• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Manajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR)"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebuah Negara tidak dapat terlepas dari peran lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi, termasuk Indonesia. Dari tahun ke tahun, industri keuangan non bank menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaanpembiayaan. Pada industri keuangan non bank, perusahaan pembiayaan berkembang pesat dengan aset mencapai Rp 174 triliun atau 3,1 persen dari PDB tahun 2009 (Laporan Tahunan BAPEPAM-LK, 2009).

Dengan total nilai aset tersebut menjadikan peran industri jasa pembiayaan sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Terdapat beberapa faktor lain yang dapat mendorong berkembangnya industri pembiayaan ke depansalah satunya adalah perkembangan industri otomotif yang mendukung kegiatan pembiayaan konsumen.

Dalam rangka meningkatkan peran dan kapasitas industri, Biro Pembiayaan dan Penjaminan pembina dan pengawas industri pembiayaan mewajibkan minimum modal disetor (paid up capital requirement) Rp100 Miliaruntuk perseroan dan Rp50 Miliar untuk koperasi. Selain itu, perusahaan pembiayaan juga diwajibkan memiliki rasio pinjaman terhadap modal sendiri (gearing ratio) maksimal sebesar 10 kali dan rasio piutang pembiayaan terhadap

(2)

total aset (investment asset ratio) minimal sebesar 40 persen. Hal tersebut menjadi acuan Bapepam-LK dalam penerbitan izin usaha baru dan pencabutan izin usaha perusahaan pembiayaan yang tidak memenuhi ketentuan. Pada akhir tahun 2009 jumlah total perusahaan pembiayaan di Indonesia adalah sebanyak 198 perusahaan, menurun dari total 212 perusahaan di akhir tahun 2008.

Namun demikian, pencabutan izin sejumlahperusahaan pembiayaan yang tidak memenuhi ketentuan Bapepam-LK tidak hanya mengurangi pertumbuhanaset industri jasa pembiayaan, tetapi juga untuk menciptakan industri jasa pembiayaan yang ada semakin kuat dan sehat dengan manajemen risiko yang lebih baik.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Majalah Infobank, diketahui peringkat perusahaan pembiayaan pada tahun 2009 berdasarkan kinerja keuangannya. PT ABC Finance (nama perusahaan disamarkan) termasuk ke dalam 15 peringkat teratas diantara 69 perusahaan yang memperoleh predikat sangat bagus yang memiliki aset di atas Rp 1 triliun.Prestasi tersebut tentunya diiringi dengan perkembangan perusahaan. Pada tahun 2009, PT ABC Finance memiliki 32 kantor cabang dan tahun 2010 telah memiliki 43 kantor cabang yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Pada tahun 2011 ini, perusahaan merencanakan untuk menambah cabang sebanyak 14 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

(3)

1.2. Rumusan Masalah

Pertambahan jumlah nasabah dapat dilihat dari total penjualan pada tahun 2008hingga 2010. Pada tahun 2008 PT ABC Finance berhasil merelisasikan penjualan sebesar Rp 990.865.000.000, Rp 1.169.022.355.000 pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 1.880.816.143.000. Meningkatnya penjualan tersebut mengindikasikan adanya potensi risiko kredit macet perusahaan akan semakin besar apabila tidak dikelola dengan baik. Terlihat pada meningkatnya jumlah Non Performing Loan (NPL) dari 1,15 persen pada tahun 2008 menjadi 7,40 persen pada tahun 2010. Oleh karena itu, perusahaan perlu menentukan kebijakan dan menangani kredit bermasalah.

Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui risiko kredit yang terjadi di PT ABC Finance dan bagaimana tindakan manajemen dalam menangani kredit bermasalah tersebut. Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan jumlah kredit dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance?

2. Bagaimana perkembangan NPL dan trennya yang terjadi di PT ABC finance? 3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap timbulnya risiko kredit di

PT ABC Finance?

4. Bagaimana risiko kredit yang terjadi di PT ABC Finance?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis perkembangan jumlah kredit dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance.

2. Menganalisis perkembangan NPL dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit di PT ABC Finance.

(4)

1.4. Ruang Lingkup

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lembaga Keuangan

Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007), berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990 tentang lembaga keuangan, lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan. Diantaranya melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat, terutama guna membiayai investasi perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiyaaan lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, serta kegiatan distribusi barang dan jasa. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu bank dan bukan bank. Perbedaan bank dan bukan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utamanya yang pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan bank dan lembaga keuangan bukan bank

Kegiatan Lembaga Keuangan

Bank Bukan Bank

Penghimpunan dana

Secara langsung berupa simpanan dana

masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Hanya secara tidak langsung dari masyarakat terutama melalui kertas berharga, penyertaan, pinjaman kredit dari lembaga lain. Secara tidak langsung dari

masyarakat (kertas berharga, penyertaan, pinjaman kredit dari lembaga lain)

Penyaluran dana

Untuk tujuan modal kerja, investasi, konsumsi

Terutama untuk tujuan investasi

Kepada individu dan badan usaha

Terutama kepada badan usaha

Untuk jangka pendek, menengah, dan panjang

Terutama untuk jangka menengah dan panjang Sumber: Triandaru dan Budisantoso, 2007.

(6)

menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan kepada debitur untuk tujuan konsumsi barang dan jasa.

2.2. Kredit

2.2.1. Definisi Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu chedere yang berarti kepercayaan dan dalam bahasa latin yaitu creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Jadi bisa diartikan bahwa suatu pemberian kredit terjadi apabila ada unsur kepercayaan di dalamnya (Jumingan, 2008).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pijak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2.2.2. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Jumingan (2008), jenis-jenis kredit dilihat dari berbagai segi, yaitu: 1. Segi kegunaan

a. Kredit investasi, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan digunakan untuk kegiatan utama perusahaan.

b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja memiliki jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan kredit investasi. 2. Segi tujuan

a. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau investasi.

(7)

c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun.

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara satu sampai dengan tiga tahun.

c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas tiga tahun atau lima tahun.

4. Segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud.

b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan atau orang tertentu.

5. Segi sektor usaha, terdiri dari kredit pertanian, peternakan, sektor pertambangan, pendidikan, profesi, perumahan, dan sektor-sektor lainnya.

2.2.3. Unsur-Unsur Kredit

Jumingan (2008), mengemukakan unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit (bank) yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan

(8)

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dalam pelunasannya.

4. Risiko

Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu risiko kerugian yang diakibatkan debitur tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko yang disebabkan karena nasabah tidak sengaja misalnya karena terjadi musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktunya suatu kredit semakin besar risikonya tidak tertagih demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggung jawab bank. Baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.

5. Balas jasa

Pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama.

2.2.4. Analisis Kelayakan Kredit

Menurut Djohanputro (2008), analisis kredit berdasarkan prinsip 5C yang meliputi:

a. Character

(9)

b. Capacity

Capacity (kapasitas) menunjukkan kemampuan calon debitur atau pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjam meminjam. Potensi pembayaran kewajiban debitur dapat dilihat dari laporan keuangan historis dan kinerja berupa performa arus kas, neraca, laba rugi, rasio lancar dan rasio kas dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban.

c. Capital

Capital (modal) digunakan untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. Modal dapat ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (ekuitas).

d. Collateral

Collateral (jaminan) merupakan piranti pengaman pinjaman yang terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila debitur atau pembeli secara kredit menyatqakan tidak dapat membayar dan pinjaman tidak mungkin direstrukturisasi. Perusahaan kreditur perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kredit karena faktor status hukum jaminan. Nilai jaminan terhadap kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan.

e. Condition

Condition (kondisi) mengacu kepada kondisi eksternal perusahaan yang mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Kondisi perusahaan berupa kondisi makro (ekonomi, politik, selera konsumen, dan lingkungan) dan intervensi pihak berkepentingan (stakeholders).

2.3. Konsep Risiko 2.3.1. Definisi Risiko

(10)

kehilangan. Risiko dan ketidakpastian dibedakan dengan adanya informasi yang digunakan untuk menghitung tingkat ketidakpastian.

2.3.2. Klasifikasi Risiko

Djohanputro (2008), risiko diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Klasifikasi risiko secara umum

a. Risiko murni, yaitu risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan menguntungkan.

b. Risiko spekulatif, yaitu risiko yang dapat mengakibatkan dua kemungkinan, merugikan atau menguntungkan perusahaan.

c. Risiko spesifik, yaitu risiko yang dapat didiversifikasi atau dapat dihilangkan melalui proses penggabungan.

2. Klasifikasi risiko perusahaan

a. Risiko keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Risiko keuangan terdiri dari empat jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan risiko pasar.

b. Risiko operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko operasional terdiri dari risiko SDM, risiko produktivitas, risiko teknlogi, risiko inovasi, risiko sistem, dan risiko proses.

c. Risiko strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Risiko strategis terdiri dari risiko bisnis, risiko leverage operasi, dan risiko transaksi strategis.

(11)

2.3.3. Definisi Manajemen Risiko

Manajemen risiko korporat terintegrasi merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan dalam memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko (Djohanputro, 2008). Siklus manajemen risiko korporat terdiri dari lima tahap seperti pada Gambar 3.

Tahap 1: Identifikasi Risiko

Pada tahap ini, dilakukan identifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dan utama adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua, analisis dapat menggunakan 7S dari McKenzie yang mencakup shared value, structure, staff, skills, system, dan

style. Sistem termasuk proses dan prosedur, merupakan sumber informasi yang sangat penting untuk dapat mengidentifikasi berbagai risiko yang dapat muncul. Termasuk dalam proses adalah asset perusahaan.

Tahap 2: Pengukuran Risiko

Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salah satu sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko.

Identifikasi risiko

Pengukuran Risiko

Pemetaan Risiko Model Pengelolaan

Risiko Pengawasan & Pengendalian Risiko Evaluasi Pihak Berkepentingan

(12)

Tahap 3: Pemetaan Risiko

Tujuan pemetaan risiko adalah untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua risiko.

Tahap 4: Model Pengukuran Risiko

Beberapa model pengelolaan risiko yang dapat digunakan diantaranya pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan.

Tahap 5: Monitor dan Pengendalian

Monitor dan pengendalian penting dilakukan karena beberapa alasan. Pertama, manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif. Ketiga, risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

2.4. Manajemen Risiko Kredit 2.4.1. Definisi Risiko Kredit

Menurut Djohanputro (2008), risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan. Pengukuran risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal risiko dan kualitas dari risiko yang keduanya menentukan kebijakan perusahaan dalam memberi kredit.

(13)

2.4.2. Dimensi Risiko Kredit

Ukuran nilai suatu risiko kredit terdiri dari faktor kuantitas exposure kredit dan kualitas exposure kredit. Kuantitas exposure kredit tercermin dalambesarnya pinjaman. Semaikn besar pinjaman maka semakin besar juga tingkat exposure

kredit. Kualitas exposure kredit tercermin oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli kredit. Semakin rendah kualitas jaminan maka semakin rendah kualitas kredit dan semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi (Djohanputro, 2008). Ukuran nilai suatu risiko kredit tercermin dalam dimensi risikoyang dapat dilihat pada Gambar 4.

Terdapat tiga jenis risiko yang membantu risiko kredit, yaitu:

1. Risiko gagal bayar, adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Untuk mengukur probalibilitas gagal bayar perusahaan dapat melakukan peningkatan (rating). Setiap perusahaan memiliki model pemeringkatan sendiri-sendri. Namun secara umum, ada lima faktor yang sering digunakan dan dikenal dengan 5C yaitu character, capital, capacity, collateral, dan condition.

2. Risiko eksposur, merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar.

3. Risiko recovery, merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Tingkat recovery adalah sejauh mana perusahan dapat tetap mengupayakan supaya nilai kredit yang gagal bayar Esposure Kredit

Kualitas risiko kredit

Probabilitas likuidasi jaminan

Kuantitas jaminan Probabilitas gagal bayar

Kuantitas risiko kredit

Dimensi risiko

(14)

tersebut dapat diupayakan berapa pun nilai nominal yang bisa diperoleh. Semakin kecil nilai perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko

recovery. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan

recovery dari kredit macet.

2.5.Analisis Tren

Tren adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (Suharyadi dan Purwanto, 2008). Tren data berkala bisa berbentuk tren yang meningkat dan menurun secara mulus. Untuk melakukan peramalan dengan analisis tren terdapat beberapa cara yaitu:

a. Metode semi rata-rata (semi average method)

Metode semi rata-rata membuat tren dengan cara mencari rata-rata kelompok data.

b. Metode kuadrat terkecil (least square method)

Tren dengan metode kuadrat terkecil diperoleh dengan menentukan garis tren yang mempunyai jumlah terkecil darikuadrat selisih data asli dengan data pada garis tren.

c. Metode tren quadratis (quadratic trend method)

Untuk tren yang sifatnya jangka pendek dan menengah, kemungkinan tren akan mengikuti pola linear. Namun, dalam jangka panjang pola bisa berubah tidak linear. Salah satu metode yang tidak linear adalah metode kuadratis.

d. Metode tren eksponensial (exponential trend method)

Tren eksponensial adalah suatu tren yang mempunyai pangkat atau eksponen dari waktunya.

2.6. Peramalan (Forecasting)

(15)

a. Forecast dengan ekstrapolasi sederhana untuk jangka pendek

b. Forecast dengan memanfaatkan indikator-indikator ekonomi untuk jangka pendek

c. Forecast dengan ekstrapolasi trend untuk jangka panjang

d. Forecast berdasar exponential smoothing untuk jangka pendek dan metode-metode yang kompleks untuk jangka menengah.

2.7.Value at Risk (VaR)

Value at risk (VaR) memberikan keleluasaan bagi bank untuk menggunakan formulasinya sendiri dan mengembangkan model sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam mengukur risiko kredit. Value at Risk adalah pengukuran suatu risiko yang dilakukan secara kuantitatif dengan memperkirakan potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Inti dari VaR itu sendiri adalah volatilitas. Volatilitas adalah keragaman perubahan faktor risiko. Secara statistika, volatilitas ini sama dengan simpangan baku (Jorion dalam Setianingsih, 2008).

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Setianingsih (2008), meneliti tentang analisis risiko kredit dan penanganan kredit bermasalah pada Bank Jabar (Studi Kasus Bank Jabar Cabang Kuningan). Hasil penelitian yaitu jumlah kredit bermasalah Bank Jabar Kuningan cenderung naik seiring dengan meningkatnya jumlah kredit yang diberikan. Namun kondisi kredit bermasalah tersebut masih di bawah batas maksimum kredit bermasalah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan kredit Bank Jabar Kuningan ditetapkan untuk mengurangi risiko kredit yang mungkin terjadi.

(16)

metode VaR dapat diketahui bahwa kemungkinan kerugian maksimum kredit pegawai pada bulan April 2009 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 848.498.756 atau 22,97 persen dari total baki debet. Sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 1.198.183.092 atau 32,43 persen dari total baki debet.

(17)

III.METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran

Perkembangan industri non perbankan terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC Finance yang usahanya terus berkembang hingga saat ini telah memiliki 43 cabang yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Pada tahun 2011 ini perusahaan berencana untuk menambah cabang sebanyak 14 cabang. Semakin luasnya jaringan usaha PT ABC Finance diiringi pula dengan bertambahnya jumlah nasabah PT ABC Finance. Penyaluran kredit kepada nasabah mengandung risiko yang dapat mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.

Risiko merupakan hal penting yang harus dihindari agar tidak berpengaruh besar terhadap keadaan perusahaan. Risiko yang tinggi dapat menyebabkan kerugian yang tinggi pula. Risiko yang terjadi dari penyaluran kredit adalah risiko gagal bayar yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Perusahaan perlu menyelesaikan dan menangani risiko yang timbul agar keadaan keuangan perusahaan semakin baik.

(18)

3.2. Alur Pemikiran

Perusahaan menghadapi permasalahan seperti persaingan usaha, bertambahnya jumlah cabang dan nasabah yang diiringi dengan risiko kredit bermasalah yang meningkat pula. Permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Selanjutnya dengan sejumlah data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara dan studi pustaka maka dilakukan proses pengolahan data dengan mempertimbangkan faktor lingkungan, dan berdasarkan parameter kontrol. Parameter control merupakan standar yang digunakan sebagai kendali. Hingga diperoleh output dari proses yang dilakukan dan outcome dari output yang dihasilkan. Jika output yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan maka perlu

Gambar 5. Kerangka tahapan pemikiran

Perkembangan PT ABC Finance

Risiko Kredit

Faktor-faktor Risiko Kredit

Pengukuran Risiko Kredit Penanganan Kredit Bermasalah

Perhitungan Value at Risk (VaR) dengan Metode Credit Metrics

Analisis Deskriptif

Model Pengelolaan Risiko Kredit Nilai Kredit

(19)

dilakukan peninjauan ulang data yang dianalisa (feedback). Bagan alur pikir dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kantor Pusat PT ABC Finance yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. Satrio, Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu dari tanggal 15 Mei sampai dengan 15 Agustus 2011.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yaitu melalui pengumpulan data dan wawancara langsung dengan pihak manajemen PT ABC Finance yang terkait. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui data historis PT ABC Finance, studi pustaka, dan publikasi elektronik. Jenis data sekunder yang digunakan berupa laporan posisi kredit tahun 2008-2011, dan outstanding atau baki debet kredit 2008-2011.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data mengenai manajemen risiko kredit pada PT ABC Finance diperoleh melalui:

a. Wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Boards of Director, Kepala Cabang, Bagian Marketing, dan Bagian Kredit.

b. Studi kepustakaan, yaitu mencari literatur, penelusuran data kepustakaan, buku, media cetak, dan internet.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(20)

3.6.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memacu pada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang lebih mudah dimengerti. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui prosedur pengelolaan kredit bermasalah dan perkembangan kolektibilitas kredit agar lebih mudah untuk diinterpretasikan.

3.6.2.Analisa Tren

Analisa tren dilakukan dengan metode tren quadratis (quadratic trend method). Metode ini dipilih karena memiliki nilai selisih antara data dengan peramalan yang paling kecil sehingga dirasakan paling tepat atau memiliki tingkat kesalahan yang kecil.

3.6.3. Peramalan (Forecasting)

Peramalan dilakukan dengan metode single eksponential smoothing. Metode ini menggunakan konstanta pemulusan (α) 0,75. Menurut Reksohadiprodjo (1999), rumusekstrapolasi sederhana adalah:

... (1) Keterangan:

Ft : Peramalan yang baru

Ft-1 : Peramalan periode sebelumnya

At-1 : Nilai Aktual periode sebelumnya

α : Konstanta pemulusan 0 < α < 1

3.6.4 Value at Risk (VaR)

Value at Risk adalah pengukuran suatu risiko yang dilakukan secara kuantitatif dengan memperkirakan potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Inti dari VaR itu sendiri adalah volatilitas. Volatilitas adalah keragaman perubahan faktor risiko. Secara statistika, volatilitas ini sama dengan simpangan baku (Jorion dalam Setianingsih, 2008).

(21)

memberikan penekanan pada keseluruhan risiko dibandingkan dengan pengukuran tradisional yang lebih menekankan pada risiko per transaksi individual (Joriondalam Setianingsih, 2008).

a. Perhitungan VaR dengan metode credit metrics

Credit metrics adalah suatu kerangka Value at Risk yang diaplikasikan untuk penilaian risiko suatu asset yang tidak diperdagangkan seperti pinjaman. Metode ini didasarkan pada konsep rata-rata dan simpangan baku terboboti. Dalam prosesnya memerlukan credit rating (peringkat kredit) dan matriks migrasi.

b. Peringkat kredit

Dalam perhitungan VaR kredit dengan metode credit metrics perlu dilakukan pemeringkatan kredit terlebih dahulu. Dalam penelitian ini tidak menggunakan eksternal rating, sehingga sebagai pengganti peringkat diperlukan kolektibilitas debitur berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

c. Matriks migrasi

Pengertian matriks migrasi sama dengan matriks transisi. Peluang migrasi atau perpindahan dari suatu kelas peringkat (kolektibilitas) tertentu ke kelas peringkat yang lain dinamakan matriks transisi. Matriks transisi ini dapat diartikan juga sebagai proporsi perpindahan kolektibilitas dari satu bulan ke bulan lainnya. Matriks migrasi diasumsikan stasioner (stabil). Penentuan matriks migrasi dalam penelitian ini menggunakan kolektibilitas debitur. Bentuk matriks transisi adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P11 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 (Kolektibilitas lancar) tetap

berada pada peringkat 1 (Kolektibiltas lancar). L DPK KL D M

(22)

P12 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 menjadi berada pada peringkat 2

(Kolektibilitas dalam perhatian khusus), dan seterusnya.

L, DPK, KL, D, M adalah kolektibilats lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.

d. Tahapan menghitung VaR

Tahap dalam menghitung VaR dengan credit metrics adalah sebagai berikut: 1. Menentukan matriks transisi bulanan

Matriks transisi bulanan atau rating migration merupakan perubahan rating

debitur baik meningkat, menurun, ataupun tetap (perubahan dari migrasi kualitas kredit pada suatu periode waktu tertentu). Matriks transisi ini berukuran 5 x 5 karena jumlah kelas (grade) dalam credit rating system ada lima yaitu L, DPK, KL, D, M. data historis pergeseran kolekbilitas per debitur per bulan selama periode pengamatan merupakan dasar untuk penyusunan peluang transisi dari setiap kolektibilitas.

2. Menentukan matriks migrasi unconditional

Matriks migrasi unconditional adalah proporsi perpindahan kolektibilitas dari satu bulan ke bulan lainnya. Matriks ini merupakan rata-rata dari matriks transisi bulanan. Bentuk matriks ini sama dengan matriks transisi.

Baris ke satu pada matriks di atas merupakan peluang untuk menghitung VaR pada kolektibilitas lancar, baris ke dua merupakan peluang untuk menghitung VaR pada kolektibilitas dalam perhatian khusus, dan seterusnya. Elemen-elemen yang ada pada matriks migrasi unconditional ini merupakan peluang migrasi ke peringkat tertentu, yang akan digunakan untuk menghitung rata-rata nilai baki debet dalam perhitungan VaR.

3. Menghitung rata-rata nilai baki debet

Merupakan jumlah dari hasil perkalian antara peluang migrasi ke peringkat tertentu dengan hasil kali antara nilai baki debet total peringkat tertentu pada akhir

L DPK KL D M L

(23)

periode pengamatan dengan peluang peringkat tertentu. Peringkat yang dimaksud adalah kolektibilitas. Secara sistematis adalah sebagai berikut:

... (2)

Keterangan:

µ : rata-rata nilai baki debet

pi : peluang suatu kondisi (peluang migrasi ke peringkat tertentu)

µi : nilai baki debet yang merupakan hasil kali antara baki debet total

peringkat tertentu pada akhir periode pengamatan dengan peluang peringkat tertentu.

s : banyaknya peringkat

4. Menghitung selisih nilai baki debet dengan nilai rata-rata baki debet 5. Menghitung ragam

Digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman dalam data. Semakin tinggi nilai ragam berarti semakin bervariasi dan beragam suatu data. Secara sistematis rumus ragam adalah sebagai berikut:

... (3)

6. Menghitung simpangan baku

Merupakan akar dari ragam. Simpangan baku ini disebut volatilitas (s). Nilai volatilitas ini digunakan untuk menghitung VaR kredit. Formula yang digunakan untuk menghitung VaR kredit dengan asumsi nilai pinjaman terdistribusi normal untuk tingkat keyakinan tertentu adalah sebagai berikut:

... (4) Keterangan:

Za : titik kritis pada tabel Z (Za pada tingkat keyakinan tertentu)

s : penduga volatilitas

(24)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT ABC Finance (nama perusahaan disamarkan) didirikan pada tanggal 29 Maret 1993, dan baru beroperasi pada tanggal 3 Mei 1994, setelah mendapatkan izin dari Departemen Keuangan pada tanggal 14 April 1994. Izin yang diberikan khususnya bergerak dalam bidang usaha lembaga pembiayaan konsumen selain dari izin lainnya untuk usaha sewa guna usaha dan credit card.

Sejak awal berdiri, PT ABC Finance langsung berkembang menjadi perusahaan yang baik dan terpercaya. Dalam waktu 3 tahun telah mempunyai 13 cabang yang tersebar luas di Pulau Jawa. Namun krisis moneter pada tahun 1998 ikut mempengaruhi perkembangan usaha, sehingga pada tahun 2000 PT ABC Finance baru dapat lagi memulai kembali mengembangkan usahanya dengan me-rekstruktur pemegang saham dan manajemen baru. Struktur organisasi PT ABC Finance dapat dilihat pada Gambar 6.

(25)

25 ` Board of Commisioner Board of Directors Comptroller Operation Division Head IT Divison Head Corporate Secretary Finance & Accounting Div. Head HR Division Head Marketing Dept. Head Regional Manager Credit Cycle Division Head Area Manager Area Manager Marketing Research & Analyst Product Development Marketing Support Corporate Marketing HRD General Affair Compensation & Benefits Accounting Finance Technical Support Data Warehouse & Development Branch Operation Support Assets Liabilities Internal Audit & User Reff. Compliance & Controll Support Company Business Credit Policy Collection Policy Asset Disposal

(26)

Ju m la h K re d it Year Month 2011 2010 2009 2008 Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec 2.2500E+11 2.0000E+11 1.7500E+11 1.5000E+11 1.2500E+11 1.0000E+11 7.5000E+10 5.0000E+10

A ccuracy Measures MA PE 1.17671E+01 MA D 1.47214E+10 MSD 2.92165E+20

Variable A ctual Fits Trend Analysis Plot for Jumlah Kredit

Quadratic Trend Model

Yt = 57246088434 + 5785694582*t - 44258805*t**2

4.2. Perkembangan dan Tren Jumlah Kredit di PT ABC Finance

Perkembangan kredit pada tahun 2008-2011 secara grafik dapat dilihat pada Gambar 7. Analisis tren dilakukan dengan analisis quadratic trend model dengan

software Minitab 14. Berdasarkan Gambar 7 Terlihat bahwa kredit yang disalurkan pada Desember 2008 hingga September 2011 trennya terus mengalami peningkatan. Secara rinci nilainya dapat dilihat pada Tabel 2. Analisa tren dilakukan dengan menggunakan quadratic trend model diperoleh persamaan: Yt = 57.246.088.434 + 5.785.694.582*t – 44.258.805*t**2 ... (5) .

Tabel 2. Rincian nilai kredit disalurkan PT ABC Finance tahun 2008-2010 Bulan Nilai Kredit (Rp) Bulan Nilai Kredit (Rp) Desember 2008 45,656,534,000 Mei 2010 159,534,062,000 Januari 2009 49,798,544,000 Juni 182,821,949,000

Februari 71,565,315,000 Juli 184,337,773,000

Maret 88,578,758,000 Agustus 173,333,131,000

April 96,177,037,000 September 139,198,697,000

Mei 102,655,228,000 Oktober 168,971,489,000

Juni 111,758,997,000 November 161,037,636,000

Juli 117,854,575,000 Desember 144,225,754,000 Agustus 107,836,022,000 Januari 2011 148,643,982,000 September 87,532,683,000 Februari 156,436,428,000

Oktober 114,562,114,000 Maret 163,421,542,000

November 110,801,454,000 April 178,125,954,000

Desember 109,901,628,000 Mei 185,047,216,000

Januari 2010 129,036,306,000 Juni 200,345,245,000

Februari 125,950,603,000 Juli 220,956,125,000

Maret 151,577,053,000 Agustus 218,943,464,000

April 160,791,691,000 September 215,758,547,000

Sumber: PT ABC Finance, 2011 (diolah)

(27)

Ju m la h K re d it Year Month 2011 2010 2009 2008 Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec 2.5000E+11 2.0000E+11 1.5000E+11 1.0000E+11 5.0000E+10

Smoothing C onstant A lpha 0.75

A ccuracy Measures MA PE 1.14757E+01 MA D 1.32712E+10 MSD 2.63584E+20 Variable Forecasts 95.0% PI A ctual Fits Single Exponential Smoothing Plot for Jumlah Kredit

Peramalan dilakukan menggunakan single exponential smoothing dengan konstanta pemulusan 0,75 dengan software Minitab 14. Hasil peramalan nilai kredit untuk bulan Oktober 2011 diketahui sebesar Rp 216.287.870.245,00, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 8. Realisasi nilai kredit pada bulan September 2011 yaitu sebesar Rp 215.758.547.000,00.

4.3 Perkembangan dan Tren Non Performing Loan (NPL) di PT ABC Finance

Perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2008-2011 secara grafik dapat dilihat pada Gambar 9. Analisis tren dilakukan dengan analisis

quadratic trend model dengan software Minitab 14. Berdasarkan Gambar 9 Terlihat bahwa NPL yang terjadi di PT ABC Finance pada Desember 2008 hingga September 2011 trennya terus mengalami peningkatan. Secara rinci nilainya dapat dilihat pada Tabel 3. Analisa tren dilakukan dengan menggunakan

quadratic trend model diperoleh persamaan:

Yt = Yt = 0,581761 + 0,0749168*t + 0,00438909*t**2 ... (6)

(28)

N P L Year Month 2011 2010 2009 2008 Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

A ccuracy Measures MA PE 17.6989 MA D 0.5244

MSD 0.4836

Variable A ctual Fits Trend Analysis Plot for NPL

Quadratic Trend Model

Yt = 0.581761 + 0.0749168*t + 0.00438909*t**2

Tabel 3. Rincian persentase NPL PT ABC Finance tahun 2008-2010

Bulan NPL (%) Bulan NPL (%) Bulan NPL (%) Desember 2008 1,15 Desember 2009 1,13 Desember 2010 7,40 Januari 2009 0,95 Januari 2010 2,10 Januari 2011 6,56

Februari 1,05 Februari 2,73 Februari 6,73

Maret 1,14 Maret 2,45 Maret 5,98

April 1,25 April 2,25 April 6,13

Mei 1,28 Mei 2,65 Mei 6,05

Juni 1,35 Juni 2,90 Juni 6,38

Juli 1,46 Juli 3,18 Juli 7,14

Agustus 1,34 Agustus 4,42 Agustus 7,58

September 1,39 September 5,29 September 7,63

Oktober 1,80 Oktober 6,04

November 2,01 November 5,53

Sumber: PT ABC Finance, 2011 (diolah)

Peramalan dilakukan menggunakan single exponential smoothing dengan konstanta pemulusan 0,75 dengan software Minitab 14. Hasil peramalan persentase NPL untuk Oktober 2011 diketahui sebesar 7,58 persen, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 10. Realisasi persentase NPL pada September 2011 yaitu sebesar 7,63 persen.

(29)

N P L Year Month 2011 2010 2009 2008 Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec Sep Jun Mar Dec 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Smoothing C onstant A lpha 0.75

A ccuracy Measures MA PE 13.2083 MA D 0.4212 MSD 0.3625 Variable Forecasts 95.0% PI A ctual Fits Single Exponential Smoothing Plot for NPL

Penyaluran kredit yang akan mempengaruhi perkembangan kredit harus dilakukan sesuai dengan kebijakan kredit. Kebijakan kredit diperlukan untuk memberikan pelayanan kredit kepada nasabah. Dalam menetapkan kebijakan kredit, perusahaan harus menyeimbangkan antara pelonggaran pelayanan dan pengetatan manajemen risiko. Tujuannya, agar laju penyaluran keuangan yang disediakan kepada nasabah kredit cepat namun tetap aman. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam kebijakan kredit diantaranya:

a. Kredit yang diberikan perusahaan mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaanya perusahaan harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.

b. Kebijakan perkreditan harus jelas.

c. Kebijakan perkreditan merupakan panduan dalam pelaksanaan semua kegiatan perkreditan perusahaan.

d. Kebijakan perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan BI. e. Kebijakan kredit harus menjadi acuan dan harus tercermin dalam pedoman

pelaksanaan kredit.

f. Perusahaan wajib melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten.

g. BI memantau, mengawasi dan menilai pelaksanaan kebijakan kredit perusahaan.

(30)

h. Pengertian kredit dalam kebijakan kredit meliputi semua jenis fasilitas keuangan yang disediakan kepada nasabah.

Kebijakan-kebijakan perkreditan ditetapkan untuk mengurangi risiko kredit bermasalah yang terjadi di PT ABC Finance. PT ABC Finance memiliki kebijakan perkreditan sebagai berikut:

1. Jenis kredit yang diberikan adalah kredit pembiayaan kendaraan roda empat atau lebih. Kredit diberikan untuk pembiayaan mobil baru dan bekas.

2. Jumlah kredit yang diberikan yaitu mulai dari Rp 10 Juta sampai dengan Rp 200 Juta. Pemberian kredit melebihi dua ratus juta rupiah terlebih dahulu harus mengajukan memo usulan kredit.

3. Batas jangka waktu pemberian kredit yaitu 12-48 bulan.

4. Bunga kredit yang ditetapkan bervariasi bergantung kepada jenis kendaraan dan tahun kendaraan. Bunga kredit dihitung secara flat atau tetap selama jangka waktu kredit. Rincian bunga kredit dapat dilihat pada Tabel 4.

5. Persentase Down Payment bervariasi ditetapkan berdasarkan jenis kendaraan dan tahun kendaraan.

6. Agunan yang digunakan yaitu surat-surat kendaraan seperti Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek untuk angkutan umum.

(31)

Tabel 4. Rincian bunga kredit, down payment, dan persyaratan kredit di PT ABC Finance

No Jenis Kendaraan Tahun Kendaraan Bunga (%) Down Payment (%) Persyaratan Tambahan Persyaratan Utama

1 Angkutan Kota Trayek Kabupaten

11,65

40

a. KTP suami-istri (bagi yang telah menikah) yang masih berlaku, KTP asli difoto oleh marketing. b. Fotocopy Kartu Keluarga (bagi yang sudah menikah), akte cerai (bagi yang telah bercerai), atau surat kematian (bagi yang pasangannya telah meninggal dunia). c. Fotocopy rekening listrik dan Pajak Bumi dan Bangunan tempat tinggal calon nasabah. d. STNK yang masih berlaku, dan STNK asli difoto oleh marketing.

BPKB beserta faktur asli.

a. Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek asli. b. Fotocopy Kartu Pengawas (KP) Ijin Trayek.

c. Fotocopy Surat Ijin Pengawasan

Angkutan (SIPA). d. Fotocopy buku KIR yang masih berlaku. Angkutan

Kota Trayek Kota

12,66

2 Mobil Penumpang

2004-sekarang

11,65 20 Slip gaji atau Surat

Keterangan Usaha (SKU).

2000- 2003 12,26 25 1998-1999 13,18 25 3 Pick Up 2005 –

sekarang

12,26 20 a. Slip gaji atau Surat Keterangan Usaha (SKU)

b. Fotocopy buku KIR yang masih berlaku. 2002 – 2004 12,87 25

2000 – 2001 13,80 25 4 Truck 2004 –

sekarang

12,56 20

2000 – 2003 13,18 25 1998-1999 13,16 25

Sumber: PT ABC Finance, 2011 (Diolah)

4.4.Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Risiko Kredit PT ABC Finance

PT ABC Finance sebagai perusahaan pembiayaan tidak terlepas dari keberadaan risiko kredit. Risiko kredit terjadi ketika perusahaan pembiayaan menghadapi kemungkinan ketidakmampuan nasabahnya untuk membayar kredit secara penuh dan tepat waktu. Pemberian kredit bagi PT ABC Finance berkaitan dengan persetujuan suatu kredit atas mobil dengan perjanjian kontrak tertentu dan pengenaan kewajiban bagi nasabahnya untuk membayar secara berkala dalam periode tertentu dengan syarat-syarat yang telah disepakati. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT ABC Finance antara lain sebagai berikut.

a. Terjadinya manipulasi data dan informasi

(32)

b. Kualitas dan kuantitas SDM

Jumlah tim collector (penagih) yang tidak sesuai dengan jumlah nasabah. Berdasarkan hasil wawancara, seorang collector bertugas untuk menangani 30 persen nasabah. Selain itu, kualitas SDM yang kurang sesuai menyebabkan kinerjanya buruk. Misalnya, collector yang tidak dapat memenuhi target penagihan, maupun CMO yang memanipulasi data dan informasi nasabah agar targetnya tercapai.

c. Pengalihan agunan secara tidak resmi

Kendaraan telah dijual kepada pihak lain dan tidak dilakukan secara resmi di PT ABC Finance. Pada saat penagihan angsuran perusahaan mengalami kendala karena perusahaan tidak memiliki data pemilik kendaraan yang baru. d. Penyalahgunaan agunan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab

Penyalahgunaan agunan ini dilakukan oleh pihak yang sebenarnya bukan pemilik kendaraan tetapi menggunakan data pemilik kendaraan untuk mengajukan kredit. Hal ini menyebabkan tagihan tidak terbayar karena merasa tidak memiliki kewajiban pembayaran kredit.

e. Angsuran yang dititipkan pada pihak yang tidak bertanggung jawab

Angsuran tidak langsung dibayarkan dan digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sehingga pembayaran melebihi tanggal jatuh tempo.

f. Faktor internal nasabah

Misalnya, unit mengalami musibah seperti kecelakaan atau rusak sehingga tidak dapat beroperasi dan menghambat pembayaran. Transaksi bisnis nasabah kurang lancar sehingga menghambat pembayaran.

4.5.Risiko Kredit PT ABC Finance

Pengukuran risiko kredit merupakan masalah klasik dalam keuangan, dimana risiko kredit disebabkan karena munculnya kredit bermasalah yaitu kredit yang muncul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban nasabah untuk membayar angsuran maupun bunga kredit. Bank Indonesia menentukan angka maksimal kredit bermasalah atau NPL sebesar 5 persen dari total kredit yang disalurkan.

(33)

khususnya mobil merupakan kredit yang diberikan untuk membantu individu, UMKM, maupun perusahaan dalam hal pembiayaan pengadaan kendaraan roda empat atau lebih. Maksimum jangka waktu kredit yang diberikan yaitu 4 tahun dengan tingkat suku bunga 13,80 persen flat per tahun. Penyaluran kredit kepada nasabah oleh kantor cabang dengan jaminan pokok berupa BPKB, dan jaminan tambahan khusus untuk angkutan kota yaitu SK ijin trayek.

4.5.1.Kolektibilitas Nasabah

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis kredit per nasabah yaitu outstanding dan kolektibilitas dari bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2010. Jumlah nasabah yang diambil menggunakan teknik slovin

dengan tingkat kesalahan yang dapat ditolerir 10 persen.

Keterangan:

N = Jumlah total nasabah (42.695 nasabah) e = Standar error

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah nasabah pada tahun 2010 sebanyak 42.695 nasabah. Dari jumlah populasi tersebut dapat ditentukan jumlah sampel untuk nasabah adalah:

(34)

Pembayaran tepat waktu tergolong ke dalam kolektibilitas lancar. Hari tertunggak sampai dengan 89 hari tergolong ke dalam kolektibilitas dalam perhatian khusus. Hari tertunggak 90-119 hari tergolong kolektibilitas kurang lancar. Hari tertunggak 120-179 hari tergolong kolektibilitas diragukan. Diatas 180 hari tertunggak tergolong kolektibilitas macet.

Pada Gambar 11 dapat diketahui jumlah nasabah berkolektibilitas Lancar (L) merupakan kolektibilitas yang mempunyai persentase terbesar setiap bulannya. Presentase terbesar kedua adalah kolektibiltas Dalam Perhatian Khusus (DPK). Terbesar ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah kolektibiltas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M).

Setiap bulannya nasabah mengalami perubahan kualitas kredit (menjadi lebih baik, lebih buruk ataupun memiliki kualitas yang sama). Pergerakan kolektibilitas per nasabah tersebut sebagai dasar penentuan peluang transisi setiap peringkat kredit. Jika banyak nasabah yang mengalami perubahan kualitas kredit menjadi lebih buruk maka perusahaan akan mengalami kerugian yang lebih besar. Dengan mengetahui pergerakan kolektibilitas per nasabah tiap bulan, maka PT ABC Finance dapat menentukan kerugian maksimum yang dihadapi.

Gambar 11. Kolektilitas kredit tahun 2010 (PT. ABC Finance, 2010)

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

M 0 0.01 0 0.01 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

D 0.03 0.04 0.07 0.06 0.08 0.08 0.06 0.1 0.1 0.09 0.11 0.06

KL 0.12 0.13 0.13 0.14 0.19 0.18 0.21 0.21 0.22 0.3 0.22 0.27

DPK 24.86 24.97 24.14 22.64 25.21 22.66 23.67 24.02 25.92 27.25 25.82 25.65 L 74.99 74.85 75.66 77.15 74.52 77.07 76.05 75.66 73.75 72.35 73.84 74.01

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pe

rsent

a

se

(%

)

(35)

4.5.2. Analisis Value at Risk (VaR)

Matriks transisi bulanan yang diperoleh sebanyak 11 matriks yang berukuran 5x5. Matriks transisi bulanan ini dapat dilihat pada Lampiran. Matriks transisi tersebut digunakan untuk menyusun matriks migrasi unconditional.

Matriks migrasi unconditional yang dihasilkan adalah:

Matriks M menunjukkan bahwa peluang kolektibiltas Lancar untuk tetap bertahan pada kolektibilitas L adalah sebesar 0,0613 atau 6,13 persen. Nilai peluang tersebut menunjukkan bahwa risiko kerugian yang dihadapi cukup besar karena nilai peluang kolektibilitas Lancar untuk menjadi Dalam Perhatian khusus dan Macet adalah sebesar 8,06 persen dan 0,09 persen. Hal ini menyebabkan dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk menutupi kerugian tersebut besar pula.

Peluang kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus untuk pindah pada kolektibilitas Lancar sebesar 62,27 persen, sedangkan peluang kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus untuk tetap bertahan pada kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus adalah sebesar 75,98 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Kurang Lancar sebesar 0,39 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Diragukan sebesar 0,1 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Kurang Lancar sebesar 0,58 persen.

Peluang kolektibilitas Kurang Lancar untuk menjadi kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus adalah sebesar 0,29 persen. Kolektibilitas Kurang Lancar menjadi kolektibilitas Diragukan peluangnya sebesar 0,09 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Macet sebesar 0,1 persen.

Kredit yang disalurkan PT ABC Finance mempunyai peluang untuk keluar dari kondisi Diragukan menjadi kondisi kurang Lancar adalah sebesar 0,19

L DPK KL D M L

DPK KL D M

(36)

persen. Peluang kolektibilitas Macet tetap bertahan pada kondisi Macet yaitu sebesar 1,76 persen.

Baki debet kredit (outstanding) adalah saldo rekening yang menunjukkan posisi hutang nasabah pada saat tertentu. Nilai baki debet untuk kolektibilitas Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Baki debet tiap kolektibilitas selama bulan Desember 2010 Kolektibilitas Baki Debet (Rp) Presentase (%)

L 1.803.721.926.526 73,82

DPK 629.569.134.245 25,77

KL 8.333.541.146 0,34

D 1.663.365.648 0,07

M 152.714.648 0,01

Total 2.443.440.681.923 100,00

Sumber: PT ABC Finance, 2011 (Diolah).

Nilai baki debet untuk kolektibilitas L, DPK, KL, D, dan M pada tabel sebesar Rp 1.803.721.926.526, Rp 629.569.134.245, Rp 8.333.541.146, Rp 1.663.365.648, dan Rp 152.714.648. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95 persen dan 99 persen. Alasanya adalah karena J.P. Morgan “Risk Metrics” biasa menggunakan tingkat keyakinan 95 persen, sedangkan Basle Comitte menggunakan tingkat keyakinan 99 persen.

a. VaR untuk kolektibilitas Lancar (L)

VaR kolektibilitas Lancar yang ditampilkan pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 78.753.371.470,92. Nilai tersebut adalah 4,37 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas Lancar. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 111.209.306.380,15 atau sebesar 6,17 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas Lancar.

Tabel 6. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas lancar

Volatilitas Rp 47,729,316,042.98

VaR (α=5%) Rp 78,753,371,470.92

(37)

b. VaR untuk kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK)

VaR kolektibilitas DPK yang ditampilkan pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 71.612.830.563,51. Nilai tersebut adalah 11,37 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas DPK. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 101.125.997.098,77 atau sebesar 16,06 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas DPK.

Tabel 7. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibiltas dalam perhatian khusus Volatilitas Rp 43.401.715.493,03

VaR (α=5%) Rp 71.612.830.563,51

VaR (α=1%) Rp 101.125.997.098,77

c. VaR untuk kolektibilitas Kurang Lancar (KL)

Nilai VaR pada Tabel 8 menunjukkan bahwa VaR kolektibilitas KL pada α=5% adalah sebesar Rp 82.098.376.479,72. Kemungkinan kerugian maksimum kolektibilitas KL pada α=1% sebesar Rp 115.932.858.907,73. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas KL melebihi nilai baki debet atau posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan.

Tabel 8. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas kurang lancar

Volatilitas Rp 49.756.591.805,89

VaR (α=5%) Rp 82.098.376.479,72

VaR (α=1%) Rp 115.932.858.907,73

d. VaR untuk kolektibilitas Diragukan (D)

(38)

posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan.

Tabel 9. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas diragukan Volatilitas Rp 49.780.827.838,32

VaR (α=5%) Rp 82.138.365.933,23

VaR (α=1%) Rp 115.989.328.863,29

e. VaR untuk kolektibilitas Macet (M)

VaR kolektibilitas Macet pada Tabel 10 yaitu dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 82.138.667.109,08. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 115.989.754.160,10. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas M melebihi nilai baki debet atau posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan.

Tabel 10. Nilai volatilitas dan VaR kolektibilitas macet

Volatilitas Rp 49.781.010.369,14

VaR (α=5%) Rp 82.138.667.109,08

VaR (α=1%) Rp 115.989.754.160,10

f. VaR Total

Nilai VaR adalah nilai kerugian maksimum yang akan ditanggung oleh perusahaan untuk periode satu tahun pada tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Sehingga hasil perhitungan VaR kredit pembiayaan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa kemungkinan kerugian terbesar yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 16,24 persen dari total baki debet kredit. Hal ini menunjukkan bahwa kredit yang dianggap berisiko adalah 16,24 persen dari total baki debet kredit. VaR ini juga dapat diartikan bahwa kemungkinan kerugian maksimum kredit pada tahun 2010 tidak akan melebihi Rp 396.741.611.556,47 adalah 95 persen atau dengan kata lain hanya 5 persen kemungkinan kerugian dapat melebihi Rp 396.741.611.556,47.

(39)

2010 dapat melebihi Rp 396.741.611.556,47. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 22,93 persen dari total baki debet kredit yang berarti aktiva kredit yang berisiko adalah 22,93 persen dari total baki debet kredit.Pihak perusahaan perlu lebih intensif dalam mengelola risiko kreditnya untuk meminimalikan risiko yang akan dihadapi. Dampaknya, angka hasil pengukuran risiko juga akan turun.

Tabel 11. VaR Total dengan α=5% dan α=1% (Dalam Rupiah)

Kolektibilitas Volatilitas (σ) VaR (α=5%) VaR (α=1%)

Lancar 47.729.316.042,98 78.753.371.470,92 111.209.306.380,15 Dalam Perhatian

Khusus 43.401.715.493,03 71.612.830.563,51 101.125.997.098,77 Kurang Lancar 49.756.591.805,89 82.098.376.479,72 115.932.858.907,73 Diragukan 49.780.827.838,32 82.138.365.933,23 115.989.328.863,29 Macet 49.781.010.369,14 82.138.667.109,08 115.989.754.160,10

Total 396.741.611.556,47 560.247.245.410,04

4.6. Pengelolaan Risiko Kredit di PT ABC Finance

Pengelolaan risiko kredit dilakukan sejak awal sebelum kredit diberikan kepada nasabah. Terlebih dahulu perusahaan menganalisis nasabah yang dilakukan oleh surveyor. Surveyor bertugas melakukan survey ke rumah dan atau tempat usaha calon nasabah, melihat kondisi kendaraan, serta melakukan wawancara dengan calon nasabah untuk mengumpulkan informasi dan menilai kelayakan nasabah. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah nasabah layak diberikan kredit sesuai dengan persyaratan yang ada.

Selanjutnya, dilakukan pengecekan keabsahan BPKB pada pihak kepolisian. Setelah berkas persyaratan lengkap maka dilakukan booking, bagian administrasi di kantor cabang dan kantor pusat melakukan pengecekan ulang kelayakan dan kelengkapan berkas calon nasabah. Saat ini perusahaan memberlakukan peraturan baru yaitu surveyor harus memfoto KTP dan STNK asli calon nasabah yang masih berlaku. Pada saat penandatanganan kontrak, nasabah juga harus difoto. Foto tersebut dilampirkan pada aplikasi kredit. Nasabah yang telah selesai di booking akan memperoleh surat welcoming letter dan kartu angsuran sebagai pemberitahuan jumlah angsuran dan tanggal jatuh tempo.

(40)

keterlambatan 3-7 hari. Kolektibilitas 2 untuk keterlambatan 8-29 hari. Kolektibilitas 3 untuk keterlambatan 30-59 hari. Kolektibilitas 4 untuk keterlambatan 60-89 hari. Kolektibilitas 5 untuk keterlambatan 90-119 hari.

Upaya penanganan kredit yang dilakukan oleh PT ABC Finance adalah sebagai berikut:

1. Panggilan via telepon

Setelah diketahui adanya nasabah yang belum melakukan pembayaran setelah keterlambatan 3 hari maka bagian desk coll akan menelpon nasabah untuk mengingatkan segera melakukan pembayaran angsurannya.

2. Pemberian Surat Peringatan (SP)

Surat peringatan diberikan kepada nasabah berdasarkan jumlah hari keterlambatan. Surat peringatan terdiri dari SP 1, SP 2, dan SP 3. Surat peringatan pertama diberikan jika telah terlambat 7 hari. Surat peringatan kedua diberikan jika telah terlambat 14 hari. Surat peringatan ketiga diberikan jika telah terlambat 21 hari. Pemberian SP akan terus dilakukan setiap bulannya sampai dengan nasabah melakukan pembayaran.

3. Penagihan

Penagihan dilakukan oleh collector dengan mendatangi rumah nasabah. Hal ini dilakukan untuk mengatasi alasan keterlambatan pembayaran karena jauhnya rumah nasabah dengan kantor cabang, kantor pos, ataupun bank. Penagihan oleh

collector tidak hanya pada nasabah yang pembayarannya bermasalah tetapi juga ada nasabah yang meminta untuk diambil angsurannya.

4. Penghapusan denda

Penghapusan denda jarang dilakukan karena head collector yang berperan untuk memutuskan akan dilakukan penghapusan denda atau tidak. Head collector

(41)

5. Penarikan unit

Penarikan unit dilakukan jika keterlambatan pembayaran telah memasuki bulan kedua dan tidak ada itikad baik dari nasabah untuk melakukan pembayaran. Terlebih dahulu dikeluarkan surat penarikan unit dan nasabah dihubungi oleh bagian collection. Apabila nasabah tidak dapat dihubungi maka unit akan ditarik jika ditemukan di jalan.

Apabila pada saat penarikan unit, nasabah memberikan janji pembayaran sampai batas waktu tertentu. Jika sampai dengan batas waktu yang dijanjikan, nasabah belum juga melakukan pembayaran maka unit akan dijual oleh pihak perusahaan. Setelah itu account nasabah akan ditutup dan nasabah tidak dapat mengajukan kredit kembali di PT ABC Finance. Hal ini disebut Agunan Yang Diambil Alih (AYDA).

(42)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT

PADA PT ABC FINANCE

DENGAN METODE

VALUE AT RISK

(VaR)

Oleh

RR RETNO RIZKI DINI YULIANA

H24097110

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(43)

RINGKASAN

RR RETNO RIZKI DINI YULIANA. H24097110. AnalisisManajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR). Di bawah

bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.

Perkembangan industri non perbankan yang terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC Finance (nama perusahaan disamarkan) yang usahanya terus berkembang hingga saat ini telah memiliki 43 cabang dan berencana untuk menambah 14 cabang di tahun 2011. Meningkatnya penjualan mengindikasikan adanya potensi risiko kredit macet perusahaan akan semakin besar apabila tidak dikelola dengan baik. Terlihat pada meningkatnya jumlah Non Performing Loan (NPL) dari 1,15 persen pada tahun 2008 menjadi 7,40 persen pada tahun 2010. Pengelolaan risiko harus dilakukan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis perkembangan jumlah kredit dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance, (2) menganalisis perkembangan NPL dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance, (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit di PT ABC Finance, (4) menganalisis risiko kredit yang terjadi di PT ABC Finance.

Penelitian dilaksanakan di Kantor Pusat PT ABC Finance yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. Satrio, Jakarta.Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengumpulan data dan wawancara langsung dengan pihak manajemen PT ABC Finance. Data sekunder diperoleh melalui data historis PT ABC Finance, studi pustaka, dan publikasi elektronik. Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan metode

Value at Risk (VaR) dengan credit metrics.

Penyaluran kredit PT ABC Finance trennya menunjukkan meningkat pada tahun 2008-2011. Pada Oktober 2011 diramalkan kredit yang disalurkan sebesar Rp 216.287.870.245,00, realisasi nilai kredit pada bulan September 2011 yaitu sebesar Rp 215.758.547.000,00. Tren untuk persentase NPL juga terlihat meningkat dari tahun 2008-2011. Pada Oktober 2011 diramalkan nilai NPL sebesar 7,58 persen, dan pada September 2011 persentase NPL sebesar 7,63 persen.

Kebijakan kredit ditetapkan PT ABC Finance untuk mengurangi risiko kredit yang mungkin terjadi. Kebijakan kredit tersebut antara lain kredit diberikan untuk pembiayaan mobil baru dan bekas, jumlah kredit yang diberikan yaitu Rp 10 Juta sampai dengan Rp 200 Juta, jangka waktu pemberian kredit yaitu 12-48 bulan, bunga kredit bervariasi bergantung kepada jenis kendaraan dan tahun kendaraan, persentase down payment bervariasi berdasarkan jenis kendaraan dan tahun kendaraan, agunan berupa Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek untuk angkutan umum, serta persyaratan kredit yang perlu dilengkapi oleh calon nasabah.

(44)

Dari hasil perhitungan VaR diketahui bahwa kemungkinan kerugian terbesar yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 95persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47 atau 16,24 persen dari total baki debet kredit. Kemungkinan kerugian yang terjadi dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47 atau 22,93 persen dari total baki debet kredit.

(45)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT

PADA PT ABC FINANCE

DENGAN METODE

VALUE AT RISK

(VaR)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RR RETNO RIZKI DINI YULIANA

H24097110

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(46)

Judul : Analisis Manajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR)

Nama : Rr. Retno Rizki Dini Yuliana NRP : H24097110

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Abdul Kohar I, M.Sc. NIP. 194912101978031002

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 196101231986011002

(47)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Juli 1988. Penulis merupakan anak ke-empat dari empat bersaudara pasangan R. Gatoet Tjahjono dan Ratna Indah Sri Wardhaningsih.

(48)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “AnalisisManajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penyaluran kredit mengandung risiko karena dapat berpotensi menjadi kredit bermasalah yang menyebabkan perusahaan menderita suatu kerugian. Oleh karena itu, pengukuran nilai risiko perlu dilakukan untuk mengetahui besar risiko yang mungkin akan terjadi. Dengan demikian perusahaan perlu melakukan manajemen risiko yang baik sehingga risiko kredit yang terjadi dapat diminimalkan dan penyaluran kredit menjadi lebih efektif dan efisien.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak telah yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan penelitian ini.

Bogor, Desember 2011

(49)

DAFTAR PUSTAKA

BAPEPAM-LK. 2009. Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan 2009. http://www.bapepam.go.id/p3/others_p3/Finance_Company_Annual_Report _2009.pdf. [07 Juli 2011].

Djohanputro. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Penerbit PPM, Jakarta.

Ghozali, I. 2007. Manajemen Risiko Perbankan Pendekatan Kuantitatif Value at Risk (VaR). Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Haniviva. 2009. Peringkat Perusahaan Pembiayaan (Leasing) 2009 (Info Bank). http://www.beflasher.co.cc/peringkat-perusahaan-pembiayaan-leasing-2009-info-bank/. [07 Juli 2011].

Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT Bumi Aksara, Jakarta.

PT ABC Finance. 2009. Laporan Tahunan PT ABC Finance Tahun 2009. PT ABC Finance, Jakarta.

PT ABC Finance. 2010. Laporan Tahunan PT ABC Finance 2010. PT ABC Finance, Jakarta.

PT ABC Finance. 2011. Laporan Bulanan PT ABC Finance Tahun 2011. PT ABC Finance, Jakarta.

Reksohadiprodlo, S. 1999. Busines forecasting Bagian I Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.

Setianingsih. 2008. Analisis Risiko Kredit dan Penanganan Kredit Bermasalah pada Bank Jabar. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sriwahyuni, S. 2009. Analisis Risiko Kredit Pegawai Bermasalah pada PD. BPR Sukabumi Cabang Klapanunggal. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suharyadi dan Purwanto. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Edisi 2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Triandaru, S, dan T. Budisantoso. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

(50)

LAMPIRAN

(51)

Lampiran 1. Daftar istilah

1. Non performing loan (NPL) : kredit macet yang pembayaran bunga dan pokok pinjaman tertunda 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga telah dikapitalisasi, dibiayai kembali atau tertunda dengan perjanjian, atau pembayaran kurang dari 90 hari terlambat, tetapi ada lain baik alasan untuk meragukan bahwa pembayaran akan dilakukan secara penuh. 2. Laporan posisi kredit : laporan keadaan kredit debitur atau nasabah suatu

lembaga keuangan per jangka waktu tertentu.

3. Outstandingatau baki debet kredit: laporan jumlah pokok kredit dan bunga yang disalurkan kepada nasabah secara keseluruhan per periode tertentu. 4. Kolektibiltas lancar : kredit digolongkan lancar, yaitu jika memenuhi kriteria

pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; memiliki mutasi rekening yang aktif; bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai.

5. Kolektibilitas dalam perhatian khusus : kredit digolongkan dalam perhatian khusus, yaitu jika memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pembayaran pokok dan/atau bunga yangbelum melam

Gambar

Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2008)
Gambar 4.Dimensi Risiko (Djohanputro, 2008)
Gambar 5. Kerangka tahapan pemikiran
Gambar 6. Struktur organisasi PT ABC Finance
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jenisnya, ada 5 macam asesmen otentik yang populer digunakan di kelas-kelas bahasa, khususnya bahasa Inggris sebagai bahasa asing (Rolheiser &amp;

Memberikan motivasi kepada orang tua untuk bekerjasama melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sesuai prosedur Memberikan informasi tentang Teknik penilaian yang

Sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkan terlebih dahulu harus diadakan  penelitian tentang apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan menguntungkan

CAS Layanan Abstrak Kimia (layanan yang memelihara daftar paling komprehensif bahan kimia) CLP Regulasi (EC) No 1272/2008 tentang klasifikasi, pelabelan, dan pengemasan bahan

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa hidrograf limpasan yang terbentuk akibat variasi kemiringan lahan pada intensitas hujan 50 mm/jam dan D = 1,0315 m/m2 memiliki nilai debit puncak

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat diperoleh suatu metode proses sterilisasi yang baik dan sesuai untuk sterilisasi sarung tangan reuse dan sebagai

Penelitian selanjutnya: Untuk pengembangan penelitian selanjutnya maka bagi peneliti nantinya dalam upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa yang

Dari hasil analisis data yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun bersama-sama hal ini dibuktikan