• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Sumatera Utara Komunikasi Atarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas

Sumatera Utara

(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara)

SKRIPSI

LIZA RAHMA FIJRI 100904019

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ii Universitas Sumatera Utara Komunikasi Atarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas

Sumatera Utara

(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politi Universitas Sumatera Utara

LIZA RAHMA FIJRI 100904019

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

iii Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Liza Rahma Fijri

NIM : 100904019

Tanda Tangan : ……….

(4)

iv Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Liza Rahma Fijri

NIM : 100904019

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul :KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PENARIK BECAK WANITA

(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara)

Medan, 11 Juni 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dr. Nurbani, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196108021987012001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

(5)

v Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Liza Rahma Fijri

NIM : 100904019

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita di

Kampus Universitas Sumatera Utara (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Ditetapkan di :

(6)

vi Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT dan juga junjungan besar Nabi Muhammad SAW atas berkat dan rahmatNya yang sangat besar peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengembangan Hubungan Pada Penarik Becak di Kampus Universitas Sumatera Utara” dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Peneliti mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bukti perjuangan

menyelesaikan kuliah S1, serta ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua peneliti, Ayah dan Ibu tercinta, Afrizal, S.Pd dan Misrayetti, S.Pd, atas rasa sayang dan cinta, terima kasih diucapkan karena telah mendukung sepenuhnya melalui dukungan dan doa yang diberikan kepada penliti yang akhirnya menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

2. Peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada kembaran tercinta Mutia

Rahmi Fijri yang tidak hanya menjadi seorang adik, kembaran akantetapi, menjadi tempat pertama kali dituju untuk mengunggkapkan setiap masalah yang dihadapi peneliti. Terima kasih sudah menjadi saudara kembar terbaik yang sudah ada di dunia ini. Tak lupa terimakasih kepada adik peneliti Husnul Hafizin dan Khairatunnisa yang telah memberikan doa dan selalu memberikan semangat kepada peneliti.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu

(7)

vii Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Dr. Nurbani, M.Si selaku dosen pembimbing, yang dengan tekun,

sabar dan bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan masukan-masukan bagi skripsi ini dan mendorong peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

6. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku dosen pembimbing akademik

selama peneliti menjalani masa perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu dosen FISIP USU khususnya dosen Departemen Ilmu

Komunikasi yang sudah begitu banyak memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah.

8. Kak Maya, yang telah membantu peneliti dalam menjalani segala proses

administrasi semasa perkuliahan di FISIP USU, serta seluruh staf perpustakaan, karyawan bagian pendidikan FISIP USU yang membantu peneliti semasa perkuliahan.

9. Kak Winda, Mabruri Bunda, Wahyu Seksi, Fahmi, Debi, Yudha, Disha,

Wita, Bobi, Pedi, Tika Isur, member keluarga cemaraa lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta teman-teman kos Zurkarnaen no.16 yang selalu memberikan semangat kepada peneliti selama menulis skripsi.

10.Semua teman-teman Ilmu Komunikasi 2010 terutama Cindy Natasya

Castella, Adinda Meidina Lubis, Yesi Kusmasari, Marina Azhari dan Triansari Prahara atas dukungan dan semangatnya.

11.Razi sebagai Senior, Kakak, Abang, Uda, Teman, Musuh, Pacar,

Penyemangat, Pematah Semanagat yang selalu membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini. Peneliti ucapkan terimah kasih banyak.

12.Semua informan peneliti dan teman-teman satu bimbingan yang telah

membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 11 Juni 2015

(8)

viii Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara. Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Liza Rahma Fijri

NIM : 100904019

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekxlusive

Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 11 Juni 2015

(9)

ix Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengembangan Hubungan Pada Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara” sebuah studi deskriptif kualitatif pengembangan hubugan antarpribadi penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengambangan hubungan komunikasi antarpribadi penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara, untuk mengetahui hambatan-hambatan komunikasi antarpribadi pada penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara dan untuk mengetahui alasan penarik becak wanita melakukan pekerjaan sebagai penarik becak. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Antarpribadi, Self Disclosure, Penetrasi Sosial, Pertukaran Sosial dan konsep Gender. Hasil penelitian menunjukan bahwa alasan informan I untuk bekerja sebagai penarik becak adalah faktor ekonomi, alasan informan II adalah Faktor ekonomi dan mengisi waktu luang sedangkan informan III adalah Faktor ekonomi dan suami yang sering berjudi. Hambatan komunikasi yang dihadapi oleh informan I antara lain dari keluarga kecemburuan suami, dari masyarakat ketidak percayaan calon penumpang terhadap kemampuan informan mengendarai becak dan pandangan miring tetangga terhadap pekerjaan informan sedangkan dari sesama penarik becak kehawatiran melakukan kesalahan saat pertama kali bergabung dengan penarik becak lainnya dan kesulitan saat berkomunikasi (memberikan nasehat) lebih muda dari informan. Hambatan komunikasi yang didapat oleh informan II yaitu dari keluarga kecemasan suami, dari masyarakat yaitu ketidak percayaan calon penumpang dengan kemapuannya mengendari becak, dari sesama penarik becak adalah banyak yang meremehkan informan pada saat awal bekerja sebagai penarik becak. Sedangkan hambatan komunikasi informan III adalah dari keluarga kecemburuan suami, dari

masyarakat yaitu sering terjadi miscommunicatioan antara informan dan

penumpang dan dari sesama penarik becak adalah informan tidak pernah merasa mendapat hambatan kaomunikasi dari sesama penarik becak. Pengembangan hubungan komunikasi informan I, II dan III dengan keluarga mempunyai tipe komplementer, sedangkan pengembangan hubungan komunikasi dengan masyarakat memiliki tipe simetris, begitu juga dengan pengembangan hubungan komunikasi dengan sesama penarik becak bertipe simetris.

(10)

x Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This study entitled "Development of Relations On Pedicab Towing Women in North Sumatra University Campus" a qualitative descriptive study of the development of interpersonal ties rickshaw puller women at the University of North Sumatra. The purpose of this study was to determine the relationship floating rickshaw puller woman interpersonal communication at the University of North Sumatra, to find out the barriers of interpersonal communication in a rickshaw puller women on the campus of the University of North Sumatra and to determine why women rickshaw pullers do the work as a rickshaw puller. The theory used in this research is Interpersonal Communication, Self Disclosure, Social Penetration, Social Exchange and the concept of gender. The results showed that the reason for the informants I worked as a rickshaw puller is the economic factor, the reason informant II is the economic factor and spend leisure time while informants III is the economic factor and the husband who often gamble. Communication barriers faced by informants I, among others, of the family of the husband's jealousy, of public distrust in the ability of informants passengers riding tricycles and neighboring oblique view of the work of a fellow informant while concerns rickshaw pullers made a mistake when he first joined the other rickshaw pullers and difficulties while communicating (advising) younger than the informant. Communication barriers obtained by the informant II is the husband of the family anxiety, distrust of society that passengers with the ability to ride a tricycle, a fellow rickshaw pullers are many who underestimate the informant at the time of his early work as a rickshaw puller. While the communication barriers informant III is from a family of a husband's jealousy, of communities which often occurs miscommunicatioan between the informant and the passengers and of his fellow rickshaw puller was the informant never felt challenged kamunikasi of his fellow rickshaw pullers. Development of communication links informant I, II and III with a family having a complementary type, while the development of communication with the public has a symmetrical type, as well as the development of communication links with fellow rickshaw puller-type symmetrical.

(11)

xi Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERNYATAAN ORISINALITAS ...iii

LEMBAR PERSETUJUAN ...iv

HALAMAN PENGESAHAN ...v

KATA PENGANTAR ...vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...viii

ABSTRAK ...ix

ABSTRACT ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Konteks Masalah ...1

1.2 Fokus Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...8

II.1 Paradigma Penelitian ...8

II.2 Uraian Teoritis ...9

II.2.1 Komunikasi Antarpribadi ...9

II.2.2 Self Disclosure ...13

II.2.3 Teori Penetrasi Sosial ...18

II.2.4 Teori Pertukaran Sosial ...24

II. 2.5 Konsep Gender ...28

II.3 Kerangka Pemikiran ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...32

(12)

xii Universitas Sumatera Utara

III.2 Objek Penelitian ...33

III.3 Subjek Penelitian ...33

III.4 Teknik Pengumpulan Data ...33

III.5 Teknik Analisis Data ...33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...36

4.1 Hasil ...36

4.1.1 Proses Penelitian ...36

4.1.2 Profil Informan ...38

4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara ...39

4.1.4 Klasifikasi Tabel Sesuai Tujuan Penelitian ...59

4.2 Pembahasan ...62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...69

5.1 Simpulan ...69

5.2 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...72 LAMPIRAN

- Profil Informan

- Daftar Pertanyaan Wawancara

- Hasil Wawancara

- Biodata Peneliti

(13)

xiii Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin 29

4.1 Rutinitas Informan 1 46

4.2 Rutinitas Informan II 52

4.3 Rutinitas Informan III 58

(14)

xiv Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Johari Window 15

2.2 Daerah Terbuka (open self) 16

2.3 Daerah Buta (Blind self) 16

2.4 Daerah Gelap (unknown self) 17

(15)

ix Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengembangan Hubungan Pada Penarik Becak Wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara” sebuah studi deskriptif kualitatif pengembangan hubugan antarpribadi penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengambangan hubungan komunikasi antarpribadi penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara, untuk mengetahui hambatan-hambatan komunikasi antarpribadi pada penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara dan untuk mengetahui alasan penarik becak wanita melakukan pekerjaan sebagai penarik becak. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Antarpribadi, Self Disclosure, Penetrasi Sosial, Pertukaran Sosial dan konsep Gender. Hasil penelitian menunjukan bahwa alasan informan I untuk bekerja sebagai penarik becak adalah faktor ekonomi, alasan informan II adalah Faktor ekonomi dan mengisi waktu luang sedangkan informan III adalah Faktor ekonomi dan suami yang sering berjudi. Hambatan komunikasi yang dihadapi oleh informan I antara lain dari keluarga kecemburuan suami, dari masyarakat ketidak percayaan calon penumpang terhadap kemampuan informan mengendarai becak dan pandangan miring tetangga terhadap pekerjaan informan sedangkan dari sesama penarik becak kehawatiran melakukan kesalahan saat pertama kali bergabung dengan penarik becak lainnya dan kesulitan saat berkomunikasi (memberikan nasehat) lebih muda dari informan. Hambatan komunikasi yang didapat oleh informan II yaitu dari keluarga kecemasan suami, dari masyarakat yaitu ketidak percayaan calon penumpang dengan kemapuannya mengendari becak, dari sesama penarik becak adalah banyak yang meremehkan informan pada saat awal bekerja sebagai penarik becak. Sedangkan hambatan komunikasi informan III adalah dari keluarga kecemburuan suami, dari

masyarakat yaitu sering terjadi miscommunicatioan antara informan dan

penumpang dan dari sesama penarik becak adalah informan tidak pernah merasa mendapat hambatan kaomunikasi dari sesama penarik becak. Pengembangan hubungan komunikasi informan I, II dan III dengan keluarga mempunyai tipe komplementer, sedangkan pengembangan hubungan komunikasi dengan masyarakat memiliki tipe simetris, begitu juga dengan pengembangan hubungan komunikasi dengan sesama penarik becak bertipe simetris.

(16)

x Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This study entitled "Development of Relations On Pedicab Towing Women in North Sumatra University Campus" a qualitative descriptive study of the development of interpersonal ties rickshaw puller women at the University of North Sumatra. The purpose of this study was to determine the relationship floating rickshaw puller woman interpersonal communication at the University of North Sumatra, to find out the barriers of interpersonal communication in a rickshaw puller women on the campus of the University of North Sumatra and to determine why women rickshaw pullers do the work as a rickshaw puller. The theory used in this research is Interpersonal Communication, Self Disclosure, Social Penetration, Social Exchange and the concept of gender. The results showed that the reason for the informants I worked as a rickshaw puller is the economic factor, the reason informant II is the economic factor and spend leisure time while informants III is the economic factor and the husband who often gamble. Communication barriers faced by informants I, among others, of the family of the husband's jealousy, of public distrust in the ability of informants passengers riding tricycles and neighboring oblique view of the work of a fellow informant while concerns rickshaw pullers made a mistake when he first joined the other rickshaw pullers and difficulties while communicating (advising) younger than the informant. Communication barriers obtained by the informant II is the husband of the family anxiety, distrust of society that passengers with the ability to ride a tricycle, a fellow rickshaw pullers are many who underestimate the informant at the time of his early work as a rickshaw puller. While the communication barriers informant III is from a family of a husband's jealousy, of communities which often occurs miscommunicatioan between the informant and the passengers and of his fellow rickshaw puller was the informant never felt challenged kamunikasi of his fellow rickshaw pullers. Development of communication links informant I, II and III with a family having a complementary type, while the development of communication with the public has a symmetrical type, as well as the development of communication links with fellow rickshaw puller-type symmetrical.

(17)

1 Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Komunikasi adalah peroses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berfikir tertentu untuk mencapai pemaknaan tertentu pula, keseluruhannya terkontruksi secara sosial. Sebuah pertanyaan besar mengapa kita melakukan komunikasi, apa yang mendorong kita untuk berkomunikasi, sejauhmana andil dari komunikasi memberikan kepuasan kepada kita, bagaimana faktor-faktor atau citra diri, pengalaman kita, situasi komunikasi serta orang yang menjalin hubungan komunikasi mempengaruhi kita. Kita berkomunikasi terutama untuk mendukung dan menyatakan identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita dan untuk berperilaku sesuai dengan yang kita inginkan (Mulyana, 2007 : 4).

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial, sehingga dalam kedihupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Kita juga tidak dapat hidup sendiri terisolasi dari masyarakat dan kita ingin merasakan dicintai dan disukai serta menyukai dan menyayangi orang lain. Oleh karenanya, kita menggunakan banyak waktu untuk berkomunikasi terutama komunikasi antarpribadi yang menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

(18)

2 Universitas Sumatera Utara Komunikasi antarpribadi sebenarnya suatu proses sosial dimana orang-orang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DeVito (dalam Liliweri, 1991: 13) komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat langsung. Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif sementara ketergantungan mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen antarpribadi seperti mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Salah satu karateristik terpenting dari hubungan antarpribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran dari kita.

Komunikasi antarpribadi sering disebut dengan dyadic communication

maksudnya yaitu komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara tatap muka (face to face) ataupun bisa melelui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antarpribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balaik (two ways communication). Namun, komunikasi antarpribadi melalui tatap muka mempunyai suatu keuntungn diamana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dalam keakraban (Liliweri, 1991: 67).

(19)

3 Universitas Sumatera Utara antarpribadi dapat menghasilkan berupa suatu perubahan pendapat, sikap, perilaku dan tindakan tertentu. Cassagrande (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain karena:

1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan

membagi kelebihan

2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat

3. Interaksi hari ini merupakan gambaran pengalaman masa lalu dan

menjadikan orang mengantisipasi masa depan

4. Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa keinginan berkomunikasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum dan tidak dimiliki seseorag sebelumnya. Perkembangan zaman melalui segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sistem informasinya memberikan dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca peluang untuk maju, berinterkasi dan berkompetisi tidak terkecuali wanita. Hal ini sejalan dengan cita-cita Kartini untuk kemajuan dan emansipasi wanita, pemikirannya dianggap melahirkan banyak perubahan pada berbagai aspek kehidupan wanita di Indonesia tidak terkecuali di kota Medan. Wanita sebagai individu yang bebas juga memiliki harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, minat-minat dan potensi diri. Jika dilihat secara mendasar dapat dikatakan bahwa ada perbedaan-perbedaan antara tenaga kerja laki-laki dengan tenaga kerja wanita terutama dalam sektor informal (repository.usu.ac.id).

(20)

4 Universitas Sumatera Utara Sebagian wanita dengan kelas ekonomi menengah ke atas bekerja dianggap sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dan hubungan baik dengan dunia luar. Untuk kalangan wanita kelas menegah kebawah, sebetulnya peran ganda bukan suatu hal yang baru, sejak dulu mereka telah biasa sambil tatap mengasuh anak, sehingga punya suami ataupun tidak mereka tetap dituntut untuk bekerja guna mencukupi kebutuhan, sehingga pada situasi ini wanita akan tersudutkan pada situasi yang sulit. Bekerja disatu sisi bagi mereka adalah keharusan, maka seringkali memaksa mereka menerima pekerjaan tanpa pertimbangan yang matang apapun jenis pekerjaan itu. Hal ini biasanya diakibatkan oleh terbatasnya akses terhadap lapangan kerja dan rendahnyan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sebab inilah kaum wanita dirasakan akan semakin sulit untuk berkompetisi terutama dengan kaum laki-laki yang pada akhirnya mengakibatkan banyak kaum wanita yang masih tertinggal, khususnya dalam sektor ekonomi. Keadaan semacam inilah yang akhirnya membuat “bargaining power” wanita menjadi lemah dan terpaksa mereka menerima jenis pekerjaan yang sebetulnya kurang disukai atau bahkan kurang sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Biasanya jenis pekerjaan yang mereka geluti adalah jenis pekerjaan yang dekat dengan aktivitas keseharian seorang wanita seperti berdagang, menjahit pakaian, membuka warung, menjadi pekerja salon, dan sebagainya (repository.usu.ac.id).

Kenyataan sekarang ini tidak ada lagi pembatas tempat dimana wanita tidak dapat bekerja, dapat dilihat wanita saat ini banyak yang menggeluti bidang pekerjaan yang dahulu kita ketahui bahwa sebagai lahan kaum laki-laki antara lain buruh bangunan, tukang parkir, penjaga pom bensin, supir angkutan umum

(busway), tukang becak khususnya penarik becak motor (betor)

(repository.usu.ac.id). Seperti kisah beberapa perempuan dari Pontianak yang bekerja sebagai buruh bangunan di proyek pembangunan rumah toko (ruko) di Jalan Perdana depan Bali Agung III Pontianak. Perempuan-perempuan tangguh ini bekerja sebagai seorang buruh bangunan karena dituntut oleh keadaan mereka (repository.usu.ac.id).

(21)

5 Universitas Sumatera Utara peluang untuk berusaha dan bekerja. Salah satunya adalah penarik becak motor. Menarik becak adalah salah satu lapangan kerja yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja. Kondisi ini dapat dilihat dengan menjamurnya angkutan becak motor di berbagai penjuru kota, sehingga akhirnya ikut membuka peluang bagi siapa saja yang ingin bekerja termasuk perempuan. Selain itu becak juga masih banyak diminati dikalangan masyarakat, becak motor dijadikan salah satu angkutan atau transportasi alternatif yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi di jalan baik untuk perjalanan jarak dekat maupun jauh bahkan sampai daerah yang belum terjamah angkutan umum lainnya. Selain itu kapasitas becak motor yang dapat menampung penumpang lebih dari dua orang dengan tarif yang masih relatif terjangkau (repository.usu.ac.id).

Becak motor juga menjamur di kampus kampus yang berada di kota Medan tidak terkecuali di kampus Universitas Sumatera Utara. Tidak hanya penarik becak laki-laki di kampus Universitas Sumatera Utara juga terdapat beberapa penarik becak wanita. Hal ini bukan hanya menyangkut pergeseran isu feminin, namun juga anggapan bahwa wanita sedikit banyak nantinya akan mengalami kendala dengan peralatan teknologi seperti becak motor yang kenyataannya masih jarang dipakai oleh kaum hawa sebagai alat untuk bekerja.

Dikaitkan dengan pandangan wanita sendiri yang pada faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi lahan pekerjaan bagi laki-laki, apalagi pekerjaan sebagai penarik becak motor, hal ini sedikit banyaknya juga berkaitan dengan fakta bahwa dunia kerja laki-laki identik dengan kekerasan dan persaingan, sehingga apabila kaum wanita memasukinya mungkin akan ada potensi untuk dilecehkan dan mendapat streotipe negatif mereka. Fenomena ini bukan hanya memperlihatkan pergeseran peran yang terjadi antara laki-laki dan wanita namun juga anggapan yang selama ini dikonstruksikan dalam masyarakat bahwa wanita adalah sosok yang feminim, lemah, dan harus dilindungi ternyata berangsur-angsur bergeser. Sekarang wanita juga dituntut harus mampu menghadapi zaman dan berbagai persoalan hidup yang semakin kompleks.

(22)

6 Universitas Sumatera Utara mendapat sorotan. Hal ini disebabkan oleh jumlah mereka yang masih sangat sedikit dikalangan kampus dan juga karena lokasi tempat menunggu penumpang mereka yang memenag berbeda satu dengan yang lainya sehingga sulit untuk menemui mereka di suatu tempat mangkal yang sama, mereka biasanya berbaur kedalam komunitas tukang becak laki-laki. Daerah lokasi mereka menunggu para penumpang terbagi menjadi 4 titik di kampus Universitas Sumatera Utara yaitu di pintu 4, Politeknik Medan (Polmed), sumber dan di gedung Farmasi.

Banyak tantangan yang didapat oleh penarik becak wanita tersebut karena dianggap ‘mencuri’ lahannya kaum laki-laki. Untuk itu dituntut keberanian dan daya juang yang tinggi sebagai sorang penarik becak wanita untuk meruntuhkan anggapan miring mengenai hal itu, selain itu juga dibutuhkan keberanian untuk dapat berbaur dan berkomunkasi denga para penarik becak laki-laki. Sehingga diharapkan perbedaan gender yang melahirkan berbagai peran bagi setiap orang, tidak lagi menimbulkan berbagai permasalahan ketidak adilan seperti pelecehan seksual, sterotipe, marginalisasi ataupun eksploitasi pada wanita termasuk pada wanita penarik becak motor.

Peneliti tertarik untuk mengetahui alasan informan bekerja sebagai penarik becak wanita selain itu peneliti juga ingin mengetahui hambatan komunikasi informan dalam melakukan pekerjaan ini serta untuk mengetahui komunikasi antarpribadi informan dengan keluarga, masyarakat, maupun dengan seseama penarik becak.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah di uraikan di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana proses Komunikasi Antarpribadi penarik becak wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara”.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan penarik becak wanita melakukan pekerjaan sebagai

(23)

7 Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan Komunikasi Antarpribadi pada

penarik becak wanita di kampus Universita Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui pengembangan hubungan Komunikasi Antarpribadi

penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberi manfaat bagi peneliti dan mahasiswa Ilmu Komunikasi agar lebih memahami permasalahan yang mungkin dialami oleh penarik becak wanita dalam ruang lingkungan keluarga dan pekerjaannya.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi ataupun masyarakat yang ingin mengetahui dan memperluas wacana seputar kehidupan penarik becak wanita dan pengembangan hubungan dalam komunikasi antarpribadinya.

(24)

8 Universitas Sumatera Utara BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Paradigma Penelitian

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhi kita dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam

disiplin intelektual

menekankan bahwa paradigma cenderung semakin melekat seiring dengan berjalannya waktu hingga paradigma tersebut digantikan dengan cara pandang baru mengenai dunia yang dilihat lebih masuk akal bagi para peneliti (West dan Turner, 2009: 54). Macam paradigma itu sendiri ternyata bervariasi. Guba dan Lincoln menyebutkan empat macam paradigma, yaitu: positivisme, post positivisme, konstruktivisme dan kritis. Neuman menegaskan tiga paradigma dalam ilmu pengetahuan sosial, yaitu positivisme, interpretif dan kritis. Sedangkan Cresswel membedakan dua macam paradigma, yaitu kuantitatif dan kualitatif (Sunarto dan Hermawan, 2011: 9).

(25)

9 Universitas Sumatera Utara berpandangan bahwa pengetahuan bukanlah potret langsung dari realitas, tapi ada konstruksi di dalamnya. Paradigma ini berkeyakinan bahwa semesta adalah suatu konstruksi, yang berarti semesta tidak dipahami sebagai semesta yang otonom, tetapi dikonstruksi secara sosial dan karenanya plural. Unsur-unsur subjek dan objek sama-sama berperan dalam ilmu pengetahuan (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 152). Konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekannya. Paradigma kontruktivisme ini lebih berkaitan dengan penelitian dalam komunikasi antarpersonal (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 157).

Adapun gagasan dalam paradigma konstruktivis (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 155) adalah:

1. Pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia nyata belaka tapi, selalu

merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek

2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu

untuk pengetahuan

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Suatu struktur

konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang

Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian kualitatif konstruktif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini, peneliti diarahkan untuk dapat menganalisis tanda, menafsirkan teks maupun pembacaan tanda yang dikaitkan dengan konteks sosial, budaya, ekonomi dan historis. Melalui paradigma ini, penelitian akan

membahas bagaimana proses pengembangan hubungan komunikasi antarpribadi

penarik becak wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara.

II.2 Uraian Teoritis

II.2.1 Komunikai Antarpribadi

(26)

10 Universitas Sumatera Utara diterima oleh orang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik yang langsung di dapatkan. Berdasarkan interaksinya, komunikasi antarpribadi memiliki defenisi yang mengungkapkan bahwa komunikasi antarpribadi dilakukan dengan cara tatap muka seperti yang di ungkapkan oleh Rogers & Tan (Dalam Liliweri, 1997: 12) komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka dua orang atau lebih.

Komunikasi antarpribadi memiliki karateristik yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II (Budyana & Ganiem, 2011: 15) yaitu:

1. Komunikasi antarpribadi paling sedikit melibatkan dua orang

2. Memiliki umpan balik langsung dalam komunikasi antarpribadi hampir

selalu mendapatkan umpan balik langsung yang biasanya segera, nyata dan berkesinambungan

3. Komunikasi antarpribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik tidak

terlalu penting bagi komunikasi yang sudah berbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu yang berkomunikasi yang membuat kehadiran fisik tidak terlalu penting. Akan tetapi, Weaver juga mengatakan komunikasi antarpribadi yang dilakukan lewat media tidaklah ideal, walaupun komunikasi antarpribadi tampa kehadiran fisik seperti bermedia masih dikarenakan jarak yang jauh masih dimungkinkan

4. Komunikasi antarpribadi tidak harus disengaja atau dengan kesadaran.

Orang-orang yang mungkin mengkomunikasikan segala sesuatu itu tampa sengaja atau tanpa sadar, tetapi apa yang dilakukannya merupakan sebagai isyarat-isyarat yang dapat mempengaruhi kita

5. Menghasilkan beberapa pengaruh dan efek. Pengaruh atau efek disini tidak

harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata, tetapi suatu komunikasi antarpribadi haruslah terjadi ataupun memiliki pengaruh.

6. Tidak harus melibatkan ataupun menggunakan kata-kata. Komunikasi

antarpribadi dapat dilakukan tampa menggunakan kata-kata yakni dengan melakukan komunikasi non-verbal

7. Dipengaruhi oleh konteks. Konteks adalah sesuatu yang mempengaruhi

(27)

11 Universitas Sumatera Utara dan kultur yang diperoleh oleh para partisipan dan perilaku mereka selanjutnya

8. Kegaduhan dan noise. Kagaduhan atau kebisingan dapat bersifat eksternal, internal atau sematik

Terdapat dua karateristik penting dalam hubungan antarpribadi, yang pertama hubungan antar pribadi yang berlangsung melalui beberapa tahap mulai dari tahap interaksi awal, keterlibatan, keakraban, perusakan sampai kepada pemutusan hubungan. Kedua dalam hal keluasan dan kedalaman (DeVito, 2011 : 254).

Dalam buku Steven A. Beebe terdapat prinsip-prinsip dalam Hubungan Antar Pribadi. Dalam setiap hubungan, orang tidak bisa di pungkiri mempunyai kekuasaan di atas kita, dan kita juga mempunyai kekuasaan atas mereka. Kebanyakan dari kita tidak suka berpikir bahwa orang lain itu mempunyai kekuasaan di atas kita, tetapi kekuasaan antar pribadi adalah unsur yang paling mendasar dari semua hubungan pribadi (Steven A. Beebe, 2008 : 270)

Ada 5 prinsip untuk mengatur kekuasaan secara efektif dalam interaksi sehari-hari dan dalam hubungan yang berkesinambungan, yaitu :

1. Kekuasaan ada dalam semua interaksi dan semua hubungan.

(28)

12 Universitas Sumatera Utara

2. Kekuasaan yang terutama berasal dari kemampuan perorangan untuk

memenuhi kebutuhan orang lain di dalam hubungan ditentukan. Merupakan tingkat dimana seseorang dapat mencukupi kebutuhan orang lain dalam hubungan antar pribadi (untuk pemasukan, kontrol, dan kasih sayang ) atau kebutuhan lain ( untuk makanan, pakaian, keselamatan, sex, dan uang ). Dependent relationship adalah suatu hubungan dimana satu orang mempunyai kebutuhan lebih besar dari pada yang lain dalam memenuhi kebutuhannya.

3. Kedua mitra dalam suatu hubungan yang berkelanutan mempunyai

beberapa derajat tingkat kekuasaan.

Dalam beberapa hubungan bisa tampak seolah-olah seseorang mempunyai semua kekuasaan dan mitranya mati kutu. Kita mungkin merasa ketidakseimbangan itu dalam hubunganmu dengan orang tuamu pada saat kita sedang tumbuh dewasa. Bagaimanapun anak-anak mempunyai kekuasaan dalam hubungan dengan orangtua mereka. Orang tua ingin cinta anak-anak mereka, mereka ingin melindungi anak-anak mereka, mereka ingin anak-anak mereka bahagia. Manakala dua individu memuasakan kebutuhan satu sama lain maka mereka menciptakan suatu

hubungan interdependent yaitu dimana masing-masing orang mempunyai

jumlah kekuasaan yang serupa di atas yang lainnya. 4. Kekuasaan adalah tidak langsung.

Karena perubahan kebutuhan kita, demikian pula dengan kekuasaan. Seperti saat kita sedang tumbuh dewasa, maka kita bergantung pada orang tua dan orang dewasa lain. Bagimanapun seperti pada saat kita tumbuh dewasa dan mengembangkan keterampilan, kita tidak lagi memerlukan orang tua untuk memenuhi kebutuhan tertentu, dan begitupun kekusaan mereka berkurang. Perubahan ini selalu terjadi dan orang tua menyadari bahwa mereka tidak mempunyai derajat tingkat kendali atas anak-anak

mereka seperti dulu.Circumstantialty kekuasaan adalah hubungan dapat

(29)

13 Universitas Sumatera Utara

5. Hubungan pengembangan melibatkan suatu negosiasi dari masing-masing

kekuasaan mitra.

Di dalam suatu hubungan antar pribadi yang berkembang , kita memutuskan siapa yang akan mempunyai kekuasaan diatas kita dan seperti apa kekuasaan yang mereka punyai.

Tipe kekuasaan dalam hubungan

1. Hubungan komplementer. Hubungan di mana kekuasaan dibagi tidak

samarata, dimana satu orang yang mendominasi dan orang lain biasanya yang menyampaikan.Orang suka berbicara yang lain mendengarkan atau memimpin yang lain mengikutinya.

2. Hubungan Symmetric. Hubungan di mana kedua-duanya adalah usaha

mitra untuk mempunyai tingkatan kuasa yang sama. Didalam hubungan symmetric, kedua-duanya mitra bertindak di jalan serupa. Kadang-kadang duanya mitra ingin mendominasi, dan kadang-kadang kedua-duanya ingin bersikap tunduk.

3. Hubungan Symmetric kompetitif. Hubungan di mana kedua-duanya mitra

bersaingan untuk kekuasaan atau kendali atas orang lainnya.

4. Hubungan Symmetric bersikap tunduk. Hubungan di mana mitra ingin

mengambil kendali atau keputusan buatan.

5. Hubungan paralel. Hubungan di mana pergeseran kekuasaan dan

meneruskan antara mitra mitra, tergantung pada situasi

II.2.2 Self Disclosure

Teori self disclosure atau pengungkapan diri merupakan proses

(30)

14 Universitas Sumatera Utara Salah satu model inovatif untuk memahami tingkat-tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi adalah Jendela Johari (Johari Window). “Johari” berasal dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft dan Harry Ingham. Model ini menawarkan suatu cara melihat kesaling bergantungan hubungan interpersonal dengan hubungan antarpersonal. Model ini menggambarkan seseorang kedalam bentuk suatu jendela yang mempunyai empat kaca.

Dalam hal penyingkapan diri ini, hal yang paling mendasar adalah kepercayaan. Biasanya seseorang akan mulai terbuka pada orang yang sudah lama dikenalnya. Selain itu menyangkut kepercayaan beberapa ahli psikologi percaya bahwa perasaan percaya terhadap orang lain yang mendasar pada seseorang ditentukan oleh pengalaman selama tahun-tahun pertama hidupnya. Bila seseorang telah menyingkapkan sesuatu tentang dirinya pada orang lain, ia cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang yang kedua.

Beberapa faktor yang yang mempengaruhi pengungkapan diri (DeVito, 2011: 62):

1. Besar kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok

kecil ketimbang kelompok besar

2. Perasaan menyukai. Seseorang membuka diri kepada orang-orang yang

disukai atau dicintai

3. Efek diadik. Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang

menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik membuat orang menjadi aman dan dapat memperkuat perilaku pengukapan diri seseorang

4. Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan

diri daripada orang yang kurang kompeten

5. Kepribadian. Orang orang yang pandai bergaul dan oksrovert melakukan

(31)

15 Universitas Sumatera Utara

6. Topik. Seseorang cenderung lebih membuka dirinya tentang topik tertentu

yang mereka sukai

7. Jenis kelamin. Faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling

berpengaruh dalam pengungkapan diri. Umumnya wanita lebih suka ketimbang pria

Sebagai mana orang berinteraksi dalam hubungan, maka akan terlibat pada tingkat tertentu pada pengungkapan terhadap satu sama lainnya dan mereka juga akan memberikan sejumlah umpan balik terhadap satu dengan yang lainnya. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai dengan keseimbangan pengungkapan diri yang tepat yaitu saling memberikan data biografi, gagasan-gagasan pribadi, dan perasaan-perasaan yang tidak diketahui oleh orang lain, dan umpan balik berupa verbal dan respon respon fisik kepada orang atau pesan-pesan mereka di dalam suatu hubungan.

Johari Window, gabungan nama dari dua orang pengagas, yaitu Josept Luft dan Harry Ingham, merupakan alat untuk menelaah mengenai luas dan hubungan antara pengungkapan dan umpan balik dalam suatu hubungan (Luft, 1970). Joseph Luft dan Harrington V. Ingham mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. “Jendela” tersebut terdiri dari matriks 4 sel,

masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun

yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi dan daerah yang tidak disadari.

(32)

16 Universitas Sumatera Utara Daerah buta

Daerah tertutup

D

Daerah gelap Daerah terbuka

Johari. Sumber: Budyatna, 2011: 4 Daerah terbuka (Open Self)

Gambar. 2

Daerah terbuka berisikan semua informasi, prilaku, sikap, perasaan keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Macam informasi yang termasuk disini dapat beragam mulai dari nama, warna kulit, dan jenis kelamin seseorang sampai pada usia, keyakinan politik dan agama. Kita dapat berkomunikasi secara bermakna hanya bila kita saling mengenal dan juga mengenal diri sendiri. Untuk meningkatkan komunikasi, kita terlebih dahulu harus berusaha memperbesar daerah terbuka.(DeVito, 2011 : 59).

Daerah Buta (Blind Self)

Gambar 3.

Daerah buta berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain, tetepi diri kita sendiri tidak mengetahui. Ini dapat berupa

kebiasaan-Daerah terbuka

Daerah gelap Daerah tertutup

(33)

17 Universitas Sumatera Utara kebiasaan kecil, mengatakan “tahu kan” atau memegang-megang hidung bila anda marah atau hal-hal yang lain yang lebih berarti sikap defensif, atau pengalaman terpendam. Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila ada daerah buta komunikasi akan menjadi sulit. Akantetapi, daerah seperti ini akan selalu ada pada diri kita masing-masing. walaupun kita dapat menciutkan daerah ini, menghilangkannya sama sekali tidak mungkin (DeVito, 2011 : 60).

Daerah Gelap (Unknown Self)

Gambar 4.

Gambar. 4

Daerah gelap adalah bagian dari informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian. Kita memperoleh gambaran mengenai daerah gelap ini dari sejumlah sumber. Adakalanya daerah ini terungkap melalui perubahan temporer akibat minum obat, hipnotis, atau melalui berbagai tes proyektif atau mimpi (DeVito, 2011 : 61).

Daerah Tertutup (Hidden Self)

Gambar. 5 Daerah tertutup

Daerah buta Daerah terbuka

Daerah gelap

Daerah gelap Daerah terbuka

Daerah buta

(34)

18 Universitas Sumatera Utara Daerah tertutup menagndung semua hal yang kita ketahui tentang diri kita sendiri dan tentang orang lain, tetapi kita simpan hanya untuk kita sendiri. Ini adalah tempat kita merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan orang lain. Pada ahkirnya akan terdapat mereka yang terlalu terbuka (overdisclosers) dan

mereka yang terlalu tertutup (underdisclosers). Mereka yang terlalu terbuka

menceritakan segalanya, mereka tidak menyimpan rahasia tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Mereka juga tidak membedakan berbagai informasi yang boleh mereka ungkap dan informasi yang seharusnya mereka rahasiakan.

Mereka yang terlalu tertutup tidak mengatakan apa-apa, mereka hanya membicarakan tentang anda tetapi tidak tentang diri mereka sendiri. Hal ini dilakukan karena alasan mereka yang takut ditolak di tengah-tengah masyarakat. Kita terbuka pada orang-orang tertentu dan kita tidak terbuka kepada orang yang lain. Pada dasarnya, kita adalah orang-orang terbuka yang selektif (DeVito, 2011 : 61).

II.2.3 Teori Penetrasi Sosial

(35)

19 Universitas Sumatera Utara Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory – SPT) dari Irwin Altman & Dalmas Taylor (1973). SPT merupakan sebuah teori yang menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan, yaitu sebuah proses yang Altman & Taylor identifikasi sebagai penetrasi sosial.

SPT sudah diterima secara luas melalui oleh sejumlah ilmuan dalam disiplin ilmu komunikasi. Sebagian alasan dari daya tarik teori ini adalah pendekatannya yang langsung pada perkembangan hubungan.

West & Turner (2009 : 197-199) menyebutkan bahwa SPT dibangun di atas sejumlah asumsi berikut:

1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim

Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superfisial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim. Walaupun tidak semua hubungan terletak pada titik ekstrem, tidak intim maupun intim. Bahkan banyak dari hubungan kini terletak pada sutu titik di antara dua kutub tersebut. Sering kali, kita mungkin menginginkan kedekatan hubungan yang moderat. Contohnya, kita mungkin ingin agar hubungan dengan rekan kerja kita cukup jauh sehingga kita tidak perlu mengetahui apa yang terjadi di rumahnya setiap malam atau berapa banyak uang yang ia miliki di bank. Akan tetapi, kita perlu untuk mengetahui cukup infor-masi personal untuk menilai apakah ia mampu menyelesaikan tanggung jawab-nya dalam sebuah proyek tim.

2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi

(36)

20 Universitas Sumatera Utara dan apa yang kita prediksikan dalam proses tersebut. Sebagaimana disimpulkan oleh Altman & Taylor (1973), “orang tampaknya memiliki mekanisme penyesuaian yang sensitif yang membuat mereka mampu untuk memprogram se-cara hati-hati hubungan interpersonal mereka”.

3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan

disolusi. Mulanya, kedua hal ini mungkin terdengar aneh. Sejauh ini kita telah memba-has titik temu dari sebuah hubungan. Akan tetapi hubungan dapat menjadi berantakan, atau menarik diri (depenetrate) dan kemunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan. Berbicara mengenai penarikan diri dan disolusi, Altman & Taylor menyatakan kemiripan proses ini dengan sebuah film yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan sebuah hubungan untuk bergerak maju menuju tahap keintiman, komunikasi dapat menggerakkan hubungan untuk mundur menuju tahap ketidak-intiman. Jika komunikasi penuh dengan konflik, contohnya, dan konflik ini terus berlanjut menjadi desktruktif dan tidak bisa diselesaikan, hubungan itu mungkin akan mengambil langkah mundur dan menjadi lebih jauh. Para teoretikus penetrasi sosial berpikir bahwa penarikan diri, seperti proses penetrasi, seringkali sistematis. Jika sebuah hubungan mengalami depenetrasi, hal ini tidak berarti bahwa hubungan tersebut akan secara otomatis hilang atau berakhir. Sering kali, suatu

hubungan akan mengalami transgresi (transgression), atau pelanggaran

aturan, pelaksanaan, dan harapan dalam berhubungan. Transgresi ini mungkin tampak tidak dapat terselesaikan dan sering kali memang demikian.

4. Self-disclosure (pengungkapan diri) adalah inti dari perkembangan

hubungan. Self-disclosure secara umum didefinisi-kan sebagai suatu proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Biasanya, informasi yang ada di dalam self-disclosure adalah informasi yang signifikan.

(37)

21 Universitas Sumatera Utara memungkinkan orang untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan. Self-disclosure membantu membentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang, dan “membuat diri terbuka terbuka terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intrinsik”. Altman & Taylor (1973) percaya bahwa hubungan orang sangat bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, antara supervisor-karyawan, pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa hubungan “melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat penetrasi sosial”. Mereka juga menyatakan bahwa hubungan mengikuti suatu trayek (trajector), atau jalan setapak menuju kedekatan. Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa hubungan bersifat teratur dan dapat diduga dalam perkembangannya. Karena hubungan adalah sesuatu yang penting dan “sudah ada di dalam hati kemanusiaan kita” (Rogers dan Escudero, 2004 : 3), para teoritikus SPT berusaha untuk menguraikan kompleksitas dan prekditabilitas yang terus menerus dari suatu hubungan.

Tahapan Proses Penetrasi Sosial

Tahapan-tahapan dari proses penetrasi adalah sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi (Orientation Stage): Membuka Sedikit Demi Sedikit. Tahap

paling awal dari interaksi, disebut sebagai tahap orientasi (orientation stage), yang terjadi pada tingkat publik; hanya sedikit mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain. Komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi (impersonal). Para individu yang terlibat hanya menyampaikan informasi bersifat sangat umum saja.

Pada tahap ini, hanya sebagian kecil dari diri kita yang terungkap kepada orang lain. Ucapan atau komentar yang disampaikan orang biasanya bersifat basa-basi yang hanya menunjukkan informasi permukaan atau apa saja yang tampak secara kasat mata pada diri individu. Pada tahap ini juga, orang biasanya bertindak menurut cara-cara yang diterima secara sosial dan bersikap hati-hati agar tidak mengganggu harapan masyarakat. Singkatnya, orang berusaha untuk tersenyum dan bertingkah laku sopan.

(38)

22 Universitas Sumatera Utara memberikan kritik selama tahap orientasi karena akan dinilai sebagai tidak pantas dan akan mengganggu hubungan di masa depan. Kalaupun ada evaluasi atau kritik maka hal itu akan dilakukan dengan cara halus. Kedua belah pihak secara aktif berusaha menghindarkan diri untuk tidak terlibat dalam konflik sehingga mereka mendapat peluang untuk saling menjajagi pada waktu yang akan datang. Jika pada tahap ini mereka yang terlibat merasa cukup mendapatkan imbalan dari interaksi awal mereka akan melanjutkan ke tahap berikutnya.

2. Tahap Pertukaran Penjajakan Afektif (Exploratory Affective Exchange

Stage): Munculnya Diri. Tahap pertukaran penjajakan afektif (exploratory affective exchange stage) merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seseorang individu mulai muncul. Apa yang tadinya pribadi mulai menjadi publik. Jika pada tahap orientasi, orang bersikap hati-hati dalam menyampaikan informasi mengenai diri mereka maka pada tahap ini orang melakukan ekspansi atau perluasan terhadap wilayah publik diri mereka.

Tahap ini terjadi ketika orang mulai memunculkan kepribadian mereka kepada orang lain. Apa yang sebelumnya merupakan wilayah pribadi, sekarang menjadi wilayah publik. Orang mulai menggunakan pilihan kata-kata atau ungkapan yang bersifat lebih personal. Komunikasi juga berlangsung sedikit lebih spontan karena individu merasa lebih santai dengan lawan bicaranya, mereka juga tidak terlalu berhati-hati dalam mengungkapkan sesuatu yang akan mereka sesali kemudian. Perilaku berupa sentuhan dan ekspresi emosi (misalnya perubahan raut wajah) juga meningkat pada tahap ini. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan apakah suatu hubungan akan berlanjut ataukah tidak. Dalam hal ini, Taylor & Altman (dalam Morissan, 2010 : 192) mengatakan bahwa banyak hubungan yang tidak berlanjut setelah tahapan ini.

3. Pertukaran Afektif (Exploratory Exchange Stage): Komitmen dan

(39)

23 Universitas Sumatera Utara kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap ini ditandai munculnya hubungan persahabatan yang dekat atau hubungan antara individu yang lebih intim. Pada tahap ini juga muncul perasaan kritis dan evaluatif pada level yang lebih dalam. Tahap ketiga ini tidak akan dimasuki, kecuali para pihak pada tahap sebelumnya telah menerima imbalan yang cukup berarti dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Sehingga komitmen yang lebih besar dan perasaan yang lebih nyaman terhadap pihak lainnya juga menjadi ciri tahap ini. Selain itu, pesan nonverbal yang disampaikan akan lebih mudah dipahami. Misalnya, sebuah senyuman memiliki arti “saya mengerti”, anggukan kepala diartikan “saya setuju” dan seterusnya. Kata-kata, ungkapan atau perilaku yang bersifat lebih personal bahkan unik lebih banyak digunakan di tahap ini.

Namun demikian, tahapan ini juga ditandai dengan adanya perilaku saling kritik, perbedaan pendapat dan bahkan permusuhan antar individu, tetapi semua itu menurut Altman & taylor, belum berpotensi mampu mengancam kelangsungan hubungan yang sudah terbina. Pada tahap ini, tidak ada hambatan untuk saling mendekatkan diri, namun demikian, banyak orang masih berupaya untuk melindungi diri mereka agar tidak merasa terlalu lemah atau rapuh dengan tidak mengungkapkan informasi diri yang terlalu sensitif.

(40)

24 Universitas Sumatera Utara ini individu telah membangun sistem komunikasi personal mereka yang menurut Altman & Taylor akan menghasilkan komunikasi yang efisien. Artinya, pada tahap ini, makna dapat ditafsirkan secara jelas dan tanpa keraguan.

Menurut Mark Knapp Anita Vangelisti dalam Morissan (2010 : 188), keterbukaan untuk mengungkapan infomrasi yang bersifat intim harus didasarkan atas kepercayaan. Menurut mereka, jika kita menginginkan resiprositas dalam hal keterbukaan maka kita harus mencoba untuk memperoleh kepercayaan dari orang lain dan sebaliknya kita juga harus percaya dengan orang lain.

II.2.4 Teori Perukaran Sosial

Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory—SET) didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan

yang didapatkan dengan meneruskan hubungan itu. Pengorbanan (cost)

merupakan elemen dari sebuah hubungan yang memiliki nilai negatif bagi seseorang, sedangkan penghargaan (rewards) merupakan elemen-elemen dalam sebuah hubungan yang memiliki nilai positif (West Turner, 2009 : 216).

Sudut pandang Teori Pertukaran Sosial berpendapat bahwa orang menghitung nilai keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang diterimanya (Monge & Contactor, 2003).

Teori Pertukaran Sosial memprediksikan bahwa nilai (worth) dari sebuah

hubungan mempengaruhi hasil akhir (outcome) atau apakah orang akan

meneruskan hubungan atau mengakhirinya. Hubungan yang positif biasanya dapat diharapkan untuk bertahan, sedangkan hubungan yang negatif mungkin akan berakhir (West Turner, 2009 : 217).

(41)

25 Universitas Sumatera Utara 1. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang

dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. Buat orang kaya mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang. Buat si miskin, hubungan interpersonal yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran daripada hubungan yang menambah pengetahuan.

2. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu

hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.

3. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya, Anda mempunyai kawan yang pelit dan bodoh. Anda banyak membantunya, tetapi hanya sekedar supaya persahabatan dengan dia tidak putus. Bantuan Anda (biaya) ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda terima. Anda rugi. Menurut teori pertukaran sosial, hubungan anda dengan sahabat pelit itu mudah sekali retak dan digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain.

4. Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai

(42)

26 Universitas Sumatera Utara hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya, berarti makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal yang memuaskan.

Asumsi Teori Pertukaran Sosial

Teori Pertukaran Sosial didasarkan pada metafora pertukaran ekonomis di mana asumsi berangkat dari pemikiran bahwa manusia memandang kehidupan sebagai suatu pasar. Thibaut dan Kelley mendasarkan teori mereka pada dua konseptualisasi yaitu :

Asumsi mengenai sifat dasar manusia

1. Manusia mencari penghargaan dan menghindari hukuman

2. Manusia adalah makhluk sosial

3. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan

penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya

Asumsi mengenai sifat dasar manusia dari suatu hubungan

1. Hubungan memiliki sifat ketergantungan

2. Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses

(43)

27 Universitas Sumatera Utara pilihan. Asumsi ketiga bahwa standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya menunjukkan bahwa teori ini harus mempertimbangkan adanya keanekaragaman. Tidak ada satu standar yang dapat diterapkan pada semua orang untuk menentukan apa pengorbanan dan penghargaan itu (West Turner, 2009 : 218-219).

Thibaut dan Kelley mengambil tiga asumsi mengenai sifat dasar manusia tersebut dari prinsip-prinsip pengurangan dorongan. Dalam pendekatan mereka akan hubungan, mereka menyusun prinsip-prinsip yang mereka sebut sebagai

teori permainan (game theory) yang megilustrasikan asumsi pertama mereka

disebut dilema seorang tahanan (Prisoner’s dilemma). Hasil akhir dari tiap kasus tergantung pada hubungan antar individu, tidak pada satu jawaban saja. Oleh karena itu, ketika seorang partisipan dalam sebuah hubungan mengambil tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan akan terkena akibat. Asumsi kedua yang dibuat oleh Thibaut dan Kelley adalah kehidupan hubungan merupakan sebuah proses sehingga waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan menjadi penting. Waktu mempengaruhi pertukaran karena pengalaman-pengalaman masa lalu menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya (West Turner, 2009 : 219-220).

Struktur Pertukaran

Pertukaran dapat terjadi dalam beberapa bentuk dalam matriks tersebut:

a. Direct Exchange (pertukaran langsung), timbal balik dibatasi pada kedua aktor yang terlibat.

b. Generalize Exchange (pertukaran tergeneralisasi), melibatkan timbal balik yang bersifat tidak langsung. Sesorang memberikan kepada orang lain dan penerima merespon tapi tidak kepada orang pertama

(44)

28 Universitas Sumatera Utara II.2.5 Konsep Gender

Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh Ann Oakey (1972, dalam Fekih, 1997), dan sejak saat itu menurutnya gender lantas dianggap sebagai alat analisis yang baik untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum wanita secara umun. Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Seks adalah pembagian jenis kelamin yang di tentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tersebut. Oleh karena itu, konsep jenis kelamin digunakan untuk membedakan laki-laki dan wanita berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh (Tuttle, Lisa, Encyclopedia of Feminism, 1986) (J.Dwi Narwoko, 2004 : 314).

Sedangkan gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan wanita secara sosial. Gender adalah kelompok atribut dan perilaku yang dibentuk secara kultural yang ada pada laki-laki dan wanita. Margert Mead (Sex and Temprament in Three Primitive Societies, 1935), menyatakan bahwa jenis kelamin adalah biologis dan perilaku gender adalah kontruksi sosial. Menurut Oakley (1972 dalam Fekih, 1997), gender adalah pembagian laki-laki dan wanita yang dikontrudksi secara sosial maupun kultural. Seperti halnya wanita dianggap lemah lembut, emosional, keibuan, dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut bukan kodrat karena tidak selamanya dan dapat pula dipertukarkan yang artinya, sebaliknya wanitapun ada yang kuat, rasional, perkasa, dan sebagainya.(J.Dwi Narwoko, 2004 : 314)

Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan wanita. Perbedaan fungsi dan peranan laki-laki dan wanita itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peran masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Gender merupakan suatu konsep pemikiran atau rekayasa manusia yang dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamins dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, sistem nilai dari bangsa, masyarakat dan suku bangsa tertentu (J.Dwi Narwoko, 2004 : 315) .

(45)

29 Universitas Sumatera Utara perbedaan konsep kodrati dan bukan kodrati.

No Jenis Kelamin (Seks) Contoh kodrati

Gender

Contoh Bukan Kodrati

1 Peran reproduksi kesehatan berlaku

sepanjang masa.

Peran sosial bergantung pada waktu dan keadaan.

2 Peran reproduksi kesehatan

ditentukan oleh Tuhan atau kodrat.

Peran sosial bukan kodrat Tuhan tapi buatan manusia.

3 Menyangkut perbedaan organ

biologis laki-laki dan perempuan khususnya pada bagian alat-alat reproduksi.

Sebagai konsekuensi dari fungsi alat-alat reproduksi, maka perempuan mempunyai fungsi reproduksi seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; sedangkan laki-laki mempunyai fungsi membuahi (spermatozoid).

Menyangkut perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil

kesepakatan atau hasil bentukan dari masyarakat.

Sebagai konsekuensi dari hasil kesepakatan masyarakat, maka pembagian peran laki-laki adalah mencari nafkah dan bekerja di sektor publik, sedangkan peran perempuan di sektor domestik dan bertanggung jawab masalah rumahtangga.

4 Peran reproduksi tidak dapat

berubah; sekali menjadi perempuan dan mempunyai rahim, maka selamanya akan menjadi perempuan; sebaliknya sekali menjadi laki-laki, mempunyai penis, maka selamanya menjadi laki-laki.

Peran sosial dapat berubah:

Peran istri sebagai ibu rumahtangga dapat berubah menjadi pekerja/ pencari nafkah, disamping masih menjadi istri juga.

5 Peran reproduksi tidak dapat

dipertukarkan: tidak mungkin peran laki-laki melahirkan dan perempuan

(46)

30 Universitas Sumatera Utara

membuahi. tidak mempunyai pekerjaan

sehingga tinggal di rumah

mengurus rumah tangga, sementara istri bertukar peran untuk bekerja mencari nafkah bahkan sampai ke luar negeri menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).

6 Membuahi Bekerja di dalam rumah dan

dibayar (pekerjaan publik/produktif di dalam rumah) seperti jualan masakan, pelayanan kesehatan, membuka salon kecantikan, menjahit/ tailor, mencuci pakaian/loundry, mengasuh dan mendidik anak orang lain (babbysitter/ pre-school).

7 Menstruasi Bekerja di luar rumah dan dibayar

(pekerjaan publik di luar rumah).

8 Mengandung/ hamil Bekerja di dalam rumah dan tidak

dibayar (pekerjaan domestik rumahtangga) seperti memasak, menyapu halaman, membersihkan rumah, mencuci pakaian keluarga, menjahit pakaian keluarga. Sumber :

II.3 Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya kerangka berpikir (framework of thinking) sama dengan kerangka teoritis (theoritical framework). Menurut Uma Sekaran dalam bukunya

yang berjudul Research Methods for Business (2000) mengatakan bahwa,

(47)

31 Universitas Sumatera Utara teori berhubungan dengan berbagai faktor atau variabel yang telah dikenali (diidentifikasi) sebagai masalah yang penting sekali. Penentuan dari suatu variabel atau faktor dipertimbangkan untuk diteliti, karena merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah, benar-benar didasarkan pada teori yang relevan.

Kerangka berpikir akan menjelaskan secara teoritis antar variabel yang sudah diputuskan untuk diteliti khususnya hubungan antar variabel bebas (independent) dan variabel tak bebas (dependent) (Supranto, 2003 : 324).

Komunikasi Antarpribadi penarik becak wanita

Teori Penetrasi Sosial Teori self

Disclosure

Teori Pertukaran Sosial

Konsep Gender

1. Alasan penerik becak

wanita melakukan

pekerjaan sebagai penarik becak wanita

2. Hambatan-hambatan

komunikasi antarpribadi

3. Mengetahui

(48)

32 Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metodologi Penelitian

Metode adalah cara atau teknik yang digunakan untuk riset. Metode mengatur langkah-langkah dalam melakukan riset. Sedangkan penentuan metode riset, periset memilih metode apa yang akan dipakai dalam mendekati dan mencari data (Kriyantono, 2006: 84). Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68).

Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak dapat dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah penelitian secara benar, kita tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya (Mulyana, 2002: 146).

(49)

33 Universitas Sumatera Utara III.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah proses Komunikasi Antarpribadi pada penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara.

III.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini merujuk pada informan ataupun responden yang akan dimintai keterangan mengenai penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara. Terdapat tiga orang penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan

melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra yang lainnya (Bungin, 2007: 115)

2. Metode Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau dengan orang yang

diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide) wawancara atau

tampa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara

dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007: 18)

III.5Teknik Analisis Data

Gambar

Gambar 1.
Gambar 3.
Gambar 4.
Tabel. 4.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ds.Rejosari Kec.Kebonsari Telp. Madiun yang bersumber dana dari APBN Tahun 2012 dengan Harga Perkiraan Sendiri GPS) sebesar

DAFTAR PEMBIMBING DAN JADWAL BIMBINGAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI STMIK IKMI CIREBON.. TAHUN AKADEMIK 2017

LD.1 HASIL UJI FT-IR BAHAN BAKU ASAM PALMITAT. Gambar D.1 Hasil Uji FT-IR Bahan Baku

Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kreteria di

1. Kesulitan dalam memahami soal sebagai kesulitan tipe I yaitu 41,8%. - Siswa mengalami kesulitan karena tidak memahami sifat-sifat logaritma. Kesulitan dalam menyelesaikan

Enzymatic Synthesis of Bio – Surfactant Fructose Oleic Ester Using Immobilized Lipase on Modified Hydrophobic Matrix in Fluidized Bed Reactor.. Universitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwaurgensi profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di MIS Nurul Siti Aisyah Ishak Delitua masih perlu ditingkatkan baik dari