat atau perasaan Anda pada saat

skala ini diisi bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat orang lain dengan

memberikan tanda checklist pada tempat yang telah disediakan.

Keterangan :

Ss : Sangat Sering (Jika hampir setiap hari terasa dalam 1 minggu) S : Sering (3-4 hari terasa dalam seminggu)

K : Kadang-Kadang (1-2 hari terasa dalam seminggu) TP : Tidak Pernah (tidak pernah merasa dalam seminggu)

Apakah pada saat Anda bekerja, Anda merasakan hal-hal sebagai berikut :

Pelemahan Kegiatan

No Gejala Kelelahan SS S K TP

1 Kepala Anda terasa berat 2 Merasa lelah di seluruh badan 3 Kaki Anda terasa berat

4 Frekuensi menguap 5 Pikiran Anda kacau 6 Anda mengantuk

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan) 8 Kaku dan canggung untuk bergerak 9 Tidak seimbang dalam berdiri 10 Merasa ingin berbaring

Pelemahan Motivasi

No Gejala Kelelahan SS S K TP

1 Merasa susah untuk berfikir 2 Lelah berbicara

(3)

5 Sulit untuk memusatkan perhatian 6 Cenderung untuk lupa

7 Kurang kepercayaan 8 Cemas terhadap sesuatu 9 Tidak dapat mengontrol sikap 10 Tidak dapat tekun dalam bekerja

Kelelahan Fisik

No Gejala Kelelahan SS S K TP

1 Sakit Kepala 2 Bahu terasa kaku

3 Merasa nyeri di bagian punggung 4 Sesak nafas/sulit untuk bernafas 5 Merasa haus

6 Suara Anda serak 7 Merasa pening / pusing 8 Kelopak mata terasa berat

9 Gemetar pada bagian tubuh tertentu 10 Merasa kurang sehat

Sumber : Tarwaka dkk. Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan

ProduktivitasSumber : Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research

Committee (IFRC) Jepang dalam buku “Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan

(4)
(5)
(6)

Irawan 28 1 1 1 1 3 2 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 2 1 4 3 3 4 4 57 2 2 2 2 3 1 3 2 1 1 1 16 2 2

MKK : Masa Kerja Kolektif PK : Pertanyaan Kelelahan TNK : Total Nilai Kelelahan KLL : Kelelahan

(7)
(8)

Mengantuk

Kaku dan canggung untuk bergerak

(9)
(10)

Kurang Kepercayaan

Tidak dapat tekun dalam bekerja

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

Produktivitas Kolektif Kategori

Frequency

(kelompok) Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sesuai 2 50,0 50,0 50,0

tidak sesuai 2 50,0 50,0 100,0

Total 4 100,0 100,0

Kelelahan Kerja * Produktivitas Individu Kategori Crosstabulation

Produktivitas Individu Kategori Total

sesuai tidak sesuai sesuai

Kelelahan Kerja Lelah Ringan 12 2 14 Spearman's rho Total Nilai Kelelahan Correlation Coefficient 1,000 -,435(*)

Sig. (2-tailed) . ,034

N 24 24

Total Nilai

Produktivitas Individu

Correlation Coefficient -,435(*) 1,000

Sig. (2-tailed) ,034 .

N 24 24

(16)

78

DAFTAR PUSTAKA

Ambar. 2006. Hubungan Antara Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas

Kerja karyawan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Negeri Malang.

Anoraga, P., 2009. Psikologi Industri, PT Rineka Cipta, Yogyakarta

Depkes RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1990, Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Hanida Rahmawati., 1998. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian

Musik Pengiring Kerja (Suatu kajian di Bagian Pembatik Tulis dan Penjahit Ardiayanto Batik Yogyakarta). Thesis. Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

Hasibuan, Y., 2010. Hubungan Kelelahan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan

Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr. Tengku Mansyur Tangjungbalai Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Hotmatua, R., 2006. Hubungan Faktor Individu dan Postur Tubuh dengan

Kelelahan Kerja pada Pekerja Bongkar Muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009. Skripsi.

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Muizzudin, A., 2013. Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas Kerja pada

Pekerja Tenun di PT Alkatex Tegal. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Negeri Malang.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit: PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Parlyna, R. Marsal, A., 2013. Kelelahan Kerja (Work Fatique). Jurnal Ilmiah Volume XI. Nomor 1. Hal 98-102.

Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. PT

Gramedia. Jakarta.

(17)

Sinungan, M., 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan-18. CV Alfabeta. Bandung.

Suma’mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Sagung

Seto. Jakarta.

Susetyo, J., Oesman, T.I., dan Sudharman, S.T., 2012. Pengaruh Shift Kerja

Terhadap Kelelahan Karyawan dengan Metode Bourdon Wiesman dan 30 Items of Rating Scale. Fakultas Teknologi Industri. Institut Sains

& Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Sutrisno, E., 2012. Manajemen Sumber daya Manusia. Cetakan Keempat. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sutalaksana. I.Z., 2005. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Penerbit: Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Produktivitas Kerja. Cetakan Pertama. Uniba Press. Surakarta.

Wignjosoebroto, S., 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis

untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi I cetakan kedua, Penerbit

Guna Widya.Surabaya.

Yuniarsih, dan Suwanto. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori,

(18)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah PT. Wijaya Karya Beton Medan dengan pertimbangan bahwa belum pernah sebelumnya dilakukan penelitian mengenai hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton.

3.2.2 Waktu Penelitian

Dilakukan Pada Bulan Maret 2015 sampai dengan bulan oktober 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian perakitan PT Wijaya Karya Beton Medan berjumlah 36 orang.

3.3.2 Sampel

(19)

1.) Pekerja yang sedang menjalani kerja shift pagi. 2.) Mengerjakan jenis yang sama.

3.) Pekerja dalam kondisi sehat dan bukan penderita suatu penyakit.

4.) Tidak terikat aktivitas kerja tambahan lainnya selain di lokasi penelitian.

Sampel yang dapat diambil adalah 24 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai data responden (identitas, umur, masa kerja, status kawin). Untuk mengukur kelelahan kerja pada pekerja menggunakan kuesioner perasaan kelelahan secara subjektif yaitu subjective self

Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee dan untuk produktivitas

kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner produktivitas mengumpulkan data produksi yang diperoleh dari hasil pencatatan pada data produksi perusahaan.

3.4.2 Data Sekunder

(20)

3.5 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Indikator

Variabel Independent

1. Kelelahan Kerja Kelelahan kerja adalah perasaan kelelahan berupa keluhan dan gejala subyektif yang dirasakan karena pekerjaannya yang diukur dengan kuesioner perasaan kelelahan secara subjektif yaitu subjective self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee (Tarwaka, 2004).

1. Pelemahan Kegiatan

1. Produktivitas kerja individu adalah kinerja pekerja yang merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Data tentang produktivitas kerja ini berupa penilaian kerja dengan menggunakan kuesioner produktivitas kerja

2. Produktivitas kerja kolektif (bersama-sama) adalah hasil output kerja sebuah tim berupa banyaknya tulangan beton yang dapat dihasilkan sebuah tim yang disesuaikan dengan target perusahaan yang ditetapkan berdasarkan perencanaan produksi.

Hasil Produksi Tulangan Beton.

(21)

3.6Aspek Pengukuran

3.6.1 Kelelahan kerja

Pengukuran tingkat kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee untuk mengukur tingkat perasaan lelah secara subyektif. Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat kelelahan pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan (Sugiyono, 2013).

Setiap pertanyaan akan diberikan katagorik jawaban yaitu Sangat Sering (SS) dengan keterangan jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu, Sering (S) dengan keterangan 3-4 hari terasa lelah dalam seminggu, Kadang-Kadang (K) dengan keterangan 1-2 hari terasa lelah dalam seminggu, dan Tidak Pernah (TP) dengan keterangan tidak pernah merasa lelah dalam seminggu.

Untuk pertanyaan dengan jawaban “Sangat Sering” diberi nilai 4,

“Sering” diberi nilai 3, untuk jawaban “ Kadang-Kadang” diberi nilai 2, untuk

jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 120

dan jumlah nilai terendah adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh maka dapat diketahui tingkat kelelahan kerja yang dikategorikan sebagai berikut:

a) Rendah, bila responden memperoleh jumlah nilai 30-52. b) Sedang, bila responden memperoleh jumlah nilai 53-75. c) Tinggi, bila responden memperoleh jumlah nilai 76-98.

(22)

3.6.2 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja dalam penelitian ini dilihat dalam dua hal yaitu : produktivitas kerja secara kolektif dan produktivitas kerja secara individu.

a. Produktivitas Kerja Secara Individual

Produktivitas kerja secara individual diukur dengan menggunakan kuesioner produktivitas kerja dengan memberikan penilaian terhadap tiap pernyataan. Kusioner produktivitas individu terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan produktivitas pada pekerja dikategorikan dengan menjumlahkan nilai dari seluruh pertanyaan (sugiyono, 2013).

Setiap pertanyaan akan diberi katagorik jawaban yaitu Baik, Cukup dan Kurang. Pertanyaan dengan jawaban “Baik” diberi nilai 3, “Cukup” diberi nilai 2

dan “Kurang” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 30 dan nilai

terendah adalah 10. Berdasakan jumlah yang diperoleh maka didapatkan tingkat produktivitas kerja yang dikategorikan sebagai berikut :

a. Produktivitas Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai ≥ 22 atau ≥75%

dari jumlah nilai.

b. Produktivitas Tidak Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai < 22 atau <75% dari jumlah nilai.

b. Produktivitas Kerja Secara Kolektif

(23)

sebanyak 1560 tulangan beton. Produksi tulangan tersebut dikerjakan dalam enam kelompok, maka untuk setiap minggunya produksi tulangan yang harus dicapai adalah 260 tulangan beton dalam setiap kelompok.

Produktivitas tenaga kerja dikategorikan sebagai berikut:

a) Produktif, jika hasil rakitan tulangan beton 260 tulangan beton.

b) Tidak Produktif, jika hasil rakitan tulangan beton < 260 tulangan

beton.

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

1) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen (Notoadmodjo, 2010). Analisis univariat dalam penelitian ini berupa gambaran karakteristik berupa umur, pendidikan, masa kerja, kelelahan kerja dan produktivitas kerja.

(24)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Wijaya Karya Beton Medan

4.1.1 Deskripsi Umum Perusahaan

PT. Wijaya Karya didirikan pada tanggal 11 Maret 1960 berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1960 dengan nama Perusahaan Bangunan Nagara Widjaja Karya, yang berasal dari Nasionalisasi Perusahaan Pemborong milik Belanda bernama Naam Loze Vennootschap

Technische Handel Maatscheppij En Bouwbedrijf Visen Co atau disingkat

NVVISENCo. Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 64 tanggal 29

Maret 1961 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Asing, Perusahaan Bangunan Negara Wijaya Karya berubah menjadi Perusahaan Negara Wijaya Karya. Dengan perkembangan perusahaan, maka pemerintah merubah status perusahaan dari Perusahaan Negara Wijaya Karya menjadi Perusahaan Persero Terbatas (PT) Wijaya Karya dalam Akta Notaris No. 110 tanggal 20 Desember 1972.

(25)

Pada tanggal 11 Maret 1997 Divisi Produk Beton PT. Wijaya Karya menjadi anak perusahaan dengan nama PT. Wijaya Karya Beton berdasarkan Akta Notaris No. 44.

Saat ini PT. Wijaya Karya Beton adalah produsen tiang beton sentrifugal yang terbesar di Indonesia, yang didukung oleh tujuh pabrik yang berlokasi di :

1. Pabrik Produk Beton Sumatera Utara, Kabupaten Binjai - Sumatera Utara.

2. Pabrik Produk Beton Lampung, Natar - Lampung Selatan. 3. Pabrik Produk Beton Bogor, Cileungsi - Jawa Barat. 4. Pabrik Produk Beton Karawang, Jawa Barat.

5. Pabrik produk Beton Majalengka, Jati Wangi - Jabar. 6. Pabrik Produk Beton Boyolali, Mojosongo - Jawa Tengah. 7. Pabrik Produk Beton Pasuruan, Japanan - Jawa Timur. 8. Pabrik Produk Beton Sulawesi Selatan, Ujung Pandang.

Dengan pengalaman pembuatan beton pracetak yang terbesar di Indonesia, PT. Wijaya Karya Beton tetap menjaga kepuasan pelanggan atas mutu, waktu dan biaya atas hasil produk yang dihasilkan.

PT. Wijaya Karya Beton (PPB Sumut) ini terletak di jalan Medan – Binjai Km 15,5 Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dengan luas area 48.000M2. Adapun pertimbangan didirikannya PT. Wijaya Karya Beton dilokasi tersebut adalah :

(26)

3. Kemudahan untuk perekrutan tenaga kerja.

PT. Wijaya Karya Beton (PPB Sumut) didalam menjalankan roda perusahaannya memproduksi jenis beton sebagai berikut:

1. PC Piles (TI), yaitu produk beton yang berbentuk tiang pancang bulat yang

di gunakan untuk pondasi bangunan dan gedung bertingkat.

2. PC Piles (TL), yaitu produk beton yang berbentuk tiang listrik yang di gunakan untuk menyangga kabel/kawat yang di aliri listrik dari pembangkit ke konsumen.

3. Railway Concrete Products (RY), yaitu produk beton jalan rel yang

merupakan alas besi rel kereta api sehingga besi rel tidak langsung menyentuh tanah.

4. Bridge Concrete Products (BR), yaitu produk beton untuk pondasi

jembatan.

5. Retaining Wall Concrete Products (RT), yaitu produk beton untuk dinding

penahan tanah.

6. Sheet Pile Beton, yaitu produk yang dipakai sebagai penahan pinggiran

sungai ataupun bendungan. 7. Panel atau Pagar Beton.

(27)

4.1.2 Visi, Misi dan Strategi PT. Wijaya Karya Beton Medan

a) Visi

“Menjadi Perusahaan Terbaik Dalam Industri Beton Pracetak”

b) Misi

1. Memimpin pasar beton pracetak di Asia Tenggara.

2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.

3. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu tingkat efesiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang berwawasan lingkungan.

4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan berkesinambungan.

5. Mengembangkan kompetensi dan kesejahterahan pegawai. c) Sasaran Strategis

Nilai tingkat kesehatan perusahaan dalam setahun tidak boleh kurang dari golongan sehat (berdasarkan Kepmen BUMN no. KEP-100/MBU/2002) yang meliputi penilaian :

(28)

a. Perusahaan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan pemegang saham berdasarkan asas-asas transparansi, keadilan, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kemandirian.

b. Perusahaan mengutamakan pemenuhan persyaratan dan kepuasan

pelanggan dengan selalu meningkatkan mutu atas setiap hasil kerjanya. c. Kerja sama dengan mitra kerja dilakukan dengan cara yang sehat dan

saling menguntungkan.

d. Profesionalisme menjadilandasan utama dalam pengelolaan sumber daya manusia.

e. Perusahaan menerapkan manajemen resikopada setiap aktivitas bisnisuntuk mendapatkan peluang usaha dan meminimalisasikan resiko dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta dampak lingkungan dalam setiap kegiatan operasi.

4.1.3 Sruktur Organisasi

(29)
(30)

\

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan

Manager Wilayah Penjualan I

Sales Enggineer

Adm. Penjualan

Kasi Perencanaan Evaluasi & Mutu

Evaluasi & Mutu

Perencanaan & Pengendalian

Pusat Pengendalian Dokumentasi

Adm. Distribusi

Pelaksana Distribusi

Kasi Keuangan dan Personalia

Akutansi Personalia

Amd. Keuangan

Kasir & Sekretariat

Pengemudi

Pelaksana Utama

(31)

4.1.4 Proses Persiapan Tulangan

Adapun material yang akan dirakit dicetakan terlebih dahulu dipersiapkan di bagian tulangan dengan proses sebagai berikut:

1. Pemotongan PC Wire (cutting)

Besi spiral, besi beton dan PC Wire yang akan digunakan dipotong dengan mal potong dengan ukuran panjang atau jumlah lilitan yang diinginkan.

2. Pengheadingan

Pengheadingan ini adalah merupakan pembentukan ujung PC Wire yang telah dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan menjadi bulat (berkepala) agar pada saat di stressing tidak lolos atau tersangkut pada plat sambung.

3. Pembuatan Spiral

Spiral digunakan sebagai tulangan dengan melilitkannya pada tulangan prategangnya. Kawat spiral dipasang pada mesin penggulung, dan mesin dioperasikan hingga jumlah lilitan sesuai dengan standar spesifikasi produksi (SSP) dan di potong dengan alat potong besi secara manual.

4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur

Umur pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Umur (Tahun) Frekuensi Presentase (%)

1 ≤30 13 54,2

2 >30 11 45,8

Total 24 100,0

(32)

dan >30 tahun. Dari tabel diatas diketahui bahwa responden pada kelompok umur ≤30 tahun yaitu 13 orang (54,2%) sedangkan kelompok umur >30 tahun

yaitu 11 orang (45%).

4.2.2 Pendidikan

Pendidikan terakhir pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

1 SLTP 10 41,7

2 SLTA 14 58,3

Total 24 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden dengan pendidikan terakhir SLTP yaitu 10 orang (41,7%) sedangkan responden dengan pendidikan terakhir SLTA yaitu 14 orang (58,3%).

4.2.3 Masa Kerja

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Masa Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 ≤3 Tahun 16 66,7

2 >3 Tahun 8 33,3

Total 24 100,0

Distribusi responden berdasarkan masa kerja dibagi menjadi dua kategori berdasarkan nilai median yang didapatkan yaitu 3 tahun sehingga dikategorikan

menjadi masa kerja ≤3 tahun dan masa kerja >3 tahun. Dari tabel diatas

diketahui bahwa responden pada kelompok masa kerja ≤3 tahun yaitu 16 orang

(33)

4.3 Hasil Univariat

4.3.1 Gambaran Kelelahan Kerja

Hasil pengukuan kelelahan kerja pekerja berdasarkan Internasional

Fatigue Research Committe di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat

(34)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Menurut

International Fatigue Research Commite Pada Pekerja PT. Wijaya Karya

Beton Medan Tahun 2015

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 11 45,8 13 54,2

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 1 4,2 23 95,8

21 Sakit kepala - - - - 15 62,5 9 37,5

22 Bahu terasa kaku 1 4,2 5 20,8 14 58,3 4 16,7

23 Merasa nyeri dibagian punggung

1 4,2 3 12,5 12 50,0 8 33,3

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

1 4,2 - - 4 16,7 19 79,2

30 Merasa kurang sehat - - 1 4,2 8 33,3 15 62,5

(35)

Dari tabel diatas diketahui bahwa gejala kelelahan yang dirasakan responden terbanyak pada kategori sangat sering adalah gejala merasa haus sebanyak 24 orang (100%), kategori sering adalah gejala merasa lelah diseluruh tubuh 8 orang (33,3%), kategori kadang-kadang adalah merasa ingin berbaring 18 orang (75%) dan kategori tidak pernah adalah tidak dapat tekun dan suara serak masing-masing 23 orang (95,8%).

Kelelahan kerja pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 14 58,3

2 Kelelahan Sedang 10 41,7

Total 24 100,0

(36)

4.3.2 Gambaran Kelelahan Kerja dilihat berdasarkan kelompok

Tabel 4.6. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International Fatigue

Research Commite Pada Pekerja Kelompok I

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 3 50,0 3 50,0

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - 6 100

21 Sakit kepala - - - - 4 66,7 2 33,3

22 Bahu terasa kaku - - 2 33,3 2 33,3 2 33,3

23 Merasa nyeri dibagian punggung

- - 1 16,7 3 50,0 2 33,3

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

- - - - 1 16,7 5 83,3

30 Merasa kurang sehat - - - - 4 66,7 2 33,3

(37)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok I adalah merasa lelah seluruh tubuh (50%)pada kategori sering dan kepala terasa berat, pikiran kacau, sulit memusatkan perhatian (83,3%) pada kategori kadang-kadang.

Tabel 4.7. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok I

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 4 66,7

2 Kelelahan Sedang 2 33,3

Total 6 100,0

(38)

Tabel 4.8. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International Fatigue

Research Commite Pada Pekerja Kelompok II

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 4 66,7 2 33,3

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 1 16,7 5 83,3

21 Sakit kepala - - - - 6 100 - -

22 Bahu terasa kaku 1 16,7 2 33,3 3 50,0 - -

23 Merasa nyeri dibagian punggung

1 16,7 2 33,3 3 50,0 - -

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

1 16,7 - - 1 16,7 4 66,7

30 Merasa kurang sehat - - 1 16,7 1 16,7 4 66,7

(39)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok II adalah bahu terasa kaku, perasaan nyeri dipunggung,dan merasa lelah seluruh tubuh (33,3%) pada kategori sering dan kepala terasa berat, dan merasa pusing (100%) pada kategori kadang-kadang.

Tabel 4.9. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok II

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 2 33,3

2 Kelelahan Sedang 4 66,7

Total 6 100,0

(40)

Tabel 4.10. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International Fatigue

Research Commite Pada Pekerja Kelompok III

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 4 66,7 2 33,3

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 6 100

21 Sakit kepala - - - - 3 50,0 3 50,0

22 Bahu terasa kaku 6 100

23 Merasa nyeri dibagian punggung

4 66,7 2 33,3

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

- - 1 16,7 5 83,3

30 Merasa kurang sehat - - 3 50,0 3 50,0

(41)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok III adalah merasa lelah seluruh tubuh (50%) pada kategori sering dan bahu terasa kaku dan sulit memusatkan perhatian (100%) pada kategori kadang-kadang.

Tabel 4.11. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok III

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 2 33,3

2 Kelelahan Sedang 4 66,7

Total 6 100,0

(42)

Tabel 4.12. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International Fatigue

Research Commite Pada Pekerja Kelompok IV

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 1 16,7 5 83,3

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 6 100

21 Sakit kepala - - - - 2 33,3 4 66,7

22 Bahu terasa kaku 1 16,7 3 50,0 2 33,3

23 Merasa nyeri dibagian punggung

2 33,3 4 66,7

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

- - 1 16,7 5 83,3

30 Merasa kurang sehat - - 6 100

(43)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok IV adalah merasa ingin berbaring dan kelopak mata terasa berat (83,3) pada kategori kadang-kadang.

Tabel 4.13. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok IV

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 6 100,0

Total 6 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok IV responden yang mengalami kelelahan ringan 6 orang (100%).

4.3.4 Produktivitas Kerja Individual

(44)

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kuesioner Produktivitas

1 Upaya mencapai sasaran/hasil dilihat dari pencapaian target yang ditetapkan perusahaan.

14 58,3 9 37,5 1 4,2 2 Upaya menyelesaikan tugas yang

diberikan tepat waktu. 12 50,0 10 41,7 2 8,3 3 Dapat mengatasi masalah dengan

melakukan evaluasi atas pekerjaannya.

5 20,8 16 66,7 3 12,5 4 Upaya meningkatkan kualitas kerja

dengan tidak melakukan kesalahan-kesalahan kerja.

8 33,3 13 54,2 3 12,5 5 Melaksanakan dan mengendalikan

pekerjaan. 13 54,2 10 41,7 1 4,2

6 Memahami rencana kerja yang mencakup aspek alat, pelaksanaan dan tugas.

15 62,5 8 33,3 1 4,2

Aspek Kemampuan

1 Kemampuan kerjasama. 10 41,7 13 54,2 1 4,2

2 Kemampuan inisiatif. 5 20,8 18 75,0 1 4,2

3 Konsistensi dalam melaksanakan

pekerjaan. 14 58,3 7 29,2 3 12,5

4 Kemampuan analitis dan konseptual

dalam perencanaan pekerjaan. 9 37,5 14 58,3 1 4,2

Distribusi produktivitas kerja individu dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Individual Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Produktivitas

(45)

Produktivitas Kerja Kolektif pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.16 Tabel Pengamatan Produktivitas Kerja Kolektif (Kelompok)

Kelompok 1

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu

1 Gunawan

46 51 50 53 41 29 270 260

2 Toni 3 Basriadi 4 Surya 5 Nico

6 Aryo Bagus

Kelompok 2

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu

1 Agus Pramuji

40 38 35 58 59 33 263 260

2 Aris 3 Yudi 4 Irawan

(46)

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu 1 Andre

46 35 45 55 47 33 261 260

2 Surya Herman 3 Budiono 4 Herdianto 5 Suherman 6 Sudarmadi

Kelompok 4

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu

1 Sony

47 52 48 45 40 30 262 260

2 Bayu 3 Yudi S

4 Khairul Anwar 5 Fery Purba 6 Edi

(47)

Hal ini dikarenakan didalam memproduksi beton perusahan hanya memproduksi berdasarkan pesanan dari pihak konsumen bukan memproduksi beton untuk mempersiapkan “stock” yang berarti perusahan harus menyelesaikan pesanan

beton sesuai kesepakatan waktu kedua belah pihak. Berdasarkan keterangan diatas kelompok 2 dan kelompok 3 dapat dikategorikan kedalam produktivitas tidak sesuai.

Distribusi produktivitas kerja kolektif dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Kolektif Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Produktivitas

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden pada kategori produktivitas sesuai yaitu 2 kelompok (50,0%), sedangkan pada kategori produktivitas tidak sesuai terdapat 2 kelompok (50,0%).

4.4 Hasil Uji Bivariat

4.4.1 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Individu Tabel 4.18 Tabel Silang Antara Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

(48)

(16,7%) dengan produktivitas kerja yang sesuai. Sementara, kelelahan kerja ringan dengan produktivitas kerja yang tidak sesuai terdapat 2 orang (8,3%) dan pada kelelahan kerja sedang dengan produktivitas yang tidak sesuai terdapat 6 orang (25%).

Pada hasil uji Rank Spearman antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja diketahui nilai koefisien 0,435 dengan nilai negatif dan nilai p = 0,034 dimana p < 0,05 yang hai ini berarti ada hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja individu pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan tahun 2015.

4.4.2 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif

Hubungan antara dua variabel tidak dapat dilakukan dengan uji statistika karena kedua variabel memiliki ukuran yang berbeda. Kelelahan kerja yang diukur dengan kuesioner Internasionel Fatique Research Committe (IFRC) merupakan kelelahan kerja individual dan tidak dapat transpormasikan kedalam ukuran kelompok (kolektif) sedangkan produktivitas kerja disini merupakan produktivitas (kelompok) kolektif. Variasi distribusi responden antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.19. Gambaran Kelelahan Kerja dan Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Tahun 2015.

(49)
(50)

69

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di

PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

Dari data hasil penelitian dapat diketahui bahwa kelelahan kerja yang dialami pekerja bagian produksi tulangan yaitu pada kelelahan kerja ringan sebanyak 14 orang (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang (41,7%). Kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja dikarenakan proses kerja yang dilakukan merupakan proses kerja fisik, hal ini dapat dilihat dari proses pengerjaan tulangan yang melalui beberapa tahap mulai dari pemotongan besi, pembentukan ujung besi yang membutuhkan ketelitian, dan proses perakitan tulangan hingga membentuk kerangka besi yang siap dicetak menjadi beton.

Pemotongan besi dilakukan dengan cara mengurai gulungan besi untuk dapat disesuaikan posisinya ke alat pemotongan besi. Pada proses ini pekerja akan merasa bahu terasa kaku karena dalam pemotongan besi membutuhkan kekuatan dari kedua tangan dan dibantu dengan kekuatan tubuh bagian atas (bahu, punggung). Besarnya penggunaan tenaga saat melakukan aktivitas tentu akan berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan tubuh untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Semakin besar tenaga yang dituntut oleh pekerjaan tersebut berarti kekuatan dan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut akan semakin rendah pula (Sutalaksana, 2005).

(51)

besi. Pembentukan ujung besi ini membutuhkan perhatian, prosesnya yang singkat akan tetapi dilakukan secara berulang-ulang. Kegiatan-kegiatan yang monoton menjadi penyebab timbulnya kelelahan walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa (Suma’mur, 2009).

Secara umum kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja bagian produksi ini ditandai dengan gejala-gejala umum pelemahan fisik dan pelemahan kegiatan pada kelelahan kerja yang secara umum dirasakan seperti merasa haus, merasa lelah diseluruh tubuh, rasa ingin berbaring, bahu terasa kaku dan gejala lainnya. Hal ini sangat mungkin terjadi karena pekerjaan yang dilakukan pekerja merupakan pekerjaan fisik yang sebagian besar dengan sikap kerja yang berubah-ubah dengan rentan waktu yang cukup singkat dan hampir seluruh proses kerja tulangan beton ini dikerjakan menggunakan kedua tangan. Proses kegiatan pekerjaan seperti ini dapat menimbulkan pembebanan otot secara statis yang dapat menyebabkan kelelahan. Gejala-gejala yang demikian membuat seseorang menghentikan pekerjaannya sebagaimana halnya pelemahan fisik dan pelemahan kegiatan itu yang mengakibatkan tenaga kerja yang bekerja fisik menghentikan kegiatannya (Suma’mur PK 2009).

(52)

Kelelahan kerja pada pekerja juga ditandai dengan adanya pelemahan motivasi seperti rasa cemas terhadap sesuatu, sulit memusatkan perhatian dan gejala lainnya. Rasa cemas terhadap sesuatu merupakan perasaan yang paling sering mucul pada pekerja, berdasarkan data penelitian dalam kategori sering rasa cemas terhadap sesuatu merupaka nilai paling tinggi. Dari keterangan yang ditambahkan oleh pekerja rasa cemas yang dirasakan pekerja berupa rasa cemas terhadap pencapaian target tulangan perharinya. Sebab-sebab psikologis seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik memberi pengaruh yang seakan-akan terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah (Sutalaksana,2005).

Kelelahan kerja juga seringkali terjadi akibat ketidakseimbangan masukan sumber kelelahan (beban kerja) dengan besarnya proses keluaran yang berupa pemulihan. Proses pemulihan dapat dicapai dengan menggunakan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya. Pekerja yang tidak dapat memamfaatkan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya ketika akan bekerja kembali akan mudah mengalami perasaan kelelahan.

(53)

5.2 Produktivitas Kerja Individu pada Pekerja Bagian Produksi

Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

Produktivitas kerja individu pada pekerja bagian produksi tulangan ini dilihat dalam dua aspek yaitu aspek karya dan aspek kemampuan. Aspek karya terdiri atas kuantitas, kualitas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya sedangkan aspek kemampuan terdiri atas inisiatif, konsistensi, perencanaan dan kerjasama tim. Menurut Yuniasih dan Suwanto (2008) bahwa produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Produktivitas fisik dapat diukur dari aspek kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai dapat diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan sikap, perilaku, disiplin, motivasi, kerjasama dan komitmen terhadap pekerjaannya.

Dari hasil penelitian terdapat 16 pekerja dengan produktivitas yang sesuai dan 8 pekerja dengan produktivitas kerja yang tidak sesuai. Persentase pekerja dengan produktivitas sesuai lebih banyak dari pada produktivitas yang tidak sesuai, hal ini memang terlihat pada hasil olah data dari kuantitas pencapaian baik dari segi jumlah dan waktu pada kategori baik terdapat masing-masing <50% dari 24 orang dan kategori cukup terdapat masing-masing <35% dari 24 orang.

(54)

atasan maupun rekan kerja (Simanjuntak, yang dikutip dalam buku Manajemen Sumber Daya oleh Sutrisno, 2009).

5.3 Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan

Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerja dengan produktivitas sesuai terdapat pada kelompok 1 dan kelompok 4 yaitu 12 orang (50%) dikatakan produktivitas sesuai karena didalam satu minggu (6 hari kerja) pekerja pada kelompok 1 dan kelompok 2 karena telah mencapai target yang ditetapkan dalam perencanaan produksi. Produktivitas merupakan hasil perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan (Sinungan, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas kelompok 1 dan kelompok 4 sudah sesuai dengan sasaran pencapaian yang ditetapkan perusahaan.

(55)

5.4 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Individu pada

Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton

Medan 2015

Berdasarkan Uji Rank Spearman antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja diketahui nilai p < 0,05, artinya ada hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

Kelelahan kerja yang terjadi berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Perasaan lelah yang secara terus- menerus dapat menyebabkan seseorang menghentikannya pekerjaanya atau mengambil waktu istirahat. Kelelahan yang semakin bertambah sangat mengganggu kelancaran pekerjaannya dan juga dapat berefek buruk kepada tenaga kerja. Kelelahan kerja yang terjadi akan menunjukkan gejala berkurangnya kekuatan manusia melakukan sesuatu. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik rohani ataupun jasmani) akan memberi pengaruh mengurangi kinerja kerja yang dicapai (Suma’mur PK, 2009).

(56)

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambar (2006) pada tenaga kerja di bagian penjahitan perusahaan garmen menunjukkan adanya hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja.

5.5 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif pada

Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton

Medan 2015

Hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja kolektif tidak dapat ditunjukkan dengan uji statistika karena kedua variabel memiliki ukuran yang berbeda, sehingga hanya dihasilkan gambaran mengenai variasi distribusi responden antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja kolektif. Dari gambaran yang dihasilkan dapat diketahui bahwa produktivitas kerja kolektif sesuai ditemukan pada kelompok yang pekerjanya dengan kelelahan kerja ringan lebih banyak dari pada pekerja dengan kelelahan kerja sedang sebaliknya produktivitas kerja kolektif yang tidak sesuai di temukan pada kelompok yang pekerjanya mengalami kelelahan kerja sedang lebih banyak dibanding pekerja dengan kelelahan kerja ringan.

(57)

76

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015, dapat disimpulakan sebagai berikut:

1. Pekerja yang memiliki kelelahan kerja kategori kelelahan ringan sebanyak 14 orang pekerja (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang pekerja (41,7%). Kelelahan kerja yang terjadi akibat proses kerja yang monotonis dan kurang optimalnya proses pemulihan.

2. Pekerja yang memiliki produktivitas kerja individu sesuai sebanyak 16 orang pekerja (66,7%) dan produktivitas kerja individual tidak sesuai sebanyak 8 orang (33,3%).

3. Pekerja yang memiliki produktivitas kerja kolektif sesuai sebanyak 2 kelompok (50%) dan produktivitas kerja kolektif tidak sesuai sebanyak 2 kelompok (50%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja individu.

6.2 Saran

1. Bagi Pekerja

a. Membiasakan diri melakukan peregangan otot seperti menggerakkan anggota tubuh yang sakit guna mengurangi rasa lelah akibat kegiatan kerja minimal dua jam kerja.

(58)

2. Bagi perusahaan

(59)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan Kerja

2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja

Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme tubuh (Suma’mur, 2009). Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh

agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan adalah ungkapan perasaan yang tidak enak secara umum, suatu perasaan yang kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai yang menguras seluruh minat dan tenaga (Anoraga, 2009). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada hilangnya efesiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).

Kelelahan adalah suatu perasaan yang kurang menyenangkan hingga berpengaruh pada menurunnya kekuatan bergerak dan akhirnya berpengaruh kepada menurunnya prestasi yang dicapai oleh individu yang mengalami kelelahan (Ryna Parlyna dan Arif Marsal, 2013).

(60)

2.1.2 Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja dapat dibedakan berdasarkan: 1) Proses dalam otot yang terdiri dari :

a) Kelelahan otot, adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja

akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar.

b) Kelelahan umum, adalah perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).

2) Penyebab Terjadinya Kelelahan yang terdiri dari:

a) Kelelahan Fisiologis, adalah kelelahan yang timbul karena adanya

perubahan-perubahan faal dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output yang berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.

(61)

dari perubahan tingkah laku atau pendapat-pendapatnya yang sudah tidak konsisten lagi, serta labilnya jiwa dengan adanya perubahan pada kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadaan lingkungan, adanya hukum atau nilai moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya, serta sebab-sebab fisikologis lain seperti tanggung jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul didalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.

3) Waktu terjadinya kelelahan kerja yang tediri dari:

a) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

b) Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi untuk jangka waktu yang panjang. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi

kurang toleran terhadap orang lain.

2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

(62)

2.1.3 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan

Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efesiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the stres). Penyegaran terjadi terutama sewaktur tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain: intensitas lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan (iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll), circadian rhythm, problem psikis (tanggung jawab, kekhawatiran, konflik dll), kenyerian dan kondisi kesehatan, dan nutrisi (Tarwaka, 2004).

Menurut Siswanto yang dikutip dari Ambar (2006), faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan:

a) Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan, b) Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang

berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.

c) Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak

menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja. d) Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

e) Monoton(pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan).

(63)

<20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari, lebih lanjut Suma’mur (2009) juga mengatakan

bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat, kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan kerja otot dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi yang lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.

2.1.4 Proses Terjadinya Kelelahan Kerja

Kelelahan terjadi karena berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan

peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.

(64)

Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut : 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulakan CO2, saerolatic, phospati, dan

sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Oleh Karena itu, dengan adanya aktivitas bekerja persediaan glikogen dalam hati akan menipis. Kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati hanya tersisa 0,7%.

(65)

Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedang lelah dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga (ketegangan emosi). Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat daripada sistem penggerak (Sutalaksana, 2005).

Dalam bukunya “Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas”, Tarwaka (2004) menyebutkan bahwa sampai saat ini masih ada

(66)

gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang.

2.1.5 Gejala-gejala Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul seperti :

1. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa berat,

menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.

2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat

berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.

3. Merasa sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernafasan

merasa tertekan, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan dan kurang sehat badan.

(67)

perbuatan-perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan,tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat (Suma’mur,

2009).

Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) yang dikutip dalam penelitian Yusdarli antara lain:

1) Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada pekerja yang masih “penuh semangat”.

2) Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.

3) Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan

menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang.

Menurut International Labour Organitation (ILO) kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kelelahan. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah kesalahan kerja. Menurunnya kinerja sama artinya dengan menurunnya produktivitas kerja (Depkes RI, 1990).

(68)

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut; kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan, uji psiko-motor (psychomotor test), uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test), perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatique), dan uji mental dengan bourdon wiersman test (Tarwaka, 2004).

1) Kualitas dan kuantitas hasil kerja dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja(waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal

factor.

2) Uji psiko-motor (psychomotor test)

(69)

suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.

3) Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur kelelahan juga dapat menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja. 4) Perasaan kelelahan secara subjektif (subsjective feelings of fatique)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee

(IFRC) jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi tiga puluh daftar pertanyaan yang terdiri dari :

a) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan yaitu perasaan berat

dikepala, lelah seluruh badan, berat dikaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri yidak stabil dan ingin berbaring.

(70)

c) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik yaitu sakit di kepala, kaku dibahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme dikelopak mata,tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat.

5) Uji mental dengan Bourdon Wiersman test

pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.

6) Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2).

Menurut Setyawati KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan-keluhan yang dialami pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan kronis.(Hotmatua, 2009)

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat.

2.1.7 Cara Mengatasi Kelelahan

(71)

pekerjaan dan lingkungan kerja ditempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cutiempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelanggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental psikologis, pemamfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolahan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologis dan psikologis kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan. Demikian pula sangat besar peran dari pengorganisasian proses produksi yang tepat. (Suma’mur, 2009)

Tarwaka (2004) menyebutkan bahwa agar dapat menangani kelelahan dengan tepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Sebagai contoh :

penyebab kelelahan; 1. Aktivitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10. Waktu kerja-istirahat tidak tepat.

(72)

Selain hal tersebut manajemen pengendalian berupa tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris, tindakan kuratif, tindakan rehabilitatis dan jaminan masa tua masih sangat dibutuhkan.

2.2 Produktivitas kerja

2.2.1 Pengertian Produktivitas

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja, “produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif. Suatu

perbandingan antara hasil keluaran dan masuk atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.

Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Sinungan (2005), produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut, produktivitas juga diartikan sebagai:

a) Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

b) Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang

dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) tertentu.

Aigner (dalam Hidayat,1993), mengatakan bahwa filsafat mengenai produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia, karena makna produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang.

(73)

hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari esok (Sutomo, 1991 dikutip dari Dewan Produktivitas Nasional Indonesia). Pengertian lain dari produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal, maka perlu dilakukan pendekatan multidisipliner yang melibatkan semua usaha, kecakapan, keahlian, modal, teknologi, manajemen, informasi dan sumber-sumber daya lain secara terpadu untuk melakukan perbaikan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dari beberapa pengertian produktivitas diatas dapatlah dikelompokkan manjadi tiga yaitu : (Sinungan, 2005)

a) Rumus tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah dari pada yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).

b) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu

mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

c) Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor

esensial yaitu : investasi, termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.

Produktivitas yang dapat dikatakan meningkat apabila:

a) Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber

(74)

b) Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang lebih kecil.

c) Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil.

Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efesien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendaya gunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat. (sinungan, 2005)

Dewasa ini, produktivitas individu mendapat perhatian cukup besar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebenarnya produktivitas manapun bersumber dari individu yang melakukan kegiatan. Namun individu yang dimaksud adalah individu sebagai tenaga kerja yang memiliki kualitas kerja yang memadai.

2.2.2 Produktivitas Kerja

(75)

a) Keseluruhan fisik dibagi unit dari usaha produktif.

b) Tingkat keefektifan manajer industri dalam pengggunaan aktivitas untuk

produksi.

c) Keefektifan dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan.

Dalam setiap kegiatan produksi, seluruh sumber daya mempunyai peran yang menentukan tingkat produktivitas, maka sumber daya tersebut perlu dikelola dan diatur dengan baik.

Menurut Tohardi yang dikutip oleh Sutrisno (2012) bahwa produktivas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja dengan cara selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan.

Menurut Kussrianto yang dikutip oleh Sutrisno (2012), mengemukakan bahwa produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah penggunaan sumber daya serta efesien dan efektif.

(76)

sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.

Sutrisno (2012) membuat sebuah kesimpulan bawa produktivitas kerja terdiri dari tiga aspek, yaitu: pertama, produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha produktif; Kedua produktivitas merupakan tingkat keefektifan dari manajemen industri dalam menggunakan fasilitas-fasilitas untuk produksi dan ketiga, produktivitas adalah keefektivan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman dan Tarwaka merinci faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas secara umum (Tarwaka, 2004).

1) Motivasi. Motivasi merupakan kekuatan atau motor kegiatan seseorang

kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.

2) Kedisiplinan. Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam

perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika norma dan kaidah yang berlaku.

3) Etos kerja. Etos kerja merupakan salah satu penentu produktivitas, karena

(77)

melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

4) Keterampilan. Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manejerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam perubahan teknologi mutakhir.

5) Pendidikan. Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat dikuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.

Menurut Simanjuntak, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu : (Sutrisno,2009)

1) Pelatihan

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan
Tabel 4.1.  Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
Tabel 4.2.  Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Untuk anak yang masih sekolah minta surat keterangan dari sekolah atau salinan kartu pelajar yang masih berlaku..  Bukti keuangan 3 bulan terakhir dari yang bersangkutan,

Kelaparan yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari fenomena kemiskinan, yang sudah lebih dulu ada sejak bahkan sebelum bangsa Amerika terbentuk, kini

1) Kemiskinan (Proper) Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok.

Seperti halnya kepentingan nasional ekonomi Amerika Serikat yang menginginkan hegemoni di kawasan Asia Selatan sebagai kekuatan ekonomi nomor satu dikawasan

Falling behind merupakan kompilasi dari berbagai esai yang terfokus pada pertanyaan pokok , “Mengapa terjadi kesenjangan di antara Amerika Latin dan Amerika serikat

Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, maka perlu dicarikan pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada

Kredit tersebut akan dibajar lunas setjara berangsur-angsur oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan barang-barang ekspor Indonesia atau dengan mata uang

1) Peubah tanaman perkebunan karet yang mempengaruhi nilai backscatter citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter adalah ukuran diameter tanaman rata-rata dan luas bidang dasar (lbds)