• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Omamori Dalam Masyarakat Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Fungsi Omamori Dalam Masyarakat Jepang"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala

puji milik Allah yang telah menciptakan manusia dan mengajarkan apa-apa yang

tidak diketahui. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah keharibaan

Rasulullah Muhammad SAW.

Atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul Fungsi Omamori Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang, yang merupakan

syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih ada kekurangan,

baik dari isi maupun pembahasanny. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih,

penghargaan dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepda pihak-pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain kepada :

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum sebagai Ketua Jurusan Sastra

Jepang.

3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S. Ph.D selaku pembimbing I.

(3)

5. Para Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Ilmu Budaya, khususnya para

Dosen dan Staf Pegawai di Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera

Utara .

6. Seluruh sahabat dan rekan-rekan Mahasiswa/I Sastra Jepang. Terima kasih

atas doa dan dukungan semangatnya.

7. Teristimewa buat kedua Orangtua tercinta yang telah mengasuh,

membimbing,, member semangat dan memenuhi segala kebutuhan penulis.

Terima kasih atas segala jasa dan cinta kasih yang tidak ternilai yang

diberikan kepada penulis.

8. Semua pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini dimana tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Medan, 12 Juli 2012 Penulis

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………... iii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Perumusan Masalah……… 8

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……….. 9

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………… …... 10

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 13

1.6 Metode Penelitian……… 14

BAB II OMAMORI DALAM KEPERCAYAAN JEPANG…… 15

2.1 Bentuk Kepercayaan Masyarakat Jepang……… 15

2.2 Fungsi Kepercayaan Jepang………. 17

2.3 Omamori dalam Kepercayaan Jepang………. 19

2.3.1 Jenis Omamori……… 21

2.3.2 Tujuan Penggunaan Omamori...………. 25

BAB III FUNGSI OMAMORI DALAM MASYARAKAT JEPANG 31

(5)

3.1.1 Fungsi Omamori untuk bepergian………. 32

3.1.2 Fungsi omamori agar terhindar dari kejahatan……… 33

3.1.3 Fungsi Omamori untuk keberuntungan……….. 34

3.1.4 Fungsi Omamori untuk Pendidikan……….. 34

3.1.5 Fungsi Omamori untuk Bisnis………...…… 35

3.1.6 Fungsi Omamori untuk Memperoleh Pasangan... 36

3.1.7 Fungsi Omamori untuk kehamilan dan kelahiran yang Mudah……..………... 36

3.2. Pemegang Jimat………... 37

3.3 Pembuat Jimat………... 39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 41

4.1 Kesimpulan……… 42

4.2 Saran……… 43

DAFTAR PUSTAKA……… 44

(6)

ABSTRAK

FUNGSI OMAMORI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Diantara fenomena tradisi keagamaan popular di jepang adalah omamori.

Omamori merupakan sebuah jimat yang dapat memberikan perlindungan bagi

seseorang yang memegangnya. Omamori juga dianggap sebagai kombinasi

relijius dan jimat keberuntungan. Saat ini omamori dapat diperoleh dari kuil

Shinto maupun kuil budha.

Menurut sejarahnya, jimat-jimat tradisional semacam ini bermula dari

adanya kepercayaan kuno animisme dan kepercayaan panteisme tentang

hubungan supranatural yang berasal dari fenomena alam seperti matahari, bulan,

gunung, sungai, hutan, dan sebagainya. Semua itu mempengaruhi aura kehidupan

manusia dan berefek pada kesehatan,kemakmuran, dan kebahagiaan. Untuk

mengingatkan manusia kepada generasi akan kekuatan lain di atas dirinya itu.

Maka dibuatlah jimat-jimat tersebut yang bahannya bersumber pada alam (kayu,

kertas, atau daun). Penggunaan jimat ini ternyata sudah meluas bahkan di zaman

modern sekarang.

Pengguna omamori di Jepang dapat dikatakan cukup merajalela sampai

saat ini. Pada hari-hari liburan, khususnya pada tahun baru, banyak orang Jepang

yang rela mengantri panjang untuk membeli omamori di kuil-kuil terkenal dengan

harapan setahun itu mereka dilindungi dan terhindar dari bencana. Selain menjadi

jimat pelindung, omamori juga sering dijadikan hadiah ketika menjenguk orang

sakit atau melahirkan, bahkan dihadiahkan pada orang yang hendak mengikuti

(7)

Omamori pada masa lalu di Jepang bentuknya besar. Ada yang seperti

labu, lonceng, bel, dan lain sebagainya. Akhirnya sesuai dengan perkembangan

jaman muncullah omamori-omamori yang berukuran mini seperti saat ini.

Omamori berukuran kecil yang ada di Jepang saat ini lebih praktis karena bisa

disimpan dengan nyaman.

Jimat digunakan oleh orang-orang dalam kaitan dengan kekuatan gaib

yang mampu melindungi dari marabahaya, dan juga untuk mendapatkan

kesejahteraan, kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan.

Jimat dimata orang Jepang adalah dianggap sebagai motivator untuk

mendorong mereka sukses dalam apapun. Hal ini disebabkan karena orang Jepang

sendiri menjadikan jimat-jimat ini sebagai suatu kebutuhan dalam hidup

sehari-hari mereka. Selain itu dikarenakan ada semacam sugesti diri yang terbangun

dalam diri orang Jepang jika mereka memilih jimat yang tepat. Itulah sebabnya

mereka tidak akan sungkan untuk membeli jimat yang diinginkan setiap tahun

atau di setiap kesempatan.

Bagi mereka, omamori dipercaya bisa membawa keberuntungan baik pada

usaha maupun hidup mereka. Banyak orang Jepang menggunakan jimat ini untuk

menangkal kesialan seperti kecelakaan mobil dan kebakaran. Bahkan banyak juga

atlit yang dating ke kuil untuk berdoa agar ia mendapatkan keberuntungan di awal

musim.

Dari banyaknya fenomena seperti ini, kita dapat melihat bahwa

masyarakat Jepang masih saja mempercayai dunia lain dan keberadaan

(8)

dipengaruhi oleh kebudayaan dan tradisi bangsa mereka. Sejak dahulu kala,

kepercayaan dan tradisi mereka seperti Shinto telah menanamkan rasa percaya

terhadap keberadaan supranatural.

Konsep Shinto mengenai dunia kematian menjadi penyebab kuat mengapa

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai manusia kita mempercayai adanya kekuatan tak tampak yang

mengatur segala aktivitas ataupun kegiatan kita sehari-hari. Hal ini tentu saja kita

sadari sebagai suatu kepercayaan yang diyakini sekaligus dirasakan dalam

kehidupan ini. Dialah Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan alam dan isinya,

sehingga manusia dapat bertemu dan berkomunikasi dengan sesama manusia atau

makhluk lainnya.

Kepercayaan pada “yang adikodrati”, dengan siapa manusia berhubungan

dalam pengalaman religiusnya, merupakan gambaran khas semua agama dan

dianggap sebagai yang umum dan merata (ada dalam setiap agama). Kendati

demikian, kepercayaan pada Tuhan ada dalam banyak manifestasi yang berbeda

dalam hampir semua agama. Di mana satu Tuhan dipercayai dan disembah

sebagai Yang Mahatinggi, secara implisit dan eksplisit hal itu mengesampingkan

Yang Mahatinggi lainnya (Mariasusai Dhavamony, 1995: 121).

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari aktivitas

keagamaan atau biasa yang disebut dengan kegiatan religi. Berbagai kegiatan

bahkan upacara peringatan dilakukan di berbagai wilayah setiap Negara, dengan

tujuan yang sama, yaitu untuk memperoleh kasih sayang dan kebahagiaan dari

sang pencipta. Demikian halnya dengan negara Jepang yang memiliki berbagai

macam kegiatan keagamaan. Masyarakat berpikir serta merasa dan bertindak

(10)

menghuni seluruh alam semesta dalam keadaan yang seimbang. Tiap tenaga gaib

itu merupakan bagian dari kosmos dan bagian dari keseluruhan hidup jasmaniah

dan rohaniah. Keseimbangan inilah yang harus ada dan tetap dijaga, apabila

terganggu maka harus dipulihkan. Memulihkan keseimbangan ini berwujud dalam

beberapa upacara, pantangan dan ritus-ritus. Kegiatan –kegiatan upacara atau

perayaan yang dilakukan tidak selalu dilaksanakan dari segi religi saja, tetapi

berdampingan dengan kegiatan budaya. Karena antara religi dan budaya hampir

memiliki kesamaan, namun berbeda antara pengertian maupun pelaksanaannya.

Kebudayaan merupakan wujud ideal yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba dan

ada dalam pikiran manusia, misalnya: gagasan, ide, norma, religi dan sebagainya

(Koentjaraningrat, 1974: 376-377).

Hori Ichiro (1968: 1) mengatakan bahwa agama-agama yang beraneka

ragam yang tumbuh dan berkembang di dunia secara umum dapat dibagi dua,

yaitu agama yang terlembaga (Institusionalized Religion) dan agama rakyat (Folk

Religion). Yang termasuk ke dalam agama yang terlembaga ini antara lain seperti:

Agama Kristen, Agama Budha dan Shinto, sementara yang termasuk ke dalam

agama yang tidak terlembaga (Folk Religion) adalah pemujaan leluhur dan

pemujaan alam (Natural Religion). Agama Jepang adalah Shomin Shinko

(Kepercayaan Rakyat), yang dipengaruhi oleh agama Budha dan konfusionisme.

Ajaran ini termasuk ke dalam kehidupan masyarakat Jepang. Sehingga tatakrama

dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Konfusionisme. Ajaran ini menekankan

tatanan alam yang rasional dan manusia adalah suatu unsur harmonis yang

(11)

Dalam hal sistem kepercayaan masyarakat Jepang, dapat dikatakan bahwa

tidak ada Negara lain yang memiliki sistem kepercayaan primitif sekuat Jepang.

Hal ini bisa dipahami dari masih kuatnya nilai-nilai tradisional kepercayaan

Shinto dalam masyarakat.

Sebagai Negara yang telah berhasil membangun hampir semua bidang

kehidupannya, Jepang ternyata tidak begitu saja meninggalkan budaya

tradisionalnya. Keberhasilan Jepang khususnya tampak dalam bidang kebudayaan

material yaitu dengan mengikuti beberapa kebudayaan barat dalam prilaku

kehidupannya sehari-hari, tetapi dalam prilaku budaya spiritual Jepang tidak

mengalami perubahan sehingga Jepang sering dikenal sebagai Negara yang

mempunyai kebudayaan yang berwajah dua. Yang dimaksud dengan kebudayaan

yang berwajah dua, yaitu pertama wajah modern yang diartikan sebagai wajah

barat dengan pola hidup sehari-hari yang tampak mirip dengan bangsa Barat.

Kedua, wajah tradisional, yaitu dengan masih banyaknya kegiatan masyarakat

Jepang yang tampak dalam bidang ritual dengan penyelenggaraan matsuri atau

ritual, maupun berbagai kesenian yang masih dipertahankan sebagai bagian dari

budaya tradisional yang telah ada sejak zaman kuno. Masyarakat Jepang memang

terkenal sebagai masyarakat yang patuh dan taat terhadap adat istiadat, mereka

begitu menghargai dan memelihara budaya yang telah diturunkan oleh para

leluhur, sehingga bagaimanapun majunya Negara Jepang saat ini mereka tetap

saja melestarikan kebiasaan dan ritual-ritual rutin yang telah ditetapkan sejak

dahulu. Dalam penyelenggaraan ritus atau upacara keagamaan yang dilakukan

oleh masyarakat Jepang, banyak hal yang dipersiapkan seperti halnya dalam

(12)

Shinto, yang berarti “jalan dewa” merupakan kepercayaan asli Jepang.

Shinto didasarkan pada pemikiran yang percaya dengan banyak dewa

(polytheisme) dan kekuatan alam (matahari, bulan, gunung, laut, ombak, angin,

petir, dll). Sehingga hal ini berpengaruh pada sikap hormat yang sangat tinggi

masyarakat Jepang kepada alam, yang ditunjukkan dengan sikap merawat alam

hingga saat ini.

Shinto pada dasarnya merupakan keyakinan yang terbentuk karena adanya

pengaruh Budha yang masuk dari Cina dan Korea, sehingga Butsudo (jalan

Budha) disebut sebagai kepercayaan dari “luar”. Pada prosesnnya, nilai-nilai

Budha disesuaikan dengan nilai-nilai Jepang (di-Jepangkan). Sebenarnya,

kepercayaan Shinto sangat sekuler (dalam arti hanya bersifat kepercayaan

keduniawian), dan mereka percaya tidak ada kehidupan setelah mati. Kepercayaan

masyarakat inilah yang menjadi dasar orang Jepang untuk mengejar keduniawian

dan tidak takut mati (karena tidak percaya pada neraka). Sedangkan di sisi lain,

dalam Budha ada kepercyaan tentang kehidupan setelah mati (akhirat) dan ada

reinkarnasi. Maka, hampir 98% masyarakat Jepang menggunakan tatacara Budha

dalam upacara kematiannya.

Jepang sebagai Negara maju masih sangat percaya dengan hal-hal berbau

mistis. Salah satu kepercayaan masyarakat Jepang adalah kepercayaan masyarakat

terhadap perjimatan dan yang paling banyak dipakai di dalam perjimatan adalah

omamori.

Takhayul Jepang berakar pada budaya dan sejarah Jepang dan rakyat

(13)

dalam sejarah Jepang. Sejumlah takhayul Jepang memiliki dasar mereka dalam

adat dan budaya Jepang dan dimaksudkan untuk mengajar atau melayani sebagai

nasihat praktis.

Takhayul menurut Mustafa Kamal (2003) berasal dari Tahayalat yang

artinya hayalan. Oleh karena itu tahayul adalah merupakan cerita hayalan dari

manusia. Takhayul atau mitos atau sesuatu yang tidak nyata (khayali) jadi

takhayul itu hanya ada dalam cerita-cerita yang tidak jelas asal-usulnya atau cerita

dalam mimpi dan cerita yang tidak masuk akal. Sedangkan menurut Yusfitriadi

(2007) takhayul adalah sesuatu yang tidak nyata ( Mustafa Kamal dalam M.

Mubarak, 2009:18).

Takhayul seseungguhnya hanyalah khayalan belaka. Ia merupakan

bayangan yang diimajinasikan. Takhayul adalah semacam system kepercayaan ,

ada unsure keyakinan terhadap seseuatu yang ada di luar jangkauan nalar dan

logika. Lalu keyakinan ini boleh jadi mentradisi ketika ditransformasikan dari

generasi ke generasi (http://kompas.com) .

Beberapa takhayul yang umum di Jepang telah diimpor dari budaya lain.

Orang Jepang juga berbagi takhayul dengan budaya Asia lainnya, khususnya

Cina , dengan siapa mereka berbagi ikatan sejarah dan budaya yang signifikan.

Sebagian besar takhayul Jepang berkaitan dengan bahasa. Angka dan

benda yang memiliki nama yang homofon untuk kata-kata seperti "kematian" dan

"penderitaan" biasanya dianggap sial. Takhayul lainnya, berkaitan dengan arti

(14)

pada tradisi kuno yang menyembah berhala, animisme budaya dan menganggap

hidup dan hal-hal alami sebagai memiliki kekuatan tertentu atau alkohol. Dengan

demikian, takhayul Jepang banyak melibatkan keyakinan tentang hewan dan

penggambaran hewan mewujudkan nasib baik atau buruk.

Diantara fenomena tradisi keagamaan populer di Jepang adalah omamori

atau jimat, yang telah mengalami peningkatan popularitas selama dekade terakhir.

Dilihat dari dasarnya sebagai media dimana kekuatan suci kehidupan mengalir ke

manusia, omamori ini konsisten dan ekspresif dalam beberapa tema lama yang

ada dalam tradisi Jepang (Eugene R. Swanger 1981:237). Omamori adalah jimat

keberuntungan yang biasanya dijual di kuil-kuil di Jepang. Omamori sendiri

berasal dari kata mamori yang berarti “melindungi” atau “memberikan

perlindungan”.

Omamori berbentuk sebuah kantung yang terbuat dari kain berdekorasi

yang didalamnya terdapat lipatan kertas atau potongan kayu bertuliskan nama

dewa yang sudah didoakan agar memberikan perlindungan dan keberuntungan

pada si pemiliknya. Karena bentuknya yang kecil, orang Jepang sering

menggantungkan omamori pada tas, ponsel, atau dalam kaca spion di dalam mobil.

Omamori juga digunakan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan secara

menyeluruh terhadap permasalahan dalam kehidupan seperti penyakit, kecelakaan,

kebakaran, keselamatan dalam kelahiran bayi, kebangkrutan dan lain-lain.

Secara harfiah, di dalam bahasa Jepang kata omamori berarti “melindungi

atau mempertahankan”. Di Jepang sendiri, omamori merupakan jimat

(15)

Adapun pengertian omamori menurut Jeremy Roberts dalam bukunya

Japanese Mythology adalah sebagai berikut:

Omamori is a token or amulet that can protect the person who holds it. An omamori extends the blessing and protection of a kami or Buddhist deity. An omamori might be considered a combination religious medal and good luck charm. Today, omamori can be obtained from Shinto and Buddhist temples.

Disebutkan bahwa omamori merupakan sebuah jimat yang dapat

memberikan perlindungan kepada seseorang yang memegangnya. Omamori juga

dianggap sebagai kombinasi religious dan jimat keberuntungan. Saat ini omamori

dapat diperoleh dari kuil Shinto maupun kuil budha.

Omamori berbentuk sebuah kantung terbuat dari kain berdekorasi yang di

dalamnya terdapat lipatan kertas atau potongan kayu bertuliskan nama dewa yang

sudah didoakan agar memberikan perlindungan dan keberuntungan pada

pemiliknya. Omamori ini digunakan dengan tujuan untuk memberikan

perlindungan secara menyeluruh terhadap permasalahan dalam kehidupan seperti

penyakit, kecelakaan, kebakaran, keselamatan dalam kelahiran bayi, kebangkrutan

dan lain-lain. Karena bentuknya yang kecil, orang Jepang biasanya sering

menggantungkan omamori pada tas, ponsel, atau di kaca spion dalam mobil.

Pada awalnya omamori disimpan dalam sebuah tabung bambu kecil dan

dikenakan seperti sebuah kalung, sekarang ini telah dibuatkan kantong khusus dari

kain (omamori bukuro) dan dikenakan oleh mereka yang menginginkan

perlindungan. Biasanya, omamori ini didesain dengan berbagai bentuk khas

berdasarkan lokasi pembuatannya, dan terdapat nama kuil tempat dibuatnya

(16)

dan lain-lain. Bahkan belakangan ini telah dibuat juga omamori yang

menampilkan gambar karakter tokoh-tokoh kartun.

Warga Jepang khususnya di saat tahun baru berduyun-duyun pergi ke kuil

untuk berdoa memohon berkat di tahun yang baru. Sebelum pulang dari kuil

mereka membeli jimat pembawa keberuntungan. Bagi mereka selain jimat

tersebut sebagai pembawa keberuntungan juga dapat dipercaya sebagai pengusir

nasib buruk, penyakit dan malapetaka. Berakar dari Shinto dan adat istiadat kuno

yang masih berakar hingga saat ini, orang Jepang pun sampai sekarang masih suka

membeli jimat.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menulis skripsi yang

berjudul: “Omamori Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam diskursus modern, kata azimah disamakan dengan “jimat”, yaitu

sebuah benda tertentu yang diyakini menyimpan energi magis yang mampu untuk

membantu para pemiliknya dalam memenuhi segala macam keperluan. Dalam hal

ini, azimat diyakini memiliki kekuatan-kekuatan tertentu yang dapat dijadikan

sarana yang unik untuk mewujudkan keinginan manusia. Seperti dapat

mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan, serta beberapa

keampuhan magis lainnya misalkan mendatangkan jodoh, rezeki melimpah,

pelaris, benteng rumah, dsb.

Secara umum memang semua jimat memiliki kekuatan magis tersebut

(17)

Kekuatan mistik yang ada dalam jimat selama ini belum banyak yang

mengetahuinya. Mereka hanya sekedar meyakini bahwa benda-benda itu memiliki

kekuatan magis dan mistis yang dapat membantu si pembuat dan pemiliknya

untuk mendatangkan segala macam kebutuhan. Atau paling tidak, masyarakat

percaya bahwa energi yaitu kekuatan mistik itu memang ada dalam sebuah benda

hingga akhirnya dapat terlihat sakti dan sebagainya. Akan tetapi, masyarakat tidak

pernah mencari informasi untuk mengetahui rahasia dasar dari kekuatan

jimat-jimat itu. Misalkan, bagaimana ia bisa memiliki kekuatan gaib dan mistik seperti

itu, kenapa bisa mendatangkan keberuntungan, mendatangkan jodoh, rezeki,

menghindarkan dari bala, bahkan konon ada yang bisa menghilang dan muncul

lagi.

Karena diberikan latar belakang sejarah yang berpijak pada hal

supranatural, tidaklah mengherankan bahwa masyarakat Jepang menawarkan

kombinasi dari hal primitif dan maju, dari yang kuno dan yang trendi, dari yang

mistik dan yang biasa sehingga membuat penasaran.

Dalam bentuk pertanyaan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

‐ Bagaimana rakyat Jepang dalam memaknai dan memfungsikan jimat dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam skripsi ini penulis membatasi pembahasan mengenai fungsi ketujuh

jenis jimat yang umum dipakai oleh orang Jepang menurut teori dari buku Eugene

(18)

terdapat tujuh jenis jimat atau omamori yang lazim dipakai di Jepang. Di sini

tentu nantinya akan dapat dilihat bagaimana masyarakat Jepang sendiri dalam

memfungsikan jimat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Agar dalam

pembahasan tentang jimat ini lebih jelas dan akurat, maka sebelum bab

pembahasan penulis akan menjelaskan sedikit tentang budaya jimat dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Selain itu juga akan dibahas mengenai

macam-macam jimat di Jepang.

Dan pada bab pembahasan penulis juga akan membahas tentang kegunaan

jimat itu sendiri di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Berbicara tentang jimat maka tidak terlepas dari pengaruh kepercayaaan

Shinto dan Budha. Meskipun agama yang terbesar di Jepang dewasa ini adala

Budha, tetapi Shinto tetaplah menjadi agama asli Jepang. Menurut Mariasusai

Davamony bahwa perbedaan antara magis dengan agama harus diterima, tetapi

kita tidak dapat menentukan pemisahan yang luas antara keduanya karena

memang ada kasus-kasus terjadinya peristiwa dimana magis merupakan isi dari

fenomena religius (dikutip dari fenomenologi agama, 1995: 54).

Jimat bagi orang Jepang dipercaya sebagai pelindung manusia dari

berbagai hal-hal negatif. Dengan jimat tersebut maka orang Jepang

menggunakannya dengan berbagai maksud dan tujuan seperti untuk penangkal

musibah, penangkal kebakaran, pelancar usaha, bahkan ada yang untuk pelancar

(19)

Di jaman modern saat ini, jimat di Jepang telah digunakan untuk berbagai

maksud. Kadang pula diberikan kepada kerabat atau kenalan yang sedang sakit

agar cepat sembuh atau agar anak-anak selalu sehat. Dapat dikatakan pula

meskipun Jepang telah mengalami kemajuan tetapi tetap tidak menghilangkan

budaya asli mereka yang merupakan karakteristik dari bangsa Jepang sendiri.

Dalam meneliti pembahasan ini penulis menggunakan buku sebagai acuan.

Buku-buku tersebut adalah Asian Folklore Studies yang ditulis oleh Eugene R.

Swanger dan Peter Takayama. Lalu ada buku Japanese Manners and Customs in

the Meiji Era yang ditulis oleh Yanagita. Buku ini digunakan untuk menjelaskan

tentang omamori di Jepang. Kemudian buku lain yang dijadikan acuan adalah:

Japanese Mythology A to Z yang ditulis oleh Jeremy Roberts, selain itu juga

menggunakan buku Folk Religion In Japan yang disusun oleh Hori Ichiro dan

diterbitkan oleh University Of Chicago pada tahun 1986.

Selain mengumpulkan dan memanfaatkan buku-buku, penulis juga berusaha

mencari data dari situs internet dengan mencantumkan tanggal kapan

data-data tersebut diperoleh.

2. 4.1 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976: 11) berfungsi sebagai

pendorong berpikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret,

suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi

pembahasan terhadap fakta-fakta konkret yang tidak terbilang banyaknya dalam

(20)

Yanagita Kunio di dalam bukunya yang berjudul Japanese Manners and

customs in the Meiji Era menyebutkan hal sebagai berikut:

Japanese have probably always believed in amulets of one type or another, but the modern printed charms now given out by shrines and temples first became popular in the Tokugawa period or later, and the practice of wearing minature charms on one's person is also new. The latter custom is particularly common in cities (Yanagita 1969: 314-315).

Terjemahan :

Orang Jepang meungkin mempercayai satu macam jimat atau lainnya, tetapi jimat

yang cetak modern saat ini yang dibuat oleh kuil pertama sekali popular pada

masa Tokugawa atau setelahnya, selain itu pemakaian jimat mini pada seseorang

juga tergolong baru. Kebiasaan terakhir ini umum terjadi di daerah perkotaan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jimat omamori muncul awalnya

pada Era Tokugawa atau setelahnya. Penggunaan jimat yang berukuran kecil di

Jepang saat ini merupakan kebiasaan yang tergolong baru sehingga bisa dikatakan

tidak terlepas dari tradisi keagamaan.

Masing-masing negara, bahkan setiap individu memiliki konsep yang

berbeda dalam memahami arti religi (agama) dalam kehidupannya, namun

perbedaan itu tetap berpangkal pada satu keyakinan terhadap adanya Tuhan.

Mengenai konsep religi bagi masyarakat Jepang, ada dua konsep dasar ketuhanan.

Konsep pertama menyatakan tuhan sebagai suatu entitas lebih tinggi yang

(21)

sebagagi dasar dari segala yang ada atau merupakan inti terdalam dari realitas

( Bellah, Robert. N,1992: 81).

Dalam membahas tentang kepercayaan masyarakat Jepang pastilah tidak

terlepas dari Shinto. Shinto bukanlah sebuah agama seperti yang selama ini

diketahui. Hori Ichiro dalam Folk Religion In Japan mengklasifikasikan Shinto

sebagai sebuah kepercayaan rakyat. Pada awalnya, manusia memang meyakini

adanya kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. Akan tetapi, manusia

mengartikan bahwa alamlah yang menjadi Tuhan. Mereka menyembah matahari,

pohon, batu, dan ada juga yang meyakini roh leluhurnya.

Dan menurut Robert N. Bellah, religi dapat diartikan sebagai sikap-sikap

dan tindakan-tindakan manusia yang bersangkutan dengan keprihatinan yang

paling mendasar (Ultimate Concern). Dan tindakan religius adalah setiap tindakan

yang terarah kepada yang suci dan ilahi.

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan konsep pendekatan religi.

Konsep Religi menurut Koentjaraningrat (1974: 137) adalah sistem kepercayaan

yang mengandung keyakinan dan bertujuan mencari hubungan antara manusia

dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk halus lain yang mendiami alam gaib.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. 5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai

berikut:

(22)

2. Untuk menjelaskan peranan jimat dalam kepercayaan rakyat Jepang

3. Untuk menjelaskan macam-macam jimat yang ada di Jepang.

1. 5.2 Manfaat Penelitian

1. Agar pelajar bahasa Jepang dapat mengetahui bagaimana sebenarnya

fungsi dan makna jimat di Jepang

2. Agar para pelajar bahasa Jepang dapat memperkaya ilmunya dengan

membaca karya tulis ini. Karena di dalam karya tulis ini terdapat

penjelasan tentang budaya Jepang.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Koentjaraningrat,

1974). Fakta yang tampak dihubungkan satu dengan yang lainnya di dalam

aspek-aspek yang diselidiki.

Teknik penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Studi

kepustakaan yaitu, mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama

berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil,

hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian, khususnya

buku-buku yang menyangkut tentang kepercayaan rakyat Jepang dan tentang

(23)

Penulis mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi, mengkaji dan akhirnya

(24)

BAB II

OMAMORI DALAM KEPERCAYAAN JEPANG

2.1 Bentuk Kepercayaan Masyarakat Jepang

Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada

yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang hanya

menganggap kegiatan tersebut sebagai ritual sehari-hari dan tidak merasakan

bahwa itu sebagai kewajiban yang harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh

khidmat dan kesungguhan hati.

Masing-masing negara, daerah, bahkan setiap individu pasti memeluk dan

meyakini agama atau kepercayaan yang mungkin berbeda satu sama lainnya.

Namun, perbedaan yang terlihat hanyalah dari segi pelaksanaan ibadah atau tata

cara berdo’a. Karena setiap agama memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menuju

kepada kebaikan, perdamaian, kebersamaan dan meraih kasih sayang dari Yang

Maha Kuasa, tuhan yang menciptakan seluruh makhluk dan alam semesta ini.

Keyakinan tersebut merupakan kekuatan setiap individu untuk terus

bertahan dan menjalankan kehidupan ini dengan baik. Bagi orang-orang yang

ingin mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, akan melaksanakan

kewajibannya dengan baik sehingga akan mendapatkan ketenangan hidup lahir

dan bathin.

Takhayul Jepang berakar pada budaya dan sejarah Jepang dan rakyat

Jepang . Kepercayaan takhayul yang umum di Jepang , sebagian memiliki akar

(25)

adat dan budaya Jepang dan dimaksudkan untuk mengajar atau melayani sebagai

nasihat praktis.

Takhayul menurut Mustafa Kamal (2003) berasal dari Tahayalat yang

artinya hayalan. Oleh karena itu tahayul adalah merupakan cerita hayalan dari

manusia. Takhayul atau mitos atau sesuatu yang tidak nyata (khayali) jadi

takhayul itu hanya ada dalam cerita-cerita yang tidak jelas asal-usulnya atau cerita

dalam mimpi dan cerita yang tidak masuk akal. Sedangkan menurut Yusfitriadi

(2007) takhayul adalah sesuatu yang tidak nyata ( Mustafa Kamal dalam M.

Mubarak, 2009:18).

Takhayul seseungguhnya hanyalah khayalan belaka. Ia merupakan

bayangan yang diimajinasikan. Takhayul adalah semacam system kepercayaan ,

ada unsure keyakinan terhadap seseuatu yang ada di luar jangkauan nalar dan

logika. Lalu keyakinan ini boleh jadi mentradisi ketika ditransformasikan dari

generasi ke generasi (http://kompas.com) .

Beberapa takhayul yang umum di Jepang telah diimpor dari budaya lain.

Para unluckiness jalan satu kucing hitam melintas adalah salah satu contoh

terkenal. Orang Jepang juga berbagi takhayul dengan budaya Asia lainnya,

khususnya Cina , dengan siapa mereka berbagi ikatan sejarah dan budaya yang

signifikan.

Sebagian besar takhayul Jepang berkaitan dengan bahasa. Angka dan

benda yang memiliki nama yang homofon untuk kata-kata seperti "kematian" dan

(26)

harfiah dari kata-kata. Bagian lain yang signifikan dari takhayul Jepang berakar

pada kuno Jepang kuno Pagan (penyembah berhala), animisme budaya dan

menganggap hidup dan hal-hal alami sebagai memiliki kekuatan tertentu atau

alkohol. Dengan demikian, takhayul Jepang banyak melibatkan keyakinan

tentang hewan dan penggambaran hewan mewujudkan nasib baik atau buruk.

2.2 Fungsi Kepercayaan Jepang

Negara Jepang dikenal sebagai bangsa yang sangat menghargai alam.

Masyarakat Jepang memiliki suatu kebudayaan yang mendasar dalam memandang

alam sebagai segala sesuatu yang hidup dan humanis. Menurut Brahmantyo

(2008), masyarakat Jepang adalah masyarakat yang selalu menghargai leluhur,

termasuk leluhur alam. Bagi mereka, semua makhluk memiliki jiwa yang patut

dikenang, semua tidak terkecuali, baik itu yang hidup dan bergerak, seperti

manusia dan hewan, yang hidup dan yang tidak bergerak, seperti tumbuhan,

maupun yang tidak hidup dan tidak bergerak, seperti gunung, sungai, laut, air

terjun, batu, semua memiliki jiwa.

Wicaksono (2005), menyatakan bahwa bangsa Jepang memandang alam

seperti halnya manusia. Mereka “hidup”, mempunyai “perasaan”, serta “bahasa”.

Hal ini sangat berkaitan erat dengan sistem kepercayaan masyarakat Jepang.

Dikatakan bahwa tidak ada negara lain di dunia ini yang memiliki sistem

kepercayaan primitif sekuat yang dimiliki oleh masyarakat Jepang. Hal ini dapat

dipahami dari masih kuatnya nilai-nilai tradisional kepercayaan Shinto dalam

masyarakat. Menurut Temples in Japan dalam People All Over the World Irasshai

(27)

kepercayaan asli masyarakat Jepang. Shinto didasarkan pada pemikiran yang

percaya dengan banyak dewa (politheisme) dan kekuatan alam (matahari, bulan,

gunung, laut, angin, ombak, petir, dan sebagainya), sehingga hal ini berpengaruh

pada sikap masyarakat Jepang yang menaruh hormat sangat tinggi terhadap alam.

Bukan hanya dalam kepercayaan Shinto saja, dalam agama Buddha yang juga

merupakan kepercayaan masyarakat Jepang selain Shinto dan memiliki pengaruh

yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat Jepang pun mempunyai konsep

ajaran yang hampir serupa, yaitu bahwa alam adalah pusat kehidupan.

Masing-masing negara, bahkan setiap individu memiliki konsep yang

berbeda dalam memahami arti religi (agama) dalam kehidupannya, namun

perbedaan itu tetap berpangkal pada satu keyakinan terhadap adanya Tuhan.

Mengenai konsep religi bagi masyarakat Jepang, ada dua konsep dasar ketuhanan.

Konsep pertama menyatakan tuhan sebagai suatu entitas lebih tinggi yang

memelihara, memberikan perlindungan dan cinta, konsep kedua adalah tuhan

sebagagi dasar dari segala yang ada atau merupakan inti terdalam dari realitas

( Bellah, Robert. N,1992: 81).

Maka, dapat diketahui bahwa konsep dasar tentang religi Jepang juga

mengajarkan hal yang sama pada seluruh penganutnya. Keberadaan sang Pencipta

sudah seharusnya kita yakini dalam hati kita masing-masing. Hal itu dapat kita

rasakan, ketika kita merasakan kegelisahan atau kesedihan, dengan keyakinan

terhadap Tuhan akan dapat memberi ketenangan.

Begitu juga pada saat hadirnya kebahagian akan timbul rasa syukur atas

(28)

merupakan salah satu negara religius, dan dalam satu tahun penuh terdapat

kegiatan ritual keagamaan yang tetap berlangsung di negara paling timur ini.

Negara Jepang mempunyai keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan

negara maju lainnya. Mereka masih mempercayai hal-hal yang berbau

supranatural dalam kehidupan sehari-harinya. Pada setiap tahun baru, orang

Jepang mempunyai kebiasaan untuk pergi ke kuil dan membeli jimat atau

biasanya disebut omamori. Omamori adalah kartu yang telah diberkati oleh

kekuatan dewa yang dipuja di jinja.

Bagi mereka, omamori dipercaya bisa membawa keberuntungan baik pada

usaha maupun hidup mereka. Banyak orang Jepang menggunakan jimat ini untuk

menangkal kesialan seperti kecelakaan mobil dan kebakaran. Bahkan banyak juga

atlit yang dating ke kuil untuk berdoa agar ia mendapatkan keberuntungan di awal

musim.

Dari banyaknya fenomena seperti ini, kita dapat melihat bahwa

masyarakat Jepang masih saja mempercayai dunia lain dan keberadaan

supranatural. Menurut Swanger, orang Jepang mempercayai fenomena ini karena

dipengaruhi oleh kebudayaan dan tradisi bangsa mereka. Sejak dahulu kala,

kepercayaan dan tradisi mereka seperti Shinto telah menanamkan rasa percaya

terhadap keberadaan supranatural.

Konsep Shinto mengenai dunia kematian menjadi penyebab kuat mengapa

(29)

2.3 Omamori dalam Kepercayaan Jepang

Diantara fenomena tradisi keagamaan populer di Jepang adalah omamori

atau jimat, yang telah mengalami peningkatan popularitas selama dekade terakhir.

Dilihat dari dasarnya sebagai media dimana kekuatan suci kehidupan mengalir ke

manusia, omamori ini konsisten dan ekspresif dalam beberapa tema lama yang

ada dalam tradisi Jepang (Eugene R. Swanger 1981:237). Omamori adalah jimat

keberuntungan yang biasanya dijual di kuil-kuil di Jepang. Omamori sendiri

berasal dari kata mamori yang berarti “melindungi” atau “memberikan

perlindungan”.

Omamori berbentuk sebuah kantung yang terbuat dari kain berdekorasi

yang didalamnya terdapat lipatan kertas atau potongan kayu bertuliskan nama

dewa yang sudah didoakan agar memberikan perlindungan dan keberuntungan

pada si pemiliknya. Karena bentuknya yang kecil, orang Jepang sering

menggantungkan omamori pada tas, ponsel, atau dalam kaca spion di dalam mobil.

Omamori juga digunakan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan secara

menyeluruh terhadap permasalahan dalam kehidupan seperti penyakit, kecelakaan,

kebakaran, keselamatan dalam kelahiran bayi, kebangkrutan dan lain-lain.

Saat ini pengguna omamori di Jepang dapat dikatakan cukup merajalela

sampai saat ini. Pada hari-hari liburan, khususnya pada tahun baru, banyak orang

Jepang yang rela mengantri panjang untuk membeli omamori di kuil-kuil terkenal

dengan harapan setahun itu mereka dilindungi dan terhindar dari bencana. Selain

(30)

orang sakit atau melahirkan, bahkan dihadiahkan pada orang yang hendak

mengikuti ujian masuk sekolah atau perguruan tinggi.

Menurut sejarahnya, jimat-jimat tradisional semacam ini bermula dari

adanya kepercayaan kuno animisme dan kepercayaan panteisme tentang

hubungan supranatural yang berasal dari fenomena alam seperti matahari, bulan,

gunung, sungai, hutan, dan sebagainya. Semua itu mempengaruhi aura kehidupan

manusia dan berefek pada kesehatan,kemakmuran, dan kebahagiaan. Untuk

mengingatkan manusia kepada generasi akan kekuatan lain di atas dirinya itu. Jadi

buatlah jimat-jimat tersebut yang bahannya bersumber pada alam (kayu, kertas,

atau daun). Penggunaan jimat ini ternyata sudah meluas bahkan di zaman modern

sekarang.

Di tengah-tengah modernitas bangsa Jepang memang penggunaan jimat

dapat dikatakan merupakan sebuah tradisi yang sudah turun-temurun diwariskan

oleh leluhur mereka. tradisi menggunakan jimat ini mulai ada sejak masa

Tokugawa dan setelahnya. Pada masa itu jimat-jimat di Jepang berukuran

besar-besar dan dipakai oleh para dukun untuk membantu praktek perdukunannya.

Kemudian seiring dengan perkembangan masa, maka bentuk jimat pun

mengalami perubahan. Adapun perubahan tersebut muncul dikarenakan

kebutuhan maupun situasi serta kondisi masyarakat Jepang sendiri. Yang

dimaksud dengan kondisi disini adalah misalnya pada masa lalu alat angkutan

belumlah begitu semodern sekarang ini. Ditinjau dari sisi keamanan pun dulu

masih jauh lebih aman untuk bepergian karena belum begitu hebatnya

(31)

menjadi Negara yang memiliki alat angkutan yang canggih dan modern seperti

yang dapat kita lihat seperti sekarang ini. Sehingga otomatis perkembangan

negaranya yang begitu pesat mengurangi angka kemanan untuk bepergian

karena kejahatan yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kemodern-an

Jepang sendiri.

2.3.1 Jenis Omamori

Bermacam-macam jimat menurut Swanger kira-kira satu setengah dari jenis

jimat dimana kekuatan kuil atau candi yang disampaikan melalui kata-kata yang

dicetak di tanda, yang hamper berbentuk persegi panjang. Di cetak baik di atas

kertas, kayu (biasanya pinus), atau sutra (selalu merah). Kata-kata ini mungkin

berasal dari sebuah doa atau merupakan bagian dari sebuah sutra, tetapi lebih

sering merupakan nama kuil atau candi.

Omamori yang lain dibagi berdasarkan antara kemunculan gambar

gohonzon atau goshintai ( yang terakhir tidak umum) dan yang berada dal wujud

benda seperti pedang, panah, permata, katak, penyu, anjing, kuda, drum, palu,

buku, koin, penggaruk, boneka, labu, lonceng dan sebagainya. Merupakan hal

yang umum untuk tipe bergambar atau omaori bergambar harus disertai dengan

lebih dari nama kuil atau candi. Ada banyak cerita tentang gambar kannon,

fudomyo, jizo, kongo, nichiren dan lain-lain yang melindungi seseorang

sepanjang krisis.

Sebuah cerita menarik dari perlindungan gambar yang disampaikan kepada

carmen blacker oleh seorang dukun perempuan kontemporer. Seorang imam

(32)

dengan sebuah gambar kaisar meiji,” menguranginya (rubah) ke keadaan malu

yang hina dan menakutkan” (blacker 1975:4).

Omamori adalah tradisi Jepang dimana memiliki sejarah yang begitu

panjang. Adapun tradisi tersebut masih terus berlanjut sampai saat ini. Eugene R.

Swanger dan Peter Takayama di dalam buku yang berjudul Asian Folklore

Studies menyebutkan bahwa ada tujuh masalah khusus yang umumnya disediakan

oleh omamori. Sesuai dengan daftar permintaannya yaitu untuk keselamatan

berlalu lintas ( 交 通 安 全), menghindari kejahatan ( 厄 除 ), terbukanya

keberuntungan (開運), pendidikan dan lulus ujian (学業成就), kemakmuran

dalam bisnis (商 売 繁 盛), memperoleh pasangan dan pernikahan (縁 結 び),

kehamilan dan kelahiran yang mudah (安産).

Berikut ini adalah penjelasan tentang ketujuh jenis omamori tersebut.

1. Kōtsū anzen ( 交通安全)

Kōtsu anzen adalah jenis jimat yang digunakan orang Jepang untuk

melindungi dari marabahaya saat bepergian atau melancong. Jimat ini

biasanya dibawa saat mereka akan bepergian atau berwisata ke suatu

tempat.

2. Yaku yoke ( 厄除)

Yaku Yoke merupakan jenis jimat yang digunakan di Jepang agar

terhindar dari kejahatan. Di dalam perjalanan hidup ini diperuntukkan bagi

(33)

laki-laki yaitu yang berada pada usia 25, 41, 42, dan 43. Sedangkan untuk

perempuan yaitu yang berusia 19, 32, 33, dan 34. Kekuatan Kami akan

mengusir kemalangan yang berhubungan dengan waktu yang

berubah-ubah atau ketidakpastian dan juga akan amenambah stabilitas hidup.

3. Kaiun ( 開運)

Kaiun dipakai untuk membuka jalan terbukanya keberuntungan.

4. Gakugyō jōju ( 学業成就)

Jimat ini dipakai oleh kalangan pelajar yang akan melaksanakan ujian

sekolah ataupun seseorang yang akan melanjutkan pendidikannya di

perguruan tinggi. Dengan memakai jimat ini maka diharapkan akan

mempermudah kelancaran dalam ujian.

5. Shōbai hanjō ( 商売繁盛)

Merupakan jimat yang digunakan untuk berbisnis. Jika seseorang memiliki

bisnis sendiri maka akan membawa keberuntungan bagi mereka dalam hal

usaha yang dimiliki agar mendatangkan keberkahan.

6. En musubi ( 縁結び)

Merupakan jimat yang dipakai dalam dunia percintaan. Jika seseorang

tidak memiliki pacar maka efeknya adalah untuk menarik simpati

seseorang. Sementara bagi orang yang sudah memiliki pacar, maka

efeknya adalah untuk menjalin cinta. Banyak orang muda yang

(34)

7. Anzan ( 安産)

Anzan merupakan jimat yang dipakai untuk memudahkan kelahiran.

Biasanya dibawa oleh ibu hamil. Ini dapat pula diartikan bahwa si ibu

berharap akan melahirkan anak yang baik nantinya. Dengan memakai

jimat ini maka menghilangkan kekhawatiran para ibu terhadap anak yang

akan dilahirkan.

Adapun sebenarnya jumlah omamori di Jepang itu adalah banyak sekali.

Ketujuh jenis omamori di atas adalah omamori yang yang umum dipakai.

Selanjutnya berikut ini adalah macam-macam omamori yang merupakan jenis

lain dari ketujuh jenis omamori seperti di atas beserta kegunaannya.

1. Shiawase omamori - Dirancang untuk membawa kebahagiaan ke dalam

kehidupan pemiliknya.

2. Kanai Anzen - Pastikan kesehatan umum yang baik dan membantu mereka

dengan penyakit.

3. Hada Omamori-Ini omamori tujuan umum datang dalam empat warna dan

dimaksudkan untuk melindungi dari bahaya, kesialan dan penyakit.

4. Housaiyoke Omamori-Ini memberikan perlindungan dari kemalangan

yang terkait dengan pasukan directional sial.

5. Michihiraki Omamori-Ini dimaksudkan sebagai kompas kehidupan, selalu

membantu dalam menemukan jalur terbaik dalam hidup.

6. Kosazuke Mamori-Amulet bagi keluarga yang ingin memiliki bayi.

(35)

8. Gankake Omamori-Membuat omamori keinginan. Pegang di satu tangan

dan berdoa keinginan Anda.

9. Byouki Heyu Omamori-Baik Kesehatan dan Pemulihan Kesehatan

10.Kenkoh Omamori-Jimat Ini berarti untuk menjaga kesehatan dan

menghindari penyakit

11.Choju Omamori-Jimat ini adalah untuk Panjang Umur (Long Life)

12.Pet Omamori-Pelindung jimat untuk hewan peliharaan Anda.

13.Magatama Omamori-Magatama Omamori, artinya adalah "Kaiun" untuk

membuka jalan bagi keberuntungan.

  Adapun tiap kuil di Jepang juga memiliki jenis dan fungsi omamori yang berbeda-beda, seperti Kuil Tenmangu di Dazaifu memiliki 9 jenis omamori

berbeda yang melayani fungsi-fungsi yang berbeda pula. Sementara itu candi

Sensoji di distrik Asakusa Tokyo, yang sebaliknya mengaku mengeluarkan

omamori lebih banyak daripada kuil atau candi candi di tempat lain di Jepang,

mempunyai 15 bentuk omamori untuk enam kebutuhan. Tempat omamori lainnya

seperti kuil Kompira di Shikoku, menawarkan 77 jenis omamori berbeda untuk 45

kebutuhan, termasuk untuk kebutuhan-kebutuhan khusus seperti agar berhasil

dalam pemilu, menghasilkan tanaman tembakau yang baik, melindungi mesin

kapal, dan mencegah polusi air.

Karena di dalam skripsi ini hanya membahas tentang tujuh jenis jimat

menurut Swanger maka jimat di atas yang banyaknya tersebut hanya merupakan

gambaran bahwa jimat di Jepang itu ada banyak sekali jumlahnya. Pada intinya

(36)

variasi lain dari tujuh jenis jimat yang di ungkapkan oleh Swanger di dalam

bukunya Asian Folklore Studies yang diterbitkan pada tahun 1981.

2.3.2 Tujuan Omamori

Jimat dimata orang Jepang adalah dianggap sebagai motivator untuk

mendorong mereka sukses dalam apapun. Hal ini disebabkan karena orang Jepang

sendiri menjadikan jmat-jimat ini sebagai suatu kebutuhan dalam hidup

sehari-hari mereka. Selain itu dikarenakan ada semacam sugesti diri yang terbangun

dalam diri orang Jepang jika mereka memilih jimat yang tepat. Itulah sebabnya

mereka tidak akan sungkan untuk membeli jimat yang diinginkan setiap tahun

atau di setiap kesempatan.

Jimat digunakan oleh orang-orang dalam kaitan dengan kekuatan gaib

yang mampu melindungi dari marabahaya, dan juga untuk mendapatkan

kesejahteraan, kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Omamori dalam Nichiren

Shu Buddhisme, mempunyai pengertian yang jauh lebih dalam, bahwa;

Omamori tidak hanya semata-mata sebagai media perlindungan saja tetapi juga

sebagai upaya untuk peningkatan hati kepercayaan;

Omamori hanya sebuah jalan upaya, sebagai pintu gerbang menuju hati

kepercayaan yang sebenarnya;

Omamori mempunyai kekuatan karena hati kepercayaan orang yang bersangkutan,

bahwa mereka yang melaksanakan Saddharma Pundarika Sutra pasti akan

(37)

Omamori dalam Nichiren Shu yang bertuliskan Gohonzon, melambangkan

kesempurnaan jiwa manusia yang sebenarnya, artinya dengan mengenakan

Omamori, kita hendaknya berusaha mewujudkan kesempurnaan jiwa tersebut.

Omamori juga untuk mengingatkan kita pada ajaran Sang Buddha, agar kita selalu

menjaga sikap dan tingkah laku, sehingga selalu sesuai dengan ajaran Buddhisme.

Semua kebudayaan dan religius mempunyai Omamori yang menjadi bagian

kehidupan sehari-hari, hal ini tidak hanya terbatas pada kebudayaan timur tetapi

juga kebudayaan barat. Di Jepang sendiri, Omamori begitu populer dan sudah

menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Setiap orang berkunjung ke sebuah Kuil

Buddha atau Shinto pasti akan menginginkan dan membawa pulang sebuah

Omamori baik bagi diri sendiri maupun keluarga.

Omamori sering memiliki tujuan tertentu, seperti untuk kesehatan, studi

atau bekerja. Seringkali tempat-tempat suci atau kuil juga dapat memberikan daya

tarik generik tujuan semua keberuntungan sementara tempat-tempat suci tertentu

mungkin menawarkan pesona unik yang mereka berhubungan dengan misalnya

untuk suatu hubungan yang sukses atau kehamilan yang aman.

Sedangkan untuk wisatawan mungkin tampak seperti Anda membeli daya

tarik, Omamori sebenarnya proses streamline menyumbang. Selama ada tempat

ibadah, orang telah membuat sumbangan dalam pertukaran untuk memiliki doa

mereka yang didukung. Omamori (dan ofuda) merupakan cara yang transparan

untuk membuat sumbangan tersebut.

Ini juga merupakan pendekatan yang cukup berguna karena di Jepang

(38)

omamori dapat ditularkan ke orang yang dicintai yang dimaksud

(www.wikipedia.org).

Di Jepang agama resmi (Shinto dan Budha) tidak dengan sengaja membuat

usaha untuk mengakui omamori . Baik kuil Shinto maupun Budha telah

menunjukkan dukungan positif bagi penyebaran omamori sepanjang mereka

memiliki control terhadap aspek-aspek ritual produksi mereka.

Ada dua alasan utama secara relatif antara kepercayaan resmi dan omamori.

Pertama, baik kepercayaan tradisional (khususnya Shinto) dan omamori secara

karakteristik tetap ada dan masuk. Kedua, omamori – yang beroperasi di bawah

resmi agama – melengkapi prakrek keagamaan dalam dalam hal-hal konkret

kebutuhan sehari-hari. Ini bukan untuk menyangkal fakta bahwa telah terjadi

ketegangan antara beberapa sekte Budha tentang penggunaan omamori.

Omamori bertahan terus di Jepang untuk dua alasan kemungkinan.

Pertama, omamori ternyata mampu memberikan jaminan kepercayaan yang

dibutuhkan untuk menahan ketidakpastian moral dan psikologi dan kecemasan

dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan resmi dapat menawarkan pembebasan

yang akhir dan total dari dunia penderitaan tetapi memberikan sedikit

kenyamanan dan bimbingan untuk di sini dan saat ini. Omamori bekerja karena

fokus, praktis, dan yang terpenting masalah pribadi. Sebagian besar orang Jepang,

kalau mereka relijius sama sekali, merupakan relijius dalam arti praktis dan arti

pribadi. Meskipun kurang rasional, omamori banyak melakukan fungsi-fungsi

yang sama sebagai Shinto yang tradisional, mungkin untuk orang yang berbeda

(39)

dalam memandag diri mereka sebagai yang terlibat dalam praktek-praktek yang

mengikuti selera.

Kedua, omamori membantu untuk memerintahkan moral secara moral,

terutama membantu mempertahankan prinsip-prinsip normatif yang terlibat dalam

organisasi kekerabatan. Untuk menerima sebuah omamori dari sanak keluarganya

yang akan membantu mengingatkan seseorang akan cinta, kewajiban dan

solidaritas kekeluargaan yang dia miliki. Ini bukanlah fungsi omamori yang

terpendam dan tidak nyata. Saya ingin menyarankan bahwa peranan omamori itu

tidak bisa dipahami terpisah dari struktur sosial keluarga dan kekerabatan.

Batas-batas sosial dan konteksnya dimana omamori dipertukarkan harus diteliti.

Tampaknya seseorang jarang membeli omamori untuk dirinya sendiri, tetapi

hampir selalu memperolehnya untuk orang lain, seperti untuk anak, pasangan,

teman sekelas, seorang saudara yang akan melakukan perjalanan dan sebagainya.

Saya percaya bahwa pemberian omamori pada kesempatan yang khusus

menjelaskan kembali cinta dan kewajiban di dalam keluarga dan konteks sosial

yang lebih luas dan menyediakan ukuran jaminan dan rasa percaya diri kepada

(40)

BAB III

FUNGSI OMAMORI DALAM MASYARAKAT JEPANG

3.1 Fungsi Omamori

Omamori di dalam masyarakat jepang memiliki beragam fungsi yang

berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh tujuan dari pemakai omamori itu sendiri.

Meskipun sekularisme yang agresif umumnya ditemukan pada kalangan

intelektual di Jepang kontemporer, sikap masih ada diantara orang Jepang

kebanyakan bahwa penyebab bencana dalam kehidupan manusia seringkali ada

pada fenomena dunia. Kecelakaan, badai, dan penyakit bisa terjadi dalam

fenomena kelalaian. Dengan kata lain, ada kekuatan yang tidak dapat dipahami

yang memilikii kekuatan untuk menghancurkan atau mempertahankan dan yang

menunjukkannya secara impalpably pada tempat dan waktu tertentu.

Kekuatan ini tidak transenden tetapi tetap ada dan dapat diwujudkan dalam

sebuah jimat yang diperoleh dari tempat suci atau kuil dan ditempatkan di rumah

seseorang atau mobil atau dibawa dalam saku seseorang atau dompet.

Kedua kepercayaan pada keberadaan yang tetap ada dari kekuatan

penciptaan dan anggapan bahwa ia dapat diundang maupun dibujuk untuk

memasukkan objek spesifik yang muncul ke dalam jaman prasejarah Jepang. Syal,

cermin, pedang, batu,boneka, dan pilar di antara banyak objek yang selama

berabad-abad telah menjadi tempat tinggal sementara kekuatan penciptaan

tersebut. Pada abad ke-8 kojiki 古事記 misalnya menceritakan tentang ajakan

(41)

cermin, dan untaian tasbih magatama (philippi 1969:83). Kedua tema ini terus

menerus menemukan ekspresi dalam sifat dan fungsi omamori hingga sekarang

ini.

Omamori pada masa lalu di Jepang bentuknya besar. Ada yang seperti labu,

lonceng, bel, dan lain sebagainya. Akhirnya sesuai dengan perkembangan jaman

muncullah omamori-omamori yang berukuran mini seperti saat ini. Omamori

berukuran kecil yang ada di Jepang saat ini lebih praktis karena bisa disimpan

dengan nyaman.

Omamori yang muncul di Jepang pada masa lalu tersebut merupakan cikal

bakal dari awal munculnya omamori-omamori pada masa saat ini. Sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhannya pula maka muncul omamori-omamori

berukuran kecil atau mini seperti sekarang.

Untuk menjelaskan tentang fungsi omamori di Jepang, di sini akan

mengambil fungsi omamori yang berasal dari awal munculnya omamori. Hal ini

dikarenakan dari sanalah kemudian bermunculan omamori-omamori berukuran

kecil yang lazim digunakan di Jepang dewasa ini.

3.3.1 Fungsi omamori untuk keselamatan bepergian

Omamori jenis ini biasanya dipakai oleh orang yang hendak bepergian

seperti para pelancong ataupun para wisatawan. Untuk keselamatan mereka

menggunakan omamori ini untuk elindungi diri mereka dari marabahaya ataupun

kejahatan-kejahatan yang terjadi saat bepergian. Omamori jenis ini bias ditemui di

toko penjual omamori ataupun memintanya di kuil Shinto ataupun kuil budha

(42)

Bentuk daripada omamori ini, biasanya berbentuk kantung yang di

dalamnya berisi nama dewa yang sudah didoakan. Jadi, sebelum omamori tersebut

dikonsumsi maka omamori tersebut didoakan terlebih dahulu oleh pendeta yang

ada di kuil.

Bentuk omamori jenis ini adalah berukuran kecil atau mini. Karena

ukurannya yang mini ini lah yang memudahkan pemakainya untuk di bawa ke

manapun mereka pergi. Kotsu anzen omamori ini lazimnya diapakai oleh orang

yang hendak melakukan perjalanan ataupun berwisata ke suatu tempat dengan

tujuan memberikan keselamatan dan dipakai kapan saja saat mereka akan

bepergian.

Penggunaan jimat kotsu anzen ini adalah diselipkan di saku atau dompet

ketika hendak bepergian. Karena ukurannya yang mini tersebut maka jimat ini

mudah dan praktis untuk digunakan.

3.3.2 Fungsi omamori agar terhindar dari kejahatan

Omamori ini digunakan oleh orang Jepang agar terhindar dari kejahatan.

Di Negara Maju seperti Jepang setiap harinya berlangsung aktifitas kehidupan. Di

tengah-tengah aktifitas tersebut juga dapat ditemui bentuk-bentuk kejahatan yang

bermacam-macam. Oleh karena itu agar aman dan selamat dari kejahatan yang

selalu siap menghadang maka orang Jepang memakai omamori yaitu yaku yoke

untuk memperkuat kesadaran dalam melakukan kegiatan sehari-harinya.

Kesadaran yang kuat karena membawa omamori itu menjadikan si

pemegang omamori akan lebih berhati-hati dan waspada dari segala hal-hal yang

(43)

Bentuk dari omamori ini itu bermacam-macam tetapi pada dasarnya sama

yaitu berukuran mini dan dari bahan pembuatnya. Orang Jepang menggunakan

omamori ini dengan meletakkannya di saku atau dompet.

Sama halnya dengan yang lain, omamori ini pun dipakai saat beraktifitas

sehari-hari. Mereka biasa mendapatkan omamori di kuil ataupun di toko khusus

yang menjual omamori.

Jimat ini pun praktis dibawa kemana-mana karena ukurannya yang kecil.

Penggunaan jimat ini di Jepang juga sebagai keselamatan dalam hidup.

3.3.3 Fungsi Omamori untuk Keberuntungan

Jimat ini dipakai oleh orang Jepang untuk mendatangkan rezeki atau

keberuntungan. Dengan memakai jimat ini maka diharapkan pemakainya akan

selalu mendapat keberuntungan.

Siapapun akan menggunakan jimat ini agar dalam hidupnya murah rezeki.

Cara memakai jimat ini pun cukup diletakkan di saku atau di dompet dikarenakan

ukurannya yang kecil maka penggunaann jimat ini praktis sekali.

3.3.4 Fungsi Omamori untuk tujuan Pendidikan

Di Jepang anak-anak sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah

atas bahkan perguruan tinggi sering melakukan ujian tes bagi siswa yang hendak

masuk ke sekolah tersebut. Karena kekhawatiran takut tidak lulus maka orang

(44)

Jimat ini disebut gakugyo joju dan dipakai oleh anak sekolah baik yang

akan melanjutkan perguruan tinggi maupun yang akan melaksanakan ujian di

sekolahnya.

Karena bentuknya yang mini maka jimat ini pun praktis dipakai oleh

pelajar. Cukup dimasukkan ke dalam saku atau di selipkan ke dalam dompet.

Jimat ini dapat diperoleh di kuil ataupun di took yang menual omamori.

3.3.5 Fungsi Omamori untuk Kemakmuran dalam Berbisnis

Di dalam perkembangan ekonomi di Jepang maka banyak sekali orang

Jepang yang melakukan bisnis atau usaha. Untuk memperlancar usahanya tersebut

maka orang Jepang biasa menggunakan jimat yang disebut shobai hanjo.

. Jimat ini biasanya dipakai oleh orang yang memiliki usaha atau bisnis.

Mereka memakai jimat ini dengan tujuan agar usaha mereka tersebut lancar dan

memperoleh keuntungan yang melimpah.

Adapun jimat ini juga dipakai misalnya bagi para petani yang ingin hasil

panennya bisa melimpah. Orang yang menjalankan perusahaan menggunakan

jimat ini dengan maksud agar keberutungan menyertai perusahaan mereka.

Jimat seperti ini biasanya disertai bel atau lonceng kecil. Bel atau lonceng

kecil ini dimaksudkan sebagai pemanggil datangnya rezeki. Bentuk dan ukuran

omamori ini juga kecil atau mini yang dapat dibawa-bawa kemana akan pergi.

Atau digantungkan di mobil atau rumah atau tempat dimana sedang membuka

(45)

3.3.6 Fungsi Omamori untuk memeroleh pasangan atau pernikahan

Jimat ini biasa disebut dengan enmusubi omamori. Omamori ini sering

dipakai dalam dunia percintaan.

Misalnya saja bagi orang yang belum memiliki pasangan maka jimat ini

dimaksudkan untuk menarik simpati seseorang untuk mendatangkan jodoh.

Sementara bagi orang yang sudah memiliki pacar maka jimat ini diangap dapat

melanggengkan hubungan.

Jimat ini digunakan oleh orang-orang muda yang sulit mendapatkan jodoh.

Para orang muda percaya bahwa bila memakai jimat seperti ini maka akan mudah

memperoleh pasangannya.

3.3.7 Fungsi Omamori untuk kehamilan dan kelahiran yang mudah

Jimat ini biasa di sebut dengan anzan omamori. Di jepang banyak

perempuan yang takut sakit karena melahirkan, sehingga untuk mengurangi

kekhawatiran tersebut maka jimat ini dipakai.

Anzan omamori ini dipakai untuk memudahkan kelahiran. Jimat ini

dipakai oleh para ibu hamil yang mengharapakan kelancaran dalam persalinan

nantinya. Dapat pula diartikan bahwa si ibu berharap akan melahirkan anak yang

baik nantinya.

Jimat ini biasa diselipkan di ikat pinggang atau saku oleh si ibu hamil

tersebut. Karena ukurannya yang praktis, maka jimat ini pun mudah untuk

(46)

3.2 Pemegang Jimat

Jimat dipercaya dapat memberikan kekuatan yang lebih kepada pemakainya .

Adapun pemakai jimat di Jepang yaitu mulai dari kalangan anak-anak sampai

orang dewasa yang tentunya digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan.

Misalnya saja untuk anak-anak ada omamori yang dipakai untuk menjaganya dari

gangguan makhlus halus lain.

Untuk kalangan pelajar misalnya ada jimat yang dipakai untuk

mempermudah supaya lulus dalam ujian. Mereka menggunakan omamori ini

untuk memperkuat kesadaran mereka untuk berpikir sehingga dapat lulus dalam

ujian yang mereka ikuti.

Bagi yang sulit jodoh biasanya menggunakan jimat untuk menarik jodoh.

Dengan adanya jimat ini pada dasarnya adalah memperkuat keyakinan mereka

agar dapat mencari jodohnya .

Wisatawan ataupun pelancong baik yang datang maupun akan bepergian di

Jepang juga biasanya akan memakai omamori untuk agar selalu selamat di dalam

perjalanannya.

Dengan kata lain bahwa omamori ini dipakai oleh orang-orang mulai dari

kalangan anak-anak sampai dewasa juga menggunakan omamori untuk berbagai

maksud dan tujuan mereka.

Ada beberapa kelompok yang ikut serta dalam upacara ini. Yaitu

(47)

Pemakai omamori tidak dibatasi oleh usia, artinya siapapun orang yang

memerlukan omamori untuk tujuan-tujuannya dapat mendatangi kuil-kuil untuk

mendapatkan omamori atau membelinya di toko-toko omamori yang ada di

sekitar kuil terdekat.

Ketika seseorang suatu hajat atau kenginan maka meraka mendatangi

kuil-kuil atau toko-toko yang menjual omamori. Misalnya saja seorang pebisnis yang

ingin agar memiliki usaha yang lancar di dalam bisnis yang ia jalankan. Begitu

pula seorang pelajar yang menginginkan agar memiliki nilai yang baik dalam

ujiannya.

Adapun hal yang membedakan tradisi jimat di Jepang dengan di negara lain

adalah:

1. Orang Jepang menjadikan jimat-jimat ini seperti suatu kebutuhan

dalam hidup sehari-hari mereka.

2. Sementara bagi bangsa lain, mungkin penggunaan jimat seperti ini

sudah tidak dianggap terlalu mutlak.

Di Jepang sendiri jimat dapat dikatakan merupakan kebutuhan karena

dengan menggunakan jimat maka dapat memperkuat kesadaran seseorang dan

memotivasi diri sendiri agar berhasil dalam hidup sesuai dengan apa yang

diinginkannya.

Contohnya saja setiap orang jepang melakuakan perjalanan liburan,

mereka menyempatkan diri membeli omamori dari kuil terkenal. Terutama pada

saat Tahun Baru dipastikan penjualan jimat melonjak drastis. karna hampir setiap

(48)

itu terlalu religius tapi, karna ada semacam sugesti diri yang terbangun dalam

orang Jepang, jika mereka memilih jimat yang tepat . Jimat dimata orang Jepang

sebagai motivator untuk mendorong mereka sukses dalam apapun. Itu sebabnya

mereka tidak akan sungkan mengeluarkan uang untuk membeli jimat yang

diinginkan setiap tahun atau di setiap kesempatan.

Di zaman modern ini omamori digunakan untuk berbagai maksud. Kadang

omamori diberikan kepada kerabat atau kenalan yang sedang sakit agar cepat

sembuh atau agar anak-anak selalu sehat. Remaja Jepang sering kali membeli

omamori supaya bisa lulus ujian sekolah yang berat. Bahkan konon ada murid di

Jepang yang membawa sepuluh omamori pada saat ujian agar bisa lulus!

Omamori juga manis sebagai hadiah untuk orang yang disukai, mendoakan

kesehatan dan keberuntungan baginya. Banyak pengendara mobil

menggantungkan omamori di mobil mereka agar perjalanan mereka terlindungi.

Sementara wisatawan yang berkunjung ke kuil membeli omamori lebih sebagai

cenderamata khas Jepang sebagai jimat yang membawa keberuntungan. Karena

ukuran dan bentuknya yang unik inilah maka terkadang omamori bisa dijadikan

hadiah untuk orang lain.

3.3 Pembuat Jimat

Para penjual omamori tersebut walaupun barang-barang tersebut dibuat

sendiri sebelum mereka jual didoakan atau diberkahi dulu oleh kannusi, ada yang

membayarnya sampai 50 ribu yen.

Orang-orang menekankan kuil dan candi untuk mengeluarkan omamori

(49)

sejarahnya menolak mengeluarkan omamori karena pemimpin-pemimpinnya

ingin fungsinya untuk melayani bangsa daripada melayani aktivitas tertentu secara

individu. Pada tahun 1950-an, akhirnya Ise mengeluarkan sebuah omamori yang

tidak diarahkan untuk kebutuhan spesifik. Orang-orang tidak puas dengan praktek

ini, sehingaa sekarang ini dibuatlah omamori yang secara khusus untuk melayani

kebutuhan-kebutuhan. Meskipun perlawanan Ise adalah sebuah pengecualian.

Kuil Aso di Kyushu tiap tahun mensurvei jemaah untuk mengetahui apakah ada

apakah ada kebutuhan untuk orang yang ingin memiliki omamori. Selanjutnya

siapapun bisa pergi ke kuil dan candi tertentu untuk meminta pendeta

membuatkan omamori untuk suatu tujuan, seperti untuk bayi yang menangis,

mengalami mimpi buruk atau apapun. Satu catatan penulis adalah sebuah contoh

dari seorang pria yang memperoleh omamori untuk melindungi diri dari

perempuan (Yabe 1934:6).

Eugene R Swanger dalam paparan bukunya menyebutkan hal sebagai

berikut:

…anyone can go to certain shrines and temples and request the priest to make an omamori for any particular concern, such as a crying baby, bad dreams or whatever.

Terjemahan:

Siapapun dapat pergi ke kuil untuk meminta omamori ke pendeta dan

membuatkan omamori untuk berbagai maksud seperti untuk bayi yang menangis,

(50)

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa untuk mendapatkan omamori

orang Jepang biasa pergi ke kuil dan meminta pendeta untuk membuatkan mereka

sebuah omamori yang sesuai dengan apa yang menjadi keinginan mereka.

Selain itu banyak pula orang-orang yang membeli omamori di toko-toko

yang menjual omamori karena alasannya lebih praktis tanpa harus pergi ke kuil.

Banyak orang yang membeli omamori untuk berbagai maksud dan tujuan.

Karena peningkatan permintaan untuk omamori banyak tempat-tempat

suci dan kuil menemukan diri mereka tidak mampu memproduksi dalam jumlah

yang cukup melalui sumber-sumber tradisonal mereka. Wanita jemaah biasa,

terutama sejak banyaknya hal seperti ini mengambil kerja paruh waktu di luar

rumah. Akibatnya , pabrik-pabrik untuk memproduksi omamori baru-baru ini

muncul di Tokyo dan Osaka, dan perwakilan penjualan mereka datang

mengunjungi kuil dan candi dari Kyushu ke Hokkaido. Sementara beberapa kuil

dan candi seperti Koganji ( 高岩寺) di Tokyo dan kuil besar di Ise menolak

membeli pabrik pembuat omamori, Kebanyakan seperti candi Sesoji dan kuil

Dazaifu Tenmangu memiliki pesanan tetap yang besar dengan penjual, meskipun

pendeta kuil memiliki keluhan tentang kualitas estetik dari omamori yang didesain

dan dibuat oleh pabrik. Dengan pergeseran di dalam perubahan tambahan dalam

sumber produksi maka bentuk dari omamori dapat diprediksi.

Jika pengunjung kuil atau candi tidak dapat menemukan omamori yang

memenuhi kebutuhan mereka, mereka dapat meminta dari seorang imam untuk

(51)

banyak orang meminta untuk jenis yang sama seperti omamori, candi atau kuil

mungkin mulai memproduksinya untuk ketersediaan sehari-hari.

Adapun jimat-jimat di ini selain dapat diperoleh baik di kuil Shinto

maupun di kuil budha, juga dapat diperoleh di toko-toko yang menjual omamori

(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari apa yang penulis temukan bahwa ternyata masyarakat Jepang yang

sudah dikatakan negara maju seperti itu pun mampu untuk menjaga nilai-nilai

tradisi yang merupakan warisan leluhur mereka. Meskipun di Negara Jepang

sendiri masuknya budaya barat yang sangat kental , tidak dapat melunturkan nilai

yang terdalam dalam diri mereka untuk senantiasa menjaga apa-apa yang

merupakan warisan tradisi nenek moyang mereka.

Adapun dalam pembahasan tentang omamori ini penulis akhirnya

menyimpulkan :

1. Bagi orang Jepang sebuah jimat atau omamori itu dapat dikatakan

merupakan sebuah kebutuhan.

2. Perkembangan jimat pada masa lalu tidak selalu sama dengan

perkembangan jimat pada masa kini di Jepang

3. Bagi orang Jepang sendiri, jimat atau omamori itu memiliki pengertian

yang luas. Artinya tidak hanya benda yang memiliki kekuatan untuk

tujuan-tujuan tertentu tetapi juga untuk memelihara cinta-kasih.

4. Jimat atau omamori digunakan oleh orang Jepang sebagai motivator untuk

memperkuat kesadaran diri mereka.

5. Jimat atau omamori dapat dijadikan sebagai cenderamata untuk sanak

Referensi

Dokumen terkait

Selama pendamping menjalani tugasnya untuk melayani dan merawat lansia, para pendamping juga mengalami beberapa kesulitan ketika menghadapi lansia kesulitan tersebut

Hasil penelitian diperoleh, pemberian pupuk MOP pada tanah Inceptisols Situ Ilir, Bogor dengan status hara K-potensial dan K-tersedia rendah dapat meningkatkan pertumbuhan

Complex I activity was significantly increased in both the acute and chronic patients with positive symptoms while reduced in chronic patients with residual schizophrenia as compared

In this study, the recently launched Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar-2 (PALSAR-2) onboard the Advanced Land Observing Satellite-2 (ALOS-2), remote sensing data

Memberikan wewenang dan kuasa dengan hak substitusi kepada Direksi Perseroan untuk melakukan segala tindakan sehubungan dengan pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi

The results from the test indicates that the GPS data in northern Sumatra and west-coast of Peninsular Malaysia for the period of seven years since the day of Nias 2005 and

This paper describes an attempt to estimate postseismic deformation parameters for the 2011 Tohoku-oki event by utilizing GPS time-series analysis as produced by ten

Mengetuk pintu lalu memberi salam kepada orang tua, dan berterima kasih kepada Tuhan, karena sudah tiba di rumah dengan