• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bantuan hukum di Kepolisian daerah Jawa Barat bagi anggota Kepolisian Republiki Indonesia yang melakukan tindak pidana : laporan kerja praktek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bantuan hukum di Kepolisian daerah Jawa Barat bagi anggota Kepolisian Republiki Indonesia yang melakukan tindak pidana : laporan kerja praktek"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : WITA OKTADEANTI

Nama Panggilan : WITA

Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis, 07 Oktober 1990

Jenis Kelamin : Wanita

Golongan Darah : O

Alamat : Sumanding Kulon R.T/R.W 004/020 Desa Mekarsari

Kecamatan Banjar Kota Banjar

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Kewarganegaraan : WNI

Tinggi Badan : 162 Cm

Berat Badan : 49 Kg

Pekerjaan : Mahasiswa

Email : de4n_8okta@yahoo.com

(3)

PENDIDIKAN FORMAL :

Taman Kanak-kanak Persatuan Isteri Prajurit Kartika

Chandra Kirana, Banjar

: 1995-1996

Sekolah Dasar Negeri Sumanding III, Banjar : 1996-2002

Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Banjar, Kota Banjar : 2002-2005

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banjar, Kota Banjar : 2005-2008

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Komputer Indonesia

: 2008-sekarang

PENGALAMAN KERJA

Bidang Hukum Kepolisian Negara Republik

Indonesia Daerah Jawa Barat (Bidkum Polda

Jabar)

(4)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

BANTUAN HUKUM DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kerja Praktik Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh: WITA OKTADEANTI

NIM 31608002

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb.

Segala puji serta syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah

memberikan segala rahmat dan karunian-Nya, shalawat serta salam semoga

tercurahkan limpahkan kepada Nabi besar kita Muhamad S.A.W., berkat taufik

dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan

judul BANTUAN HUKUM DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT BAGI

ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja

Praktik ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun sistematika pembahasan. Keterbatasan kemampuan serta pengalaman dari penulis sendiri

merupakan salah satu faktor penyebab sehingga kiranya masih banyak yang

perlu didalami dan di perbaiki. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

dapat memperbaiki kekurangan di kemudian hari.

Proses penyusunan laporan ini, Penulis mendapat bantuan dan dukungan

dari banyak pihak. Oleh Karena itu penulis mengucapkan terima kasih dengan

penuh rasa hormat kepada Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum. selaku Dosen

Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya

untuk membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini, selain itu juga

dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor

(7)

ii

2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., M.S., Ak., selaku

Pembantu Rektor I Universitas Komputer Indonesia;

3. Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajuddin, M. A., selaku Pembantu Rektor II

Universitas Komputer Indonesia;

4. Yth. Ibu Dr. Dra. Hj. Aelina Surya, selaku Pembantu Rektor III Universitas Komputer Indonesia;

5. Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H., selaku

Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H., selaku Dosen Wali angkatan

2008 sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

8. Yth. Bapak Budi Fitriadi Supriadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen

Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

9. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

10. Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

11. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M., selaku Dosen Fakultas

(8)

iii

12. Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi., S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

13. Yth. Ibu Yani Brilyani Tavipah., S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

14. Yth. Bapak Dr. Sigid Suseno., S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

15. Yth. Ibu Rika Rosilawati, A.Md., selaku Staff Administrasi Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

16. Yth. Bapak Muray Selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Kompter Indonesia;

17. Yth. Bapak Drs. Putut Eko Bayu Suseno., S.H., selaku Kepala

Kepolisian Daerah Jawa Barat;

18. Yth. Bapak Parmin Warsito, S.H., selaku Kabidkum Polda Jabar;

19. Yth. Ibu Dra. Heni Yulianti, S.H., selaku Kasubbag Renmin Polda

Jabar sekaligus pembimbing Kerja Praktik di Bidang Hukum Kepolisian

Daerah Jawa Barat;

20. Yth. Bapak/Ibu Anggota dan PNS Polri di lingkungan Kepolisian

Daerah Jawa Barat yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya;

21. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer

Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya;

Tidak lupa ucapan terimaksih untuk orang-orang terdekat Penulis seperti

Dian Mardiana, Nurjanah dan Deden Wahyuni yang selalu mendukung serta memberi semangat dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini. Terpenting

ucapan terimaksih yaitu untuk Mamah Titi Rohaeni dan Bapak Dedi selaku orang

(9)

iv

Akhir kata, semoga segala pengorbanan yang diberikan oleh mamah dan

bapak tercinta, baik moril maupun materil kepada Penulis mendapatkan imbalan

yang berlipat ganda dari Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta berada dalam Perlindungan-Nya. Semoga Laporan Kerja

Praktik ini bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri.

Wassalammualaikum.wr.wb.

Bandung, Januari 2012

(10)

v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi. ... v

Daftar Lampiran .. vii

BAB I PENDAHULUAN .. 1

A. Latar Belakang . . 1

B. Sejarah . ... 1

C. Permasalahan Hukum .. . 32

BAB II LANDASAN TEORI .. 33

A. Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 33

1. Pengertian Polisi dan Kepolisian . . 33

2. Sumber-Sumber dan Dasar Hukum Kepolisian . 37

3. Hukum Kepolisian .. . 40

B. Tindak Pidana yang dilakukan Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia .

43

1. Pengertian Tindak Pidana .. 43

2. Tindak Pidana oleh Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia . 45

C. Bantuan Hukum Bagi Anggota Kepolisian yang Melakukan Tindak

Pidana .. 49

1. Definisi Bantuan Hukum . 49

2. Bantuan Hukum Bagi Anggota Kepolisian yang Melakukan

(11)

vi

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK DI BIDANG HUKUM POLDA

JABAR .... 53

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERAPAN BANTUAN HUKUM DAN

EFEKTIFITAS BANTUAN HUKUM BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN

NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG MELAKUKAN TINDAK

PIDANA .. ... .. . 57

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang

Melakukan Tindak Pidana .. ..

57

B. Efektifitas Bantuan Hukum yang diberikan pada Anggota Kepolisian

yang Melakukan Tindak Pidana.. . .. . 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 66

A. Simpulan .. 66

B. Saran .. .. 67

Daftar Pustaka viii

(12)

viii

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdurrahman, Aspek Aspek Bantuan Hukum Di Indonesia, Cetakan Pertama, Cendana Press, Yogyakarta, 1983.

Anton Tabah, Membangun Polri yang Kuat, Jakarta, 2001.

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif terhadap Unsur-Unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995.

Barry Metzger, Legal Services to the Poor and National Development Objectives,

dalam buku Legal Aid and World Poverty, Preger Publishers, 1974.

Bryan A. Garner, Black s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group, St Paul, Minn, 1999.

Chaeruddin Ismail, Polisi yang Keder, Jakarta, 2001.

Frans Hendra Winata, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Cetakan Pertama, Elex media komputindo, Jakarta, 2000.

Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia) Suatu Studi Histories Komperatif, PTIK, Jakarta, 1972.

____________, Hukum Kepolisian, Edisi Ketiga, PTIK, Jakarta, 1984. PAF Lamintang, 1997.

Sadjijono, Mengenal Hukum Kepolisian (Prespektif Kedudukan dan Hubungannya dalam Hukum administrasi), Laksbang Mediatama, Surabaya, 2005.

Soebroto Brotodiredjo, Hukum Kepolisian di Indonesia(Satu Bunga Rampai),

Cetakan Pertama, Tarsito, Bandung, 1985.

___________________, Pengantar Hukum Kepolisian Umum Di Indonesia, Yuhesa, Badung, 1997.

Van Valenhoven dalam E Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, cetakan ke-4, Balai Buku lchtiar, Jakarta, 1960.

(13)

ix

Undang-Undang :

Undang Undang Dasar 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Umum Bagi Anggota Kepolisian Negara Reublik Indonesia.

Peraturan Kapolri Nomor Polisi 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Polri.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Hubungan Dan Tata Cara Kerja (HTCK) Bidang Hukum Polda Jabar.

Website :

Bantuan Hukum Suatu Keharusan, http://suenherief.wordpress.com.

Frans H. Winarta, Dasar Konstitusional Bantuan Hukum, http;//jodisantoso. blogspot.com.

(14)

x

http://www.lawskripsi.com

http://www.lodaya.web.id

http://www.ngobrolaja.com

http://www.tempointeraktif.com

Kepolisian Negara Republik Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki.

Pengertian Hukum Kepolisian, http://dwiasiwiyatputera.blogdetik.com.

Pengertian Polisi, http://policeline-kembey.blogspot.com.

Pengertian Tindak Pidana, http://achmadrhamzah.blogspot.com.

Proses Penyidikan Terhadap Anggota Polri, http://id.shvoong.com/law-and-politics/law.

Proses Penyidikan Terhadap Anggota, http://deswanarwanda.blogspot.com. Snai, Proses Penyidikan Terhadap Anggota Polri, http://deswanarwanda.

blogspot.com.

Tindak Pidana 2 Pengertian dan Unsur, http://donxsaturniev.blogspot.com.

Tindak Pidana 3 Rumusan Tindak Pidana, http://donxsaturniev.blogspot.com.

Tindak Pidana 5 Subjek Tindak Pidana, http://donxsaturniev.blogspot.com.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerja Praktik merupakan mata kuliah yang wajib dilaksanakan oleh

mahasiswa Program Strata-I dan Diploma III pada akhir semester VI (S1)

dan akhir semester IV (D3) selama satu bulan. Tujuan dari kerja praktik ini

adalah untuk mengetahui, mendalami dan menerapkan ilmu yang diterima

dibangku kuliah terhadap aplikasi dunia kerja.

Pemilihan tempat kerja praktik disesuaikan dengan program studi

yang ditempuh mahasiswa Fakultas Hukum UNIKOM dapat melaksanakan

kerja praktik pada instansi-instansi pemerintah yang berkaitan dengan

hukum. Kerja Praktik di Kepolisian Daerah Jawa Barat seperti yang

dilakukan penulis, merupakan kesempatan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, secara langsung dalam menerapkan dan

mengembangkan sikap profesional bidang ilmu yang dipelajari dikelas. Hasil

kerja praktek selama kurang lebih satu bulan ini, dapat memberikan

pengalaman kerja serta mengetahui penerapan hukum yang ada di instansi

kepolisian khususnya di daerah Jawa Barat.

B. SEJARAH

1. Zaman Hindia Belanda

Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi, hubungan dan tata cara

(16)

2

kepentingan pemerintah kolonial. Kepolisian pada waktu itu tidak

pernah sepenuhnya di bawah Departemen dalam Negeri hingga

jatuhnya Hindia Belanda. Tugas Departemen dalam Negeri hanya di bidang administrasi/pembinaan, seperti kepegawaian, pendidikan

SPN (Sekolah Polisi Negeri di Sukabumi), dan perlengkapan

kepolisian.

Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang

dibantu asisten residen. Rechts Politie dipertanggungjawabkan pada

Procureur Generaal (Jaksa Agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti Veld Politie

(Polisi Lapangan) , Stands Politie (Polisi Kota), Cultur Politie (Polisi Pertanian), Bestuurs Politie (Polisi Pamong Praja), dan lain-lain.

Kepolisian sejalan dengan perkembangan administrasi negara

waktu itu juga menerapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda

dan pribumi. Pribumi tidak diperkenankan menjabat Hood Agent

(Bintara), Inspekteur van Politie, dan Commisaris van Politie. Penduduk pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan

seperti Mantri Polisi, Asisten Wedana, dan Wedana Polisi.

2. Zaman Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintahan

kepolisian Jepang membagi Indonesia dalam dua lingkungan

kekuasaan, yaitu:

a. Sumatera, Jawa, dan Madura dikuasai oleh Angkatan

(17)

3

b. Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai Angkatan

Laut Jepang.

Masa sekarang ini banyak anggota kepolisian bangsa

Indonesia menggantikan kedudukan dan kepangkatan bagi bangsa Belanda sebelumnya. Pusat kepolisian di Jakarta dinamakan

Keisatsu Bu dan kepalanya disebut Keisatsu Elucho. Kepolisian untuk Jawa dan Madura juga berkedudukan di Jakarta, untuk

Sumatera berkedudukan di Bukittinggi, Indonesia bagian timur

berkedudukan di Makassar, dan Kalimantan berkedudukan di

Banjarmasin.

Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh

seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi

oleh pejabat Jepang yang disebut Sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi. Beda dengan zaman Hindia

Belanda yang menganut HIR, pada akhir masa pendudukan Jepang

yang berwenang menyidik hanya polisi dan polisi juga memimpin

organisasi yang disebut Keibodan (semacam Hansip). 3. Zaman Revolusi Fisik

Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada

Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,

sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

(18)

4

Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin,

Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945

memproklamasikan kedudukan polisi sebagai Polisi Republik Indonesia menyusul dibentuknya Badan Kepolisian Negara (BKN)

oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19

Agustus 1945. Pada 29 September 1945 Presiden RI melantik

Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pertama Jenderal Polisi R.S.

Soekanto, adapun ikrar Polisi Istimewa tersebut berbunyi :

Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan

mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini

menyatakan Poelisi Istimewa sebagai Poelisi Repoeblik

Indonesia .

4. Kepolisian Pasca Proklamasi

Pasca proklamasi, peraturan perundang-undangan Hindia

Belanda masih tetap berlaku karena belum ada peraturan

perundang-undangan yang baru untuk menggantikannya. Begitupula peraturan

mengenai kepolisian, seperti yang tercantum dalam peraturan

peralihan UUD 1945.

Tanggal 1 Juli 1946 dengan Ketetapan Pemerintah No.

11/SD/1946 dibentuk Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung

jawab langsung kepada Perdana Menteri (pada saat itu Pusat/Mabes

Kepolisian Negara berkedudukan di Purwokerto Jawa Tengah).

(19)

5

ditetapkan sebagai hari lahirnya Kepolisian Nasional Indonesia yang

sampai hari ini diperingati sebagai Hari Bhayangkara.

Hal yang menarik, saat pembentukan Kepolisian Negara tahun

1946 adalah jumlah anggota Polri sudah mencapai 31.620 personel, sedang jumlah penduduk saat itu belum mencapai 60 juta jiwa.

Perbandingan Police Population Ratio waktu itu sudah 1:500. (Pada tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia mencapai 210 juta jiwa,

sedangkan jumlah polisi hanya 170 ribu personel, atau 1:1.300).

Indonesia merupakan bangsa dan negara yang berjuang

mempertahankan kemerdekaan, maka Polri di samping bertugas

sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI.

Polri menyatakan dirinya Combatant yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti

dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di front

Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan PKI

di Madiun, dan lain-lain.

5. Zaman Republik Indonesia Serikat (RIS)

Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda

dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto

diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R.

Sumanto diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI

(20)

6

Umur Republik Indonesia Serikat (RIS) hanya beberapa bulan,

sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus

1950. Peleburan yang terjadi mengakibatkan adanya kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan

siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.

6. Zaman Demokrasi Parlementer

Negara Kesatuan RI dibentuk pada tanggal 17 Agustus 1950

dan berlaku UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer. R.S.

Soekanto pada masa ini masih menjabat sebagai Kepala Kepolisian

Negara dan harus bertanggung jawab kepada perdana

menteri/presiden.

Kedudukan Polri kembali ke Jakarta, dikarenakan belum ada

kantor maka digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen dalam Negeri. R.S. Soekanto, merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar

Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi Markas Besar

Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung perkantoran

termegah setelah Istana Negara.

Kepolisian periode ini berstatus tersendiri antara sipil dan militer

yang memiliki organisasi dan peraturan gaji tersendiri. Anggota Polri

terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia

(21)

7

dikenal dengan nama Bhayangkari, tidak ikut dalam Dharma Wanita

ataupun Dharma Pertiwi. Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini

memiliki ketua dan pengurus secara demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante dan

Parlemen. Semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan

perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil

melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif

lebih baik dibanding dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu

standar PBB).

Demokrasi parlementer ada periode ini perdana menteri dan

kabinet berganti rata-rata kurang satu tahun. Polri yang otonom di

bawah perdana menteri membenahi organisasi dan administrasi serta

membangun laboratorium forensik, membangun Polisi Perairan

(memiliki kapal polisi berukuran 500 ton) dan juga membangun Polisi

Udara serta mengirim ratusan perwira Polri belajar ke luar negeri,

terutama ke Amerika Serikat.

7. Zaman Demokrasi Terpimpin

Akibat yang terjadi karena kegalalan konstituante maka

dikeluarkan dekrit prsiden 5 Juli 1959 yang menyebabkan Indonesia

kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Kenyataannya, dalam

pelaksanaan banyak yang menyimang dari Undang-Undang Dasar

1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama. Polri masih tetap di bawah pada Menteri

(22)

8

di mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara

ex-officio (karena jabatannya).

Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959

Kapolri juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran

Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala

Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang

memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan

Kepolisian Negara).

Pembentukan ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan

Angkatan Kepolisian disampaikan Presiden Soekarno, namun

mendapat tanggapan keberatan dari R.S. Soekanto dengan alasan

untuk menjaga profesionalisme kepolisian. R.S. Soekanto

mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian

pada tanggal 15 Desember 1959.

Adanya Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa

ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan

Keppres No. 21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan

dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama

Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan

nasional.

Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok

(23)

9

dengan TNI AD, AL, dan AU. Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri,

Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU, Menteri/Jaksa

Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan sedangkan Keppres No.

134/1962, menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan

Kepolisian (Menkasak).

Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) semula

bernama Menkasak, Menpangak ini langsung bertanggung jawab

kepada presiden sebagai kepala pemerintahan negara. Kedudukan,

tugas, dan tanggung jawab Polri menurut Keppres No. 290/1964

ditentukan sebagai berikut :

a. Alat Negara Penegak Hukum.

b. Koordinator Polsus.

c. Ikut serta dalam pertahanan.

d. Pembinaan Kamtibmas.

e. Kekaryaan.

f. Sebagai alat revolusi.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965,

pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri

selama satu tahun di Magelang. Sementara di tahun 1964 dan 1965,

pengaruh PKI bertambah besar karena politik NASAKOM Presiden

(24)

10

8. Zaman Orde Baru

Peristiwa G30S/PKI dari pengalaman yang pahit mencerminkan

tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI. Upaya dalam

meningkatkan integrasi ABRI dikeluarkan SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 dan ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi

dan Prosedur Bindang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan

ABRI merupakan bagian dari organisasi Departemen Hankam

meliputi AD, AL, AU , dan AK yang masing-masing dipimpin oleh

Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas

dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto

sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.

Tahun 1968, Soeharto dipilih sebagai presiden sehingga

jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada Jenderal M.

Panggabean. Ketatnya integrasi yang terjadi memberikan

dampaknya menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal,

karena Polri memang bukan angkatan perang.

Keppres No. 52/1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian

diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian

Negara RI, singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian

sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.

Tanggal 5 Oktober 1969 merupakan HUT ABRI, yang

merupakan sebutan untuk Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi

(25)

11

sedangkan Polri memakai tanda Pol. Maksudnya untuk menegaskan

perbedaan antara Angkatan Perang dan Polisi.

9. Zaman Reformasi

Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Reformasi telah melahirkan Inpres No. 2/1999 tanggal 1 April 1999 dalam era

Presiden BJ Habibie yang memisahkan Polri dan TNI karena

dirasakan memang terdapat perbedaan fungsi dan cara kerja

dihadapkan dengan civil society. Polri masih diletakkan di bawah Menteri Pertahanan Keamanan akan tetapi, karena pada waktu itu

Menteri dan Panglima TNI dijabat orang yang sama (Jenderal TNI

Wiranto), maka praktis pemisahan tidak berjalan efektif.

Peluang yang lain adalah Ketetapan MPR No. VI/2000 tanggal

18 Agustus 2000 yang menetapkan secara nyata adanya pemisahan

Polri dan TNI, yang selanjutnya diikuti pula oleh Ketetapan MPR No.

VII/2000 yang mengatur peran TNI dan Polri secara tegas.

Ketetapan-ketetapan tersebut di atas digulirkan, pada HUT

Bhayangkara 1 Juli 2000 dikeluarkan Keppres No. 89/2000 yang

melepaskan Polri dari Dephan dan menetapkan langsung Polri di

bawah presiden.

Keppres ini sering disoroti sebagai bahaya karena Kepolisian

akan digunakan sewenang-wenang oleh presiden, namun

sesungguhnya masih bisa dikontrol oleh DPR dan LKN (Lembaga

(26)

12

Tantangan yang dihadapi Polri dewasa ini dan ke depan,

terutama adalah perubahan paradigma pemolisian yang sesuai

dengan paradigma baru penegakan hukum yang lebih persuasif di negara demokratis, di mana hukum dan polisi tidaklah tampil dengan

mengumbar ancaman-ancaman hukum yang represif dan kadang

kala menjebak rakyat, melainkan tampil lebih simpatik, ramah, dan

familier.

Masyarakat dalam menyelesaikan konfliknya pada taraf

tertentu. Memberikan dampak seperti adanya perasaan malu,

perasaan bersalah, dan perasaan takut bila melakukan

penyimpangan, sehingga mendorong warga patuh pada hukum

secara alamiah.

10. Pasukan Polisi Republik Indonesia

Tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah

perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi.

Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas

yang unik dan kompleks. Tugas-tugas tersebut diantaranya, menata

keamanan, ketertiban masyarakat di masa perang, pertempuran

melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-sama

kesatuan bersenjata yang lain. Keadaan seperti ini dilakukan oleh

Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya kesatuan bersenjata

yang relatif lebih lengkap.

(27)

13

Pasukan Polisi Republik Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh

Inspektur Kelas I Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah

awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga

membangkitkan semangat moral dan patriotisme seluruh rakyat

maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat akibat

kekalahan perang yang panjang.

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya

juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan

alasan ingin menghalau tentara Jepang dari negara tersebut.

Kenyataannya pasukan Sekutu tersebut justru ingin membantu

Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu, perang antara

sekutu dengan pasukan Indonesia terjadi di mana-mana. Klimaksnya

terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai

Pertempuran Surabaya. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai Hari

Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh rakyat

Indonesia.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat

penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat

Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat perwiranya

mampu menggetarkan dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

masih melihat eksisnya bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Kini tugas Polri yang utama ialah menjaga keamanan dan ketertiban

(28)

14

seperti Operasi Ketupat menjelang Idul Fitri, Operasi Lilin menjelang

Natal, dan lain-lain.

11. Visi

Terwujudnya Polri yang mampu menjadi pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dengan masyarakat,

penegak hukum yang profesional dan proporsional yang menjunjung

tinggi supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia serta pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan

dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan dalam

negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan

masyarakat yang sejahtera.

12. Misi

a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat (meliputi aspek Security, Surety, Safety and Peace) sehingga masyarakat terbebas dari segala gangguan baik fisik maupun psikis.

b. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya

Pre-Emtif (Pelindung, Pelayan, Pengayom) dan Preventif

(Pencegahan) yang dapat meningkatkan kesadaran,

kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat.

c. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan

menjunjung tinggi supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia,

(29)

15

d. Memelihara Keamanan dan ketertiban Masyarakat dengan tetap

memperhatikan norma / nilai yang berlaku dan tetap dalam bingkai

Negara Kesatuan RI.

e. Mengelola sumber daya manusia POLRI secara profesional.

f. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam.

g. Memelihara solidaritas institusi.

h. Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa tempat /

wilayah Indonesia.

i. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa

masyarakat Indonesia.

13. Organisasi

Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat

sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri Tingkat Pusat disebut

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri),

sedang organisasi Polri Tingkat Kewilayahan disebut Kepolisian

Negara Republik Indonesia Daerah (Polda).

14. Mabes

a. Unsur Pimpinan

Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan

Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

(30)

16

b. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan

Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan

terdiri dari:

1) Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas

membantu Kapolri dalam penyelenggaraan

pengawasan dan pemeriksaan umum dan

perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk

satuan-satuan organsiasi non struktural yang berada di

bawah pengendalian Kapolri. Saat ini dipimpin oleh

Komjen Pol Fajar Prihantoro.

2) Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas

membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi

manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri

termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta

pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur pembantu

Polri lainnya. Asops saat ini dipegang oleh Irjen Pol

Badrodin Haiti.

3) Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan

Pengembangan (Asrena), bertugas membantu Kapolri

dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum

dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem

(31)

17

4) Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS

SDM), bertugas membantu Kapolri dalam

penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia termasuk upaya perawatan dan

peningkatan kesejahteraan personel dalam lingkungan

Polri yang dipimpin oleh Irjen Pol Prasetyo.

5) Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras),

bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan

fungsi sarana dan prasarana dalam lingkungan Polri.

6) Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan

Internal (Div Propam), adalah unsur pelaksana staf

khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan

pengamanan internal. Kadiv Propam saat ini ialah Irjen

Pol Budi Gunawan.

7) Divisi Hukum (Div Kum). Dengan pimpinan Irjen Pol

Mudji Waluyo.

8) Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas) dengan

pimpinan Irjen Pol Anton Bachrul Alam.

9) Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah

unsur pembantu pimpinan bidang hubungan

internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian ini

membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk menangani kejahatan internasional.

Dengan pimpinan Irjen Pol Boy Salamuddin.

10) Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol),

(32)

18

yang meliputi teknologi informasi dan komunikasi

elektronika. Dipimpin oleh Irjen Pol Robert Aritonang.

11) Staf Pribadi Pimpinan (Spripim) 12) Sekretariat Umum (Kasetum)

13) Pelayanan Markas (Kayanma)

14) Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan

mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya

c. Unsur Pelaksana Tugas Pokok

Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari :

1) Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina

dan menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang

keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional

dan manajemen Polri maupun guna mendukung pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan

keamanan dalam negeri. Kabaintelkam Komjen Pol Pratiknyo.

2) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium

forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin oleh

seorang Komisaris Jenderal (Komjen). Kabareskrim Komjen

Pol Sutarman.

3) Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas

membina dan menyelenggarakan fungsi pembinaan

keamanan yang mencakup pemeliharaan dan upaya

(33)

19

dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

Kabaharkam saat ini dijabat oleh Komjen Pol Imam Sudjarwo.

4) Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas

menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan khususnya

yang berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan

yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan

dalam negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur

Jenderal (Irjen). Dipimpin Irjen Pol Sjafei Aksal.

5) Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan

masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu

lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan

bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya. Dikepalai oleh

Irjen Pol Djoko Susilo.

6) Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan

Brimob, Sabhara, Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak

Bahan Peledak, bila diperlukan) serta sebuah tim intelijen jika

ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat tinggi,

perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat, atau

peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara, ketua

MPR, atau ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas

kepada Biro Operasi Polda setempat, Biro Operasi Polres setempat, dan Polsek setempat.

7) Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT),

bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan,

investigasi, penindakan, dan bantuan operasional dalam

(34)

20

8) Detasemen Khusus Anti Anarkis Polri sedang dalam

pembicaraan para perwira tinggi Polri.

d. Unsur Pendukung

Unsur Pendukung, terdiri dari :

1) Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas

merencanakan, mengembangkan, dan menyelenggarakan

fungsi pendidikan pembentukan dan pengembangan

berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan profesi,

manajerial, akademis, dan vokasi. Kalemdikpol saat ini adalah

Komjen Pol Oegroseno. Lemdikpol membawahi :

a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah

unsur pelaksana pendidikan dan staf khusus yang

berkenaan dengan pengembangan manajemen Polri

b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana

pendidikan pembentukan Perwira Polri. Gubernur Akpol

dipegang oleh Irjen Pol Muhammad Amin Saleh.

c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur

pelaksana pendidikan dan staf khusus yang berkenaan

dengan pendidikan tinggi dan pengembangan ilmu dan

teknologi kepolisian

d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)

e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional

(35)

21

f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari :

1) Pusdik Intelijen (Pusdikintel)

2) Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim) 3) Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)

4) Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)

5) Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)

6) Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)

7) Pusdik Administrasi (Pusdikmin)

8) Sekolah Bahasa (Sebasa)

9) Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)

2) Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang

Brigadir Jenderal (Brigjen).

3) Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang

Brigadir Jenderal (Brigjen).

4) Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang

dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen), termasuk

didalamnya adalah Rumah Sakit Pusat Polri (Rumkit Puspol)

yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).

5) Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang

Brigadir Jenderal (Brigjen).

6) Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang

akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).

(36)

22

e. Polda

Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda)

merupakan satuan pelaksana utama Kewilayahan yang berada di

bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung

jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda

(Wakapolda).

1) Polda membawahi Kepolisian Negara Republik

Indonesia Resor (Polres). Ada tiga tipe Polda, yakni

Tipe A, Tipe B dan Tipe C. Tipe A dipimpin seorang

perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen),

sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat

Brigadir Jenderal (Brigjen) dan Tipe C dipimpin oleh

perwira menengah berpangkat Komisaris Besar

(Kombes) yang senior. Setiap Polda menjaga

keamanan sebuah Provinsi.

2) Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik

Indonesia Sektor. Untuk kota-kota besar, Polres

dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres memiliki

satuan tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda,

dan dipimpin oleh seorang Komisaris Besar Polisi (untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi

(untuk Polres). Setiap Polres menjaga keamanan

(37)

23

3) Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang

Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban),

sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi

(tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah

Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Dua Polisi.

Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.

Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah

(Polda) memiliki sejumlah Direktorat dalam menangani tugas

melayani dan melindungi, yaitu :

1) Direktorat Reserse Krimainal

2) Direktorat Biro Operasi

3) Direktorat Intelijen dan Keamanan

a) Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) / Identifikasi TKP (Tempat

Kejadian Perkara)

b) Unit Cyber Crime

4) Direktorat Bidang Hubungan Masyarakat

5) Direktorat Lalu Lintas

6) Direktorat Traffic Management Center (TMC) 7) Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)

8) Direktorat Satuan Brigade Motor (BM)

(38)

24

f. Sekilas Mapolda Jabar

Bandung pada jaman dahulu dikenal sebagai Parijs Van Java

atau Paris dari Jawa, setelah dibukanya akses jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) kota Bandung kian ramai

sebagai tempat tujuan wisata, dikarenakan pemandangan yang

indah serta berhawa dingin. Selain itu keberadaan perguruan

tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta di Bandung

membuat kota ini dikenal pula sebagai salah satu kota pelajar di

Indonesia.

g. Fungsi Operasional 1. DIT INTELKAM

2. DIT RESKRIMSUS

3. DIT RESKRIMUM

4. DIT RES NARKOBA

5. DIT BIN MAS

6. DIT SABARA

7. DIT LANTAS

8. DIT PAM OBVIT

9. DIT POLAIR

10. DIT TAHTI

11. DIT BRIMOBDA

g. Fungsi Pembinaan 1. ITWASDA

2. BIRO OPERASIONAL

3. BIRO RENA

4. BIRO SDM

(39)

25

6. BID. PROPAM

7. BID. HUMAS

8. BID. KUM 9. BID. TI POLRI

10. BID. KEU

11. BID. DOKKES

12. SPRIPIM

13. SEKRETARIAT UMUM

14. YANMA

15. SPKT

16. SPN CISARUA

17. RUMKIT POLRI SARTIKA ASIH

h. Pelayanan 1. SIM

2. STNK

3. BPKB

4. SKCK

5. PERIJINAN

6. SENDAK

i. Bidang Hukum

Bidang hukum bertugas untuk menyelenggarakan fungsi

pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum

dan turut serta dalam pengembangan hukum dan peraturan

(40)

26

hukum dan HAM dilingkungan Polda, pensosialisasian dan

penyuluhan hukum, penerapan hukum, pemberian nasehat dan

pertimbangan hukum berkaitan dengan masalah-masalah hukum dalam pelaksanaan tugas Polda, termasuk pemberian nasehat

dan bantuan hukum terhadap anggota, keluarga dan pengemban

fungsi kepolisian lainnya, pembinaan hukum, bersama unsur

legislatif, eksekutif, aparat penegak hukum dan unsur-unsur

masyarakat; pengadministrasian umum, penatausahaan urusan

dalam, personel dan logistik di lingkungan Bidkum; pengumpulan

dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi;

dan pemantauan dan evaluasi program kegiatan Bidkum.

Bidang Hukum terdiri dari ;

a. Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin) 1) Tugas

Menyusun perencanaan program kerja dan anggaran,

manajemen Sarpras, personel dan kinerja, pelayanan

ketatausahaan dan urusan dalam serta membantu

administrasi keuangan di lingkungan Bidkum.

2) Fungsi

Subbagrenmin dalam melaksanakan tugasnya yaitu

menyelenggarakan fungsi :

a) Pemberian bantuan dalam penyusunan

(41)

27

antara lain Renstra, Rancangan Renja, Renja,

kebutuhan sarana prasarana, personel dan

anggaran;

b) Pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;

c) Pengelolaan Sarpras dan pemberian bantuan

penyusunan laporan SIMAK-BMN;

d) Pemberian bantuan administrasi keuangan;

e) Pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan

urusan dalam; dan

f) Pemberian bantuan dalam penyusunan LRA dan

pembuatan laporan akuntabilitas kinerja Satker

meliputi analisis target pencapaian kinerja, program

dan anggaran.

3) Kegiatan

Subbagrenmin dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh :

a) Urusan Perencanaan (Urren) yang bertugas

memberikan bantuan dalam penyusunan Restra,

Rancangan Renja, Renja, RKA-KL, DIPA,

Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB dan LAKIP

Satker, serta pemantauan dan evaluasi

(42)

28

b) Urusan Administrasi (Urmin) yang bertugas

menyelenggarakan kegiatan administrasi umum

personel dan material logistik; dan

c) Urusan Tata Usaha (Urtu) yang bertugas

menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan

urusan dalam.

b. Sub Bidang Penyusunan dan Penyuluhan Hukum (Subbidsunluhkum)

1) Tugas

Sub Bidang Penyusunan dan Penyuluhan Hukum

(Subbidsunluhkum) bertugas :

a) Menyelenggarakan pembinaan hukum dan HAM di

lingkungan Polda;

b) Menyusun peraturan kepolisian kewilayahan yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugas serta

kebijakan Polda di bidang administrasi dan

pemeliharaan keamanan dan ketertiban;

c) Memberikan masukan dalam penyusunan dan

pembuatan peraturan daerah bersama-sama

dengan instansi terkait;

d) Melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum kepada

anggota dan PNS Polri beserta keluarganya, pengemban fungsi kepolisian lainnya dan

(43)

29

2) Fungsi

Subbidsunluhkum dalam melaksanakan tugasnya yaitu

menyelenggarakan fungsi :

a) Pembinaan hukum dan HAM di lingkungan Polda; b) Penyusunan peraturan kepolisian kewilayahan yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugas di lingkungan

Polda;

c) Pemberian masukan substansi yang berkaitan

dengan tugas Polri dalam penyusunan peraturan

daerah;

d) Pelaksanaan sosialisai dan penyuluhan hukum; dan

e) Pengumulan dan pengolahan data serta penyajian

informasi dan dokumentasi.

3) Kegiatan

Subbidsunluhkum dalam melaksanakan tugasnya

diabantu oleh :

a) Urusan Peyusunan Hukum (Ursunkum) yang

bertugas menyusun peraturan kepolisian yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugas serta

kebijakan Polda di bidang administrasi dan

pemeliharaan keamanan dan ketertiban;

(44)

30

pembuatan peraturan daerah bersama-sama

dengan instansi terkait; dan

c) Urusan Penyuluhan Hukum (Urluhkum) yang bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan

hukum kepada anggota dan PNS Polri beserta

keluarganya, masyarakat dan pengemban fungsi

keolisian lainnya.

c. Sub Bidang Bantuan Hukum (Subbidbankum) 1) Tugas

Sub Bidang Bantuan Hukum (Subbidbankum)

bertugas;

a) Melaksanakan penerapan hukum dan HAM, dalam

rangka pemberian pendapat dan saran hukum bagi

anggota Polri dan PNS Polri beserta keluarganya,

pengemban tugas kepolisian lainnya dan

masyarakat yang mengajukan permohonan

perlindungan hukum;

b) Melaksanakan bantuan hukum, nasehat dan

konsultasi hukum kepada anggota dan PNS Polri

beserta keluarganya, termasuk kepada pengemban

fungsi kepolisian lainnya; dan

c) Menyelanggarakan bantua hukum bagi instansi Polda dilingkungan Peradilan Umum dan Tata

(45)

31

2) Fungsi

Subbidbankum dalam melaksanakan tugasnya yaitu

menyelenggarakan fungsi :

a) Penerapan hukum dan HAM bagi yang mengajukan permohonan dan perlindungan hukum;

b) Pemberian bantuan dan nasehat hukum babi

pemohon baik di dalam maupun di luar

persidangan; dan

c) Pemberian bantuan hukum bagi instansi Polda pada

proses persidangan di lingkungan Peradilan Umum

dan Tata Usaha Negara.

3) Kegiatan

Subbidbankum dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh :

a) Urusan Penerapan Hukum (Urrapkum) yang

bertugas mengkaji dan menganalisis penerapan

hukum dalam bentuk pendapat dan saran hukum;

b) Urusan Hak Asasi Manusia (Ur HAM) yang bertugas

menyelenggarakan penegakkan hukum dan HAM;

c) Urusan Bantuan dan Nasehat Hukum

(Urbanhatkum) yang bertugas menyelenggarakan

fungsi bantuan hukum bagi institusi Polda, anggota dan PNS Polri beserta keluarganya dan pengemban

(46)

32

C. PERMASALAHAN HUKUM

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan diangkat dari

laoran kerja praktik ini adalah :

1. Bagaimana penerapan bantuan hukum terhadap anggota

Kepolisian yang melakukan tindak pidana?

2. Bagaimana efektifitas bantuan hukum yang diberikan pada anggota

(47)

33 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepolisian Negara Republik Indonesia 1. Pengertian Polisi dan Kepolisian

Kata polisi telah dikenal dalam bahasa Yunani, yakni Politeia. Politeia

digunakan sebagai judul buku pertama Plato, yakni Politeia yang mengandung makna suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan

cita-citanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan

jahat, tempat keadilan di junjung tinggi 1.

Politea pada mulanya dipergunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga negara dari kota Athene, kemudian pengertian itu

berkembang menjadi kota dan dipakai untuk menyebut semua usaha

kota, oleh karena pada zaman itu kota-kota merupakan negara-negara

yang berdiri sendiri, yang disebut juga Polis, maka Polite atau Polis, diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk

kegiatan keagamaan 2.

Pada abad ke 14 dan 15 di Perancis dipergunakan kata Police dan di Jerman kata Polizei dan perkataan-perkataan itu sudah mengeluarkan urusan agama dari usaha Politeia, sehingga Politeia atau Polis, La Police

(Perancis), Politeia (Itali), Polizei (Jerman), Police (Inggris), Politie

(Belanda), Polis di raja (Malaysia) dan Polisi (Indonesia) hanya meliputi usaha dan urusan duniawi saja.

1

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif terhadap Unsur-unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995, hlm.19.

2

(48)

34

Istilah polisi di Indonesia jika dilihat dari sisi historis tampaknya

mengikuti dan menggunakan istilah Politie di Belanda. Hal ini sebagai akibat dan pengaruh dari bangunan sistem hukum Belanda yang banyak dianut di negara Indonesia. Istilah Politie sendiri mengandung arti sebagai organ dan fungsi, yakni sebagai organ pemerintah dengan tugas

mengawasi, jika menggunakan paksaan supaya yang diperintah

menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan perintah. Fungsi

dijalankan atas kewenangan dan kewajiban untuk mengadakan

pengawasan dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan dengan cara

memerintah untuk melaksanakan kewajiban umum, mencari secara aktif

perbuatan yang tidak melaksanakan kewajiban umum, memaksa yang

diperintah untuk melakukan kewajiban umum dengan perantara

pengadilan, dan memaksa yang diperintah untuk melaksanakan

kewajiban umum tanpa perantara pengadilan 3.

Momo Kelana mengambil terjemahan dari Polizeirech mengatakan, bahwa istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti formal

yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu

Instansi Kepolisian, dan yang kedua dalam arti material, yakni

memberikan jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan tugas dan

wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan

dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum melalui

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan 4.

3

Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Edisi Ketiga, PTIK, Jakarta, 1984, hlm.18.

4

(49)

35

Pengertian Police dalam Black s Law Dictionary adalah :

The governmental department charged with the preservation of public order, the promotion of public safety, and the prevention and detection of crime 5.

Arti kepolisian disini ditekankan pada tugas-tugas yang harus

dijalankan sebagai departemen pemerintahan atau bagian dari

pemerintahan, yakni memelihara keamanan ketertiban, ketentraman

masyarakat, mencegah dan menindak pelaku kejahatan.

Kamus Umum Bahasa Indonesia menyebutkan, bahwa polisi

diartikan sebagai berikut : 6

a. Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan

ketertiban umum (seperti menangkap orang yang melanggar

undang-undang dan sebagainya); dan

b. Anggota dari badan pemerintahan tersebut diatas (pegawai

negara yang bertugas menjaga keamanan, dan sebagainya).

Berdasarkan pengertian dari Kamus Umum Bahasa Indonesia

tersebut ditegaskan, bahwa Kepolisian sebagai badan pemerintah yang

diberi tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum serta sebagai

lembaga atau badan yang harus menjalankan fungsi pemerintahan, dan

sebagai sebutan dari lembaga.

5

Bryan A. Garner, Black s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group, St. Paul, Minn, 1999, hlm. 1178.

6

(50)

36

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyatakan sebagai berikut:

Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan .

Istilah kepolisian dalam undang-undang tersebut mengandung dua

pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga polisi. Van Vallenhoven

menyatakan bahwa fungsi polisi itu menjalankan Preventive Rechtszorg

yaitu memaksa penduduk suatu wilayah mentaati ketertiban hukum serta

mengadakan penjagaan sebelumnya (preventif) supaya tertib masyarakat terpelihara 7.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

istilah polisi dan kepolisian mengandung pengertian yang berbeda. Istilah

polisi adalah sebagai organ dan lembaga pemerintah yang ada dalam

negara. Istilah kepolisian adalah sebagai organ dan sebagai fungsi.

Organ yakni suatu lembaga pemerintah yang terorganisasi dan

tersetuktur dalam organisasi negara, sedangkan sebagai fungsi yakni

tugas dan wewenang serta tanggung jawab lembaga atas kuasa

undang-undang untuk menyelenggarakan fungsinya.

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional di

Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri

mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri

dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat

sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas

7

(51)

37

Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sedangkan

Organisasi Polri tingkat kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik

Indonesia Daerah (Polda). Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah pimpinan

polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri

(Wakapolri).

2. Sumber-Sumber dan Dasar Hukum Kepolisian

a. Sumber-Sumber Hukum Kepolisian

1) Sumber Hukum Formil

Sumber Hukum Formil adalah sumber hukum yang dilihat dari

segi bentuk dan pembentukannya sebagai pernyataan berlakunya

hukum. Sumber hukum formil tersebut diperhitungkan bentuk dan

tempat hukum dibuat menjadi hukum posiitif oleh instansi

pemerintah yang berwenang, terdiri dari :

a) Undang-Undang

Undang-undang sebagi bentuk hukum dinyatakan secara

tertulis, dan mempunyai kekuatan memaksa. Materi hukum

Kepolisian tersebar dalam berbagai peraturan

perundang-undangan, selain dalam undang-undang yang secara

khusus mengatur tentang Kepolisian. Tiap negara

menentukan sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan.

b) Kebiasaan Praktik Kepolisian

Undang-undang tidak pernah lengkap dan selalu

ketinggalan oleh perkembangan masyarakat, kekurangan

(52)

38

Kebiasaan walaupun tidak dibentuk oleh badan pembuat

undang-undang, dalam kenyataan ditaati oleh masyarakat

yang menerima kaidah-kaidah itu sebagai hukum, demikian pula dengan kebiasaan praktik kepolisian.

c) Traktat

Traktat mengatur hubungan antar negara. Peningkatan

bentuk dan intensitas hubungan antar negara mencakup

juga kepentingan bersama pemberantasan kejahatan

internasional dan kejahatan lintas negara. Kerjasama antar

negara dibidang tugas kepolisian merupakan suatu

kebutuhan, dan untuk itu traktat menjadi sumber hukum

yang mengatur kompetensi dan hubungan kerjasama

tersebut.

d) Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah keputusan hakim yang telah memiliki

kekuatan hukum yang bersifat tetap dan diikuti oleh

hakim-hakim lainnya. Hukum Kepolisian memberikan tempat dan

peranan yang penting bagi keputusan hakim. Keputusan

hakim berpengaruh terhadap pengembangan hukum

kepolisian.

e) Ilmu Pengetahuan

Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tetapi tidak ditemukan dalam undang-undang, kebiasaan praktek

kepolisian, traktat dan yurisprudensi, dapat dicari dalam

ilmu pengetahuan, berupa pendapat pakar ilmu

(53)

39

ahli ilmu kepolisian dan/atau saksi ahli untuk bidang

tertentu.

2) Sumber Hukum Materiil

Sumber Hukum Materiil yaitu sumber yang menentukan isi

kaidah hukum, yang meliputi darimana materi hukum itu diambil,

baik dari filosofis, historis, sosiologis atau nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan, maupun doktrin-doktrin

yang mempengaruhi pembentukan hukum, yaitu berpengaruh

dalam pembuatan undang-undang, keputusan hakim, dan lain

seabagainya, atau yang mempengaruhi substansi aturan-aturan

hukum.

b. Dasar Hukum Kepolisian

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa :

Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah Negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak

hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayan masyarakat .

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa :

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia .

Definisi yuridis diatas menyatakan bahwa polisi merupakan aparat

penegak hukum, sama halnya dengan pejabat pemerintah, hakim

dan jaksa. Polisi dalam melaksanakan tugasnya sebagai aparat

(54)

40

berlaku, dalam hal ini yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan peraturan lainnya.

Kode Etik Profesi Kepolisian yang diatur dalam Keputusan Kepala

Kepolisian Negara Reublik Indonesia (Keputusan Kapolri) Nomor

Polisi : Kep/32/VII/2003 tanggal 1 Juli 2001 Tentang Kode Etik

Profesi Kepolisian, dan Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian

Republik Indonesia yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik

Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut bersifat mengikat, artinya

apabila terjadi pelanggaran oleh anggota kepolisian, maka harus

dikenakan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran.

Hal ini terdapat di dalam Keputusan Kapolri Nomor Polisi :

Kep/32/VII/2002 tertanggal 1 Juli 2003 Tentang Kode Etik Profesi

Kepolisian.

Ketentuan diatas merupakan sebagian dari pedoman bagi

Kepolisian untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya.

Bentuk pelangaran terhadap ketentuan tersebut merupakan hak bagi

masyarakat yang dirugikan untuk membuat laporan atau pengaduan,

agar terhadap aparat kepolisian yang melakukan pelanggaran

maupun penyimpanagan dapat ditindak secara hukum. 3. Hukum Kepolisian

Secara etimologis hukum kepolisian berasal dari bahasa Belanda

Politie Recht yang merupakan dasar-dasar bagi tindakan polisi, Jerman

(55)

41

polisi, hakekat polisi, dasar-dasar hukum secara umum untuk memberi

kewenangan kepada polisi untuk bertindak, dan wewenang bertindak

secara khusus baik terhadap orang maupun terhadap benda, dan Inggris

Police Law diartikan sebagai kumpulan undang-undang dan peraturan-peraturan yang di perlukan oleh polisi dalam melaksanakan tugasnya (An Arrangement of Law and Regulations for the use of Police Officers).

Di Indonesia hukum kepolisian adalah hukum yang mengatur segala

hal ikhwal kepolisian dalam lingkungan kuasa soal-soal, lingkungan kuasa

orang, lingkungan kuasa waktu dan lingkungan kuasa tempat. Termasuk

juga didalamnya pengaturan tentang hak dan peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian.

Soebroto Brotodiredjo mendefinisikan Hukum Kepolisian adalah

hukum yang mengatur masalah kepolisian. Masalah ini dapat berupa

hal-hal atau soal-soal yang mengenai polisi, baik sebagai fungsi maupun

sebagai organ. Hukum yang mengatur polisi sebagi fungsi adalah hukum

kepolisian dalam arti materiil, sedangkan hukum yang mengatur polisi

sebagai organ adalah hukum kepolisian dalam arti formil, disebut juga

hukum administrasi kepolisian 8. Pengertian menurut Momo Kelana,

Hukum Kepolisian adalah hukum yang mengatur tentang tugas, status,

organisasi dan wewenang badan kepolisian bagaimana

badan-badan kepolisian tersebut melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam

lingkungan kuasa waktu, tempat dan soal-soal 9.

8

Soebroto Brotodiredjo, Hukum Kepolisian di Indonesia(Satu Bunga Rampai), Cetakan Pertama, Tarsito, Bandung, 1985, hlm.1.

9

(56)

42

Sifat Hukum Kepolisian adalah mengatur dan memaksa memuat

baik ketentuan prosedural maupun substantif.

Mengatur : memberi pedoman tentang cara pelaksanaan tugas polisi yang sebaiknya.

Memaksa : memberi paksaan kepada polisi untuk melaksanakan tugas

dan wewenangnya sesuai ketentuan perundang-undangan

dan kewajiban umumnya dan bagi yang tidak mematuhinya

dikenakan sanksi.

Asas Hukum Kepolisian (Politerechtbeginsel) merupakan perinsip dasar yang melatarbelakangi hukum kepolisian, sehingga asas hukum

kepolisian sebagai batu uji terhadap kaidah-kaidah hukum positif yang

mengatur tentang kepolisian. Asas Hukum Kepolisian dapat

diklasaifikasikan menjadi tiga kelompok, antara lain :

a) Asas-asas yang berkaitan dengan penyelenggaraan tugas dan

wewenang kepolisian, terdiri dari asas legalitas, asas kewajiban,

asas partisipasi, asas preventif, dan asas subsidaritas.

b) Asas-asas hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan

negara, terdiri dari asas kepastian hukum, asas tertib

penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas

keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas

akuntabilitas.

c) Asas-asas umum pemerintahan yang baik, meliputi asas larangan penyalahgunaan wewenang, asas larangan bertindak

sewenang-wenang, asas kepastian hukum, asas kepercayaan, asas

persamaan, asas proporsionalitas atau keseimbangan, asas

kehati-hatian atau kecermatan, dan asas pertimbangan yang

(57)

43

B. Tindak Pidana yang Dilakukan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana yang merupakan hasil terjemahan dari Strafbaarfeit

oleh berbagai pakar ternyata telah diberikan berbagai definisi yang

berbeda-beda meskipun maksudnya sama. Strafbaarfeit itu terdiri dari kata feit yang dalam bahasa Belanda berarti sebagian dari suatu kenyataan atau EenGedeelte van de Werkelijkheid, sedangkan Strafbaar

berarti dapat dihukum. Kata Strafbaarfeit dapat diterjemahkan sebagai sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum 10.

Hezewinkel Suringa mendefinisikan Strafbaarfeit sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam

sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang

harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan

sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat didalamnya 11.

Simons telah merumuskan Strafbaarfeit sebagai suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak

dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan,

berhubungan

Referensi

Dokumen terkait

overloading pada server , Dispatcher loadbalancing cluster juga dikenal sebagai penyeimbang beban, dapat digunakan untuk mendistribusikan beban antara server dalam

Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari daftar pustaka, yang daftar referensinya memakai spasi tunggal dan idensi gantung (jarak antara referensi dengan spasi

5.2 Merespon makna dan langkah retorika dalam esei yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari- hari dan untuk mengakses

Penerapan metode problem solving dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memecahkan masalah bisa dengan menggunakan media dan alat peraga maupun fasilitas sarana dan

Setalah menganalisis bentuk dan dampak tindak kriminla yang dilakukan oleh Benjamin Engel dalam film who am I karya Baran Bo Odar, penulis memiliki bebrapa

Beberapa penelitian yang meneliti tentang nilai positif pekerjaan-keluarga antara lain nilai positif pekerjaan-keluarga pada suami yang bekerja dapat dipengaruhi

Hasil penelitian didapat bahwa adanya batasan nilai yang dijamin hingga dua miliar rupiah yaitu untuk mengurangi beban anggaran pemerintah serta mengurangi moral hazard dari pihak

Dualisme (pasar modern vs pasar tradisional) ini, salah satu akibat dalam perkembangan wilayah perdagangan Adanya perbedaan dalam pengelolaan dan pengaturan