• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Populasi Cacing Eisenia Foetida Dan Waktu Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas Dan Kualitas Sorgum (Sorghum Bicolor).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Populasi Cacing Eisenia Foetida Dan Waktu Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas Dan Kualitas Sorgum (Sorghum Bicolor)."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POPULASI CACING

Eisenia foetida

DAN

WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG TERHADAP

PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS

SORGUM (

Sorghum bicolor

)

ANISA NURHASANAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN

TEKNOLOGI

PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Populasi Cacing Eisenia foetida dan Waktu Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)

ABSTRAK

ANISA NURHASANAH. Pengaruh Populasi Cacing Eisenia foetida dan Waktu Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum Bicolor). Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan MUHAMMAD AGUS SETIANA.

Peranan cacing tanah sangat penting dalam proses dekomposisi bahan organik tanah. Perombakan bahan organik dapat menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Penelitian ini dilakukan sebagai studi dasar untuk mengevaluasi tentang produktivitas dan kualitas tanaman Sorghum bicolor (L.) Moench dengan perlakuan pemberian populasi cacing tanah E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap berpola faktorial 2x4 dengan 3 ulangan. Peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar, berat kering, kualitas mineral meliputi N (nitrogen), P (fosfor), K (kalium), jumlah cacing dan kokon saat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan populasi cacing 50 ekor secara nyata (P<0.05) meningkatkan produktivitas, namun tidak meningkatkan kualitas nutrisi tanaman Sorghum bicolor, sedangkan waktu pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata pada kualitas nutrisi tanaman Sorghum bicolor.

Kata kunci :cacing tanah Eisenia foetida, pupuk kandang, Sorghum bicolor

L. Moench.

ABSTRACT

ANISA NURHASANAH. The Effect of Earthworm Population Eisenia foetida and Frequency of Manure Application on Productivity and Quality of Sorghum (Sorghum bicolor). Supervised by ASEP TATA PERMANA and MUHAMMAD AGUS SETIANA.

Earthworms are very important in decomposition process of soil organic matter. Degradation of the organic matter can produce soil nutrient which are needed by plants for their growth. This research conducted to evaluate productivity and quality of plant Sorghum bicolor (L.) Moench by adding earthworm Eisenia foetida and the frequency of manure application. This research was arranged using factorial completely randomized design 2x3 with 3 replications. The observed variables were the height of plants, number of leaves, fresh and dry weight, the content N (Nitrogen), P (Phospor), K (Potasium) content of plant, number of earthworm and cocoon at harvest. The result showed that earthworms can increase the productivity of Sorghum bicolor (P<0.05), but did not increase the quality of Sorghum bicolor (P>0.05), while the frequency of manure application did not affect the nutrient content of plant.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENGARUH POPULASI CACING

Eisenia foetida

DAN

WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG TERHADAP

PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS

SORGUM (

Sorghum bicolor

)

ANISA NURHASANAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Populasi Cacing Eisenia foetida dan Waktu Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor)”. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan penulis pada bulan Maret sampai Mei 2015 di Rumah Kaca Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini memuat informasi tentang tanaman sorgum seperti tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar (akar, batang, daun, batang+daun), berat kering (akar, batang, daun, batang+daun), kandungan dan serapan mineral (nitrogen, fosfor, kalium) terhadap penggunaan populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang. Cacing E. foetida dan pupuk kandang digunakan karena mengandung unsur hara makro seperti (N, P dan K), sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas sorgum.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Materi 2

Lokasi dan Waktu 2

Prosedur 2

Persiapan Media Tanam 2

Penanaman dan Pemeliharaan 2

Pemanenan 3

Tinggi Tanaman 3

Jumlah Daun 3

Berat Segar (Akar, Batang dan Daun) 3

Berat Kering (Akar, Batang dan Daun) 3

Analisis Kandungan N, P dan K Tanaman Sorgum 3

Serapan N, P dan K Tanaman Sorgum 3

Populasi Cacing dan Kokon Saat Panen 3

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 4

Perlakuan 4

Analisis Data 4

Peubah yang Diamati 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Pertumbuhan Tanaman 5

Produktivitas Tanaman 8

Mineral N, P dan K 11

Populasi Cacing dan Kokon 14

Pengaruh Perlakuan Terhadap Tanaman 15

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 20

RIWAYAT HIDUP 28

(10)

DAFTAR TABEL

1. Rataan berat segar akar, batang, daun Sorghum bicolor 8 2. Rataan berat kering akar, batang, daun Sorghum bicolor 10 3. Kandungan nitrogen bagian atas tanaman (shoot) Sorghum bicolor 11 4. Kandungan fosfor bagian atas tanaman (shoot) Sorghum bicolor 12 5. Kandungan kalium bagian atas tanaman(shoot) Sorghum bicolor 12

6. Serapan N, P dan K Sorghum bicolor 13

7. Populasi cacing dan kokon awal dan akhir 14

8. Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman dan Berat Kering 16

DAFTAR GAMBAR

1. Pengaruh populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk Kandang terhadap tinggi tanaman Sorghum bicolor 5

2. Pengaruh populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk Kandang terhadap tinggi tanaman Sorghum bicolor 7 3. Pengaruh cacing E. foetida, pupuk kandang dan NPK terhadap pertumbuhan tanaman Sorghum bicolor 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil analisis statistik tinggi tanaman Sorghum bicolor 20

2. Hasil analisis statistik jumlah daun Sorghum bicolor 21

3. Hasil analisis statistik berat segar akar Sorghum bicolor 22

4. Hasil analisis statistik berat segar batang Sorghum bicolor 22 5. Hasil analisis statistik berat segar daun Sorghum bicolor 22

6. Hasil uji lanjut duncan berat segar daun Sorghum bicolor 23

7. Hasil analisis statistik batang+daun Sorghum bicolor 23

8. Hasil analisis statistik berat kering akar Sorghum bicolor 23

9. Hasil uji lanjut duncan berat kering akar Sorghum bicolor 23

10. Hasil analisis statistik berat keirng batang Sorghum bicolor 24

11. Hasil analisis statistik berat kering daun Sorghum bicolor 24

12. Hasil analisis statistik berat kering batang+daun Sorghum bicolor 24

13. Hasil analisis statistik kandungan nitrogen Sorghum bicolor 24 14. Hasil analisis statistik kandungan fosfor Sorghum bicolor 24

15. Hasil analisis statistik kandungan kalium Sorghum bicolor 25

16. Hasil analisis statistik serapan N Sorghum bicolor 25 17. Hasil uji lanjut duncan serapan N Sorghum bicolor 25

18. Hasil analisis statistik serapan P Sorghum bicolor 25 19. Hasil analisis statistik serapan K Sorghum bicolor 25 20. Hasil uji lanjut duncan populasi cacing akhir 26 21. Hasil uji lanjut duncan berat cacing akhir 26

(11)

23. Hasil uji lanjut duncan berat kokon 26

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Lahan di Indonesia sebagian besar merupakan lahan marginal dengan kondisi tanah masam. Keberadaan lahan masam di Indonesia cukup tinggi meliputi 30% atau 0.51 km2 dari luasan daratan Indonesia yang tersebar di daerah Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Lahan masam salah satu contohnya adalah tanah latosol. Tanah latosol mempunyai karakteristik bereaksi pH < 5,0 dan zat hara rendah (Hidayat dan Mulyani 2002). Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tanaman pakan, selain itu lahan yang kurang subur dapat menyebabkan terbatasnya lahan untuk penanaman tanaman pakan.

Hijauan pakan merupakan salah satu faktor penting khususnya industri ternak ruminansia. Hijauan pakan dimanfaatkan ternak ruminansia untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, ketersediaan hijauan pakan sangat penting serta kualitas hijauan pakan perlu diperhatikan untuk memenuhi kecukupan nutrisi ternak. Salah satu sumber hijauan pakan yang mendukung untuk keberhasilan di industri ternak ruminansia adalah sorgum. Sorgum (Sorghum bicolor) adalah tanaman serealia yang umumnya tumbuh di daerah tropis. Tanaman sorgum memiliki daya adaptasi di daerah marginal seperti toleran terhadap kekeringan (Dajue dan Guangwei 2000). Pertumbuhan vegetatif tanaman sorgum sekitar 30-60 hari setelah tanam (Nafriana et al. 2013). Sorgum memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai sumber pakan ruminansia dari batang dan daunnya. Sorgum dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia umummnya dilakukan pada pertumbuhan vegetatif. Pemotongan tanaman pakan umumnya dilakukan pada akhir masa vegetatif atau menjelang berbunga untuk menjamin pertumbuhan kembali yang optimal, sehat dan kandungan gizi tinggi (Aminudin 1990). Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung produktivitas dan kualitas sorgum di tanah latosol dengan memanfaatkan peranan biologi tanah seperti makrofauna yaitu cacing tanah.

(14)

2

METODE

Materi

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih sorgum (S. bicolor L. Moench) varietas CTY 33, cacing tanah E. foetida, pupuk kandang, kapur (CaCO3+MgCO3 = 85%) 15 g per pot, tanah latosol Dramaga sebanyak 4 kg

(BKU) per pot, dan aquades untuk penyiraman. Alat-alat yang digunakan selama penelitian adalah pot dengan kapasitas 5 kg sebanyak 24 pot, piringan sebagai alas pot, timbangan manual, timbangan digital, kain mori, label, sekop, koran bekas, gunting, pisau, meteran, selotip anti air dan oven 60oC LTE Scientific LTD Swallow.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis berat segar dan berat kering dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kadar N (Nitrogen), P (Fosfor), K (Kalium) tanaman dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dari Bulan Maret sampai Bulan Mei 2015.

Prosedur Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam diawali dengan penyediaan pot sebanyak 24 buah. Masing-masing pot dipasang kain mori dengan tujuan untuk menghindari keluarnya cacing dan tanah dari pot. Kemudian pot diisi dengan tanah latosol Dramaga yang sudah dikeringkan dan diayak 5mm sebanyak 4 kg (BKU) dengan dicampurkan kapur sebanyak 15 g pada masing-masing pot perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan dengan 3 kali ulangan.

Penanaman dan Pemeliharaan

(15)

3 Kemudian dilanjutkan pengkuran tanaman meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun setiap minggu.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada Bulan Mei 2015. Panen tanaman Sorghum bicolor L. Moench dilakukan dengan pemotongan dan penimbangan berat akar, batang, daun. Kemudian dilakukan penghitungan jumlah dan penimbangan bobot akhir populasi cacing E. foetida.

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur setiap minggu dimulai dari minggu ke-2 setelah tanam (MST). Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.

Jumlah Daun

Jumlah daun tanaman dihitung setiap minggu dimulai dari minggu ke-2 setelah tanam (MST).

Berat Segar (Akar, Batang dan Daun)

Berat segar hijauan tanaman diukur dengan menimbang bagian akar, batang dan daun yang dihasilkan setelah dilakukan pemanenan dari setiap rumpun dalam satuan percobaan.

Berat Kering (Akar, Batang dan Daun)

Berat kering hijauan tanaman diukur dengan mengambil akar, batang dan daun segar tanaman sorgum dari setiap rumpun dalam satuan percobaan setelah dilakukan pemanenan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven 60oC selama 2 x 24 jam. Setelah 48 jam, sampel didinginkan sampai bobot stabil lalu ditimbang.

Analisis Kandungan Nitrogen, Fosfor dan Kalium Tanaman Sorgum

Analisis kualitas nutrisi tanaman sorgum dilakukan dengan analisis kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Serapan Nitrogen, Fosfor dan Kalium Tanaman Sorgum

Serapan N, P, K diperoleh dari hasil perkalian berat kering tanaman dengan kandungan N, P, K di jaringan tanaman.

Populasi Cacing dan Kokon Saat Panen

(16)

4

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua faktor yaitu, faktor pertama (I) adalah populasi cacing 0 ekor dan 50 ekor. Faktor kedua (II) adalah waktu pemberian pupuk kandang, yaitu satu kali pemberian 1500 g pada hari ke- 0, dua kali pemberian masing-masing 750 g pada hari ke- 0 dan 30, tiga kali pemberian masing-masing 500 g pada hari 0, 20 dan 40, empat kali pemberian masing-masing 375 g pada hari ke-0, 15, 30 dan 45.

Rancangan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2x4 dengan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2x4 dengan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Model matematik dari rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1991):

Yijk= µ + αi+ βj + αiβj+ Ƹijk Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor pertama ke-i (i= 1,2), faktor

kedua ke-j (j= 1,2,3,4) dan ulangan ke-k (ulangan : k = 1,2,3)

µ = Pengaruh rata-rata

αi = Pengaruh pemberian perlakuan cacing taraf ke-i (i= 1,2)

βj = Pengaruh pemberian pupuk taraf ke-j (j= 1,2,3,4)

αiβj = Pengaruh interkasi faktor pertama ke-i dan faktor kedua

ke-j

Ƹijk = Komponen acak atau galat dan faktor pertama ke-i dan

faktor kedua ke-j

Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) Steel dan Torrie (1991), apabila berbeda nyata pada interaksi maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Peubah yang Diamati

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman Sorghum bicolor

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi perlakuan populasi cacing dan waktu pemberian pupuk kandang terhadap pertambahan tinggi tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench. Perlakuan populasi cacing berpengaruh nyata (P<0.05) pada umur ke-7 dan ke-8 setelah tanam (MST), sedangkan perlakuan waktu pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi vertikal tanaman Sorghum bicolor (Lampiran 1).

(18)

6

Hasil pengamatan setiap minggu menunjukkan peningkatan pertambahan tinggi tanaman sorgum mulai 2-8 setelah tanam (MST). Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada minggu ke-1 sampai minggu ke-5 perbedaan tinggi tanaman setiap perlakuan belum terlihat jelas, hal ini diduga karena pada awal pertumbuhannya tanaman masih memanfaatkan cadangan makanan pada tanaman. Tinggi tanaman menunjukkan perbedaan pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8, hal ini dikarenakan sistem perakaran tanaman sudah berkembang sehingga penyerapan unsur hara berjalan dengan baik. Hasil yang diperoleh bahwa populasi cacing 50 ekor memiliki pertambahan tinggi tanaman lebih besar dibandingkan populasi cacing 0 ekor. Hal ini sejalan dengan penelitian Napitupulu et al. (2013), bahwa kompos bekas cacing 90 g tanaman-1 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman Sorghum bicolor umur 6-9 MST. Hal ini menunjukkan bahwa peran cacing memberikan pengaruh positif terjadi penyerapan nutrisi (hara) yang maksimal. Keberadaan cacing yaitu mampu membentuk pori-pori tanah sehingga memperbaiki aerasi tanah dari hasil aktivitas bilogisnya serta memberikan penyerapan akar tanaman menjadi lebih baik yang mampu meningkatkan percepatan tinggi tanaman. Kandungan hara khususnya nitrogen oleh cacing di dalam tanah mampu meningkatkan aktivitas nitrat reduktase tanaman, mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat (Eskawidi et al. 2004).

Jumlah Daun Sorghum bicolor

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi perlakuan terhadap jumlah daun tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench. Perlakuan populasi cacing berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap jumlah daun Sorghum bicolor pada umur 6-8 MST, sedangkan perlakuan waktu pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap jumlah daun sorgum (Lampiran 2). Pertambahan jumlah daun sorgum disajikan pada Gambar 2.

(19)

7

Gambar 2 Pengaruh populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang terhadap jumlah daun tanaman Sorghum bicolor

(20)

8

Kegunaan tanaman sorgum dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan berupa daun. Produksi hijauan sorgum 149% lebih tinggi daripada jagung. Komposisi kimiawi kadar PK dan SK daun sorghum setara dengan rumput gajah maupun pucuk tebu, berturut-turut 7.82% dan 28.94%, 6% dan 34.25%, 5.33% dan 35.48% (Ditjen Perkebunan 1995).

Produktivitas Sorghum bicolor Terhadap Populasi Cacing Eisenia foetida dan Waktu Pemberian Pupuk Kandang

Hasil analisis statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap rataan berat segar akar. Rataan berat segar akar dengan perlakuan populasi cacing 0 ekor berkisar 9.75 sampai 12.70 g tanaman-1 dan populasi cacing 50 ekor berkisar 11.15 sampai 14.55 g tanaman-1. Hal ini dikarenakan tanaman sorgum dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi dan media tanam. Menurut Dahue dan Guangwei (2000), menyatakan bahwa tanaman sorgum memiliki daya adaptasi pertumbuhan yang baik pada kondisi lahan kering.

Tabel 1 Rataan berat segar Sorghum bicolor (L.) Moench saat panen

Bagian

1 95.08±9.00 122.62±11.20 108.85±10.10

Batang 2 79.85±3.15 110.90±3.82 95.38±3.49

3 82.72±18.78 119.47±13.60 101.09±16.19

4 85.93±12.14 97.02±6.61 91.48±9.38

1 132.88±13.88 169.87±15.26 151.38±14.57

2 117.13±3.11 157.40±4.15 137.27±3.63

3 112.32±20.96 166.70±16.34 139.51±18.65

4 119.251±5.66 136.78±6.78 128.02±11.22

Rataan 120.40±13.40b 157.69±10.63a

Nilai yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5%.

(21)

9 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi perlakuan terhadap rataan berat segar batang. Perlakuan populasi cacing E. foetida memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap rataan berat segar batang. Rataan segar batang dengan perlakuan populasi cacing 50 ekor lebih tinggi 112.50 g tanaman-1 dibandingkan populasi cacing 0 ekor 85.90 g tanaman-1 (Tabel 1). Hal tersebut dikarenakan cacing dapat memberikan unsur hara yang dapat diserap tanaman. Penelitian ini sejalan dengan Yovita (2012) pemberian kascing 200 kg ha-1 dan 400 kgha-1 dapat meningkatkan berat segar tanaman jagung. Komponen cacing di antaranya meliputi kandungan hara, kadar air dan pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rataan berat segar batang.

Hasil analisis statistik pada Tabel 1 menunjukkan adanya interaksi perlakuan antara populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang terhadap rataan berat segar daun. Perlakuan populasi cacing 50 ekor pada waktu pemberian pupuk kandang satu kali sampai tiga kali pemberian menghasilkan rataan berat segar daun lebih tinggi berkisar 46.50 sampai 47.25 g tanaman-1 dibandingkan empat kali pemberian yaitu 39.77 g tanaman-1. Waktu pemberian pupuk kandang optimum sampai tiga kali pemberian dan empat kali pemberian mengalami penurunan rataan berat segar daun. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kandang cenderung lebih baik diberikan secara sekaligus. Dosis pupuk kandang yang diberikan sekaligus dapat meningkatkan aktivitas mikroba sehingga proses perombakan bahan organik lebih cepat dan pelepasan unsur hara lebih tersedia bagi tanaman. Hadisumitro (2002) bahwa pemberian pupuk kandang yang cukup, di samping dapat memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia tanah, juga akan dapat meningkatkan aktivitas mikoriza sehingga unsur P lebih banyak bisa dilepaskan dan menjadi tersedia bagi tanaman. Selain itu unsur hara yang tersedia dari cacing dan pupuk kandang salah satunya nitrogen dapat mempengaruhi luas daun dan kandungan klorofil sehingga pengaruhnya terhadap rataan berat segar daun meningkat. Aktivitas cacing dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik dan penghancuran alami 60%-80% sehingga pematangan pengomposan lebih cepat hingga beberapa minggu (Sinha et al.2002).

(22)

10

Hasil analisis statistik pada Tabel 2 menunjukkan adanya interaksi perlakuan antara populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang terhadap rataan berat kering akar. Perlakuan populasi cacing 50 ekor pada waktu pemberian pupuk kandang tiga kali memiliki rataan berat kering akar paling tinggi yaitu 5.00 g tanaman-1. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak tiga kali selama masa pertumbuhan vegetatif memberikan hasil berat kering akar lebih baik serta peranan cacing mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah dikeluarkan berupa kotoran cacing (kascing) sehingga pertumbuhan tanaman tercukupi unsur hara. Aktivitas cacing dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik dari pupuk kandang dan penghancuran alami 60%-80% sehingga pematangan pengomposan lebih cepat hingga beberapa minggu (Sinha et al. 2002). Mulat (2003) kotoran cacing mengandung hormon perangsang pertumbuhan tanaman, seperti giberelin, sitokinin dan auksin, khususnya hormon auksin dapat membantu perkembangan akar.

Tabel 2 Rataan berat kering Sorghum bicolor (L.) Moench saat panen

Bagian

Nilai yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5%.

(23)

11 tanaman-1berat kering daun dan 21.21 g tanaman-1 berat kering batang+daun. Hal tersebut disebabkan pengaruh cacing dapat memberikan unsur hara yang dapat terpenuhi oleh tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian Bisht et al. (2006) melaporkan bahwa pemberian cacing tanah menghasilkan berat kering hijauan lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian cacing. Selain itu kotoran cacing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yaitu azotobacter sp merupakan bakteri penghambat N non simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan tanaman (Zahid 1994). Menurut Subowo et al. (2002), menyatakan bahwa aktivitas cacing dapat menyediakan unsur hara yaitu, N, P, K dan Ca yang dilepaskan dalam bentuk tersedia bagi tanaman.

Kandungan Nitrogen, Fosfor dan Kalium Tanaman Sorghum bicolor

(L.) Moench

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap rataan kadar nitrogen. Rataan kadar nitrogen yang diperoleh berkisar antara 0.62%-0.69%. Nilai rataan kadar nitrogen disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan Nitrogen pada bagian atas tanaman (shoot) Sorghum bicolor

(24)

12

Tabel 4 Kandungan Fosfor pada bagian atas tanaman (shoot) Sorghum bicolor

Hasil analisis statistik pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap rataan kadar fosfor tanaman Sorghum bicolor. Rataan kadar fosfor tanaman Sorghum bicolor berkisar antara 0.13%-0.15%. Rataan kadar fosfor berada dibawah kisaran normal karena fosfor mengandung 0.3% bagian batang dan daun (Effendi dan Sulistiadi1991). Hal ini dapat disebabkan kandungan fosfor di dalam tanah belum mencukupi untuk diserap nutrisi tanaman. Cacing tanah dan pupuk kandang mampu meningkatkan unsur hara P. Namun, hara yang ada itu tidak selalu tersedia dalam bentuk siap digunakan untuk tanaman atau jumlahnya tidak mencukupi. Hidayat dan Mulyani (2002), menyatakan bahwa ketersediaan N, P, K di dalam tanah dapat mempengaruhi ketersedian jumlah N, P, K yang ada di dalam tanaman. Ketersediaan P dalam tanah bagi tanaman dipengaruhi oleh kondisi tanah (Sumekto 2006).

Tabel 5 Kandungan Kalium pada bagian atas tanaman (shoot) Sorghum bicolor

(25)

13 dalam tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian Nuraini (2008) pemberian cacing tanah yang berbahan dasar kotoran ternak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kalium tanah. Selain itu, kalium mulai dibutuhkan dalam jumlah banyak pada waktu pertumbuhan permulaan tanaman, bahkan sebelum berbunga 30% dari kalium yang dibutuhkan tanaman telah diserap (Effendi dan Sulistiadi 1991).

Serapan Nitrogen, Fosfor dan Kalium Tanaman Sorghum bicolor

(L.) Moench

Hasil analisis statistik pada Tabel 6 menunjukkan bahwa adanya interaksi perlakuan populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang terhadap serapan N tanaman Sorghum bicolor. Perlakuan populasi cacing 50 ekor dengan waktu pemberian pupuk satu sampai tiga kali. Interaksi ini terjadi karena pemberian kascing dan pupuk kandang sama-sama meningkatkan serapan N tanaman yaitu 0.23-0.26 g tanaman-1. Kascing dan pupuk kandang sama-sama menyumbangkan unsur hara nitrogen sehingga tanaman menyerap N cukup tinggi. Kascing dapat menyuplai nitrogen dengan lambat sehingga nitrogen tidak mudah tercuci dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman selama pertumbuhannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Khairani et al. (2008) peningkatan tertinggi diperoleh pemberian kascing 3 ton ha-1 dan tanpa pupuk anorganik yang mengalami peningkatan serapan N tanaman jagung yaitu 0.714 g tanaman-1. Menurut Scheu (2003) menyatakan bahwa aktivitas cacing tanah dapat merangsang serapan N dan produksi primer.

Tabel 6. Serapan N, P, K bagian tanaman atas (shoot) Sorghumbicolor

Serapan

Waktu Pemberian

Pupuk Kandang (x) Populasi Cacing (ekor) Rataan

0 50

(26)

14

Hasil analisis statistik pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi perlakuan populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang terhadap serapan P berat kering tanaman Sorghum bicolor. Perlakuan populasi cacing memberikan pengaruh nyata terhadap serapan P berat kering tanaman. Populasi cacing 50 ekor memiliki serapan P lebih tinggi 0.04 g tanaman-1 dibandingkan populasi cacing 0 ekor dengan serapan 0.04 g tanaman-1. Peran cacing dapat menyumbangkan P dan menghasilkan bahan-bahan terhumifikasi yang berperan untuk meningkatkan serapan P. Mulat (2003), bahwa fosfor dalam bentuk humik lebih mudah di serap tanaman sehingga dapat memperbesar serapan P. Penelitian ini sejalan dengan Rosliani dan Hilman (2004), perlakuan bekas cacing 2,5 ton ha-1 berpengaruh terhadap serapan P pada vegetatif tanaman mentimun. Hasil analisis statatistik menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap serapan P berat kering batang+daun Sorghum bicolor.

Hasil analisis statistik pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi perlakuan populasi cacing E. foetida dan waktu pemberian pupuk kandang terhadap serapan K tanaman Sorghum bicolor. Populasi cacing memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap serapan K tanaman Sorghum bicolor. Serapan K tanaman pada populasi ccaing 50 ekor lebih tinggi yaitu 0.57 g tanaman-1 dibandingkan populasi cacing 0 ekor yaitu 0.44 g tanaman-1. Penelitian ini sejalan dengan Nuraini (2008) bahwa pemberian vermikompos berperan dalam meningkatkan serapan K tanaman umbi. Hasil analisis statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata (P>0.05) perlakuan waktu pemberian pupuk kandang terhadap serapan K tanaman Sorghum bicolor.

Tabel 7 Rataan populasi cacing dan kokon awal dan akhir

(27)

15 (2007), menyatakan bahwa bahan organik merupakan sumber pakan cacing yang sangat besar pengaruhnya terhadap populasi cacing. Bahan organik sangat diperlukan untuk melanjutkan kebutuhan hidup cacing sehingga semakin seringnya cacing mendapatkan bahan organik dapat terhindar dari kematian. Selain itu, lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan cacing. Cacing yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan dapat menyebabkan jumlah cacing berkurang. Khawairakpam dan Bhargava (2009) berpendapat cacing tanah Eisenia foetida hidupnya sangat peka terhadap suhu lingkungan, cacing E. Foetida dapat berkembang baik pada suhu optimum 28-32oC. Suhu yang diperoleh di dalam rumah kaca mencapai 34oC. Kondisi abiotik yang kurang sesuai bagi cacing tanah menyebabkan populasi cacing tanah kurang berkembang dengan baik (Darmi et al. 2014).

Hasil analisis statistik waktu pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap jumlah kokon dan berat kokon. Subekti (1996), mengatakan bahwa dengan adanya produksi kokon, ketersediaan makanan pada media cacing tercukupi sehingga cacing memperoleh nutrisi yang cukup untuk menunjang aktivitas reproduksi untuk memproduksi kokon. Waluyo (1993) melaporkan bahwa 20 ekor cacing tanah Eisenia foetida dapat menghasilkan kokon sebanyak 42 butir dan pertambahan berat badan cacing tanah Eisenia foetida pada umur 8 minggu adalah 0.82 g.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sorghum bicolor

1 2 3

Keterangan : 1 = Perlakuan cacing E. foetida

2 = Perlakuan pupuk kandang 3 = Perlakuan NPK

(28)

16

Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan cacing E. foetida memiliki pertambahan tinggi tanaman lebih besar dibandingkan pupuk kandang dan NPK. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pupuk organik cacing E. foetida lebih baik. Pemakaian bekas cacing bisa menghemat pemakaian pupuk kimia, yang berati menghemat sumber daya alam. Sistem pencernaan cacing memiliki aktivitas mikroba yang lebih besar sehingga mampu mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dan merombak bahan organik dalam jumlah besar dibanding pupuk kandang atau biasa disebut kompos. Fungsi lain dari keberadaan cacing yaitu mampu membentuk pori-pori tanah sehingga memperbaiki aerasi tanah dari hasil aktivitas bilogisnya serta memberikan penyerapan akar tanaman menjadi lebih baik yang mampu meningkatkan percepatan tinggi tanaman. Mulat (2003), cacing memiliki unsur hara yang lengkap baik unsur hara makro maupun mikro. Unsur-unsur tersebut merupakan makanan bagi tanaman yang sangat berperan untuk perkembangan dan pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah.

Tabel 8 Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman dan Berat Kering Sorghum bicolor

Akar Batang Daun Batang+Daun

Cacing E.

foetida

210.44±10.48 4.28±0.26 22.16±3.80 8.02±0.78 30.19±3.81

Pupuk Kandang

190.02±9.71 3.26±0.89 14.87±4.67 6.12±0.98 21.21±5.55

NPK 164.42±8.22 3.23±0.32 9.62±2.90 7.43±0.95 17.05±3.31

(29)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian populasi cacing 50 ekor terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan serapan N,P, K pada tanaman Sorghum bicolor, sedangkan waktu pemberian pupuk kandang 4 kali berpengaruh pada populasi cacing, namun tidak berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas nutrisi Sorghum bicolor.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait penggunaan level cacing tanah Eisenia foetida dengan waktu penelitian lebih lama untuk pengujian terhadap kualitas nutrisi tanaman sorgum. Serta penggunaan waktu pemberian pupuk kandang.

DAFTAR PUSTAKA

[Ditjen Perkebunan] Direktorat Jenderal Perkebunan. 1995. Sorgum Manis KomoditiHarapan di Provinsi Kawasan Indonesia Timur. Edisi Khusus Balitkabi. 4:6−12.

Aminudin S. 1990. Beberapa Jenis dan Metode Pengawetan Hijauan Pakan Ternak Tropik. Purwokerto (ID): Depdikbud Unsoed Purwokerto. Anwar EK. 2007. Pengaruh Inokulan cacing tanah dan pemberian bahan

organik terhadap kesuburan dan produktivitas tanah ultisol. Jurnal Tanah Tropis. 12(2): 121-130.

Bisth R, Pandey H, Bisht SPS, Kandpal B, Kaushal BR. 2006. Feeding and casting activities of the earthworm (Octolasion Tyrtaeum) and their effects on crop growth under laboratory conditions. Tropical Ecology. 47 (2): 291-294.

Dajue L, Guangwei S. 2000. Sweet Sorghum A Fine Forage Crop for the Beijing Region, China. Paper Presented in FAO e-Conference on Tropical Silage, 1 Sept−15 Dec 1999 in FAO, 2000; Vol. 161: 123−124.

Darmi, Supriati, Rochmah, Sari, Purnama R. 2014. Peran populasi cacing tanah (Pontoscolex corethurus Fr. Mull) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir) organik. Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati. 08(02): 18-26.

Effendi, Sulistiadi. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta (ID) : Yasaguna. [diunduh 2015 Juli 01]. Tersedia pada : https://books.google.co.id/books.

(30)

18

Eskawidi MR, Anggarwulan E, Solichatun. 2004. Pengaruh vermikompos terhadap kadar nitrogen tanah, aktivitas nitrat reduktase dan pertumbuhan caisin (Brassica rapa L. cv. Caisin). BioSMART. 7(1): 32-36.

Hadisumitro LM. 2002. Membuat Kompos. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [diunduh 2015 Juli 01]. Tersedia pada : https://books.google.co.id/books.

Hidayat A, Mulyani A. 2002. Lahan Kering untuk Pertanian. Dalam: Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Jakarta (ID): Puslitbang Tanah dan Agroklimat Departemen Pertanian.

Khairani I, Hartati S, Mujiyo. 2008. Pengaruh kascing dan pupuk anorganik terhadap ketersediaan nitrogen pada alfisols jumantono dan serapannya oleh tanaman jagung manis (Zea Mays L. Saccharata). Jurnal Ilmu Tanah. 7(2): 73-81 2010.

Khwairakpam M, Bhargava R. 2009. Vermitechnology for sewage sludgerecycling. Jurnal Hazardous Mat.161: 948-954.

Mulat T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Edisi Ke-1. Depok (ID) : Penerbit PT Agromedia Pustaka.

Nafriana DW, Indriyani S, Prayogo Y. 2013. Resepon Beberapa Galur Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Terhadap Cendawan Rhizoctonia solani (Kuhn). Malang (ID): FMIPA Universitas Brawijaya. Jurnal Biotropika. 1(3): 129-133.

Natipulu JP, Irmansyah T, Ginting J. 2013. Respons Pertumbuhan dan Produksi Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Kompos Kascing. Medan (ID): Fakultas Pertanian USU. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3): 497-510.

Nuraini RI. 2008. Pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk P terhadap ketersediaan dan serapan K serta hasil kentang (Solanum tuberosum L.) di tanah andisol Tawangmangu [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Rosliani R, Hilman Y. 2004. Inokulasi mikoriza Glomus sp. dan penggunaan limbah cacing tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah, serapan hara dan hasil tanaman mentimun. J Hort. 15(1):29-36. Rosmarkam A, NW Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta

(ID): Kanisius. [diunduh 2015 Juli 01]. Tersedia pada : https://books.google.co.id/books.

Roubickova A. 2009. Effect of earthworm on growth of late succession plant species in postmining sites under laboratory and field conditions. Biol Fertil. 45: 769-774.

Sarief ES. 1980. Konservasi Tanah dan Air. Bandung (ID): Pustaka Buana. diunduh 2015 Juli 01]. Tersedia pada : https://books.google.co.id/books.

(31)

19 Sihombing DTH. 2002. Satwa Harapan I. Bogor (ID): Pengantar Ilmu dan

Teknologi Budidaya Pustaka Wirausaha Muda.

Sinha RK, Herat S, Agarwal S, Asadi R, Carretero E. 2002. Vermiculture and Waste Management: Study of Action of Earthworms Eisenia foetida, Eudrilus euginae and Perionyx excavates on Biodegradation of some Community Wastes in India and Australia. The Enviromentalist 22(3): 261-268.

Steel R, Torrie J. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka.

Subekti H. 1996. Perkembangan cacing tanah (Eisenia foetida) dalam vermicomposting campuran kotoran sapi perah dan isi rumen sapi dengan periode waktu yang berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Subowo, Anas I, Djajakirana G, Abdurachman A, Hardjowigeno S. 2002. Pemanfaatan cacing tanah untuk meningkatkan produktivitas ultisol lahan kering. Jurnal Tanah dan Iklim 20 : 35-46.

Sumekto R. 2006. Pupuk Pupuk Organik. Klaten (ID): PT Intan Sejati. [diunduh 2015 Juli 01]. Tersedia pada : https://books.google.co.id/books.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Kanisius. [diunduh 2015 Juli 01]. Tersedia pada : https://books.google.co.id/books.

Waluyo D. 1993. Pengaruh kapur terhadap perkembangan tubuh dan klitelum serta kadar protein dan asam amino pada cacing tanah Eisenia foetida savigna [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Yovita. 2012. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk kompos dan dosis NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung di tanah gambut pedalaman [tesis]. Banjarbaru (ID): Program Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat.

(32)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Statistik Tinggi Tanaman Sorghum bicolor

(33)

21

Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik Jumlah Daun Sorghum bicolor

(34)

22

Lampiran 3. Hasil analisis statistik berat segar akar Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Lampiran 4. Hasil analisis statistik berat segar batang Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Lampiran 5. Hasil analisis statistik berat segar daun Sorghum bicolor

(35)

23 Lampiran 6. Hasil uji lanjut Duncan berat segar daun Sorghum bicolor

Perlakuan N Superskrip

d c b A

NC*P3 3 29.6000

NC*P4 3 33.3167 33.3167

NC*P2 3 37.2833 37.2833

NC*P1 3 37.8000 37.8000

C*P4 3 39.7667

C*P2 3 46.5000

C*P3 3 47.2333

C*P1 3 47.2500

Sig. 0.169 0.118 0.376 0.787

Keterangan : C : Cacing, NC : Tanpa Cacing, P1-P4 : Waktu pemberian pupuk kandang

Lampiran 7. Hasil analisis statistik berat segar batang+daun Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 834.010 1 834.010 46.031 0.000 Frekuensi (F) 1662.181 3 554.060 3.057 0.059 Interaksi (Pc*F) 1037.194 3 345.731 1.907 0.169

Error 2900.303 16 181.269

Total 477925.730 23

Lampiran 8. Hasil analisis statistik berat kering akar Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 5.861 1 5.861 12.211 0.003

Frekuensi (F) 0.286 3 0.095 0.199 0.896

Interaksi (Pc*F) 4.923 3 1.641 3.419 0.045

Error 7.200 15 0.480

Total 346.540 22

Lampiran 9. Hasil uji lanjut Duncan berat kering akar Sorghum bicolor

Perlakuan N Superskrip

C b A

NC*P3 3 2.7667

NC*P1 3 3.0667

NC*P4 3 3.5833 3.5833

NC*P2 3 3.6167 3.6167

C*P2 3 3.6250 3.6250

C*P4 3 3.8000 3.8000 3.8000

C*P1 3 4.6833 4.6833

C*P3 3 5.0000

Sig. 0.133 0.107 0.069

(36)

24

Lampiran 10. Hasil analisis statistik berat kering batang Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 298.019 1 298.019 12.191 0.003 Frekuensi (F) 38.231 3 12.744 0.521 0.674 Interaksi (Pc*F) 139.559 3 46.520 1.903 0.173

Error 366.701 15 24.447

Total 8599.645 22

Lampiran 11. Hasil analisis statistik berat kering daun Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 16.918 1 16.918 19.748 0.000

Frekuensi (F) 6.892 3 2.297 2.682 0.082

Interaksi (Pc*F) 4.274 3 1.425 1.663 0.215

Error 13.707 16 0.857

Total 1278.042 23

Lampiran 12. Hasil analisis statistik berat kering batang+ daun Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 455.297 1 455.297 14.367 0.00 Frekuensi (F) 65.450 3 21.817 0.688 0.573 Interaksi (Pc*F) 159.501 3 53.167 1.678 0.214

Error 475.347 15 31.690

Total 16121.215 22

Lampiran 13. Hasil analisis statistik kandungan nitrogen Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 0.027 1 0.027 2.259 0.154

Frekuensi (F) 0.018 3 0.006 0.502 0.687

Interaksi (Pc*F) 0.019 3 0.006 0.523 0.673

Error 0.179 15 0.012

Total 10.011 22

Lampiran 14. Hasil analisis statistik kandungan fosfor Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 0.004 1 0.004 1.549 0.231

Frekuensi (F) 0.002 3 0.001 0.260 0.853

Interaksi (Pc*F) 0.006 3 0.002 0.785 0.520

Error 0.039 16 0.002

(37)

25 Lampiran 15. Hasil analisis statistik kandungan kalium Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 0.318 1 0.318 3.574 0.077

Frekuensi (F) 0.114 3 0.038 0.427 0.736

Interaksi (Pc*F) 0.539 3 0.180 2.020 0.152

Error 1.424 16 0.089

Total 97.060 23

Lampiran 16. Hasil analisis statistik serapan N Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 0.040 1 0.040 68.160 0.000

Frekuensi (F) 0.006 3 0.002 3.156 0.056

Interaksi (Pc*F) 0.008 3 0.003 4.714 0.016

Error 0.009 15 0.001

Total 0.514 22

Lampiran 17. Hasil uji duncan serapan N Sorghum bicolor

Perlakuan N Superskrip

C b A

NC*P3 3 0.1000

NC*P2 3 0.1333 0.1333

NC*P4 3 0.1400 0.1400

NC*P1 3 0.1433 0.1433

C*P4 3 0.1633

C*P2 3 0.2200

C*P3 3 0.2233

C*P1 3 0.2450

Sig. 0.067 0.193 0.261

Keterangan : C : Cacing, NC : Tanpa Cacing, P1-P4 : Waktu pemberian pupuk kandang

Lampiran 18. Hasil analisis statistik serapan P Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 0.000 1 0.000 5.404 0.035 Frekuensi (F) 0.000 3 4.269E-5 1.201 0.343 Interaksi (Pc*F) 1.228E-5 3 4.094E-6 0.115 0.950

Error 0.001 15 3.556E-5

Total 0.025 22

Lampiran 19. Hasil analisis statistik serapan K Sorghum bicolor

Komponen JK Db KT Fhit Sig.

Populasi cacing (Pc) 0.089 1 0.089 11.961 0.004

Frekuensi (F) 0.020 3 0.007 0.897 0.466

Interaksi (Pc*F) 0.011 3 0.004 0.487 0.696

Error 0.112 15 0.007

(38)

26

Lampiran 20. Hasil uji duncan populasi cacing akhir

Perlakuan N Superskrip

B a

P1 3 26.6667

P2 3 27.0000

P3 3 36.0000 36.0000

P4 3 42.3333

Sig. 3 0.124 0.259

Keterangan : P1-P4 : Waktu pemberian pupuk kandang

Lampiran 21. Hasil uji duncan berat cacing akhir

Perlakuan N Superskrip

B a

P1 3 7.8333

P2 3 8.3333

P3 3 13.3333

P4 3 14.5333

Sig. 3 0.820 0.587

Keterangan : P1-P4 : Waktu pemberian pupuk kandang

Lampiran 22. Hasil uji lanjut jumlah kokon

Perlakuan N Superskrip

a

P4 3 87.0000

P3 3 87.6667

P2 3 114.3333

P1 3 129.0000

Sig. 0.126

Lampiran 23. Hasil uji lanjut berat kokon

Perlakuan N Superskrip

a

P4 3 1.2667

P3 3 1.3000

P2 3 1.5333

P1 3 1.8333

Sig. 0.122

Keterangan :

SK = sumber keterangan JK = jumlah kuadrat Db = derajat bebas KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F

(39)

27 Lampiran 24. Dokumentasi Penelitian

Latosol Pupuk Kandang Cacing E.foetida

Biji Sorghum Aquades Minggu Ke-1

Minggu Ke-2 Minggu Ke-3 Minggu Ke-4

(40)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 10 April 1993. Penulis adalah anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Lili Sumardi (Alm) dan Ibu Popon Farida (Alm).

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri Sindanggalih III Kota Garut dan selesai pada tahun 2005, selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Pertama dimulai pada

tahun 2005 sampai tahun 2008 di SMPN 1 Karangpawitan. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Garut dimulai pada tahun 2008 sampai tahun 2011.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2012. Selama di IPB, penulis juga aktif dalam beberapa acara kepanitiaan seperti Masa Pengenalan Fakultas Peternakan, Malam Keakraban INTP, kepanitiaan Dekan Cup 2013, kepanitiaan Ismapeti 2015.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada keluarga khususnya kakak-kakak sangat penulis sayangi atas segala yang telah diberikan baik kasih sayang yang tulus, nasihat, do’a, kesabaran, dukungan, pengorbanan dan bimbingan selama ini serta dukungan moril dan materil dengan ikhlas diberikan pada penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Asep Tata Permana, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik serta Ir. M. Agus Setiana MS selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih pula

Gambar

Gambar 1 Pengaruh populasi cacing  E. foetida dan waktu pemberian pupuk       kandang terhadap tinggi tanaman Sorghum bicolor
Gambar 2 Pengaruh populasi cacing  E. foetida dan waktu pemberian pupuk       kandang terhadap jumlah daun tanaman Sorghum bicolor
Tabel 1 Rataan berat segar Sorghum bicolor (L.) Moench saat panen
Tabel 2 Rataan berat kering Sorghum bicolor (L.) Moench saat panen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penghambat pemberdayaan industri pertahanan dalam mendukung kemandirian Alutsiswa yaitu belum adanya persamaan persepsi antar pihak dalam memandang

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa selama kegiatan literasi (bercerita, diskusi dari dongeng), dongeng membuat anak-anak dari pedesaan maupun perkotaan

Kajian Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains Untuk Pendidikan Dasar. Bandung :Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Berdasarkan hasil peneltian, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi faktor utama dari kriteria utama yang dapat mempengaruhi terhadap penyewaan alat berat pada

KB/KR Yang Mandiri, dengan kegiatan Fasilitasi Pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli KB. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi laki-laki maupun perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan

Selain itu, meskipun h{adi&gt;th riwayat al-Hasan dari segi sanad berstatus lemah pada tingkatan terendah, mengingat ada beberapa perawinya yang dinilai sangat lemah,

Inilah alasan mengapa model (1) ini disebut sebagai model Predator-Prey dengan faktor pertahanan grup. Salah satu interaksi di alam yang menggambarkan hal tersebut adalah inter-