DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : WITA OKTADEANTI
Nama Panggilan : WITA
Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis, 07 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Wanita
Golongan Darah : O
Alamat : Sumanding Kulon R.T/R.W 004/020 Desa Mekarsari
Kecamatan Banjar Kota Banjar
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Kewarganegaraan : WNI
Tinggi Badan : 162 Cm
Berat Badan : 49 Kg
Pekerjaan : Mahasiswa
Email : de4n_8okta@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL :
Taman Kanak-kanak Persatuan Isteri Prajurit Kartika
Chandra Kirana, Banjar
: 1995-1996
Sekolah Dasar Negeri Sumanding III, Banjar : 1996-2002
Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Banjar, Kota Banjar : 2002-2005
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banjar, Kota Banjar : 2005-2008
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Komputer Indonesia
: 2008-sekarang
PENGALAMAN KERJA
Bidang Hukum Kepolisian Negara Republik
Indonesia Daerah Jawa Barat (Bidkum Polda
Jabar)
LAPORAN KERJA PRAKTIK
BANTUAN HUKUM DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kerja Praktik Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia
Disusun Oleh: WITA OKTADEANTI
NIM 31608002
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
i
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb.
Segala puji serta syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah
memberikan segala rahmat dan karunian-Nya, shalawat serta salam semoga
tercurahkan limpahkan kepada Nabi besar kita Muhamad S.A.W., berkat taufik
dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan
judul BANTUAN HUKUM DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT BAGI
ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun sistematika pembahasan. Keterbatasan kemampuan serta pengalaman dari penulis sendiri
merupakan salah satu faktor penyebab sehingga kiranya masih banyak yang
perlu didalami dan di perbaiki. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
dapat memperbaiki kekurangan di kemudian hari.
Proses penyusunan laporan ini, Penulis mendapat bantuan dan dukungan
dari banyak pihak. Oleh Karena itu penulis mengucapkan terima kasih dengan
penuh rasa hormat kepada Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum. selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya
untuk membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini, selain itu juga
dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor
ii
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., M.S., Ak., selaku
Pembantu Rektor I Universitas Komputer Indonesia;
3. Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajuddin, M. A., selaku Pembantu Rektor II
Universitas Komputer Indonesia;
4. Yth. Ibu Dr. Dra. Hj. Aelina Surya, selaku Pembantu Rektor III Universitas Komputer Indonesia;
5. Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H., selaku
Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;
6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H., selaku Dosen Wali angkatan
2008 sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
8. Yth. Bapak Budi Fitriadi Supriadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen
Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;
9. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
10. Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
11. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M., selaku Dosen Fakultas
iii
12. Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi., S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
13. Yth. Ibu Yani Brilyani Tavipah., S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;
14. Yth. Bapak Dr. Sigid Suseno., S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
15. Yth. Ibu Rika Rosilawati, A.Md., selaku Staff Administrasi Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
16. Yth. Bapak Muray Selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Kompter Indonesia;
17. Yth. Bapak Drs. Putut Eko Bayu Suseno., S.H., selaku Kepala
Kepolisian Daerah Jawa Barat;
18. Yth. Bapak Parmin Warsito, S.H., selaku Kabidkum Polda Jabar;
19. Yth. Ibu Dra. Heni Yulianti, S.H., selaku Kasubbag Renmin Polda
Jabar sekaligus pembimbing Kerja Praktik di Bidang Hukum Kepolisian
Daerah Jawa Barat;
20. Yth. Bapak/Ibu Anggota dan PNS Polri di lingkungan Kepolisian
Daerah Jawa Barat yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya;
21. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer
Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya;
Tidak lupa ucapan terimaksih untuk orang-orang terdekat Penulis seperti
Dian Mardiana, Nurjanah dan Deden Wahyuni yang selalu mendukung serta memberi semangat dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini. Terpenting
ucapan terimaksih yaitu untuk Mamah Titi Rohaeni dan Bapak Dedi selaku orang
iv
Akhir kata, semoga segala pengorbanan yang diberikan oleh mamah dan
bapak tercinta, baik moril maupun materil kepada Penulis mendapatkan imbalan
yang berlipat ganda dari Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta berada dalam Perlindungan-Nya. Semoga Laporan Kerja
Praktik ini bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri.
Wassalammualaikum.wr.wb.
Bandung, Januari 2012
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi. ... v
Daftar Lampiran .. vii
BAB I PENDAHULUAN .. 1
A. Latar Belakang . . 1
B. Sejarah . ... 1
C. Permasalahan Hukum .. . 32
BAB II LANDASAN TEORI .. 33
A. Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 33
1. Pengertian Polisi dan Kepolisian . . 33
2. Sumber-Sumber dan Dasar Hukum Kepolisian . 37
3. Hukum Kepolisian .. . 40
B. Tindak Pidana yang dilakukan Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia .
43
1. Pengertian Tindak Pidana .. 43
2. Tindak Pidana oleh Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia . 45
C. Bantuan Hukum Bagi Anggota Kepolisian yang Melakukan Tindak
Pidana .. 49
1. Definisi Bantuan Hukum . 49
2. Bantuan Hukum Bagi Anggota Kepolisian yang Melakukan
vi
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK DI BIDANG HUKUM POLDA
JABAR .... 53
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERAPAN BANTUAN HUKUM DAN
EFEKTIFITAS BANTUAN HUKUM BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG MELAKUKAN TINDAK
PIDANA .. ... .. . 57
A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang
Melakukan Tindak Pidana .. ..
57
B. Efektifitas Bantuan Hukum yang diberikan pada Anggota Kepolisian
yang Melakukan Tindak Pidana.. . .. . 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 66
A. Simpulan .. 66
B. Saran .. .. 67
Daftar Pustaka viii
viii
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdurrahman, Aspek Aspek Bantuan Hukum Di Indonesia, Cetakan Pertama, Cendana Press, Yogyakarta, 1983.
Anton Tabah, Membangun Polri yang Kuat, Jakarta, 2001.
Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif terhadap Unsur-Unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995.
Barry Metzger, Legal Services to the Poor and National Development Objectives,
dalam buku Legal Aid and World Poverty, Preger Publishers, 1974.
Bryan A. Garner, Black s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group, St Paul, Minn, 1999.
Chaeruddin Ismail, Polisi yang Keder, Jakarta, 2001.
Frans Hendra Winata, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Cetakan Pertama, Elex media komputindo, Jakarta, 2000.
Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia) Suatu Studi Histories Komperatif, PTIK, Jakarta, 1972.
____________, Hukum Kepolisian, Edisi Ketiga, PTIK, Jakarta, 1984. PAF Lamintang, 1997.
Sadjijono, Mengenal Hukum Kepolisian (Prespektif Kedudukan dan Hubungannya dalam Hukum administrasi), Laksbang Mediatama, Surabaya, 2005.
Soebroto Brotodiredjo, Hukum Kepolisian di Indonesia(Satu Bunga Rampai),
Cetakan Pertama, Tarsito, Bandung, 1985.
___________________, Pengantar Hukum Kepolisian Umum Di Indonesia, Yuhesa, Badung, 1997.
Van Valenhoven dalam E Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, cetakan ke-4, Balai Buku lchtiar, Jakarta, 1960.
ix
Undang-Undang :
Undang Undang Dasar 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Umum Bagi Anggota Kepolisian Negara Reublik Indonesia.
Peraturan Kapolri Nomor Polisi 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Polri.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Hubungan Dan Tata Cara Kerja (HTCK) Bidang Hukum Polda Jabar.
Website :
Bantuan Hukum Suatu Keharusan, http://suenherief.wordpress.com.
Frans H. Winarta, Dasar Konstitusional Bantuan Hukum, http;//jodisantoso. blogspot.com.
x
http://www.lawskripsi.com
http://www.lodaya.web.id
http://www.ngobrolaja.com
http://www.tempointeraktif.com
Kepolisian Negara Republik Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki.
Pengertian Hukum Kepolisian, http://dwiasiwiyatputera.blogdetik.com.
Pengertian Polisi, http://policeline-kembey.blogspot.com.
Pengertian Tindak Pidana, http://achmadrhamzah.blogspot.com.
Proses Penyidikan Terhadap Anggota Polri, http://id.shvoong.com/law-and-politics/law.
Proses Penyidikan Terhadap Anggota, http://deswanarwanda.blogspot.com. Snai, Proses Penyidikan Terhadap Anggota Polri, http://deswanarwanda.
blogspot.com.
Tindak Pidana 2 Pengertian dan Unsur, http://donxsaturniev.blogspot.com.
Tindak Pidana 3 Rumusan Tindak Pidana, http://donxsaturniev.blogspot.com.
Tindak Pidana 5 Subjek Tindak Pidana, http://donxsaturniev.blogspot.com.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kerja Praktik merupakan mata kuliah yang wajib dilaksanakan oleh
mahasiswa Program Strata-I dan Diploma III pada akhir semester VI (S1)
dan akhir semester IV (D3) selama satu bulan. Tujuan dari kerja praktik ini
adalah untuk mengetahui, mendalami dan menerapkan ilmu yang diterima
dibangku kuliah terhadap aplikasi dunia kerja.
Pemilihan tempat kerja praktik disesuaikan dengan program studi
yang ditempuh mahasiswa Fakultas Hukum UNIKOM dapat melaksanakan
kerja praktik pada instansi-instansi pemerintah yang berkaitan dengan
hukum. Kerja Praktik di Kepolisian Daerah Jawa Barat seperti yang
dilakukan penulis, merupakan kesempatan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, secara langsung dalam menerapkan dan
mengembangkan sikap profesional bidang ilmu yang dipelajari dikelas. Hasil
kerja praktek selama kurang lebih satu bulan ini, dapat memberikan
pengalaman kerja serta mengetahui penerapan hukum yang ada di instansi
kepolisian khususnya di daerah Jawa Barat.
B. SEJARAH
1. Zaman Hindia Belanda
Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi, hubungan dan tata cara
2
kepentingan pemerintah kolonial. Kepolisian pada waktu itu tidak
pernah sepenuhnya di bawah Departemen dalam Negeri hingga
jatuhnya Hindia Belanda. Tugas Departemen dalam Negeri hanya di bidang administrasi/pembinaan, seperti kepegawaian, pendidikan
SPN (Sekolah Polisi Negeri di Sukabumi), dan perlengkapan
kepolisian.
Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang
dibantu asisten residen. Rechts Politie dipertanggungjawabkan pada
Procureur Generaal (Jaksa Agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti Veld Politie
(Polisi Lapangan) , Stands Politie (Polisi Kota), Cultur Politie (Polisi Pertanian), Bestuurs Politie (Polisi Pamong Praja), dan lain-lain.
Kepolisian sejalan dengan perkembangan administrasi negara
waktu itu juga menerapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda
dan pribumi. Pribumi tidak diperkenankan menjabat Hood Agent
(Bintara), Inspekteur van Politie, dan Commisaris van Politie. Penduduk pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan
seperti Mantri Polisi, Asisten Wedana, dan Wedana Polisi.
2. Zaman Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintahan
kepolisian Jepang membagi Indonesia dalam dua lingkungan
kekuasaan, yaitu:
a. Sumatera, Jawa, dan Madura dikuasai oleh Angkatan
3
b. Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai Angkatan
Laut Jepang.
Masa sekarang ini banyak anggota kepolisian bangsa
Indonesia menggantikan kedudukan dan kepangkatan bagi bangsa Belanda sebelumnya. Pusat kepolisian di Jakarta dinamakan
Keisatsu Bu dan kepalanya disebut Keisatsu Elucho. Kepolisian untuk Jawa dan Madura juga berkedudukan di Jakarta, untuk
Sumatera berkedudukan di Bukittinggi, Indonesia bagian timur
berkedudukan di Makassar, dan Kalimantan berkedudukan di
Banjarmasin.
Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh
seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi
oleh pejabat Jepang yang disebut Sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi. Beda dengan zaman Hindia
Belanda yang menganut HIR, pada akhir masa pendudukan Jepang
yang berwenang menyidik hanya polisi dan polisi juga memimpin
organisasi yang disebut Keibodan (semacam Hansip). 3. Zaman Revolusi Fisik
Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,
sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
4
Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin,
Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945
memproklamasikan kedudukan polisi sebagai Polisi Republik Indonesia menyusul dibentuknya Badan Kepolisian Negara (BKN)
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19
Agustus 1945. Pada 29 September 1945 Presiden RI melantik
Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pertama Jenderal Polisi R.S.
Soekanto, adapun ikrar Polisi Istimewa tersebut berbunyi :
Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan
mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini
menyatakan Poelisi Istimewa sebagai Poelisi Repoeblik
Indonesia .
4. Kepolisian Pasca Proklamasi
Pasca proklamasi, peraturan perundang-undangan Hindia
Belanda masih tetap berlaku karena belum ada peraturan
perundang-undangan yang baru untuk menggantikannya. Begitupula peraturan
mengenai kepolisian, seperti yang tercantum dalam peraturan
peralihan UUD 1945.
Tanggal 1 Juli 1946 dengan Ketetapan Pemerintah No.
11/SD/1946 dibentuk Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung
jawab langsung kepada Perdana Menteri (pada saat itu Pusat/Mabes
Kepolisian Negara berkedudukan di Purwokerto Jawa Tengah).
5
ditetapkan sebagai hari lahirnya Kepolisian Nasional Indonesia yang
sampai hari ini diperingati sebagai Hari Bhayangkara.
Hal yang menarik, saat pembentukan Kepolisian Negara tahun
1946 adalah jumlah anggota Polri sudah mencapai 31.620 personel, sedang jumlah penduduk saat itu belum mencapai 60 juta jiwa.
Perbandingan Police Population Ratio waktu itu sudah 1:500. (Pada tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia mencapai 210 juta jiwa,
sedangkan jumlah polisi hanya 170 ribu personel, atau 1:1.300).
Indonesia merupakan bangsa dan negara yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan, maka Polri di samping bertugas
sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI.
Polri menyatakan dirinya Combatant yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti
dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di front
Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan PKI
di Madiun, dan lain-lain.
5. Zaman Republik Indonesia Serikat (RIS)
Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda
dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto
diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R.
Sumanto diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI
6
Umur Republik Indonesia Serikat (RIS) hanya beberapa bulan,
sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus
1950. Peleburan yang terjadi mengakibatkan adanya kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan
siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.
6. Zaman Demokrasi Parlementer
Negara Kesatuan RI dibentuk pada tanggal 17 Agustus 1950
dan berlaku UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer. R.S.
Soekanto pada masa ini masih menjabat sebagai Kepala Kepolisian
Negara dan harus bertanggung jawab kepada perdana
menteri/presiden.
Kedudukan Polri kembali ke Jakarta, dikarenakan belum ada
kantor maka digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienst der Algemene Politie di Gedung Departemen dalam Negeri. R.S. Soekanto, merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar
Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi Markas Besar
Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung perkantoran
termegah setelah Istana Negara.
Kepolisian periode ini berstatus tersendiri antara sipil dan militer
yang memiliki organisasi dan peraturan gaji tersendiri. Anggota Polri
terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia
7
dikenal dengan nama Bhayangkari, tidak ikut dalam Dharma Wanita
ataupun Dharma Pertiwi. Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini
memiliki ketua dan pengurus secara demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante dan
Parlemen. Semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan
perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil
melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif
lebih baik dibanding dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu
standar PBB).
Demokrasi parlementer ada periode ini perdana menteri dan
kabinet berganti rata-rata kurang satu tahun. Polri yang otonom di
bawah perdana menteri membenahi organisasi dan administrasi serta
membangun laboratorium forensik, membangun Polisi Perairan
(memiliki kapal polisi berukuran 500 ton) dan juga membangun Polisi
Udara serta mengirim ratusan perwira Polri belajar ke luar negeri,
terutama ke Amerika Serikat.
7. Zaman Demokrasi Terpimpin
Akibat yang terjadi karena kegalalan konstituante maka
dikeluarkan dekrit prsiden 5 Juli 1959 yang menyebabkan Indonesia
kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Kenyataannya, dalam
pelaksanaan banyak yang menyimang dari Undang-Undang Dasar
1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama. Polri masih tetap di bawah pada Menteri
8
di mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara
ex-officio (karena jabatannya).
Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959
Kapolri juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran
Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala
Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang
memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan
Kepolisian Negara).
Pembentukan ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan
Angkatan Kepolisian disampaikan Presiden Soekarno, namun
mendapat tanggapan keberatan dari R.S. Soekanto dengan alasan
untuk menjaga profesionalisme kepolisian. R.S. Soekanto
mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian
pada tanggal 15 Desember 1959.
Adanya Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa
ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan
Keppres No. 21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan
dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama
Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan
nasional.
Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok
9
dengan TNI AD, AL, dan AU. Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri,
Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU, Menteri/Jaksa
Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan sedangkan Keppres No.
134/1962, menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan
Kepolisian (Menkasak).
Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) semula
bernama Menkasak, Menpangak ini langsung bertanggung jawab
kepada presiden sebagai kepala pemerintahan negara. Kedudukan,
tugas, dan tanggung jawab Polri menurut Keppres No. 290/1964
ditentukan sebagai berikut :
a. Alat Negara Penegak Hukum.
b. Koordinator Polsus.
c. Ikut serta dalam pertahanan.
d. Pembinaan Kamtibmas.
e. Kekaryaan.
f. Sebagai alat revolusi.
Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965,
pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri
selama satu tahun di Magelang. Sementara di tahun 1964 dan 1965,
pengaruh PKI bertambah besar karena politik NASAKOM Presiden
10
8. Zaman Orde Baru
Peristiwa G30S/PKI dari pengalaman yang pahit mencerminkan
tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI. Upaya dalam
meningkatkan integrasi ABRI dikeluarkan SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 dan ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi
dan Prosedur Bindang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan
ABRI merupakan bagian dari organisasi Departemen Hankam
meliputi AD, AL, AU , dan AK yang masing-masing dipimpin oleh
Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto
sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.
Tahun 1968, Soeharto dipilih sebagai presiden sehingga
jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada Jenderal M.
Panggabean. Ketatnya integrasi yang terjadi memberikan
dampaknya menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal,
karena Polri memang bukan angkatan perang.
Keppres No. 52/1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian
diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian
Negara RI, singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian
sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.
Tanggal 5 Oktober 1969 merupakan HUT ABRI, yang
merupakan sebutan untuk Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi
11
sedangkan Polri memakai tanda Pol. Maksudnya untuk menegaskan
perbedaan antara Angkatan Perang dan Polisi.
9. Zaman Reformasi
Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Reformasi telah melahirkan Inpres No. 2/1999 tanggal 1 April 1999 dalam era
Presiden BJ Habibie yang memisahkan Polri dan TNI karena
dirasakan memang terdapat perbedaan fungsi dan cara kerja
dihadapkan dengan civil society. Polri masih diletakkan di bawah Menteri Pertahanan Keamanan akan tetapi, karena pada waktu itu
Menteri dan Panglima TNI dijabat orang yang sama (Jenderal TNI
Wiranto), maka praktis pemisahan tidak berjalan efektif.
Peluang yang lain adalah Ketetapan MPR No. VI/2000 tanggal
18 Agustus 2000 yang menetapkan secara nyata adanya pemisahan
Polri dan TNI, yang selanjutnya diikuti pula oleh Ketetapan MPR No.
VII/2000 yang mengatur peran TNI dan Polri secara tegas.
Ketetapan-ketetapan tersebut di atas digulirkan, pada HUT
Bhayangkara 1 Juli 2000 dikeluarkan Keppres No. 89/2000 yang
melepaskan Polri dari Dephan dan menetapkan langsung Polri di
bawah presiden.
Keppres ini sering disoroti sebagai bahaya karena Kepolisian
akan digunakan sewenang-wenang oleh presiden, namun
sesungguhnya masih bisa dikontrol oleh DPR dan LKN (Lembaga
12
Tantangan yang dihadapi Polri dewasa ini dan ke depan,
terutama adalah perubahan paradigma pemolisian yang sesuai
dengan paradigma baru penegakan hukum yang lebih persuasif di negara demokratis, di mana hukum dan polisi tidaklah tampil dengan
mengumbar ancaman-ancaman hukum yang represif dan kadang
kala menjebak rakyat, melainkan tampil lebih simpatik, ramah, dan
familier.
Masyarakat dalam menyelesaikan konfliknya pada taraf
tertentu. Memberikan dampak seperti adanya perasaan malu,
perasaan bersalah, dan perasaan takut bila melakukan
penyimpangan, sehingga mendorong warga patuh pada hukum
secara alamiah.
10. Pasukan Polisi Republik Indonesia
Tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi.
Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas
yang unik dan kompleks. Tugas-tugas tersebut diantaranya, menata
keamanan, ketertiban masyarakat di masa perang, pertempuran
melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-sama
kesatuan bersenjata yang lain. Keadaan seperti ini dilakukan oleh
Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya kesatuan bersenjata
yang relatif lebih lengkap.
13
Pasukan Polisi Republik Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh
Inspektur Kelas I Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah
awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga
membangkitkan semangat moral dan patriotisme seluruh rakyat
maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat akibat
kekalahan perang yang panjang.
Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya
juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan
alasan ingin menghalau tentara Jepang dari negara tersebut.
Kenyataannya pasukan Sekutu tersebut justru ingin membantu
Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu, perang antara
sekutu dengan pasukan Indonesia terjadi di mana-mana. Klimaksnya
terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai
Pertempuran Surabaya. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai Hari
Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh rakyat
Indonesia.
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat
penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat
Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat perwiranya
mampu menggetarkan dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
masih melihat eksisnya bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Kini tugas Polri yang utama ialah menjaga keamanan dan ketertiban
14
seperti Operasi Ketupat menjelang Idul Fitri, Operasi Lilin menjelang
Natal, dan lain-lain.
11. Visi
Terwujudnya Polri yang mampu menjadi pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dengan masyarakat,
penegak hukum yang profesional dan proporsional yang menjunjung
tinggi supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia serta pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan
dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan
masyarakat yang sejahtera.
12. Misi
a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat (meliputi aspek Security, Surety, Safety and Peace) sehingga masyarakat terbebas dari segala gangguan baik fisik maupun psikis.
b. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya
Pre-Emtif (Pelindung, Pelayan, Pengayom) dan Preventif
(Pencegahan) yang dapat meningkatkan kesadaran,
kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat.
c. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan
menjunjung tinggi supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia,
15
d. Memelihara Keamanan dan ketertiban Masyarakat dengan tetap
memperhatikan norma / nilai yang berlaku dan tetap dalam bingkai
Negara Kesatuan RI.
e. Mengelola sumber daya manusia POLRI secara profesional.
f. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam.
g. Memelihara solidaritas institusi.
h. Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa tempat /
wilayah Indonesia.
i. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa
masyarakat Indonesia.
13. Organisasi
Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat
sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri Tingkat Pusat disebut
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri),
sedang organisasi Polri Tingkat Kewilayahan disebut Kepolisian
Negara Republik Indonesia Daerah (Polda).
14. Mabes
a. Unsur Pimpinan
Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan
Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
16
b. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan
Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan
terdiri dari:
1) Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan
pengawasan dan pemeriksaan umum dan
perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk
satuan-satuan organsiasi non struktural yang berada di
bawah pengendalian Kapolri. Saat ini dipimpin oleh
Komjen Pol Fajar Prihantoro.
2) Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi
manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri
termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta
pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur pembantu
Polri lainnya. Asops saat ini dipegang oleh Irjen Pol
Badrodin Haiti.
3) Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan
Pengembangan (Asrena), bertugas membantu Kapolri
dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum
dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem
17
4) Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS
SDM), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia termasuk upaya perawatan dan
peningkatan kesejahteraan personel dalam lingkungan
Polri yang dipimpin oleh Irjen Pol Prasetyo.
5) Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras),
bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan
fungsi sarana dan prasarana dalam lingkungan Polri.
6) Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan
Internal (Div Propam), adalah unsur pelaksana staf
khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan
pengamanan internal. Kadiv Propam saat ini ialah Irjen
Pol Budi Gunawan.
7) Divisi Hukum (Div Kum). Dengan pimpinan Irjen Pol
Mudji Waluyo.
8) Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas) dengan
pimpinan Irjen Pol Anton Bachrul Alam.
9) Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah
unsur pembantu pimpinan bidang hubungan
internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian ini
membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB Interpol), untuk menangani kejahatan internasional.
Dengan pimpinan Irjen Pol Boy Salamuddin.
10) Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol),
18
yang meliputi teknologi informasi dan komunikasi
elektronika. Dipimpin oleh Irjen Pol Robert Aritonang.
11) Staf Pribadi Pimpinan (Spripim) 12) Sekretariat Umum (Kasetum)
13) Pelayanan Markas (Kayanma)
14) Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan
mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya
c. Unsur Pelaksana Tugas Pokok
Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari :
1) Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina
dan menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang
keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional
dan manajemen Polri maupun guna mendukung pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan
keamanan dalam negeri. Kabaintelkam Komjen Pol Pratiknyo.
2) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium
forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin oleh
seorang Komisaris Jenderal (Komjen). Kabareskrim Komjen
Pol Sutarman.
3) Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas
membina dan menyelenggarakan fungsi pembinaan
keamanan yang mencakup pemeliharaan dan upaya
19
dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.
Kabaharkam saat ini dijabat oleh Komjen Pol Imam Sudjarwo.
4) Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas
menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan khususnya
yang berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan
yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan
dalam negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur
Jenderal (Irjen). Dipimpin Irjen Pol Sjafei Aksal.
5) Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan
masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu
lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan
bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya. Dikepalai oleh
Irjen Pol Djoko Susilo.
6) Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan
Brimob, Sabhara, Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak
Bahan Peledak, bila diperlukan) serta sebuah tim intelijen jika
ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat tinggi,
perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat, atau
peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara, ketua
MPR, atau ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas
kepada Biro Operasi Polda setempat, Biro Operasi Polres setempat, dan Polsek setempat.
7) Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT),
bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan,
investigasi, penindakan, dan bantuan operasional dalam
20
8) Detasemen Khusus Anti Anarkis Polri sedang dalam
pembicaraan para perwira tinggi Polri.
d. Unsur Pendukung
Unsur Pendukung, terdiri dari :
1) Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol), bertugas
merencanakan, mengembangkan, dan menyelenggarakan
fungsi pendidikan pembentukan dan pengembangan
berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan profesi,
manajerial, akademis, dan vokasi. Kalemdikpol saat ini adalah
Komjen Pol Oegroseno. Lemdikpol membawahi :
a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah
unsur pelaksana pendidikan dan staf khusus yang
berkenaan dengan pengembangan manajemen Polri
b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana
pendidikan pembentukan Perwira Polri. Gubernur Akpol
dipegang oleh Irjen Pol Muhammad Amin Saleh.
c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur
pelaksana pendidikan dan staf khusus yang berkenaan
dengan pendidikan tinggi dan pengembangan ilmu dan
teknologi kepolisian
d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)
e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional
21
f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari :
1) Pusdik Intelijen (Pusdikintel)
2) Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim) 3) Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)
4) Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)
5) Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)
6) Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)
7) Pusdik Administrasi (Pusdikmin)
8) Sekolah Bahasa (Sebasa)
9) Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)
2) Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang
Brigadir Jenderal (Brigjen).
3) Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang
Brigadir Jenderal (Brigjen).
4) Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang
dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen), termasuk
didalamnya adalah Rumah Sakit Pusat Polri (Rumkit Puspol)
yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).
5) Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang
Brigadir Jenderal (Brigjen).
6) Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang
akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).
22
e. Polda
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda)
merupakan satuan pelaksana utama Kewilayahan yang berada di
bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung
jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda
(Wakapolda).
1) Polda membawahi Kepolisian Negara Republik
Indonesia Resor (Polres). Ada tiga tipe Polda, yakni
Tipe A, Tipe B dan Tipe C. Tipe A dipimpin seorang
perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen),
sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat
Brigadir Jenderal (Brigjen) dan Tipe C dipimpin oleh
perwira menengah berpangkat Komisaris Besar
(Kombes) yang senior. Setiap Polda menjaga
keamanan sebuah Provinsi.
2) Polres, membawahi Kepolisian Negara Republik
Indonesia Sektor. Untuk kota-kota besar, Polres
dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres memiliki
satuan tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda,
dan dipimpin oleh seorang Komisaris Besar Polisi (untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi
(untuk Polres). Setiap Polres menjaga keamanan
23
3) Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang
Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban),
sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi
(tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah
Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Dua Polisi.
Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.
Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah
(Polda) memiliki sejumlah Direktorat dalam menangani tugas
melayani dan melindungi, yaitu :
1) Direktorat Reserse Krimainal
2) Direktorat Biro Operasi
3) Direktorat Intelijen dan Keamanan
a) Unit Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) / Identifikasi TKP (Tempat
Kejadian Perkara)
b) Unit Cyber Crime
4) Direktorat Bidang Hubungan Masyarakat
5) Direktorat Lalu Lintas
6) Direktorat Traffic Management Center (TMC) 7) Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)
8) Direktorat Satuan Brigade Motor (BM)
24
f. Sekilas Mapolda Jabar
Bandung pada jaman dahulu dikenal sebagai Parijs Van Java
atau Paris dari Jawa, setelah dibukanya akses jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) kota Bandung kian ramai
sebagai tempat tujuan wisata, dikarenakan pemandangan yang
indah serta berhawa dingin. Selain itu keberadaan perguruan
tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta di Bandung
membuat kota ini dikenal pula sebagai salah satu kota pelajar di
Indonesia.
g. Fungsi Operasional 1. DIT INTELKAM
2. DIT RESKRIMSUS
3. DIT RESKRIMUM
4. DIT RES NARKOBA
5. DIT BIN MAS
6. DIT SABARA
7. DIT LANTAS
8. DIT PAM OBVIT
9. DIT POLAIR
10. DIT TAHTI
11. DIT BRIMOBDA
g. Fungsi Pembinaan 1. ITWASDA
2. BIRO OPERASIONAL
3. BIRO RENA
4. BIRO SDM
25
6. BID. PROPAM
7. BID. HUMAS
8. BID. KUM 9. BID. TI POLRI
10. BID. KEU
11. BID. DOKKES
12. SPRIPIM
13. SEKRETARIAT UMUM
14. YANMA
15. SPKT
16. SPN CISARUA
17. RUMKIT POLRI SARTIKA ASIH
h. Pelayanan 1. SIM
2. STNK
3. BPKB
4. SKCK
5. PERIJINAN
6. SENDAK
i. Bidang Hukum
Bidang hukum bertugas untuk menyelenggarakan fungsi
pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum
dan turut serta dalam pengembangan hukum dan peraturan
26
hukum dan HAM dilingkungan Polda, pensosialisasian dan
penyuluhan hukum, penerapan hukum, pemberian nasehat dan
pertimbangan hukum berkaitan dengan masalah-masalah hukum dalam pelaksanaan tugas Polda, termasuk pemberian nasehat
dan bantuan hukum terhadap anggota, keluarga dan pengemban
fungsi kepolisian lainnya, pembinaan hukum, bersama unsur
legislatif, eksekutif, aparat penegak hukum dan unsur-unsur
masyarakat; pengadministrasian umum, penatausahaan urusan
dalam, personel dan logistik di lingkungan Bidkum; pengumpulan
dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi;
dan pemantauan dan evaluasi program kegiatan Bidkum.
Bidang Hukum terdiri dari ;
a. Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin) 1) Tugas
Menyusun perencanaan program kerja dan anggaran,
manajemen Sarpras, personel dan kinerja, pelayanan
ketatausahaan dan urusan dalam serta membantu
administrasi keuangan di lingkungan Bidkum.
2) Fungsi
Subbagrenmin dalam melaksanakan tugasnya yaitu
menyelenggarakan fungsi :
a) Pemberian bantuan dalam penyusunan
27
antara lain Renstra, Rancangan Renja, Renja,
kebutuhan sarana prasarana, personel dan
anggaran;
b) Pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;
c) Pengelolaan Sarpras dan pemberian bantuan
penyusunan laporan SIMAK-BMN;
d) Pemberian bantuan administrasi keuangan;
e) Pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan
urusan dalam; dan
f) Pemberian bantuan dalam penyusunan LRA dan
pembuatan laporan akuntabilitas kinerja Satker
meliputi analisis target pencapaian kinerja, program
dan anggaran.
3) Kegiatan
Subbagrenmin dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh :
a) Urusan Perencanaan (Urren) yang bertugas
memberikan bantuan dalam penyusunan Restra,
Rancangan Renja, Renja, RKA-KL, DIPA,
Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB dan LAKIP
Satker, serta pemantauan dan evaluasi
28
b) Urusan Administrasi (Urmin) yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi umum
personel dan material logistik; dan
c) Urusan Tata Usaha (Urtu) yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan
urusan dalam.
b. Sub Bidang Penyusunan dan Penyuluhan Hukum (Subbidsunluhkum)
1) Tugas
Sub Bidang Penyusunan dan Penyuluhan Hukum
(Subbidsunluhkum) bertugas :
a) Menyelenggarakan pembinaan hukum dan HAM di
lingkungan Polda;
b) Menyusun peraturan kepolisian kewilayahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas serta
kebijakan Polda di bidang administrasi dan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
c) Memberikan masukan dalam penyusunan dan
pembuatan peraturan daerah bersama-sama
dengan instansi terkait;
d) Melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum kepada
anggota dan PNS Polri beserta keluarganya, pengemban fungsi kepolisian lainnya dan
29
2) Fungsi
Subbidsunluhkum dalam melaksanakan tugasnya yaitu
menyelenggarakan fungsi :
a) Pembinaan hukum dan HAM di lingkungan Polda; b) Penyusunan peraturan kepolisian kewilayahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas di lingkungan
Polda;
c) Pemberian masukan substansi yang berkaitan
dengan tugas Polri dalam penyusunan peraturan
daerah;
d) Pelaksanaan sosialisai dan penyuluhan hukum; dan
e) Pengumulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi dan dokumentasi.
3) Kegiatan
Subbidsunluhkum dalam melaksanakan tugasnya
diabantu oleh :
a) Urusan Peyusunan Hukum (Ursunkum) yang
bertugas menyusun peraturan kepolisian yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas serta
kebijakan Polda di bidang administrasi dan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
30
pembuatan peraturan daerah bersama-sama
dengan instansi terkait; dan
c) Urusan Penyuluhan Hukum (Urluhkum) yang bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan
hukum kepada anggota dan PNS Polri beserta
keluarganya, masyarakat dan pengemban fungsi
keolisian lainnya.
c. Sub Bidang Bantuan Hukum (Subbidbankum) 1) Tugas
Sub Bidang Bantuan Hukum (Subbidbankum)
bertugas;
a) Melaksanakan penerapan hukum dan HAM, dalam
rangka pemberian pendapat dan saran hukum bagi
anggota Polri dan PNS Polri beserta keluarganya,
pengemban tugas kepolisian lainnya dan
masyarakat yang mengajukan permohonan
perlindungan hukum;
b) Melaksanakan bantuan hukum, nasehat dan
konsultasi hukum kepada anggota dan PNS Polri
beserta keluarganya, termasuk kepada pengemban
fungsi kepolisian lainnya; dan
c) Menyelanggarakan bantua hukum bagi instansi Polda dilingkungan Peradilan Umum dan Tata
31
2) Fungsi
Subbidbankum dalam melaksanakan tugasnya yaitu
menyelenggarakan fungsi :
a) Penerapan hukum dan HAM bagi yang mengajukan permohonan dan perlindungan hukum;
b) Pemberian bantuan dan nasehat hukum babi
pemohon baik di dalam maupun di luar
persidangan; dan
c) Pemberian bantuan hukum bagi instansi Polda pada
proses persidangan di lingkungan Peradilan Umum
dan Tata Usaha Negara.
3) Kegiatan
Subbidbankum dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh :
a) Urusan Penerapan Hukum (Urrapkum) yang
bertugas mengkaji dan menganalisis penerapan
hukum dalam bentuk pendapat dan saran hukum;
b) Urusan Hak Asasi Manusia (Ur HAM) yang bertugas
menyelenggarakan penegakkan hukum dan HAM;
c) Urusan Bantuan dan Nasehat Hukum
(Urbanhatkum) yang bertugas menyelenggarakan
fungsi bantuan hukum bagi institusi Polda, anggota dan PNS Polri beserta keluarganya dan pengemban
32
C. PERMASALAHAN HUKUM
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan diangkat dari
laoran kerja praktik ini adalah :
1. Bagaimana penerapan bantuan hukum terhadap anggota
Kepolisian yang melakukan tindak pidana?
2. Bagaimana efektifitas bantuan hukum yang diberikan pada anggota
33 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepolisian Negara Republik Indonesia 1. Pengertian Polisi dan Kepolisian
Kata polisi telah dikenal dalam bahasa Yunani, yakni Politeia. Politeia
digunakan sebagai judul buku pertama Plato, yakni Politeia yang mengandung makna suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan
cita-citanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan
jahat, tempat keadilan di junjung tinggi 1.
Politea pada mulanya dipergunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga negara dari kota Athene, kemudian pengertian itu
berkembang menjadi kota dan dipakai untuk menyebut semua usaha
kota, oleh karena pada zaman itu kota-kota merupakan negara-negara
yang berdiri sendiri, yang disebut juga Polis, maka Polite atau Polis, diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk
kegiatan keagamaan 2.
Pada abad ke 14 dan 15 di Perancis dipergunakan kata Police dan di Jerman kata Polizei dan perkataan-perkataan itu sudah mengeluarkan urusan agama dari usaha Politeia, sehingga Politeia atau Polis, La Police
(Perancis), Politeia (Itali), Polizei (Jerman), Police (Inggris), Politie
(Belanda), Polis di raja (Malaysia) dan Polisi (Indonesia) hanya meliputi usaha dan urusan duniawi saja.
1
Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif terhadap Unsur-unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995, hlm.19.
2
34
Istilah polisi di Indonesia jika dilihat dari sisi historis tampaknya
mengikuti dan menggunakan istilah Politie di Belanda. Hal ini sebagai akibat dan pengaruh dari bangunan sistem hukum Belanda yang banyak dianut di negara Indonesia. Istilah Politie sendiri mengandung arti sebagai organ dan fungsi, yakni sebagai organ pemerintah dengan tugas
mengawasi, jika menggunakan paksaan supaya yang diperintah
menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan perintah. Fungsi
dijalankan atas kewenangan dan kewajiban untuk mengadakan
pengawasan dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan dengan cara
memerintah untuk melaksanakan kewajiban umum, mencari secara aktif
perbuatan yang tidak melaksanakan kewajiban umum, memaksa yang
diperintah untuk melakukan kewajiban umum dengan perantara
pengadilan, dan memaksa yang diperintah untuk melaksanakan
kewajiban umum tanpa perantara pengadilan 3.
Momo Kelana mengambil terjemahan dari Polizeirech mengatakan, bahwa istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti formal
yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu
Instansi Kepolisian, dan yang kedua dalam arti material, yakni
memberikan jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan tugas dan
wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan
dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum melalui
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan 4.
3
Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Edisi Ketiga, PTIK, Jakarta, 1984, hlm.18.
4
35
Pengertian Police dalam Black s Law Dictionary adalah :
The governmental department charged with the preservation of public order, the promotion of public safety, and the prevention and detection of crime 5.
Arti kepolisian disini ditekankan pada tugas-tugas yang harus
dijalankan sebagai departemen pemerintahan atau bagian dari
pemerintahan, yakni memelihara keamanan ketertiban, ketentraman
masyarakat, mencegah dan menindak pelaku kejahatan.
Kamus Umum Bahasa Indonesia menyebutkan, bahwa polisi
diartikan sebagai berikut : 6
a. Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan
ketertiban umum (seperti menangkap orang yang melanggar
undang-undang dan sebagainya); dan
b. Anggota dari badan pemerintahan tersebut diatas (pegawai
negara yang bertugas menjaga keamanan, dan sebagainya).
Berdasarkan pengertian dari Kamus Umum Bahasa Indonesia
tersebut ditegaskan, bahwa Kepolisian sebagai badan pemerintah yang
diberi tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum serta sebagai
lembaga atau badan yang harus menjalankan fungsi pemerintahan, dan
sebagai sebutan dari lembaga.
5
Bryan A. Garner, Black s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group, St. Paul, Minn, 1999, hlm. 1178.
6
36
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyatakan sebagai berikut:
Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan .
Istilah kepolisian dalam undang-undang tersebut mengandung dua
pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga polisi. Van Vallenhoven
menyatakan bahwa fungsi polisi itu menjalankan Preventive Rechtszorg
yaitu memaksa penduduk suatu wilayah mentaati ketertiban hukum serta
mengadakan penjagaan sebelumnya (preventif) supaya tertib masyarakat terpelihara 7.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
istilah polisi dan kepolisian mengandung pengertian yang berbeda. Istilah
polisi adalah sebagai organ dan lembaga pemerintah yang ada dalam
negara. Istilah kepolisian adalah sebagai organ dan sebagai fungsi.
Organ yakni suatu lembaga pemerintah yang terorganisasi dan
tersetuktur dalam organisasi negara, sedangkan sebagai fungsi yakni
tugas dan wewenang serta tanggung jawab lembaga atas kuasa
undang-undang untuk menyelenggarakan fungsinya.
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional di
Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri
mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri
dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat
sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas
7
37
Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sedangkan
Organisasi Polri tingkat kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik
Indonesia Daerah (Polda). Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah pimpinan
polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri
(Wakapolri).
2. Sumber-Sumber dan Dasar Hukum Kepolisian
a. Sumber-Sumber Hukum Kepolisian
1) Sumber Hukum Formil
Sumber Hukum Formil adalah sumber hukum yang dilihat dari
segi bentuk dan pembentukannya sebagai pernyataan berlakunya
hukum. Sumber hukum formil tersebut diperhitungkan bentuk dan
tempat hukum dibuat menjadi hukum posiitif oleh instansi
pemerintah yang berwenang, terdiri dari :
a) Undang-Undang
Undang-undang sebagi bentuk hukum dinyatakan secara
tertulis, dan mempunyai kekuatan memaksa. Materi hukum
Kepolisian tersebar dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, selain dalam undang-undang yang secara
khusus mengatur tentang Kepolisian. Tiap negara
menentukan sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan.
b) Kebiasaan Praktik Kepolisian
Undang-undang tidak pernah lengkap dan selalu
ketinggalan oleh perkembangan masyarakat, kekurangan
38
Kebiasaan walaupun tidak dibentuk oleh badan pembuat
undang-undang, dalam kenyataan ditaati oleh masyarakat
yang menerima kaidah-kaidah itu sebagai hukum, demikian pula dengan kebiasaan praktik kepolisian.
c) Traktat
Traktat mengatur hubungan antar negara. Peningkatan
bentuk dan intensitas hubungan antar negara mencakup
juga kepentingan bersama pemberantasan kejahatan
internasional dan kejahatan lintas negara. Kerjasama antar
negara dibidang tugas kepolisian merupakan suatu
kebutuhan, dan untuk itu traktat menjadi sumber hukum
yang mengatur kompetensi dan hubungan kerjasama
tersebut.
d) Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan hakim yang telah memiliki
kekuatan hukum yang bersifat tetap dan diikuti oleh
hakim-hakim lainnya. Hukum Kepolisian memberikan tempat dan
peranan yang penting bagi keputusan hakim. Keputusan
hakim berpengaruh terhadap pengembangan hukum
kepolisian.
e) Ilmu Pengetahuan
Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tetapi tidak ditemukan dalam undang-undang, kebiasaan praktek
kepolisian, traktat dan yurisprudensi, dapat dicari dalam
ilmu pengetahuan, berupa pendapat pakar ilmu
39
ahli ilmu kepolisian dan/atau saksi ahli untuk bidang
tertentu.
2) Sumber Hukum Materiil
Sumber Hukum Materiil yaitu sumber yang menentukan isi
kaidah hukum, yang meliputi darimana materi hukum itu diambil,
baik dari filosofis, historis, sosiologis atau nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan, maupun doktrin-doktrin
yang mempengaruhi pembentukan hukum, yaitu berpengaruh
dalam pembuatan undang-undang, keputusan hakim, dan lain
seabagainya, atau yang mempengaruhi substansi aturan-aturan
hukum.
b. Dasar Hukum Kepolisian
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa :
Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah Negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayan masyarakat .
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa :
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia .
Definisi yuridis diatas menyatakan bahwa polisi merupakan aparat
penegak hukum, sama halnya dengan pejabat pemerintah, hakim
dan jaksa. Polisi dalam melaksanakan tugasnya sebagai aparat
40
berlaku, dalam hal ini yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan peraturan lainnya.
Kode Etik Profesi Kepolisian yang diatur dalam Keputusan Kepala
Kepolisian Negara Reublik Indonesia (Keputusan Kapolri) Nomor
Polisi : Kep/32/VII/2003 tanggal 1 Juli 2001 Tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian, dan Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian
Republik Indonesia yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik
Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut bersifat mengikat, artinya
apabila terjadi pelanggaran oleh anggota kepolisian, maka harus
dikenakan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran.
Hal ini terdapat di dalam Keputusan Kapolri Nomor Polisi :
Kep/32/VII/2002 tertanggal 1 Juli 2003 Tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian.
Ketentuan diatas merupakan sebagian dari pedoman bagi
Kepolisian untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya.
Bentuk pelangaran terhadap ketentuan tersebut merupakan hak bagi
masyarakat yang dirugikan untuk membuat laporan atau pengaduan,
agar terhadap aparat kepolisian yang melakukan pelanggaran
maupun penyimpanagan dapat ditindak secara hukum. 3. Hukum Kepolisian
Secara etimologis hukum kepolisian berasal dari bahasa Belanda
Politie Recht yang merupakan dasar-dasar bagi tindakan polisi, Jerman
41
polisi, hakekat polisi, dasar-dasar hukum secara umum untuk memberi
kewenangan kepada polisi untuk bertindak, dan wewenang bertindak
secara khusus baik terhadap orang maupun terhadap benda, dan Inggris
Police Law diartikan sebagai kumpulan undang-undang dan peraturan-peraturan yang di perlukan oleh polisi dalam melaksanakan tugasnya (An Arrangement of Law and Regulations for the use of Police Officers).
Di Indonesia hukum kepolisian adalah hukum yang mengatur segala
hal ikhwal kepolisian dalam lingkungan kuasa soal-soal, lingkungan kuasa
orang, lingkungan kuasa waktu dan lingkungan kuasa tempat. Termasuk
juga didalamnya pengaturan tentang hak dan peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian.
Soebroto Brotodiredjo mendefinisikan Hukum Kepolisian adalah
hukum yang mengatur masalah kepolisian. Masalah ini dapat berupa
hal-hal atau soal-soal yang mengenai polisi, baik sebagai fungsi maupun
sebagai organ. Hukum yang mengatur polisi sebagi fungsi adalah hukum
kepolisian dalam arti materiil, sedangkan hukum yang mengatur polisi
sebagai organ adalah hukum kepolisian dalam arti formil, disebut juga
hukum administrasi kepolisian 8. Pengertian menurut Momo Kelana,
Hukum Kepolisian adalah hukum yang mengatur tentang tugas, status,
organisasi dan wewenang badan kepolisian bagaimana
badan-badan kepolisian tersebut melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam
lingkungan kuasa waktu, tempat dan soal-soal 9.
8
Soebroto Brotodiredjo, Hukum Kepolisian di Indonesia(Satu Bunga Rampai), Cetakan Pertama, Tarsito, Bandung, 1985, hlm.1.
9
42
Sifat Hukum Kepolisian adalah mengatur dan memaksa memuat
baik ketentuan prosedural maupun substantif.
Mengatur : memberi pedoman tentang cara pelaksanaan tugas polisi yang sebaiknya.
Memaksa : memberi paksaan kepada polisi untuk melaksanakan tugas
dan wewenangnya sesuai ketentuan perundang-undangan
dan kewajiban umumnya dan bagi yang tidak mematuhinya
dikenakan sanksi.
Asas Hukum Kepolisian (Politerechtbeginsel) merupakan perinsip dasar yang melatarbelakangi hukum kepolisian, sehingga asas hukum
kepolisian sebagai batu uji terhadap kaidah-kaidah hukum positif yang
mengatur tentang kepolisian. Asas Hukum Kepolisian dapat
diklasaifikasikan menjadi tiga kelompok, antara lain :
a) Asas-asas yang berkaitan dengan penyelenggaraan tugas dan
wewenang kepolisian, terdiri dari asas legalitas, asas kewajiban,
asas partisipasi, asas preventif, dan asas subsidaritas.
b) Asas-asas hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, terdiri dari asas kepastian hukum, asas tertib
penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas
akuntabilitas.
c) Asas-asas umum pemerintahan yang baik, meliputi asas larangan penyalahgunaan wewenang, asas larangan bertindak
sewenang-wenang, asas kepastian hukum, asas kepercayaan, asas
persamaan, asas proporsionalitas atau keseimbangan, asas
kehati-hatian atau kecermatan, dan asas pertimbangan yang
43
B. Tindak Pidana yang Dilakukan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana yang merupakan hasil terjemahan dari Strafbaarfeit
oleh berbagai pakar ternyata telah diberikan berbagai definisi yang
berbeda-beda meskipun maksudnya sama. Strafbaarfeit itu terdiri dari kata feit yang dalam bahasa Belanda berarti sebagian dari suatu kenyataan atau EenGedeelte van de Werkelijkheid, sedangkan Strafbaar
berarti dapat dihukum. Kata Strafbaarfeit dapat diterjemahkan sebagai sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum 10.
Hezewinkel Suringa mendefinisikan Strafbaarfeit sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam
sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang
harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan
sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat didalamnya 11.
Simons telah merumuskan Strafbaarfeit sebagai suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak
dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan,
berhubungan